A. Pengertian
ISPA atau infeksi saluran pernafasan akut adalah infeksi yang terutama
mengenai struktur saluran pernafasan di atas laring, tetapi kebanyakan, penyakit ini
mengenai bagian saluran atas dan bawah secara simultan atau berurutan.(Nelson, edisi
15)
Infeksi saluran pernafasan adalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan
(hidung, pharing dan laring) mengalami inflamasi yang menyebabkan terjadinya
obstruksi jalan nafas dan akan menyebabkan retraksi dinding dada pada saat
melakukan pernafasan.
Infeksi saluran nafas adalah penurunan kemampuan pertahanan alami jalan
nafas dalam menghadapi organisme asing.
ISPA adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun bawah yang
disebabkan oleh infeksi jasad renik bakteri, virus maupun riketsia, tanpa / disertai
radang parenkim paru.(Mohamad, 35)
Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti
batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik. Infeksi pernapasan
jarang memiliki ciri area anatomik tersendiri. Infeksi sering menyebar dari satu
struktur ke struktur lainya karena sifat menular dari membran mukosa yang melapisi
seluruh saluran. Akibatnya, infeksi saluran pernapasan akan melibatkan beberapa area
tidak hanya satu struktur, meskipun efek pada satu individu dapat mendominasi
penyakit lain.
Klasifikasi Berdasarkan Lokasi Anatomi
1. Infeksi Saluran Pernafasan atas Akut (ISPaA)
Infeksi yang menyerang hidung sampai bagian faring, seperti pilek,
otitismedia, faringitis.
2. Infeksi Saluran Pernafasan bawah Akut (ISPbA)
Infeksi yang menyerang mulai dari bagian epiglotis atau laring sampaidengan
alveoli, dinamakan sesuai dengan organ saluran nafas, sepertiepiglotitis,
laringitis, laringotrakeitis, bronkitis, bronkiolitis, pneumonia.
B. Manifestasi Klinis
1. Batuk, pilek dengan nafas cepat atau sesak nafas
Pada umur kurang dari 2 bulan, nafas cepat lebih dari 60 x / mnt.
Penyakit ini biasanya dimanifestasikan dalam bentuk adanya demam, adanya
obstruksi hidung dengan sekret yang encer sampai dengan membuntu saluran
pernafasan, bayi menjadi gelisah dan susah atau bahkan sama sekali tidak mau
minum (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 451).
2. Demam.
Pada neonatus mungkin jarang terjadi tetapi gejala demam muncul jika anak
sudah mencaapai usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun. Seringkali demam
muncul sebagai tanda pertama terjadinya infeksi. Suhu tubuh bisa mencapai
39,5OC-40,5OC.
3. Meningismus.
Adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada meningens, biasanya
terjadi selama periodik bayi mengalami panas, gejalanya adalah nyeri kepala,
kaku dan nyeri pada punggung serta kuduk, terdapatnya tanda kernig dan
brudzinski.
4. Anorexia.
Biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan menjadi susah
minum dan bhkan tidak mau minum.
5. Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama bayi
tersebut mengalami sakit.
6. Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran
pernafasan akibat infeksi virus.
7. Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya
lymphadenitis mesenteric.
8. Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit akan lebih
mudah tersumbat oleh karena banyaknya sekret.
9. Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan,
mungkin tanda ini merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran
pernafasan.
10. Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak terdapatnya
suara pernafasan (Whaley and Wong; 1991; 1419).
C. Etiologi
Etiologi ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan richetsia.
Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptococcus, Staphylococcus,
Pneumococcus, Haemophylus, Bordetella dan Corinebacterium. Virus penyebab ISPA
antara lain adalah golongan Miksovirus, Adenovirus, Coronavirus, Picornavirus,
Micoplasma, Herpesvirus dan lain-lain.
Etiologi Pneumonia pada Balita sukar untuk ditetapkan karena dahak biasanya
sukar diperoleh. Penetapan etiologi Pneumonia di Indonesia masih didasarkan pada
hasil penelitian di luar Indonesia. Menurut publikasi WHO, penelitian di berbagai
negara menunjukkan bahwa di negara berkembang streptococcus pneumonia dan
haemophylus influenza merupakan bakteri yang selalu ditemukan pada dua per tiga
dari hasil isolasi, yakni 73, 9% aspirat paru dan 69, 1% hasil isolasi dari spesimen
darah. Sedangkan di negara maju, dewasa ini Pneumonia pada anak umumnya
disebabkan oleh virus.
D. Faktor Resiko
1. Faktor Pencetus ISPA
1. Usia
Anak yang usianya lebih muda, kemungkinan untuk menderita atau
terkena penyakit ISPA lebih besar bila dibandingkan dengan anak yang
usianya lebih tua karena daya tahan tubuhnya lebih rendah.
2. Status Imunisasi
Anak dengan status imunisasi yang lengkap, daya tahan tubuhnya
lebih baik dibandingkan dengan anak yang status imunisasinya tidak
lengkap.
3. Lingkungan
Lingkungan yang udaranya tidak baik, seperti polusi udara di kota-
kota besar dan asap rokok dapat menyebabkan timbulnya penyakit ISPA
pada anak.
2. Faktor Pendukung terjadinya ISPA
a. Kondisi Ekonomi
Keadaan ekonomi yang belum pulih dari krisis ekonomi yang
berkepanjangan berdampak peningkatan penduduk miskin disertai
dengan kemampuannya menyediakan lingkungan pemukiman yang
sehat mendorong peningkatan jumlah Balita yang rentan terhadap
serangan berbagai penyakit menular termasuk ISPA. Pada akhirnya
akan mendorong meningkatnya penyakit ISPA dan Pneumonia pada
Balita.
b. Kependudukan
Jumlah penduduk yang besar mendorong peningkatan jumlah
populasi Balita yang besar pula. Ditambah lagi dengan status
kesehatan masyarakat yang masih rendah, akan menambah berat
beban kegiatan pemberantasan penyakit ISPA.
c. Geografi
Sebagai daerah tropis, Indonesia memiliki potensi daerah
endemis beberapa penyakit infeksi yang setiap saat dapat menjadi
ancaman bagi kesehatan masyarakat. Pengaruh geografis dapat
mendorong terjadinya peningkatan kaus maupun kemaian penderita
akibat ISPA. Dengan demikian pendekatan dalam pemberantasan
ISPA perlu dilakukan dengan mengatasi semua faktor risiko dan
faktor-faktor lain yang mempengaruhinya.
d. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
PHBS merupakan modal utama bagi pencegahan penyakit
ISPA. Perilaku bersih dan sehat tersebut sangat dipengaruhi oleh
budaya dan tingkat pendidikan penduduk. Dengan makin
meningkatnya tingkat pendidikan di masyarakat diperkirakan akan
berpengaruh positif terhadap pemahaman masyarakat dalam menjaga
kesehatan Balita agar tidak terkena penyakit ISPA yaitu melalui
upaya memperhatikan rumah sehat dan lingkungan sehat.
e. Lingkungan dan Iklim Global
Pencemaran lingkungan seperti asap karena kebakaran hutan,
gas buang sarana transportasi dan polusi udara dalam rumah
merupakan ancaman kesehatan terutama penyakit ISPA. Demikian
pula perubahan iklim gobal terutama suhu, kelembapan, curah hujan,
merupakan beban ganda dalam pemberantasan penyakit ISPA.
Agen infeksi adalah virus atau kuman yang merupakan
penyebab dari terjadinya infeksi saluran pernafasan. Ada beberapa
jenis kuman yang merupakan penyebab utama yakni golongan A
-hemolityc streptococus, staphylococus, haemophylus influenzae,
clamydia trachomatis, mycoplasma dan pneumokokus.
Usia bayi atau neonatus, pada anak yang mendapatkan air
susu ibu angka kejadian pada usia dibawah 3 bulan rendah karena
mendapatkan imunitas dari air susu ibu. Ukuran dari lebar
penampang dari saluran pernafasan turut berpengaruh di dalam
derajat keparahan penyakit. Karena dengan lubang yang semakin
sempit maka dengan adanya edematosa maka akan tertutup secara
keseluruhan dari jalan nafas.
E. Patofisiologi
Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 3 tahap yaitu :
1. Tahap prepatogenesis : penyuebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi
apa-apa.
2. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh
menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.
3. Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul gejala
demam dan batuk.
Tahap lanjut penyaklit, dibagi menjadi empat yaitu :
a) Dapat sembuh sempurna.
b) Sembuh dengan atelektasis.
c) Menjadi kronos.
d) Meninggal akibat pneumonia.
Saluran pernafasan selama hidup selalu terpapar dengan dunia luar sehingga
untuk mengatasinya dibutuhkan suatu sistem pertahanan yang efektif dan efisien.
Ketahanan saluran pernafasan tehadap infeksi maupun partikel dan gas yang ada di
udara amat tergantung pada tiga unsur alami yang selalu terdapat pada orang sehat
yaitu keutuhan epitel mukosa dan gerak mukosilia, makrofag alveoli, dan antibodi.
Antibodi setempat yang ada di saluran nafas ialah Ig A. Antibodi ini banyak
ditemukan di mukosa. Kekurangan antibodi ini akan memudahkan terjadinya infeksi
saluran nafas, seperti yang terjadi pada anak. Penderita yang rentan
(imunokompkromis) mudah terkena infeksi ini seperti pada pasien keganasan yang
mendapat terapi sitostatika atau radiasi.Penyebaran infeksi pada ISPA dapat melalui
jalan hematogen, limfogen, perkontinuitatum dan udara nafas.
Infeksi bakteri mudah terjadi pada saluran nafas yang sel-sel epitel mukosanya
telah rusak akibat infeksi yang terdahulu. Selain hal itu, hal-hal yang dapat
mengganggu keutuhan lapisan mukosa dan gerak silia adalah asap rokok dan gas SO2
(polutan utama dalam pencemaran udara), sindroma imotil, pengobatan dengan O2
konsentrasi tinggi (25 % atau lebih).
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan kultur dan biopsi adalah proses yang paling sering digunakan dalam
menegakkan diagnosis pada gangguan pernapasan atas.
1. Kultur
Kultur tenggorok dapat dilakukan untuk mengidentifikasi organisme yang
menyebabkan faringitis.
2. Test AGD
Analisa gas darah adalah salah tindakan pemeriksaan laboratorium yang
ditujukan ketikadibutuhkan informasi yang berhubungan dengan
keseimbangan asam basa pasien (Wilson, 1999).Hal ini berhubungan untuk
mengetahui keseimbangan asam basa tubuh yang dikontrol melaluitiga
mekanisme, yaitu sistembuffer , sistem respiratori, dan sistem renal (Wilson,
1999). Analisa gas darah memiliki beberapa tujuan diamtaranya adalah
mengetahui keseimbangan asam dan basa dalam tubuh; mengevaluasi ventilasi
melalui pengukuran pH, tekanan parsial oksigen arteri (PaO2) dan tekanan
parsial karbon dioksida (PaCO2); mengetahui jumlah oksigen yang diedarkan
oleh paru-paru melalui darah yang ditunjukkanmelalui PaO2; mengetahui
kapasitas paru-paru dalam mengeliminasikan karbon dioksida yang
ditunjukkan oleh PaCO2; menganalisa isi oksigen dan pemenuhannya,
sertauntuk mengetahui jumlah bikarbonat. (McCann, 2004).
3. Pemeriksaan pencitraan
Termasuk di dalamnya pemeriksaan sinar-X jaringan lunak, CT Scan,
pemeriksaan dengan zat kontras dan MRI (pencitraan resonansi magnetik).
Pemeriksaan tersebut mungkin dilakukan sebagai bagian integral dari
pemeriksaan diagnostik untuk menentukan keluasan infeksi pada sinusitis atau
pertumbuhan tumor dalam kasus tumor.
Diagnosis ISPA oleh karena virus dapat ditegakkan dengan
pemeriksaan laboratorium terhadap jasad renik itu sendiri. Pemeriksaan yang
dilakukan adalah :
1. Biakan virus
2. Serologis
3. Diagnostik virus secara langsung.
Sedangkan diagnosis ISPA oleh karena bakteri dilakukan dengan
pemeriksaan sputum, biakan darah, biakan cairan pleura.
G. Penatalaksanaan Medis
Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar
pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotik
untuk kasus-kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk yang
kurang bermanfaat. Strategi penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk tentang
pemberian makanan dan minuman sebagai bagian dari tindakan penunjang yang
penting bagi pederita ISPA.
Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut :
1. Pencegahan dapat dilakukan dengan :
Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
Immunisasi
Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.
2. Prinsip perawatan ISPA antara lain :
Meningkatkan istirahat minimal 8 jam perhari
Meningkatkan makanan bergizi
Bila demam beri kompres dan banyak minum
Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu
tangan yang bersih
Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu
ketat.
Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut
masih menetek
Manifestasi Klinis
- Serangan akut dan membahayakan
- Demam tinggi ( pneumonia virus bagian bawah)
- Batuk
- Rales ( Ronkhi)
- Wheezing
- Sakit kepala, malaise, myalgia (pada anak)
- Nyeri abdomen
- Pneumonia lobaris
- Bronchopneumonia
Patofisiologi
Pada pneumonia mikroorganisme biasanya masuk secara inhalasi atau
aspirasi. Umumnya mikroorganisme yang terdapat di saluran nafas bagian atas sama
dengan di saluran nafas bagian bawah, akan tetapi pada beberapa penelitian
ditemukan jenis mikroorganisme yang berbeda. Pneumonia terjadi jika mekanisme
pertahanan paru mengalami gangguan sehingga kuman patogen dapat mencapai
saluran nafas bagian bawah. Agen-agen mikroba yang menyebabkan pneumonia
memiliki tiga bentuk transmisi primer yaitu aspirasi secret yang berisi
mikroorganisme patogen yang telah berkolonisasi pada orofaring, infeksi aerosol
yang infeksius dan penyebaran hematogen dari bagian ekstrapulmonal. Aspirasi dan
inhalasi agen-agen infeksius adalah dua cara tersering yang menyebabkan
pneumonia, sementara penyebaran secara hematogen lebih jarang terjadi
(Perhimpunan Ahli Paru, 2003).
Menurut WHO (2010), pneumonia dapat menyebar dalam beberapa cara.
Virus dan bakteri biasanya ditemukan di hidung atau tenggorokan anak yang dapat
menginfeksi paru-paru jika dihirup. Virus juga dapat menyebar melalui droplet udara
lewat batuk atau bersin. Selain itu, radang paru-paru bias menyebar melalui darah,
terutama selama dan segera setelah lahir.
Ada tiga tahap perkembangan pneumonia untuk semua pasien. Setiap tahap memiliki gejala
khas dan manifestasi klinisnya sendiri.Tahapan perkembangan pneumonia adalah:
Tahap awal
Tahap tertinggi
Tahap resolusi
Langkah-langkah ini sesuai dengan perubahan patologis pada paru-paru yang disebabkan
oleh proses peradangan pada jaringan dan tingkat sel.
Tahap awal pneumonia
Dimulai dengan proses inflamasi di paru-paru ditandai dengan jelas, tiba-tiba memburuknya
kondisi umum pasien. Adanya perubahan mendadak dalam tubuh tersebut menjelaskan reaksi
hyperergic berlebih terhadap agen penyebab pneumonia dan racun nya.
Gejala pertama dari pneumonia adalah suhu tubuh menjadi rendah (37-37,5 ° C). Dalam 24
jam pertama, suhu meningkat cepat ke level 38-39 derajat atau lebih. suhu tubuh tinggi juga
disertai dengan sejumlah gejala lain yang disebabkan racun patogen.
Gejala umum dari radang paru adalah:
Dalam beberapa kasus, penyakit ini juga menyebabkan gangguan gejala pencernaan seperti
mual, muntah, diare. Gejala penting yang mudah dikenali pada tahap awal dari penyakit ini
adalah batuk dan nyeri dada. Batuk hadir dari awal penyakit menyerang. Awalnya kering,
namun konstan. Karakteristik retrosternal terbentuk disebabkan batuk yang konstan dan nyeri
pada dada.
Nyeri dada yang parah disebabkan terjadi peradangan pada pleura (selaput paru-paru) yang
mengandung sejumlah besar reseptor saraf. Rasa nyeri selalu pada posisi yang sama.
Intensitas terbesar dari nyeri bisa dirasakan ketika menarik napas dalam-dalam, batuk dan
Nyeri dada yang parah menyebabkan kesulitan untuk bernapas. Pernafasan pada pasien
dengan pneumonia menjadi lebih dangkal dan cepat (lebih dari 25 – 30 kali per menit). Oleh
sebab itu kebanyakan pasien mencoba untuk menghindari menarik napas dalam-dalam.
Pada tahap ini, batuk tetap bertahahan. Karena adanya iritasi konstan pada lembar pleura
batuk lebih intensif dan terasa lebih menyakitkan. Pada pertengahan batuk yang terasa
menyakitkan tersebut biasanya disertai dengan keluarnya dahak dalam jumlah besar.
Awalnya dahak berwarna abu-kuning atau kuning-hijau. Secara bertahap dahak yang keluar
disertai darah dan potongan paru-paru yang rusak. Dari sinilah warna merah-kuning berkarat
ditandai dengan dyspnea berat (sesak nafas). Dalam dua hari pertama, sesak nafas muncul
saat anda mengemudi atau aktivitas fisik biasa. Secara bertahap, sesak nafas terjadi ketika
anda dalam kondisi istirahat. Kadang-kadang gejala yang muncul disertai pusing dan
Tahap resolusi
Pada tahap resolusi semua gejala penyakit radang paru-paru akan turun.
Tanda-tanda intoksikasi umum akan menghilang, dan suhu tubuh kembali normal.
Batuk secara bertahap mereda dan lendir menjadi kurang kental. Nyeri dada muncul hanya
pada gerakan tiba-tiba atau batuk yang kuat. Pernafasan secara bertahap kembali normal,
tetapi sesak napas masih hadir selama aktivitas fisik normal.
Suhu tubuh pada penderita Radang paru
Karakter suhu tergantung pada bentuk pneumonia, tingkat reaktivitas dan, tentu saja, usia
pasien.
37-37,5 derajat, dengan bentuk dekompensasi parah diabet
Pneumonia pada es;
orang dengan di atas 37,5 derajat – dengan pneumonia yang disebabkan
diabetes. oleh Staphylococcus aureus dan asosiasi mikroba
Pemeriksaan penunjang
- Sinar X : mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar, bronchial); dapat
juga menyatakan abses
- Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat mengidentifikasi semua
organisme yang ada.
- Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis organisme
khusus.
- Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas berat
penyakit dan membantu diagnosis keadaan.
- Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis
- Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi.
- bronkostopi untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing
penatalaksanaan terapeutik
- Pengobatan supportive
- Berikan oksigen, fisioterapi dada, dan cairan intravena
- Antibiotik sesuai dengan program
- Pemeriksaan sensivitas untuk pemberian antibiotik
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi :
- Penicillin G: untuk infeksi pneumonia staphylococcus.
- Amantadine, rimantadine: untuk infeksi pneumonia virus
- Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin: untuk infeksi pneumonia mikroplasma.
- Menganjurkan untuk tirah baring sampai infeksi menunjukkan tanda-tanda.
- Pemberian oksigen jika terjadi hipoksemia.
- Bila terjadi gagal nafas, diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup
Askep pneumonia
1. Pengkajian
- Kaji status pernafasan
- Kaji tanda tanda distress pernafasan
- Kaji adanya demam, tachycardia, malaise, anorexia, kegelisahan dan perubahan
kondisi
Diagnosa keperawatan
1. Tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan meningkatnya secret
2. Tidak efektif pola nafas berhubungan dengan obstruksi bronchial
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan meningkatnya sekresi dan
akumulasi eksudat
4. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi, proses penyakit.
5. Resiko keterlambatan perkembangan
6. Resiko gangguan pertumbuhan
Perencanaan
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL
1 Tidak efektif bersihan jalan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
nafas berhubungan dengan 3x24jam klien menunjukkan temperatur
meningkatnya secret dalam batas normal dengan kriteria hasil:
• Tanda-tanda vitall
• Status pernafasan: pertukaran gas
• Pengetahuan : manajemen pneumonia
• Kontrol gejala
• Tingkat kecemasan
Definisi
Asthma disebut juga reactive air way disease (RAD), adalah suatu penyakit obstruksi
pada jam nafas secara reversibel yang ditandai dengan inflamasi, dan peningkatan
reaksi jalan nafas terhadap berbagai stimulan.
Patofisiologi
- Asthma pada anak terjadi adanya penyempitan pada jarak napas dan hiperaktif dengan
respon terthadap bahan iritasi dan stimulus lain
- Dengan adanya bahan iritasi atau allergen otot-otot bronkus menjadi spasme dan zat
antibodi tubuh muncul (immunoglobin E atau IgE)dengan adanya alergi. IgE
dimunculkan pada reseptor sel mast yang menyebabkan pengeluaran histam dan zat
mediator lainnya. Mediator tersebut akan memberikan gejala asthma.
- Respon asthma terjadi dalam 3 tahap;pertama tahap immediate yang ditandai dengan
bronkokontriksi (1-2 jam), tahap delayed dimana bronkokontriksi dapat berulang
dalam 4-6 jam dan terus menerus 2-5 jam lebih lama; tahap late yang ditandai dengan
peradangan dan hiperresponsif jalan nafas beberapa minggu atau bulan
- Asthma juga dapat terjadi faktor pencetusnya karena latihan, kecemasan dan udara
dingin.
- Selama serangan Asthmatik, bronkioulus menjadi radang dan peningkatan sekresi
mokus. Hal ini menyebakan lumen jalan nafas menjadi bengkak, kemudian
meningkatkan resistensi jalan nafas dan dapat menimbulkan distres pernafasan
- Anak yang mengalam asthma mudah untuk inhalasi dan sukar dalam ekshalasi karena
edema pada jalan nafas. Dan ini menyebabkan hiperinflasi pada alveoli dan perubahan
pertukaran fas. Jalan nafas menjadi obstruksi yang kemudian tidak adekuat ventilasi
dan saturasi O2, sehingga terjadi penurunan pO2 (hypoxia). Selama serangan
asthmatik, CO2 tertahan dengan meningkatnya resistensi jalan nafas selama ekspirasi,
dan menyebabkan acidosis respiratory dan hypercapnea. Kemudian sistem
pernafasan akan mengadakan kompensasi dengan meningkatkan
pernafasan(tachpnea), kompensasi tersebut menimbulkan hiperventilasi dan dapat
menurunkan kadar O2 dalam darah (hypocapnea).
Faktor Resiko
1. Alergen
Dikenal 2 macam alergen sebagai penyebab serangan asma, yaitu:
2. Alergen makanan
Makanan sebagai penyebab atopi khususnya dermatitis atopik dan serangan asma banyak
ditemukan pada masa bayi dan anak yang masih muda. Pada bayi dan anak berumur di bawah
3 tahun terutama adalah alergi susu sapi, telur dan kedelai yang umumnya dapat mentolerir
kembali sebelum anak berumur 3 tahun. Pada anak besar dan dewasa penyebab utama adalah
ikan, kerang-kerangan, kacang tanah dan nuts dan penyebabnya ini sering menetap, walaupun
demikian dapat diprovokasi tiap 6 bulan.
3. Alergen hirup
Dibagi atas 2 kelompok, yaitu:
1. Alergen di dalam rumah (indoors) seperti tungau debu rumah, bulu kucing, bulu
anjing atau binatang peliharaan lainnya. Alergen ini banyak dijumpai di negara-
negara tropis, juga terdapat di negara-negara dengan 4 musim.
2. Alergen di luar rumah (outdoors), seperti serbuk sari (pollen) khususnya di
negara-negara 4 musim; tree pollen pada musim semi, grass pollen pada musim
panas, jamur pada musim panas dan gugur.
TDR tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, bahkan dengan mikroskop pun sulit dilihat
tanpa sinar dari samping. Untuk hidup, TDR jenis Dermatophagoides
pteronyssinus diperlukan suhu sekitar 25-30oC, dengan kelembaban nisbi diatas 50% dan
untuk jenis D. farinae dapat bertahan hidup sampai suhu 15oC dan kelembaban nisbi 40%.
Populasi TDR banyak ditemukan pada permukaan kasur baik dari kapuk maupun dari busa,
sebab untuk makanan TDR diperlukan serpihan kulit manusia.
5. Infeksi saluran napas
Sekitar 42% eksaserbasi asma dihubungkan dengan infeksi virus, terbanyak respiratory
syncytial virus (RSV) pada masa bayi dan anak kecil dan parainfluenza virus pada anak yang
lebih besar. Akibat infeksi virus terjadi kerusakan sel epitel saluran napas dan pajanan
alergen pada reseptor aferen nervus vagus dan berakibat suatu bronkospasme dan serangan
asma. Mengi pertama pada bayi perlu dipertimbangkan antara bronkiolitis atau sebagai
serangan pertama asma. Keduanya bisa disebabkan oleh RSV dan sulit dibedakan satu
dengan yang lain. Demikian pula pada perjalanan penyakit selanjutnya, dimana penderita
dengan bronkiolitis mempunyai kemungkinan 3 kali lebih besar untuk berlanjut dengan
mengi di kemudian hari dibandingkan anak normal. Infeksi bakteri umumnya jarang ada
hubungannya dengan serangan asma.
6. Emosi
Emosi dapat meningkatkan aktivitas saraf parasimpatikus, sehingga terjadi pelepasan
asetilkolin dan mengakibatkan serangan asma. Faktor pencetus dapat bersumber dari masalah
antara kedua orang tua, antara orang tua dengan anak, atau masalah dengan guru di sekolah.
7. Latihan jasmani
Asma yang diinduksi latihan jasmani (Exercise Induced Asthma = EIA) dapat terjadi akibat
lari bebas di udara yang dingin dan kering. Bila berlari di udara yang hangat dan lembab, EIA
jarang timbul. Setelah berlari 2 menit umumya terjadi dilatasi bronkus dan anak merasa lebih
enak, tetapi setelah berlari antara 5-8 menit terjadilah konstriksi bronkus (respons dini), dan
pada beberapa pasien juga dapat diikuti dengan respons lambat antara 4-6 jam sesudah
konstriksi bronkus yang pertama.
Faktor lain
Bahan iritan. Iritan sebagai pencetus asma mencakup bau cat, hair
spray, parfum, udara dan air dingin, juga ozon dan bahan industri kimia yang dapat
menimbulkan hiperreaktivitas bronkus dan inflamasi.
Asap rokok. Asap rokok mengandung beberapa partikel yang dapat dihirup,
seperti hidrokarbon polisiklik, karbonmonoksida, nikotin, nitrogen dioksida, dan
akrolein. Asap rokok atau asap obat nyamuk bakar dapat menyebabkan kerusakan
epitel bersilia, menurunkan klirens mukosiliar, dan menghambat aktivasi fagosit serta
efek bakterisid makrofag, sehingga terjadi hiperreaktivitas bronkus.
Refluks gastroesofagus. Refluks isi lambung ke saluran napas dapat memperberat
asma pada anak dan merupakan salah satu penyebab asma nokturnal.
Obat dan bahan kimia. Aspirin dapat sebagai pencetus serangan asma melalui
proses alergi dan non alergi. Angka kejadiannya pada orang dewasa adalah antara 4-
28%, tetapi jarang pada anak. Obat lain yang perlu diperhatikan sebagai pencetus
serangan asma adalah obat antiiflamasi seperti indometasin, ibuprofen, fenilbutason,
asam mefenamat, dan b-bloker. Bagi penderita yang alergi terhadap aspirin,
mempunyai kemungkinan besar juga alergi terhadap bahan-bahan kimia seperti
tartrazin (pewarna kuning untuk kapsul obat) dan sodium benzoat sebagai pengawet
makanan atau minuman.
Hormon. Asma dapat timbul atau diperberat oleh menstruasi, segera sebelum atau
setelah menstruasi. Pemakaian pil KB, terkadang dapat memperberat asma.
Komplikasi
- Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal nafas
- Chronic Persistent Bronchitis
- Bronchiolitis
- Pneumonia
- Emphysema
Manifestasi Klinis
- Wheezing
- Dyspnea dengan lama ekspirasi; penggunaan otot-otot asesoris pernafasan, cuping
hidung, retraksi dada, dan stridor
- Batuk kering (tidak produktif) karena sekret kental dan lumen jalan nafas sempit
- Tachpnea, tachycardia, orthopnea
- Gelisah
- Berbicara sulit atau pendek karena sesak nafas
- Diaphorosis
- Fatigue
- Tidak toleran terhadap aktivitas, makan, bermain, berjalan, bahkan berbicara
- Kecemasan, labil dan perubahan tingkat kesadaran
- Meningkatnya ukuran diametr anteroposterior (barrel chest)
- Serangan yang tiba tiba atau berangsur angsur
- Auskultasi; terdengar ronkhi dan crackles
Pemeriksaan Diagnostik
- Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik
- Foto rontgen
- Pemeriksaan fungsi paru; menurunnya tidal volume, kapasitas vital, eosinofil
biasanya meningkat dalam darah dan sputum
- Pemeriksaan alergi (radioallergosorbent;RAST)
- Pulse oximetry
- Analisa gas darah
Penatalaksaan Terapeutik
- Serangan akut dengan oksigen nasal atau masker
- Terapi cairan parenteral
- Terapi pengobatan sesuai program;
Beta2 agonist untuk mengurangi bronkospasme: Albuterol ( proventil, ventolin) :
Dengan pemberian oksigen, dosis oral; 0,1 mg/kg setiap 8 jam ; nebulizer ; 0,15
mg/kg per dosis dalam 2 ml normal salin; inhalasi 1 atau 2 isapan setiap 4-6 jam.
Efeknya; tachycardia, palpitasi, pusing kepala, mual, dysrhythmia,, tremor, hypertensi
dan insomnia. Intervensi keperawatan; jelaskan pada orang tua tentang efek samping
dan cara melakukan nebulizer dan fisioterapi dada.
Terbutalin;
Dosis; 2-6 tahun; 0,15 mg/kg tiga hari sekali (tidak lebih dari 5 mg per hari); 6-14
tahun; 2 mg tiga kali sehari( tidak lebih dari 24 mg per hari); 14 tahun dan dewasa; 2-
6 mg/kg dalam tiga kali sehari atau empat kali sehari ( tidak lebih dari 32 mg per
hari); inhalasi; 1 atau 2 hisapan setiap 4-6 jam; nebulizer; 0.5-1,5 mg setiap 4-6 jam.
Efek samping: tachycardia, tremor atau gemetaran, pusing kepala, mual dan
insomnia. Intervensi keperawatan ; monitor efek sampingdan ajarkan pada orang tua
pronsip pemberian pengobatan.
Metaprotenol ( alupen, metaprel )
Dosis ; 0,3-0,5 mg/kg per dosis setiap 6-8 jam; maksimum 20 mg per dosis. Efek
samping; tachycardia, palpitasi, hipertensi, gemetaran, lemah, pusing kepala, mual,
muntah, mulut rasa tidak enak.
Dilatasi bronkus dan bronkioulus, mengurangi bronkospasme, dan meningkatkan
bersihan jalan nafas.
Theophylline ethylenediamine (Aminophylline)
Dosis; pada klien tanpa thophylline, dosis ; 6 mg/kg dan melalui intravena;usia 6-9
bulan;1,0-1,2 mg/kg/jam. Usia 9-12 jam; 0,9-1,0 mg/kg/jam. Usia 12-16 tahun: 0,6-
0,7 mg/kg/jam.
Pemberian dengan melalui cairan intravena jangan lebih dari 25 per menit.
Efek samping, tachycardia, dysrhythmias, palpitasi, iritasi gastrointestinal,
rangsangan sistem saraf pusat; gejalatoxic; seringmuntah, haus, demam ringan,
palpitasi, tinnitis, dan c kejang. Intervensi keperawatan ; atur aliran infussecara ketat,
gunakan alat infus khusu misalya; infus pompa
Asuhan Keperawatan Asthma
A. Pengkajian
Identitas Klien
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Suku bangsa :
Alamat :
No.RM :
Tanggal masuk RS :
Dx. Medis :
Identitas Penanggung Jawab
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
Hubungan dengan klien :
Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Yaitu Penyakit yang sedang diderita klien saat ini, data tentang
penyakit bisa didapatkan dari klien atau orang terdekat klien. Pada
usia bayi dan anak-anak dibawah umur, harus didampingi oleh orang
tua klien dan menanyakan keluhan apa yang sedang dialami klien saat
ini. Contoh :
4. Riwayat kehamilan
5. Riwayat Persalinan
7. Riwayat Imunisasi
Pola Peengkajian
2. Pola Metabolik-Nutrisi
Pola makan 3 hari terakhir atau 24 jam terakhir, porsi yang dihabiskan, nafsu
makan
Faktor pencernaan : nafsu makan, ketidaknyamanan, rasa dan bau, gigi, mukosa
mulut, mual atau muntah, pembatasan makanan, alergi makanan
3. Pola Eliminasi
Kebiasaan pola buang air kecil : frekuensi, jumlah (cc), warna, bau, nyeri,
mokturia, kemampuan mengontrol BAK, adanya perubahan lain
Kebiasaan pola buang air besar : frekuensi, jumlah (cc), warna, bau, nyeri,
mokturia, kemampuan mengontrol BAB, adanya perubahan lain
Pentingnya keluarga
Identitas personal : penjelasan tentang diri sendiri, kekuatan dan kelemahan yang
dimiliki
Keadaan fisik, segala sesuatu yang berkaiyan dengan tubuh (yg disukai dan
tidak)
Data pemeriksaan fisik yang berkaitan (mengurung diri, murung, gidak mau
berinteraksi)
6. Pola Reproduksi-Seksualitas
8. Pola Persepsi-Kognitif
Aktivitas menyenangkan
Kolaborasi :
1.Berikan oksigen tambahan, Berikan
humidifikasi tambahan misalnya : nebulizer
Rasional : memaksimalkan bernafas dan
menurunkan kerja nafas, memberikan
kelembaban pada membran mukosa dan
membantu pengenceran sekret.
asthma
d) 4. Identifikasi tanda atau gejala yang
3.Klien mengerti memerlukan pelaporan pemberi perawatan
tentang kesehatan.
komplikasi Rasional : upaya evaluasi dan intervensi tepat
waktu dapat mencegah meminimalkan
asthma
komplikasi.
B. Etiologi
Tuberculosis anak merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh mycobacterium
tuberculosis. Kuman ini menyebar dari satu orang ke orang lain melalui percikan
dahak yang dibatukan (Ngastiyah 2005).
Pada waktu penderita batuk, butir-butir air ludah beterbangan di udara yang
mengandung basil TBC dan terhisap oleh orang yang sehat dan masuk ke dalam paru
yang kemudian menyebabkan penyakit tuberkulosis paru.
C. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
- Identitas klien
- Riwayat keperawatan :
Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat kehamilan dan kesehatan
Riwayat masa lalu
Riwayat kesehatan keluarga
2. Analisis data
Data Etiologi Masalah
Ds : - Ketidakefektifan bersihan Mukus yang berlebih
Do : jalan nafas
- klien terlihat
sesak nafas
- klien terlihat
batuk yang hilang
dan timbul
Ds : - Hypertermi Proses penyakit
Do : suhu tubuh klien
meningkat
Ds : - Ketidakseimbangan nutrisi Kurangnya asupan
Do : : kurang dari kebutuhan makan
- Klien tidak nafsu tubuh
makan
- Berat badan klien
menurun
- Klien tampak kurus
Ds : - Resiko tinggi penyebaran Pertahanan tubuh tidak
Do : klien tampak lemas, infeksi adekuat
lesu.
Ds : - Gangguan kecemasan Kurangnya pengetahuan
Do : orang tua klien tentang kondisi anaknya
terlihat cemas dan sering
bertanya mengenai
penyakit yang diderita
oleh anaknya.
3. Diagnosa keperawatan
4. Intervensi
No. Tujuan & kriteria hasil Intervensi
diagno
sa
1.
Tujuan: setelah a. Kaji fungsi pernapasan: bunyi napas,
dilakukan tindakan kecepatan, kedalaman dan
keperawatan jalan penggunaan otot aksesori.
nafas kembali efektif R: untuk mengetahui tingkat sakit dan
dalam waktu 3x24 tindakan apa yang harus dilakukan
jam. Dengan kriteria
hasil: b. Catat kemampuan untuk
mengeluarkan secret atau batuk
Sekret berkurang efektif, catat karakter, jumlah sputum,
sampai dengan hilang, adanya hemoptisis.
pernafasan dalam R: untuk mengetahui perkembangan
batas normal 40- kesehatan pasien
60x/menit
c. Berikan pasien posisi semi atau
(NOC 599)
fowler,
R: semi fowler memudahkan pasien
untuk bernafas
(NIC 500)
2.
Tujuan: setelah a. Mengidentifikasi orang-orang yang
dilakukan tindakan beresiko untuk terjadinya infeksi seperti
keperawatan pasien anggota keluarga, teman, orang dalam
tidak demam dalam satu perkumpulan. Memberitahukan
waktu 3x24 jam. kepada mereka untuk mempersiapkan diri
untuk mendapatkan terapi pencegahan.
Dengan kriteria hasil : R : Pengetahuan dan terapi dapat
meminimalkan kerentanan terjadinya
1. tidak terjadi
penyebaran
penyebaran
infeksi
b. Monitor temperature
2. suhu tubuh
R : untuk mengetahui adanya indikasi
kisaran normal
terjadinya infeksi. Febris merupakan
(NOC 611) indikasi terjadinya infeksi.
c. Anjurkan penapasan dalam dan batuk
R : Agar sekret tidak brtumpuk pada
paru-paru dan terhindar dari infeksi
tambahan
3. Tujuan :
Setelah dilakukan a. Mengukur dan mencatat BB pasein
tindakan keperawatan R : BB menggambarkan status gizi
pasien diharapkan pasien
dapat memenuhi
kebutuhan nutrisi b. Menyajikan makanan dalam porsi
dalam waktu 3x24 jam kecil tapi sering
Dengan kriteria hasl : R : Sebagai masukan makanan sedikit-
1. Klien nafsu sedikit dan mencegah muntah
makan
2. Berat badan c. Menyajikan makanan yang dapat
klien menimbulkan selera makan
meningkat R : Sebagai alternatif meningkatkan
nafsu makan pasien
(NOC hal 644)
d. Memberikan makanan tinggi TKTP
(tinggi kalori tinggi protein)
R : Protein mempengaruhi tekanan
osmotik pembuluh darah
(NIC 558)
4.
Tujuan: Menyatakan a. Kaji kemampuan belajar pasien
pemahaman proses misalnya: tingkat kecemasan,
penyakit/prognosis perhatian, kelelahan, tingkat
dan kebutuhan partisipasi, lingkungan belajar, tingkat
pengobatan. pengetahuan, media, orang dipercaya.
R: untuk mengetahui kondisi pasien
Melakukan perubahan dan tindakan apa yang akan diberikan
prilaku dan pola hidup
untuk memperbaiki
kesehatan umur dan b. Tekankan pentingnya asupan diet
menurunkan resiko Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP)
pengaktifan ulang dan intake cairan yang adekuat.
tuberkulosis paru. R: agar pemenuhan nutrisi terpenuhi
sehingga penyembuhan bisa lebih
Mengidentifikasi cepat
gejala yang
memerlukan c. Berikan Informasi yang spesifik dalam
evaluasi/intervensi. bentuk tulisan misalnya: jadwal
minum obat.
Menerima perawatan
R: agar keluarga pasien tidak
kesehatan adekuat.
memberikan obat dan waktu yang
Kriteria hasil : keliru
Infeksi yang terjadi
dapat di perlambat d. jelaskan penatalaksanaan obat: dosis,
atau di hiangkan frekuensi, tindakan dan perlunya
terapi dalam jangka waktu lama.
Ulangi penyuluhan tentang interaksi
obat Tuberkulosis dengan obat lain.
R: agar keluarga pasien tidak
memberikan obat dan waktu yang
keliru
5. Tujuan: Setelah
dilakukan tindakan 1. kaji tingkat pengetahuan keluarga
keperawatan
R: untuk mengetahui tingkat pengetahuan
pengetahuan ibu dan
keluarga pasien sampai mana
keluarga pasien
bertambah dalam 2. berikan pendidikan kesehatan berkaitan
waktu 1x24 jam dengan penyakit pasien
dengan kriteria hasil
ibu dan keluarga R: agar keluarga pasien mengetahui dan
pasien paham tentang tidak cemas
penyakit anaknya dan
cemas teratasi 3. jelaskan setiap tindakan keperawatan yang
akan dilakukan
R: untuk mengurangi kecemasan keluraga
pasien
3. implementasi
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri dan
kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan dimonitor kemajuan
kesehatan klien.
4. EVALUASI KEPERAWATAN
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data subyektif
dan obyektif yang akan menunjukkan apakah tujuan pelayanan keperawatan sudah
dicapai atau belum. Bila perlu langkah evaluasi ini merupakan langkah awal dari
identifikasi dan analisa masalah selanjutnya
Daftar pustaka
Suriyadi & Rita Yuliani. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 2.
Buku Diagnosa keperawatan definisi dan klasifikasi 2015-1017 edisi 10
Buku Nursing Outcomes Clasification (NOC) edisi ke lima
Buku Nursing Intrventions Clasification (NIC) edisi ke enam