Anda di halaman 1dari 3

TUGAS TUTORIAL KE 1

Kode/Nama Matakuliah : EKMA 4482/ Akuntansi Keuangan Syariah


Masa Tutorial : Minggu 1-3
Nomor Soal : No. 1-5
Skor Maks : 100
 
Uraian Tugas
Jawablah soal- soal berikut !
1. Jelaskan secara singkat fungsi AAOIFI dan tujuan dibentuknya!
2. Jelaskan fungsi dan peran bank syariah sesuai dengan yang dijabarkan dalam AAOFI!
3. jelaskan asumsi-asumsi dasar yang digunakan dalam akuntansi entitas syariah!
4. Mengapa dana syirkah temporer tidak dimasukkan dalam kewajiban atau equitas?
5. Jelaskan Perbedaan antara Tujuan Akuntansi Keuangan dan Laporan Keuangan Bank dan Lembaga Keuangan
Syariah dengan tujuan yang ditetapkan pada Akuntansi Keuangan dan Laporan Keuangan Bank dan Lembaga
Keuangan Konvensional!

NAMA : RUMINI

NIM : 030517977

PRODI : S1 AKUNTANSI

MATA KULIAH : AKUNTANSI KEUANGAN SYARIAH.05

JAWABAN TUGAS 1

1. Fungsi AAOIFI dan tujuan dibentuknya :


AAOIFI adalah lembaga nirlaba yang berupaya untuk mengembangkan standar akuntansi
keuangan untuk bank dan institusi keuangan Islam.
Diantara tujuan dari dibentuknya AAOIFI adalah :
a) Mengembangkan pemikiran akuntansi dan auditing yang relevan dengan lembaga keuangan;
b) Menyampaikan pemikiran di bidang akuntansi dan auditing yang relevan dengan lembaga
keuangan dan penerapannya melalui pelatihan, seminar, publikasi jurnal yang merupakan
hasil riset;
c) Menyajikan, mengumumkan, dan menginterpretasikan standar-standar akuntansi dan
auditing bagi lembaga-lembaga keuangan syariah;
d) Mereview dan mengamandemen standar-standar akuntansi dan auditing bagi lembaga-
lembaga keuangan syariah.

Referensi : BMP EKMA4482, Akuntansi Keuangan Syariah, Edisi 1, Modul 1 halaman 1.3

2. Fungsi dan peran bank syariah sesuai dengan yang dijabarkan dalam AAOIFI :
a. Manajer investasi, yaitu Bank Syariah dapat mengelola investasi dana nasabah.
b. Investor, yaitu Bank Syariah dapat menginvestasikan dana yang dimiliki maupun dana
nasabah yang dipercayakan kepadanya.
c. Penyedia jasa keuangan dan lau lintas pembayaran, Bank Syariah dapat melakukan kegiatan-
kegiatan jasa-jasa layanan perbankan sebagaimana lazimnya.
d. Pelaksana kegiatan sosial, sebagai ciri yang melekat pada entitas keuangan syariah, Bank
Syariah juga memiliki kewajiban untuk mengeluarkan dan mengelola (menghimpun,
mengadministrasikan, mendistribusikan) zakat serta dana-dana sosial lainnya.

Referensi : BMP EKMA4482, Akuntansi Keuangan Syariah, Edisi 1, Modul 2 halaman 2.16

3. Asumsi-assumsi dasar yang digunakan dalan akuntansi entitas syariah :


Setelah PSAK Nomor 59 tentang Akuntansi Bank Syariah dikeluarkan, maka Asumsi Dasar
konsep akuntansi bank syariah tidak berbeda dengan asumsi dasar konsep akuntansi
keuangan secara umum, yaitu:
1) Dasar Akrual, yaitu pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian (dan
bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar) dan dicatat dalam catatan akuntansi
serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode yang bersangkutan, dan
2) Kelangsungan Usaha, yaitu laporan keuangan biasanya disusun atas dasar asumsi
kelangsungan usaha perusahaan dan akan melanjutkan usahanya dimasa depan.

Referensi : https://www.coursehero.com/file/p3c8uf8/3-jelaskan-asumsi-asumsi-dasar-yang-
digunakan-dalam-akuntansi-entitas-syariah/

Sementara asumsi dasar yang dipakai di dalam KDPPLKS adalah Dasar Akrual, seperti yang
termuat pada paragraf 41 dan paragraf 42.
(Paragraf 41) Untuk mencapai tujuannya, laporan keuangan disusun atas dasar akrual. Dengan
dasar ini, pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian (dan bukan pada saat
kas atau setara kas diterima atau dibayar) dan diungkapkan dalam catatan akuntansi serta
dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode yang bersangkutan. Lpaoran keuangan yang
disusun atas dasar akrual memberikan informasi kepada pemakai tidak hanya transaksi masa lalu
yang melibatkan penerimaan dan pembayaran kas, tetapi juga kewajiban pembayaran kas di
masa depan serta sumber daya yang merepresentasikan kas yang akan diterima di masa depan.
Oleh karena itu, laporan keuangan menyediakan jenis informassi transaksi masa lalu dan
peristiwa lainnya yang paling berguna bagi pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
(Paragraf 42) Penghitungan pendapatan untuk tujuan pembagian hasil usaha menggunakan dasar
kas. Dalam hal prinsip pembagian hasil usaha berdasarkan bagi hasil, pendapatan atau hasil yang
dimaksud adalah keuntungan bruto (gross profit).

Referensi : BMP EKMA4482, Akuntansi Keuangan Syariah, Edisi 1, Modul 3 halaman 3.46

4. Dana syirkah temporer tidak di masukkan dalam kewajiban atau equitas :


Dana syirkah temporer tidak dapat digolongkan sebagai kewajiban. Hal ini karena entitas syariah
tidak berkewajiban, ketika mengalami kerugian, untuk mengembalikan jumlah dana awal dari
pemilik dana keccuali akibat kelalaian atau wanprestasi entitas syariah. Di sisi lain, dana syirkah
temporer tidak dapat digolongkan sebagai ekuitas karena mempunyai waktu jatuh tempo dan
pemilik dana tidak mempunyai hak kepemilikan yang sama dengan pemegang saham, seperti hak
voting dan hak atas realisasi keuntungan yang berasal dari aset lancar dan aset noninvestasi
(current and other non investment accounts).

Referensi : BMP EKMA4482, Akuntansi Keuangan Syariah, Edisi 1, Modul 3 halaman 3.41

5. Perbedaan antara Tujuan akuntansi keuangan dan laporan keuangan bank dan lembaga
keuangan syariah dengan tujuan yang ditetapkan pada akuntansi keuangan dan laporan
keuangan bank dan lembaga keuangan konvensional :

- Tujuan-tujuan akuntansi keuangan bank dan lembaga keuangan konvensional lainya,


sebagian besar besar disusun oleh negara-negara non muslim, secara alamiah hal ini tentu
saja berbeda dengan apa yang disusun oleh Bank dan Lembaga Keuangan Syariah.
- Bank dan lembaga keuangan syariah harus patuh terhadap prinsip-prinsip dan aturan syariah
dalam semua aspek keuangan dan aspek lain yang terkait.
- Fungsi dari bank dan lembaga keuangan syariah sangat berbeda dengan bank dan lembaga
keuangan konvensional lain yang mengadopsi model lembaga keuangan barat.
- Hubungan antara bank dan lembaga keuangan syariah dengan pihak-pihak lain yang
mempunyai urusan dengannya berbeda dengan hubungan yang dibentuk dengan model bank
dan lembaga keuangan konvensional. Tidak seperti bank dan lembaga keuangan
konvensional, bank dan lembaga keuangan syariah tidak menggunakan dalam investasi dan
transaksi keuangan lainnya, tempat bank dan lembaga keuangan konvensional meminjam
dan memberikan pembiayaan menggunakan dasar bunga sebagai pembentuk harganya. Bank
syariah menghimpun dana dengan pola investasi berdasarkan akad mudharabah (misalnya
pembagian keuntungan antara investor (Shahibul Maal) dan Bank Syariah sebagai Mudharib)
dan menyalurkan dana yang berhasil dihimpun dengan model bagi hasil, jual beli maupun
sewa yang sesuai dengan ketentuan syariah.
- Penyusunan standar akuntansi keuangan yang dilakukan oleh bank dan lembaga keuangan
konvensional tidak relevan dengan praktik yang dilakukan oleh bank dan lembaga keuangan
syariah. Meskipun demikian, dalam penyusunan standar akuntansi keuangan bank dan
lembaga keuangan syariah, Dewan Standar Akuntansi Keuangan harus dipandu dengan
adanya tujuan dan konsep yang jelas serta disesuaikan dengan kebutuhan bank dan lembaga
keuangan pada umumnya dengan tetap berpegang pada keyentuan syariah yang berlaku.

Referensi : BMP EKMA4482, Akuntansi Keuangan Syariah, Edisi 1, Modul 1 halaman 1.16-1.17

Anda mungkin juga menyukai