Anda di halaman 1dari 12

Sebelum membahas teori perdagangan internasional, terlebih dahulu perlu kamu ketahui manfaat

mempelajari teori perdagangan internasional. Manfaat mempelajari teori perdagangan internasional, di


antaranya sebagai berikut.
1. Membantu menjelaskan arah dan komposisi perdagangan antarnegara, serta efeknya terhadap
struktur perekonomian suatu negara.
2. Dapat menunjukkan adanya keuntungan yang timbul dari adanya perdagangan internasional (gains
from trade).
3. Dapat mengatasi permasalahan neraca pembayaran yang defisit.

Adapun teori-teori perdagangan internasional dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Pandangan Kaum Merkantilisme

Merkantilisme merupakan suatu kelompok yang mencerminkan cita-cita dan ideologi kapitalisme
komersial, serta pandangan tentang politik kemakmuran suatu negara yang ditujukan untuk
memperkuat posisi dan kemakmuran negara melebihi kemakmuran perseorangan. Teori Perdagangan
Internasional dari Kaum Merkantilisme berkembang pesat sekitar abad ke-16 berdasar pemikiran
mengembangkan ekonomi nasional dan pembangunan ekonomi, dengan mengusahakan jumlah ekspor
harus melebihi jumlah impor.

Dalam sektor perdagangan luar negeri, kebijakan merkantilis berpusat pada dua ide pokok, yaitu:

a. pemupukan logam mulia, tujuannya adalah pembentukan negara nasional yang kuat dan pemupukan
kemakmuran nasonal untuk mempertahankan dan mengembangkan kekuatan negara tersebut;

b. setiap politik perdagangan ditujukan untuk menunjang kelebihan ekspor di atas impor (neraca
perdagangan yang aktif). Untuk memperoleh neraca perdagangan yang aktif, maka ekspor harus
didorong dan impor harus dibatasi. Hal ini dikarenakan tujuan utama perdagangan luar negeri adalah
memperoleh tambahan logam mulia.

Dengan demikian dalam perdagangan internasional atau perdagangan luar negeri, titik berat politik
merkantilisme ditujukan untuk memperbesar ekspor di atas impor, serta kelebihan ekspor dapat dibayar
dengan logam mulia. Kebijakan merkantilis lainnya adalah kebijakan dalam usaha untuk monopoli
perdagangan dan yang terkait lainnya, dalam usahanya untuk memperoleh daerah-daerah jajahan guna
memasarkan hasil industri. Pelopor Teori Merkantilisme antara lain Sir Josiah Child, Thomas Mun, Jean
Bodin, Von Hornich dan Jean Baptiste Colbert.

2. Teori Keunggulan Mutlak (Absolut Advantage) oleh Adam Smith

Dalam teori keunggulan mutlak, Adam Smith mengemukakan ide-ide sebagai berikut.

a. Adanya Division of Labour (Pembagian Kerja Internasional)


dalam Menghasilkan Sejenis Barang Dengan adanya pembagian kerja, suatu negara dapat memproduksi
barang dengan biaya yang lebih murah dibanding negara lain, sehingga dalam mengadakan
perdagangan negara tersebut memperoleh keunggulanmutlak.

b. Spesialisasi Internasional dan Efisiensi Produksi


Dengan spesialisasi, suatu negara akan mengkhususkan pada produksi barang yang memiliki
keuntungan. Suatu Negara akan mengimpor barang-barang yang bila diproduksi sendiri (dalam negeri)
tidak efisien atau kurang menguntungkan, sehingga keunggulan mutlak diperoleh bila suatu Negara
mengadakan spesialisasi dalam memproduksi barang.

Keuntungan mutlak diartikan sebagai keuntungan yang dinyatakan dengan banyaknya jam/hari kerja
yang dibutuhkan untuk membuat barang-barang produksi. Suatu negara akan mengekspor barang
tertentu karena dapat menghasilkan barang tersebut dengan biaya yang secara mutlak lebih murah
daripada negara lain. Dengan kata lain, negara tersebut memiliki keuntungan mutlak dalam produksi
barang.

Jadi, keuntungan mutlak terjadi bila suatu negara lebih unggul terhadap satu macam produk yang
dihasilkan, dengan biaya produksi yang lebih murah jika dibandingkan dengan biaya produksi di negara
lain.

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui, bahwa Indonesia lebih unggul untuk memproduksi rempah-
rempah dan Jepang lebih unggul untuk produksi elektronik, sehingga negara Indonesia sebaiknya
berspesialisasi untuk produk rempah-rempah dan negara Jepang berspesialisasi untuk produk
elektronik. Dengan demikian, seandainya kedua negara tersebut mengadakan perdagangan atau ekspor
dan impor, maka keduanya akan memperoleh keuntungan.

Besarnya keuntungan dapat dihitung sebagai berikut.

a. Untuk negara Indonesia, Dasar Tukar Dalam Negeri (DTD) 1 kg rempah-rempah akan mendapatkan 1
unit elektronik, sedangkan Jepang 1 kg rempah-rempah akan mendapatkan 4 unit elektronik. Dengan
demikian, jika Indonesia menukarkan rempah-rempahnya dengan elektronik Jepang akan memperoleh
keuntungan sebesar 3 unit elektronik, yang diperoleh dari (4 elektronik – 1 elektronik).
b. Untuk negara Jepang Dasar Tukar Dalam Negerinya (DTD) 1 unit elektronik akan mendapatkan 0,25
rempah-rempah, sedangkan di Indonesia 1 unit elektronik akan mendapatkan 1 kg rempah-rempah.
Dengan demikian, jika negara Jepang mengadakan perdagangan atau menukarkan elektroniknya
dengan Indonesia akan memperoleh keuntungan sebesar 0,75 kg rempah-rempah, yang diperoleh dari (
1 kg rempahrempah – 0,25 elektronik).

3. Teori Keunggulan Komparatif (Comparative Advantage) oleh David Ricardo

David Ricardo menyampaikan bahwa teori keunggulan mutlak yang dikemukakan oleh Adam Smith
memiliki kelemahan, di antaranya sebagai berikut.

a. Bagaimana bila suatu negara lebih produktif dalam memproduksi dua jenis barang dibanding dengan
Negara lain?

Sebagai gambaran awal, di satu pihak suatu negara memiliki faktor produksi tenaga kerja dan alam
yang lebih menguntungkan dibanding dengan negara lain, sehingga negara tersebut lebih unggul dan
lebih produktif dalam menghasilkan barang daripada negara lain. Sebaliknya, di lain pihak negara lain
tertinggal dalam memproduksi barang. Dari uraian di atas dapat disimpilkan, bahwa jika kondisi suatu
negara lebih produktif atas dua jenis barang, maka negara tersebut tidak dapat mengadakan hubungan
pertukaran atau perdagangan.

b. Apakah negara tersebut juga dapat mengadakan perdagangan internasional?

Pada konsep keunggulan komparatif (perbedaan biaya yang dapat dibandingkan) yang digunakan
sebagai dasar dalam perdagangan internasional adalah banyaknya tenaga kerja yang digunakan untuk
memproduksi suatu barang. Jadi, motif melakukan perdagangan bukan sekadar mutlak lebih produktif
(lebih menguntungkan) dalam menghasilkan sejenis barang, tetapi menurut David Ricardo sekalipun
suatu negara itu tertinggal dalam segala rupa, ia tetap dapat ikut serta dalam perdagangan
internasional, asalkan Negara tersebut menghasilkan barang dengan biaya yang lebih murah (tenaga
kerja) dibanding dengan lainnya.

Jadi, keuntungan komparatif terjadi bila suatu negara lebih unggul terhadap kedua macam produk yang
dihasilkan, dengan biaya tenaga kerja yang lebih murah jika diban-dingkan dengan biaya tenaga kerja
di negara lain.

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui, bahwa negara Jepang unggul terhadap kedua jenis produk,
baik elektronik maupun rempah-rempah, akan tetapi keunggulan tertingginya pada produksi elektronik.
Sebaliknya, negara Indonesia lemah terhadap kedua jenis produk, baik rempah-rempah maupun
elektronik, akan tetapi kelemahan terkecilnya pada produksi rempah-rempah.

Jadi, sebaiknya negara Jepang berspesialisasi pada produk elektronik dan negara Indonesia
berspesialisasi pada produk rempah-rempah. Seandainya kedua negara tersebut mengadakan
perdagangan, maka keduanya akan mendapatkan keuntungan.

Besarnya keuntungan dapat dihitung sebagai berikut.

a. Di Jepang 1 unit elektronik = 0,625 kg rempah-rempah, sedangkan di Indonesia 1 unit elektronik = 1


kg rempahrempah. Jika negara Jepang menukarkan elektronik dengan rempah-rempah di Indonesia,
maka akan mendapatkan keuntungan sebesar 0,375, yang diperoleh dari (1 rempahrempah – 0,625
rempah-rempah).

b. Di Indonesia 1 kg rempah-rempah = 1 unit elektronik, sedang di Jepang 1 kg rempah-rempah = 1,6


unit elektronik. Jika negara Indonesia menukarkan rempah-rempahnya dengan elektronik, maka Jepang
akan mendapatkan keuntungan sebesar 0,6, yang diperoleh dari (1,6 elektronik – 1 elektronik).

Teori yang dikemukakan oleh Kaum Klasik dalam teori perdagangan internasional, berdasarkan atas
asumsi berikut ini.
a. Memperdagangkan dua barang dan yang berdagang dua negara.
b. Tidak ada perubahan teknologi.
c. Teori nilai atas dasar tenaga kerja.
d. Ongkos produksi dianggap konstan.
e. Ongkos transportasi diabaikan (= nol).
f. Kebebasan bergerak faktor produksi di dalam negeri, tetapi tidak dapat berpindah melalui batas
negara.
g. Persaingan sempurna di pasar barang maupun pasar factor produksi.
h. Distribusi pendapatan tidak berubah.
i. Perdagangan dilaksanakan atas dasar barter.

4. Teori Permintaan Timbal Balik (Reciprocal Demand) oleh John Stuart Mill

Teori yang dikemukakan oleh J.S. Mill sebenarnya melanjutkan Teori Keunggulan Komparatif dari David
Ricardo, yaitu mencari titik keseimbangan pertukaran antara dua barang oleh dua negara dengan
perbandingan pertukarannya atau dengan menentukan Dasar Tukar Dalam Negeri (DTD). Maksud Teori
Timbal Balik adalah menyeimbangkan antara permintaan dengan penawarannya, karena baik
permintaan dan penawaran menentukan besarnya barang yang diekspor dan barang yang diimpor.

Jadi, menurut J.S. Mill selama terdapat perbedaan dalam rasio produksi konsumsi antara kedua negara,
maka manfaat dari perdagangan selalu dapat dilaksanakan di kedua negara tersebut. Dan suatu negara
akan memperoleh manfaat apabila jumlah jam kerja yang dibutuhkan untuk membuat seluruh
barangbarang ekspornya lebih kecil daripada jumlah jam kerja yang dibutuhkan seandainya seluruh
barang impor diproduksi sendir

http://www.ssbelajar.net/2012/03/teori-perdagangan-internasional.html

Teori Perdagangan Internasional[sunting | sunting sumber]


Menurut Amir M.S., bila dibandingkan dengan pelaksanaan perdagangan di dalam negeri,
perdagangan internasionalsangatlah rumit dan kompleks. Kerumitan tersebut antara lain
disebabkan karena adanya batas-batas politik dan kenegaraan yang dapat menghambat
perdagangan, misalnya dengan adanya bea, tarif, atau quota barang impor.

Selain itu, kesulitan lainnya timbul karena adanya perbedaan budaya, bahasa, mata uang,
taksiran dan timbangan, danhukum dalam perdagangan.

Model Adam Smith[sunting | sunting sumber]


Model Adam Smith ini memfokuskan pada keuntungan mutlak yang menyatakan bahwa suatu
negara akan memperoleh keuntungan mutlak dikarenakan negara tersebut mampu
memproduksi barang dengan biaya yang lebih rendah dibandingkan negara lain. Menurut teori
ini jika harga barang dengan jenis sama tidak memiliki perbedaan di berbagai negara maka tidak
ada alasan untuk melakukan perdagangan internasional.

Model Ricardian[sunting | sunting sumber]


Model Ricardian memfokuskan pada kelebihan komparatif dan mungkin merupakan konsep
paling penting dalam teori pedagangan internasional. Dalam Sebuah model Ricardian, negara
mengkhususkan dalam memproduksi apa yang mereka paling baik produksi. Tidak seperti model
lainnya, rangka kerja model ini memprediksi di mana negara-negara akan menjadi spesialis
secara penuh dibandingkan memproduksi bermacam barang komoditas. Juga, model Ricardian
tidak secara langsung memasukan faktor pendukung, seperti jumlah relatif dari buruh dan modal
dalam negara.

Model Heckscher-Ohlin[sunting | sunting sumber]


Model Heckscgher-Ohlin dibuat sebagai alternatif dari model Ricardian dan dasar kelebihan
komparatif. Mengesampingkan kompleksitasnya yang jauh lebih rumit model ini tidak
membuktikan prediksi yang lebih akurat. Bagaimanapun, dari sebuah titik pandangan teoritis
model tersebut tidak memberikan solusi yang elegan dengan memakai mekanisme harga
neoklasikal kedalam teori perdagangan internasional.

Teori ini berpendapat bahwa pola dari perdagangan internasional ditentukan oleh perbedaan
dalam faktor pendukung. Model ini memperkirakan kalau negara-negara akan
mengekspor barang yang membuat penggunaan intensif dari faktor pemenuh kebutuhan dan
akan mengimpor barang yang akan menggunakan faktor lokal yang langka secara intensif.
Masalah empiris dengan model H-o, dikenal sebagai Pradoks Leotief, yang dibuka dalam uji
empiris oleh Wassily Leontiefyang menemukan bahwa Amerika Serikat lebih cenderung untuk
mengekspor barang padat karya dibanding barang padat modal dan sebagainya.

Faktor Spesifik[sunting | sunting sumber]


Dalam model ini, mobilitas buruh antara industri satu dan yang lain sangatlah mungkin ketika
modal tidak bergerak antar industri pada satu masa pendek. Faktor spesifik merujuk ke
pemberian yaitu dalam faktor spesifik jangka pendek dari produksi, seperti modal fisik, tidak
secara mudah dipindahkan antar industri. Teori mensugestikan jika ada peningkatan dalam
harga sebuah barang, pemilik dari faktor produksi spesifik ke barang tersebut akan untuk
pada term sebenarnya. Sebagai tambahan, pemilik dari faktor produksi spesifik berlawanan
(seperti buruh dan modal) cenderung memiliki agenda bertolak belakang ketika melobi untuk
pengendalian atas imigrasi buruh. Hubungan sebaliknya, kedua pemilik keuntungan bagi
pemodal dan buruh dalam kenyataan membentuk sebuah peningkatan dalam pemenuhan
modal. Model ini ideal untuk industri tertentu. Model ini cocok untuk memahami distribusi
pendapatan tetapi tidak untuk menentukan pola pedagangan.

Model Gravitasi[sunting | sunting sumber]


Model gravitasi perdagangan menyajikan sebuah analisis yang lebih empiris dari pola
perdagangan dibanding model yang lebih teoritis diatas. Model gravitasi, pada bentuk dasarnya,
menerka perdagangan berdasarkan jarak antar negara dan interaksi antar negara dalam ukuran
ekonominya. Model ini meniru hukum gravitasi Newton yang juga memperhitungkan jarak dan
ukuran fisik di antara dua benda. Model ini telah terbukti menjadi kuat secara empiris oleh
analisis ekonometri. Faktor lain seperti tingkat pendapatan, hubungan diplomatik, dan kebijakan
perdagangan juga dimasukkan dalam versi lebih besar dari model ini.
https://id.wikipedia.org/wiki/Perdagangan_internasional

Dalam kegiatan berdagang lintas negara yang selama ini dilakukan oleh banyak orang tidaklah terlepas dari
tokoh-tokoh yang mencetuskan adanya perdagangan internasional.

Teori perdagangan internasional dapat digolongkan ke dalam dua kelompok, yakni teori klasik dan teori
modern. Teori klasik yang banyak dikenal adalah teori keunggulan absolut dari Adam Smith, dan teori
keunggulan relative atau keunggulan komparatif dari J.S. Mill dan David Ricardo. Teori modern diwakili oleh
teori faktor proporsi dari Hecksher dan Ohlin. Berikut ini adalah paparan dari teori-teori tersebut.

Teori Klasik Perdagangan Internasional

a. Teori Keunggulan Absolut


Teori keunggulan absolut dari Adam Smith sering disebut sebagai teori murni perdagangan internasional.
Mengapa? Simak ilustrasi berikut! Pikirkanlah ketika seorang petani akan mengerjakan sawahnya. Apakah ia
harus membuat bajak terlebih dahulu? Berapa lama ia harus membuat bajak? Bukankah ia harus memiliki
peralatan untuk membuat bajak? Membajak sawah menjadi masalah rumit bagi petani jika ia harus melakukan
segalanya sendiri. Oleh karena itu, petani membutuhkan orang lain yang menjual bajak. Jadi, dikarenakan
keterbatasannya, seorang petani hanya mampu memproduksi satu atau beberapa macam kebutuhannya sendiri,
sedangkan untuk kebutuhan yang lain mereka membelinya dari orang lain. Demikian halnya dengan negara.

Adam Smith mengemukakan bahwa suatu negara akan melakukan spesialisasi produksi terhadap suatu jenis
barang tertentu yang memiliki keunggulan absolut (absolute advantage) dan tidak memproduksi atau melakukan
impor jenis barang lain yang tidak mempunyai keunggulan absolut (absolute disadvantage) terhadap negara lain
yang memproduksi barang sejenis.

Keunggulan absolut dapat terjadi karena perbedaan keadaan, seperti letak geografis, iklim, kekayaan sumber
daya alam, kualitas tenaga kerja, tingkat penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), jumlah
penduduk, modal, dan lain-lain.

Untuk mengetahui lebih jelas mengenai teori Adam Smith, perhatikan tabel berikut ini!
Belanda dan Indonesia memproduksi dua macam barang, yaitu kain dan tv dengan tenaga kerja merupakan satu-
satunya input untuk memproduksi kedua jenis barang tersebut. Indonesia mampu memproduksi maksimum 90
yard kain per satu orang pekerja dalam setahun kalau semua pekerja yang ada di dalam negeri dipekerjakan di
industri tekstil. Dan mampu memproduksi maksimum 60 unit tv per satu orang pekerja dalam setahun bila
semua tenaga kerja digunakan untuk memproduksi tv. Rasio ini menunjukkan bahwa Indonesia lebih baik dalam
memproduksi kain daripada tv.

Belanda hanya mampu memproduksi sebanyak 50 yard kain dan 100 unit tv per satu orang pekerja dalam
setahun. Rasio ini menunjukkan bahwa Belanda lebih baik dalam memproduksi tv daripada kain. Harga jual tv
di Indonesia lebih tinggi karena diproduksi lebih lama sehingga memerlukan biaya produksi yang lebih tinggi
daripada kain.

Sedangkan di Belanda, kain lebih mahal daripada tv karena biaya produksi kain lebih besar daripada tv.
Perbedaan harga ini merupakan kondisi utama untuk terjadinya perdagangan internasional. Bila harga dari jenis
barang yang sama tidak berbeda antarnegara maka tidak ada alasan untuk melakukan perdagangan internasional
karena masingmasing negara tidak akan menikmati manfaat dari perdagangan internasional.
Perbedaan rasio harga (biaya produksi) tersebut menunjukkan bahwa Indonesia memiliki keunggulan absolut
atas Belanda dalam memproduksi kain atau Indonesia dapat memproduksi kain dengan lebih efisien daripada
Belanda, sedangkan Belanda memiliki keunggulan absolut atas Indonesia dalam memproduksi tv, atau Belanda
dapat memproduksi tv lebih efisien dibandingkan Indonesia.

b. Teori Keunggulan Komparatif


Pada teori keunggulan absolut terdapat permasalahan bila antara dua negara hanya satu negara saja yang
mempunyai keunggulan absolute atas semua barang. Maka, perdagangan tidak akan terjadi karena bila
dilakukan hanya akan menguntungkan salah satu negara saja. Munculnya teori keunggulan komparatif dari J.S.
Mill dan David Ricardo menyempurnakan teori keunggulan absolut. Bagaimanakah pemikiran mereka? Ikuti
penjelasan berikut ini!

J.S. Mill beranggapan bahwa suatu negara akan mengkhususkan diri pada ekspor barang tertentu bila negara
tersebut memiliki keunggulan komparatif (keunggulan relatif) terbesar, dan akan mengkhususkan melakukan
impor barang, bila negara tersebut memiliki kerugian komparatif (kerugian relatif). Atau dengan kata lain, suatu
negara akan melakukan ekspor barang, bila barang itu dapat diproduksi dengan biaya lebih rendah, dan akan
melakukan impor barang, bila barang itu diproduksi sendiri akan memerlukan biaya produksi yang lebih besar.

David Ricardo mempunyai pemikiran yang senada, yaitu perdagangan internasional antara dua negara akan
terjadi bila masing-masing memiliki biaya relatif yang terkecil untuk jenis barang yang berbeda.
Sebagai contoh perhatikan ilustrasi sebagai berikut! Berdasarkan efisiensi tenaga kerja, di Indonesia untuk
memproduksi 1 kemeja seorang pekerja hanya membutuhkan 1 hari kerja, dan untuk memproduksi 1 pasang
sepatu diperlukan waktu 2 hari kerja. Di Filipina, untuk memproduksi 1 kemeja dan 1 pasang sepatu diperlukan
masingmasing 4 dan 3 hari kerja. Lihat tabel berikut ini!

Tabel di atas menunjukkan bahwa bila menurut teori keunggulan absolut dari Adam Smith, maka perdagangan
internasional antara Indonesia dan Filipina tidak akan terjadi karena Indonesia memiliki keunggulan absolut atas
Filipina untuk kemeja dan sepatu. Ini berarti hanya Indonesia yang bisa mengekspor. Jika perdagangan
internasional tetap dilaksanakan maka hanya Indonesia yang akan memperoleh manfaat dari perdagangan
internasional (gains from trade).

David Ricardo berpendapat bahwa perdagangan internasional antara kedua negara tetap dapat dilakukan dengan
memperhitungkan tingkat efisiensi tenaga kerja relatif. Perhatikan tabel berikut!

Berdasarkan tabel di atas, tingkat efisiensi tenaga kerja di Indonesia lebih tinggi dibandingkan Filipina dalam
produksi kemeja daripada produksi sepatu. Ini berarti Indonesia memiliki keunggulan komparatif dalam
produksi kemeja, sedangkan tenaga kerja Filipina lebih efisien dibandingkan tenaga kerja Indonesia dalam
memproduksi sepatu. Ini berarti, Filipina memiliki keunggulan komparatif dalam produksi sepatu.
Berdasarkan perbandingan tersebut bila dilakukan perdagangan internasional maka Indonesia akan
mengkhususkan pada ekspor kemeja dan Filipina ekspor sepatu.

Jadi, berdasarkan hasil perhitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa walaupun Indonesia memiliki keunggulan
absolut dibandingkan Filipina untuk kemeja dan sepatu, perdagangan internasional tetap bisa dilakukan dan
saling menguntungkan keduanya, yaitu melalui pengkhususan di masing-masing negara jika ada perbedaan
dalam tingkat efisiensi atau produktivitas tenaga kerja.

Anda telah mempelajari teori perdagangan internasional, yang meliputi teori klasik dan teori modern. Pada
materi berikutnya Anda akan mempelajari peranan perdagangan internasional.

http://ekonomisku.blogspot.co.id/2015/01/teori-perdagangan-internasional.html

Meskipun perdagangan internasional telah terjadi selama ribuan tahun (lihat Jalur
Sutra, Amber Road), dampaknya terhadap kepentingan ekonomi, sosial, dan politik baru
dirasakan beberapa abad belakangan. Perdagangan internasional pun turut mendorong
Industrialisasi, kemajuan transportasi, globalisasi, dan kehadiran perusahaan multinasional.
I. TEORI KLASIK
• Absolute Advantage dari Adam Smith
Teori Absolute Advantage lebih mendasarkan pada besaran/variabel riil bukan
moneter sehingga sering dikenal dengan nama teori murni (pure theory) perdagangan
internasional. Murni dalam arti bahwa teori ini memusatkan perhatiannya pada variabel riil
seperti misalnya nilai suatu barang diukur dengan banyaknya tenaga kerja yang dipergunakan
untuk menghasilkan barang. Makin banyak tenaga kerja yang digunakan akan makin tinggi
nilai barang tersebut (Labor Theory of value )
Kelebihan dari teori Absolute advantage yaitu terjadinya perdagangan bebas antara
dua negara yang saling memiliki keunggulan absolut yang berbeda, dimana terjadi interaksi
ekspor dan impor hal ini meningkatkan kemakmuran negara. Kelemahannya yaitu apabila
hanya satu negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak
akan terjadi karena tidak ada keuntungan.
• Comparative Advantage : JS Mill
Teori ini menyatakan bahwa suatu Negara akan menghasilkan dan kemudian
mengekspor suatu barang yang memiliki comparative advantage terbesar dan mengimpor
barang yang dimiliki comparative diadvantage(suatu barang yang dapat dihasilkan dengan
lebih murah dan mengimpor barang yang kalau dihasilkan sendiri memakan ongkos yang
besar )
Kelebihan untuk teori comparative advantage ini adalah dapat menerangkan berapa
nilai tukar dan berapa keuntungan karena pertukaran dimana kedua hal ini tidak dapat
diterangkan oleh teori absolute advantage.
II. COMPARATIVE COST DARI DAVID RICARDO
1. Cost Comparative Advantage ( Labor efficiency )
Menurut teori cost comparative advantage (labor efficiency), suatu Negara akan
memperoleh manfaat dari perdagangan internasional jika melakukan spesialisasi produksi
dan mengekspor barang dimana Negara tersebut dapat berproduksi relative lebih efisien serta
mengimpor barang di mana negara tersebut berproduksi relative kurang/tidak efisien.
Berdasarkan contoh hipotesis dibawah ini maka dapat dikatakan bahwa teori comparative
advantage dari David Ricardo adalah cost comparative advantage.
2. Production Comperative Advantage ( Labor produktifiti)
Suatu Negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional jika
melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang dimana negara tersebut dapat
berproduksi relatif lebih produktif serta mengimpor barang dimana negara tersebut
berproduksi relatif kurang / tidak produktif
Walaupun Indonesia memiliki keunggulan absolut dibandingkan cina untuk kedua
produk, sebetulnya perdagangan internasional akan tetap dapat terjadi dan menguntungkan
keduanya melalui spesialisasi di masing-masing negara yang memiliki labor productivity.
kelemahan teori klasik Comparative Advantage tidak dapat menjelaskan mengapa terdapat
perbedaan fungsi produksi antara 2 negara. Sedangkan kelebihannya adalah perdagangan
internasional antara dua negara tetap dapat terjadi walaupun hanya 1 negara yang memiliki
keunggulan absolut asalkan masing-masing dari negara tersebut memiliki perbedaan dalam
cost Comparative Advantage atau production Comparative Advantage.
Paham klasik dapat menerangkan comparative advantage yang diperoleh dari perdagangan
luar negeri timbul sebagai akibat dari perbedaan harga relatif ataupun tenaga kerja dari
barang-barang tersebut yang diperdagangkan.
III. TEORI MODERN
Teori Heckscher-Ohlin (H-O) menjelaskan beberapa pola perdagangan dengan baik,
negara-negara cenderung untuk mengekspor barang-barang yang menggunakan faktor
produksi yang relatif melimpah secara intensif
Menurut Heckscher-Ohlin, suatu negara akan melakukan perdagangan dengan negara lain
disebabkan negara tersebut memiliki keunggulan komparatif yaitu keunggulan dalam
teknologi dan keunggulan faktor produksi. Basis dari keunggulan komparatif adalah:
1. Faktor endowment, yaitu kepemilikan faktor-faktor produksi didalam suatu negara.
2. Faktor intensity, yaitu teksnologi yang digunakan didalam proses produksi, apakah labor
intensity atau capital intensity.

Permintaan dan penawaran pada faktor produksi akan menentukan harga factor produksi
tersebut dan dengan pengaruh teknologi akan menentukan harga suatu produk. Pada akhirnya
semua itu akan bermuara kepada penentuan comparative advantage dan pola perdagangan
(trade pattern) suatu negara. Kualitas sumber daya manusia dan teknologi adalah dua faktor
yang senantiasa diperlukan untuk dapat bersaing di pasar internasional. Teori perdagangan
yang baik untuk diterapkan adalah teori modern yaitu teori Offer Curve.
http://gusasta.blogspot.co.id/2014/05/teori-teori-perdagangan-internasional.html

Anda mungkin juga menyukai