Anda di halaman 1dari 5

DISKUSI 1 - BISNIS INTERNASIONAL

PUTRI SARI UTAMI (030815203)

1. Teori Perdagangan Internasional

A. Teori Keunggulan Mutlak / Absolut Advantage (Adam Smith)

Teori ini menjadi salah satu teori perdagangan internasional yang paling dikenal. Teori yang
dikemukakan oleh Adam Smith ini menyatakan bahwa keuntungan mutlak merupakan
keuntungan yang didapatkan oleh sebuah negara karena berhasil membuat biaya produksi
barang dengan harga yang lebih murah dari negara lain. Dalam teori ini, jika biaya produksi
antar negara tidak berbeda, maka perdagangan internasional tidak ada alasan untuk dapat
melangsungkan perdagangan tersebut.

Teori keunggulan absolut dicetuskan oleh Adam Smith bersamaan dengan ramainya revolusi
industri di Inggris abad ke-18. Dasar pemikiran teori ini adalah suatu negara akan bertambah
kaya ketika memiliki peningkatan keterampilan dan efisiensi dalam hal keterlibatan para tenaga
kerja dalam proses produksi.

Negara dapat dikatakan memiliki keunggulan absolut apabila negara tersebut melakukan
spesialisasi dalam memproduksi komoditi tertentu dibandingkan dengan negara lain. Terdapat
beberapa asumsi teori keunggulan absolut atau yang biasa disebut juga sebagai teori
keunggulan mutlak ini, yakni:

1. Faktor produksi yang digunakan hanya tenaga kerja


2. Kualitas barang yang diproduksi kedua negara sama
3. Pertukaran dilakukan secara barter tanpa menggunakan uang
4. Biaya transportasi ditiadakan
Perlu dipahami bahwa dalam teori keunggulan absolut, besaran/variabel yang diutamakan
adalah variabel riil dan bukannya moneter. Ini membuat teori ini juga dikenal dengan sebutan
teori murni (pure theory) perdagangan internasional.

Dalam artian, teori ini disebut murni karena hanya memusatkan perhatian pada variabel riil
saja, seperti nilai suatu barang yang diukur dengan banyaknya tenaga kerja yang digunakan
dalam menghasilkan suatu barang. Semakin banyak tenaga kerja yang digunakan, artinya nilai
barang tersebut akan semakin tinggi (Labor Theory of value).

Jadi, dalam teori Absolute Advantage ini juga memanfaatkan teori nilai tenaga kerja yang
bersifat sangat sederhana. Dalam teori ini, anggapan utamanya adalah tenaga kerja pada
dasarnya memiliki sifat homogen serta merupakan satu-satunya faktor produksi.

Padahal, dalam kenyataannya, tenaga kerja tidaklah bersifat homogen. Selain itu, faktor
produksi juga tidak hanya satu saja serta mobilitas tenaga kerja pun tidak bebas. Sekalipun
demikian, teori nilai tenaga kerja tetap digunakan karena teori ini memungkinkan kita
menjelaskan tentang prinsip spesialisasi dan keuntungan dari pertukaran secara sederhana.

Terdapat beberapa ide dalam teori keunggulan mutlak atau absolut advantage yang
dikemukakan Adam Smith, meliputi :

 Adanya Division of Labour atau pembagian kerja yang terjadi secara internasional
dalam menghasilkan sejenis barang
 Adanya spesialisasi internasional dan efisiensi produksi
Teori Keunggulan Absolut ini pernah diterima secara luas di seluruh dunia. Namun, bukan
berarti teori ini tidak memiliki kelemahan. Masngudi (2006) menjelaskan bahwa dalam teori
keunggulan absolut Adam Smith, terdapat beberapa kelemahan-kelemahan, meliputi :

1. Tidak mampu menjelaskan tentang bagaimana mekanisme yang dapat diterapkan dunia
untuk memperoleh keuntungan dan output serta bagaimana hal tersebut dibagikan di
antara para penduduk masing – masing negara.
2. Tidak dapat menjelaskan tentang bagaimana apabila suatu negara telah mengadakan
spesialisasi, sementara negara lain masih memproduksikan kedua produk.
3. Faktanya, labor productivity berbeda-beda.
4. Tidak dapat menjelaskan jika ada negara-negara yang sama sekali tidak memiliki
keunggulan absolut.

Contoh sederhananya ialah, Indonesia memiliki keunggulan dalam memproduksi kain yang
lebih murah di bandingkan dengan Negara Belanda. Sedangkan Belanda memiliki keunggulan
dalam memproduksi Televisi dengan biaya yang lebih murah dari kita. Kedua negara
memiliki keunggulan mutlak terhadap dua komoditas yang berbeda. Artinya bahwa antara
Indonesia dan Belanda dapat melakukan perdagangan internasional melalui dua komoditas
tadi. Belanda menjual TV kepada kita,sebaliknya kita menjual kain kepada Belanda.

B. Teori Keunggulan Komparatif / Comparative Advantage (David Ricardo)

Teori ini dikemukakan oleh David Ricardo pada tahun 1817. Dalam teori ini lebih melihat
kepada keuntungan dan kerugian perdagangan inyernasional dengan perbandingan relatif.
Sampai dengan saat ini keunggulan komparatif merupakan dasar dalam melaksanakan
perdagangan internasional. Teori komparatif milik David Ricardo juga dikenal sebagi teori
modern perdagangan internasional.

Dalam teorinya David Ricardo berpendapat bahwa meskipun sebuah negara tidak memiliki
keunggulan mutlak dibandingkan negara lain dalam memproduksi barang tertentu,
perdagangan internasional antar negara yang saling menguntungkan masih dapat terjadi.
Dengan catatan bahwa negara tersebut melakukan spesialisasi produksi terhadap barang yang
memiliki biaya relatif lebih kecil dibandingkan negara lain simak juga faktor penghambat
pertumbuhan ekonomi .

Dasar pemikiran teori Ricardo ini pada dasarnya tidak berbeda dengan teori absolut yag
dikemukakan oleh Smith. Perbedaannya adalah terletak pada cara pengukuran terhadap
keungulan suatu negara, yakni ketika dilihat dari sisi komparatif biayanya dan bukan pada
perbedaan absolutnya. Perbedaan utama dari kedua teori diatas adalah pada biaya mutlah dan
relatif dalam memproduksi sebuah produk.

Teori keunggulan komparatif dicetuskan oleh David Ricardo dengan asumsi utama bahwa
perdagangan internasional dapat terjadi walaupun suatu negara tidak memiliki keunggulan
absolut. Dalam teori ini, dijelaskan bahwa perdagangan internasional dapat saling
menguntungkan ketika salah satu negara tidak memiliki keunggulan absolut, dengan jalan
hanya memiliki keunggulan komparatif saja pada harga untuk komoditi yang relatif berbeda.

Keunggulan komparatif yang dikemukakan oleh David Ricardo dalam bukunya Principles of
Political Economy and Taxation (1817). Pemikiran Ricardo berangkat dari analisanya
terhadap kelemahan teori keunggulan absolut yang menjelaskan bahwa perdagangan
internasional akan terjadi dan menguntungkan ketika setiap negara yang terlibat dalam
perdagangan internasional mempunyai keunggulan absolut yang berbeda-beda.
Menurut Ricardo, kelemahan pola pikir keunggulan absolut karena ketika hanya satu negara
yang memiliki keunggulan absolut untuk barang tertentu yang dihasilkan, maka tidak akan
terjadi perdagangan internasional yang menguntungkan. Karenanya, kelemahan ini lalu
disempurnakan oleh David Ricardo lewat teori keunggulan komparatif.

Dalam teori keunggulan komparatif atau comparative advantage David Ricardo, negara yang
mempunyai keunggulan mutlak dalam memproduksi semua barang itu harus mengekspor
barang yang mempunyai keunggulan komparatif tinggi dan mengimpor barang yang
mempunyai keunggulan komparatif rendah.

Dalam teori ini, asumsi utamanya adalah keunggulan komparatif dapat tercapai ketika suatu
negara mampu memproduksi barang dan jasa dalam jumlah lebih banyak, tapi dengan biaya
yang lebih murah daripada negara lainnya. Negara dengan kemampuan produksi yang lebih
efisien inilah yang disebut memiliki keunggulan komparatif.

C. Teori Heckscher-Ohlin (H-O)


Teori Heckscher-Ohlin atau yang biasa disebut sebagai Teori H-O dicetuskan oleh Eli
Heckscher dan muridnya Bertil Olin. Dalam teori ini, dijelaskan bahwa pola perdagangan
negara-negara cenderung mengekspor barang-barang dengan faktor produksi yang relatif
melimpah secara intensif.

Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan produktivitas yang terjadi akibat perbedaan
proporsi faktor tenaga kerja, modal, dan tanah yang dimiliki oleh suatu negara. Karenanya,
teori ini juga disebut sebagai “The Proportional Factor Theory”.

Teori ini berasumsi bahwa negara dengan faktor produksi yang relatif tinggi dan murah dalam
biaya produksi akan melakukan spesialisasi produksi untuk target ekspor. Sebaliknya, bagi
negara dengan faktor produksi yang relatif langka dan mahal dalam biaya produksi, ia akan
melakukan impor.

Dari sinilah, maka dapat dijelaskan bagaimana pola perdagangan internasional berlangsung,
yakni negara-negara yang cenderung mengekspor barang-barang dengan menggunakan faktor
produksi relatif melimpah secara intensif.

Terdapat banyak faktor yang mendorong negara melakukan perdagangan internasional,


menurut teori ini, meliputi :

1. Untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa di dalam negeri


2. Keinginan untuk mendapatkan keuntungan serta meningkatkan pendapatan negara.
3. Adanya perbedaan kemampuan dalam hal penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
dalam mengolah sumber daya ekonomi yang dimiliki
4. Adanya kelebihan produksi di dalam negeri sehingga membutuhkan pasar baru untuk
menjual produk tersebut.
5. Adanya perbedaan kondisi seperti dalam hal sumber daya alam, iklim, tenaga kerja,
budaya, dan jumlah penduduk sehingga menyebabkan adanya perbedaan hasil produksi dan
adanya keterbatasan produksi.
6. Adanya kesamaan selera terhadap barang tertentu.
7. Adanya keinginan untuk membuka kerja sama, hubungan politik dan dukungan dari negara
lain.
8. Adanya globalisasi yang membuat tidak satu negara pun di dunia dapat hidup sendiri.
2. Manfaat globalisasi dalam perdagangan

A. Manfaat positif

Mudahnya mendapatkan informasi-informasi yang dapat menambah pengetahuan bagi UKM


sehingga bisa lebih berkembang. Perkembangan teknologi juga dapat di adopsi oleh UKM.
Teknologi informasi juga membantu UKM untuk melakukan pemasaran yang lebih masif.
UKM juga memiliki kesempatan yang luas untuk memasarkan produknya hingga ke luar
negri dengan kata lain pasar internasinal semakin terbuka. UKM tertantang untuk bisa “go
international”

B. Manfaat negatif

Perdagangan bebas yang masuk ke Indonesia membuat pasar dalam negeri menjadi lesu karena
masyarakat Indonesia masih memiliki kecenderungan untuk memilih produk impor.Setiap
tahun dampak perdagangan bebas terhadap usaha mikro kecil dan menengah (UMKM)
Indonesia meningkat, hal ini disebabkan masih rendahnya daya saing produk asli Indonesia
dibandingkan dengan produk luar yang memiliki kualitas yang bagus. Padahal UMKM adalah
tulang punggung ekonomi Indonesia. Tahun 2011 UMKM di Indonesia menyumbang 60% dari
PDB dangan menampung 97% tenaga kerja.

UMKM dipandang sebagai sektor strategis yang selama ini yang tidak hanya berkontribusi
terhadap pertumbuhan nasional, tetapi juga dapat menyelamatkan perekonomian nasional dari
imbas krisis global. Disamping itu, UMKM juga merupakan sektor dengan partisipasi pelaku
ekonomi (masyarakat) terbesar di Indonesia. UMKM merupakan sektor penyerap tenaga kerja
terbesar dari total angkatan kerja yang dimiliki saat ini sebanyak 125 juta orang (BPS, Februari
2014). Dari sisi jumlah unit usaha, sektor UMKM tercatat menguasai 99% pangsa pasar sektor
usaha atau mencapai 56 juta unit usaha, sisanya 1% merupakan sektor usaha besar. Yang
menarik dari 56 juta unit usaha di sektor UMKM, usaha mikro merupakan usaha dengan jumlah
unit usaha terbesar yang mencapai 55 juta unit usaha. Sektor mikro inilah yang selama ini
menjadi penopang imunitas perekonomian nasional dari imbas krisis seperti kerentanan
terhadap isu kemiskinan, pengangguran, kesehatan dan sebagainya.

Sebagai salah satu katup pengaman dalam program penanggulangan kemiskinan dan
pengangguran, sektor UMKM diharapkan dapat menjadi motor pembangunan nasional yang
memberi efek distribusi pembangunan yang lebih merata. Keberpihakan pada sektor UMKM
dipercaya akan memberi efek yang besar bagi proses pembangunan nasional yang sedang
berjalan. Melalui keberpihakan terhadap sektor UMKM ini, agenda pengentasan kemiskinan
dapat lebih mudah dilakukan, tingkat pengangguran dapat ditekan dengan optimal, dan sebaran
faktor produksi (ekonomi) dapat lebih merata.

Dengan dibukanya kran impor lebar-lebar dan pemberian fasilitas bagi para negara-negara
maju dan multi nasional corporate, UMKM akan kehilangan daya saing. Skala ekonomi
produsen dalam negeri akan jauh tertinggal dan sulit untuk berkembang.

Dampak negatif yang akan sangat dirasakan bagi UKM yang belum atau tidak siap mengikuti
perkembangan globalisasi. Persaingan yang semakin ketat bukan hanya saja dari produk
dalam negeri tetapi juga produk luar negri yang semakin bebas masuk ke Indonesia. Produk
UKM harus siap bersaing skala Internasional. Bila tidak, akan banyak UKM di Indonesia
yang terpuruk. UKM yang bermodal kecil pun akan kalah dengan pengusaha yang bermodal
besar untuk bertahan dalam pengaruh globalisasi ini. Pasar-pasar tradisional telah banyak
ditinggalkan oleh masyarakat perkotaan, beralih pada supermarket-supermarket yang
memiliki banyak keunggulan dibandingkan pasar tradisional. Pemerintah benar-benar harus
mendampingi dan menyokong kebutuhan UKM untuk berkembang dan siap bersaing dalam
globalisasi.
Sumber :

https://portal-ilmu.com/teori-perdagangan-internasional/

https://dosenekonomi.com/ilmu-ekonomi/teori-perdagangan-internasional-menurut-para-ahli

https://www.startsmeup.id/2018/06/pengaruh-globalisasi-terhadap.html

https://zahiraccounting.com/id/blog/pengaruh-globalisasi-terhadap-perkembangan-ukm/

http://koneksi-indonesia.org/2014/globalisasi-perdagangan-bebas-dan-nasib-umkm/

Anda mungkin juga menyukai