Anda di halaman 1dari 25

BAB II PEMBAHASAN

2.1

Pengertian Konsumsi Konsumsi merupakan kegiatan menggunakan, mengurangi atau menghabiskan barang

dan jasa untuk memenuhi kebutuhan. Berikut pengertian konsumsi menurut para ahli, sebagai berikut: a. Menurut Drs. Hananto dan Sukarto T.J Konsumsi adalah bagian dari penghasilan yang di pergunakan untuk membeli barang-barang atau jasa-jasa guna memenuhi hidup. b. Menurut Albert C Mayers Konsumsi adalah penggunaan barang-barang dan jasa yang langsung dan terakhir guna memenuhi kebutuhan hidup manusia c. Menurut ilmu ekonomi Konsumsi adalah setiap kegiatan memanfaatkan, menghabiskan kebutuhan demi menjaga kelangsungan hidup. Semakin besar pendapatan seseorang maka akan semakin besar pula pengeluaran konsumsi. Perbandingan besarnya pengeluaran konsumsi terhadap tambahan pendapatan adalah hasrat marjinal untuk berkonsumsi (Marginal Propensity to Consume, MPC). Sedangkan besarnya tambahan pendapatan dinamakan hasrat marjinal untuk menabung (Marginal to Save,MPS). Pola konsumsi yang dialami masyarakat atau rumah tangga keluarga secara umum bahwa semakin besar pendapatan maka akan semakin besar pula jumlah konsumsinya. pengeluaran

2.2

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Di pasar, konsumen membeli barang serta jasa yang diperlukan. Barang dan jasa itu berbeda

antara pembeli satu dengan pembeli lainnnya. Perbedaan itu mencakup jenis, corak, jumlah, mutu, dan model. Hal ini terjadi oleh karena beberapa faktor yang mempengaruhi konsumen dalam kegiatan konsumsinya. Faktor-faktor yang dimaksud antara lain: a. Pendapatan

Pendapatan produksi.

adalah Semakin

balas tinggi

jasa

ya ng

diterima suatu

oleh

pemilik tangga,

factor maka

pendapatan

rumah jika

t i n g k a t konsumsinya

semakin

tinggi. Sebaliknya

pendapatannya kecil

maka konsumsinya juga kecil. b. Harga Barang dan Jasa Banyak sedikitnya barang yang akan dikonsumsi tergantung harga barang. c. Kebiaasaan Konsumen (sikap) Sikap seseorang mempengaruhi tingkat konsumsi. Jika pola hidupnya boros maka ia cenderung konsumtif. d. Adat-istiadat, adat-istiadat akan mempengaruhi konsumsi. Misalnya dalam upacara ritual dibutuhkan barang-barang tertentu. Jenis dan banyaknya barang yang dibutuhkan tentunya disesuaikan dengan upacara ritualnya serta tempat adat istiadat yang bersangkutan itu tumbuh. Dengan demikian perbedaan adat istiadat antardaerah ini tentunya akan mempengaruhi tingkat konsumsi. e. M o d e b a r a n g , Mode barang yang lagi ngetrend mempengaruhi orang

u n t u k melakukan konsumsi. Misalnya saat sedang menjadi mode, barang tertentu banyak diminati sehingga selalu laku dipasar. Dengan demikian, mode dapat mempengaruhi tingkat konsumsi. f. Barang subtitusi, Barang subtitusi(pengganti) pada gilirannya akan mempengaruhi konsumsi. Jika harga barang jenis A mahal maka kita mencari barang subtitusi dari barang A yang lebih murah. Misalnya, ember plastic merek tertentu naik harganhya. Keadaan ini mendorong para ibu mencari ember plastik merek lain yang lebih murah.

2.3

Fungsi Konsumsi Fungsi konsumsi adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan di antara tingkat

konsumsi rumah tangga dalam perekonomian dengan pendapatan nasional (pendapatan disposebel) perekonomian tersebut. Ada dua konsep untuk mengetahui sifat hubungan antara pendapatan disposebel dengan konsumsi dan pendapatan diposebel dengan tabungan yaitu kosep kecondongan mengkonsumsi dan kecondongan menabung. Ada 4 ciri penting dari fungsi konsumsi yaitu sebagai berikut :

a.

Terdapat titik impas (break event point) dari pendapatan. Yaitu tingkat dimana seluruh pendapatan disposable rumah tangga digunakan untuk kegiatan konsumsi.

b.

Dibawah tingkat impas. Dalam hal ini konsumsi rumah tangga lebih besar daripada pendapatan disposable, sehingga rumah tangga melakukan pinjaman atau menggunakan tabungan sebelumnya. Kegiatan ini disebut dissaving

c.

Diatas tingkat impas. Dalam hal ini karena pendapatn disposable lebih besar dari konsumsi maka sisanya di tabung

d.

Setiap peningkatan pendapatan disposable meningkatkan kegiatan konsumsi. Namun besarnya peningkatan konsumsi lebih rendah daripada peningkatan pendapatan disposable. Fungsi konsumsi menunjukkan hubungan antara variabel pendapatan nasional (Y) dengan variabel pengeluaran konsumsi (C). Fungsi konsumsi diperkenalkan oleh J.M Keynes dengan formulasi: C = a + bY

C = tingkat konsumsi a = konsumsi rumah tangga ketika pendapatan nol (0) b = kecenderungan konsumsi marjinal (MPC) Y = tingkat pendapatan

2.4

Teori Perilaku Konsumen Perilaku konsumen adalah sikap konsumen dalam memenuhi kebutuhannya yang

disesuaiakan dengan pendapatannya. Perilaku konsumen sangat dipengaruhi oleh hukum misalnya, yang mengatakan bahwa bila harga naik maka jumlah permintaan turun, dan sebaliknya bila harga turun,maka permintaan naik, dengan catatan keadaan yang lain cateris paribus. Menurut Schiffman dan Kanuk, istilah prilaku konsumen diartikan sebagai prilaku yang diperlihatkan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan

menghabiskan produk dan jasa termasuk proses keputusan yang mendahului. a. 1. 2. Pendekatan Kardinal Kepuasan konsumsi dapat diukur dengan satuan ukur. Makin banyak barang dikonsumsi makin besar kepuasan

3.

Terjadi hukum The law of deminishing Marginal Utility pada tambahan kepuasan setiap satu satuan. Setiap tambahan kepuasan yang diperoleh dari setiap unit tambahan konsumsi semakin kecil.(Mulamula kepuasan akan naik sampai dengan titik tertentu atau saturation point tambahan kepuasan akan semakin turun). Hukum ini menyebabkan terjadinya Downward sloping MU curva. Tingkat kepuasan yang semakin menurun ini dikenal dengan hukum Gossen.

4.

Tambahan kepuasan untuk tambahan konsumsi 1 unit barang bisa dihargai dengan uang, sehingga makin besar kepuasan makin mahal harganya. Jika konsumen memperoleh tingkat kepuasan yang besar maka dia akan mau membayar mahal, sebaliknya jika kepuasan yang dirasakan konsumen rendah maka dia hanya akan mau membayar dengan harga murah. Pendekatan kardinal biasa disebut sebagai Daya guna marginal. Asumsi seorang konsumen 1. 2. 3. Konsumen harus rasional yaitu menginginkan kepuasan maksimal. Konsumen punya preferensi jelas akan barang dan jasa Terdapat kendala anggaran

Keseimbangan konsumen tercapai jika konsumen memperoleh kepuasan maksimum dari mengkonsumsi suatu barang. Syarat Keseimbangan: 1. MUx/Px = MUy/Py = .= MUn/Pn 2. Px Qx + Py QY + + Pn Qn = M MU = marginal utility P = harga M = pendapatan konsumen

b.

PendekatanOrdinal Mendasarkan pada asumsi bahwa kepuasan tidak bisa dikuantitatifkan dan antara satu konsumen dengan konsumen yang lain akan mempunyai tingkat kepuasan yang berbeda dalam mengkonsumsi barang dalam jumlah dan jenis yang sama. Oleh karena itu kemudian muncul pendekatan ordinary yang menunjukkan tingkat kepuasan mengkonsumsi barang dalam model kurva indifferent. Pendekatan ordinal berdasarkan pembandingan sesuatu.

Barang dengan barang lain, lalu memberikan urutan dari hasil pembandingan tersebut. Contoh penggunaan metode ordinal antara lain dalam suatu lomba atas keerja sama pengukuran indeks prestasi dan pengukuran yang sifatnya kualitatif, misalnya bagus, sangat bagus, paling bagus. Asumsi dasar seorang konsumen adalah dalam teori prilaku konsumen dengan pendekatan ordinal : 1. Konsumen rasional mempunyai skala preferensi dan mampu merangking kebutuhan yang dimilikinya 2. 3. Kepuasan konsumen dapat di urutkan ordering Konsumen lebih menyukai yang lebih banyak dibandingkan lebih sedikit, artinya semakin banyak barang yang di konsumsi menunjukan semakin tingginya tingkat kepuasan yang dimilikinya. Pendekatan ordinal biasanya membutuhkan tolak ukur pembanding yang disebut dengan indiferens kurva. Indiferens kurva adalah kurva yang meghubungkan titik-titik kombinasi 2 macam barang yang ingin di konsumsi oleh seorang individu pada tingkat kepuasan yang sama. Ciri-ciri kurva indiferens: 1. Mempunyai kemiringan yang negatif (konsumen akan mengurangi konsumsi barang yg satu apabila ia menambah jumlah barang lain yang di konsumsi. 2. Cembung ke arah titik origin, menunjukkan adanya perbedaan proporsi jumlah yang harus ia korbankan untuk mengubah kombinasi jumlah masing-masing barang yang dikonsumsi (marginal rate of substitution). 3. Tidak saling berpotongan, tidak mungkin diperoleh kepuasan yang sama pada suatu kurva indiferens yang berbeda.

2.5

Pengertian Tabungan Tabungan adalah sebagian pendapatan masyarakat yang tidak dibelanjakan disimpan sebagai cadangan guna berjaga-jaga dalam jangka pendek Menurut Undang-undang No 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan /atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.

2.6

Fungsi Tabungan Fungsi tabungan adalah fungsi yang menunjukkan hubungan antara besar tabungan dengan

besar pendapatan. Tabungan atau saving yang biasa di notasikan dengan huruf S, mempunyai defenisi berbedabeda, tetapi semuanya mempunyai arti yang sama. Berikut ada beberapa pengertian tabungan, yaitu : 1. 2. Saving (S), merupakan fungsi dari pendapatan nasional (Y) atau dapat ditulis sebagai S = f (Y) Tabungan sebagai (S) adalah sisa pendapatan (Y) setelah digunakan untuk konsumsi (C) atau dapat ditulis dengan S = Y-C.

2.7 1. 2. 3.

Faktor-faktor Tingkat Tabungan

Tinggi rendahnya pendapatan masyarakat Tinggi rendahnya suku bunga bank Adanya tingkat kepercayaan terhadap bank Hal-hal yang perlu diperhatikan :

1.

Sebelum Anda menabung, tanyakan metode perhitungan bunga yang diberlakukan oleh bank tersebut.

2.

Suku bunga tabungan dapat berubah sewaktuwaktu,karena itu suku bunga ini disebut suku bunga mengambang atau floating rate.

3.

Beberapa bank menetapk an suku bunga tabungan tetap untuk jangka waktu tertentu (fixed rate).

4.

Atas bunga tabungan yang diperoleh akan dikenakan pajak sesuai ketentuan berlaku.

2.8

Kecenderungan Menabung (Propensity to Save) Kecenderungan menabung marginal (MPS) merupakan perbandingan antara pertambahan

tabungan dengan pertambahan pendapatan, sedangkan kecenderungan menabung rata-rata (APS) merupakan perbandingan antara jumlah tabungan dengan jumlah pendapatan .

BAB II PEMBAHASAN

A. Perilaku Konsumsi Masyarakat Beberapa pandangan ahli mengenai perilaku konsumen antara lain : 1. Istilah perilaku konsumen diartikan sebagai perilaku yang diperlihatkan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka (Schiffman dan Kanuk 1994) 2. Perilaku konsumen merupakan tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dam menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini. (Engel, Blackweel, dan Miniard; 1993) 3. Perilaku konsumen merupakan proses pengambilan keputusan dan aktivitas fisik dalam mengevaluasi, memperoleh, menggunakan dan menghabiskan barang atau jasa. (Loudon dan Della-Bitta; 1984) 4. Perilaku yang ditunjukkan oleh orang-orang dalam merencanakan, membeli, dan menggunakan barang-barang ekonomi dan jasa, disebut perilaku konsumen. (Winardi,1991) 5. Perilaku yang dikaitkan dengan preferences dan possibilities adalah perilaku konsumen. (Deaton dan Muellbawer, 1986) 6. Perilaku konsumen merupakan pengkajian dari perilaku manusia sehari-hari (Mullen dan Johnson, 1990) Dari beberapa pandangan di atas dapat ditarik satu kesimpulan yaitu Perilaku Konsumen adalah semua kegiatan, tindakan, serta proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan hal-hal di atas atau kegiatan mengevaluasi. Alokasi PDB dewasa ini semakin besar tergunakan untuk keperluan pembentukan modal atau investasi serta ekspor dan impor. Kenyataan ini tentu saja menggembirakan karena menandakan secara umum pendapatan masyarakat sudah mencukupi kebutuhan konsumsinya, sehinnga terdapat kelebihan yang bisa ditabung untuk menjadi sumber dana investasi. Adalah beralasan untuk menyatakan bahwa harapan untuk menumbuhkan perekonomian cukup prospektif. Persoalannya kemudian ialah seberapa besar tabungan masyarakat kita telah mencukupi sasaran pertumbuhan perekonomian yang diinginkan. Pertumbuhan pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia rata-rata 6,5 persen per tahun selama dasawarsa 1970-an. Angka ini satu persen lebih rendah dibandingkan pertumbuhan rata-rata pengeluaran konsumsi masyarakat Malaysia untuk kurun waktu yang sama. Akan tetapi, lebih tinggi daripada pertumbuhan rata-rata tahunan pengeluaran konsumsi masyarakat India dan Republik Rakyat Cina, masing-masing 2,9 dan 4,9 persen; bahkan juga dibandingkan dengan pertumbuhan konsumsi masyarakat Amerika Serikat (3,1%) dan jepang (4,7%). Dalam periode 1980-1993, pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia tumbuh setingkat satu ata-rata 4,4

persen per tahun, lebih rendah daripada india (4,7%) dan cina (7,9%) serta Malaysia (5,5%); namun lebih tinggi daripada amerika dan jepang. Angka-angka perbandingan ini beralasan untuk menjelaskan bahwa, sebagai Negara berkembang, Indonesia memiliki bekal kemandirian yang cukup mantap dalam menumbuhkan perekonomiannya. Hasil-hasil pembangunannya selama ini teralokasikan ke penggunaan yang produktif. Kemantapan bekal kemandirian dalam pembangunan tersebut apat dikonfirmasikan melalui tinjauan pengeluaran konsumsi masyarakat berdasarkan proporsinya dalam pembentukan permintaan agregat (aggregate demand). Penurunan proporsi pengeluaran konsumsi masyarakat dalam membentuk permintaan agregat menyiratkan dua hal. Pertama, peran tabungan masyarakat terahdap pendapatan nasional semakin besar. Kedua, peran sector-sektor penggunaan lain dalam membentuk permintaan agregat semakin besar, khususnya sector pembentukan modal atau investasi dan sector eksporimpor. Dalam perekonomian ada beberapa pendekatan yang mempelajari perilaku konsumen, antara lain pendekatan tradisional dan pendekatan modern. 1. Pendekatan Tradisional Menurut pendekatan ini, setiap barang mempunyai dayaguna atau utilitas, oleh karena barang tersebut pasti mempunyai kemampuan untuk memberikan kepuasan kepada konsumen yang menggunakan barang tersebut. Jadi bila orang meminta suatu jenis barang, pada dasarnya yang diminta adalah dayaguna barang tersebut. 2. Pendekatan Modern Pendekatan ini menggunakan analisa regresi yang secara praktis digunakan untuk memperkirakan permintaan.

B. Pola Konsumsi Masyarakat Tabel : Daftar Alokasi Pengeluaran Konsumsi Masyarakat A. Makanan B. Non-makanan Padi-padian Perumahan dan bahan bakar Umbi-umbian Aneka barang dan jasa a. Bahan perawatan badan (sabun, pasta gigi, parfum, dsb) b. Bacaan (Koran, majalah, buku) c. Komunikasi d. Kendaraan bermotor e. Transportasi f. Pembantu dan sopir Ikan Biaya pendidikan Daging Biaya kesehatan Telur dan susu Pakaian, alas kaki, tutup kepala

Sayur-sayuran Barang-barang tahan lama Kacang-kacangan Pajak dan premi asuransi Buah-buahan Keperluan pesta dan upacara Minyak dan lemak Bahan minuman Bumbu-bumbuan Bahan pangan lain Makanan jadi Minuman beralkohol Tembakau dan sirih

Pola konsumsi dapat dikenali berdasarkan alokasi penggunaannya. Untuk keperluan analisis, secara garis besar alokasi pengeluaran konsumsi masyarakat digolongkan dalam dua kelompok penggunaan, yaitu pengeluaran untuk makanan dan pengeluaran untuk non-makanan. Masingmasing kelompok ini akan dirinci seperti pada table dibawah ini, Perbandingan besar pengeluaran per kapita penduduk perkotaan terhadap penduduk pedesaan cenderung konstan tahun demi tahun. Pengeluaran rata-rata orang kota selalu dua kali lipat pengeluaran orang desa. Perbandingan pola pengeluarannya juga demikian. Alokasi pengeluaran untuk makanan di kalangan orang desa lebih besar dibandingkan orang kota. Walaupun demikian, selama kurun waktu 1984-1993, alokasi pengeluaran untuk makanan di kedua kelompok penduduk ini sama-sama berkurang. Disamping itu semua, kenaikan pengeluaran orang kota sedikit lebih cepat / tinggi dibandingkan kenaikan pengeluaran orang desa. Diukur atas dasar harga yang berlaku atau secara nominal, sepanjang periode 1984-1993 pengeluaran penduduk perkotaan naik rata-rata 36,63% per tahun. Angka sejenis untuk penduduk perdesaan adalah 35,76%. Apabila diyakini pendapat umum bahwa tingkat harga di perkotaan biasanya naik lebih cepat daripada di daerah perdesaan, maka secara riil sesungguhnya kenaikan pengeluaran orang desa justru lebih tinggi daripada orang kota. Lebih tingginya kenaikan pengeluaran penduduk perdesaan dibandingkan penduduk perkotaan harus dipahami secara hati-hati. Hal ini tidak berarti bahwa dibandingkan orang kota, orang desa menjadi lebih boros, kian konsumtif, atau semakin makmur. Mengingat jumlah pengeluaran yang menjadi basis pehitungan nilainya jauh lebih rendah untuk penduduk perdesaan, kenaikan pengeluaran yang lebih tinggi itu sesungguhnya arulah sekedar menggambarkancapaian orangorang desa dalam upayanya untuk dapat hidup lebih baik. Capaian itu sendiri belum mampu mensejajarkan denganposisi kemakmuran orang kota. Penafsiran semacam ini masih tergolong sebagai penafsiran yang bernada optimistis. Kenaikan lebih tinggi pengeluaran penduduk perdesaan tadi dapat pula ditafsirkan dengan nada pesimistis. Yakni bahwa hal itu disebabkan karena orang-orang desa harus mengeluarkan lebih besar untuk mempertahankan tingkat hidup subsistennya, berkenaan dengan suku niaga (terms of trade) yang semakin buruk yang menimpa produk-produk primer dari desa (hasil bumi) dibandingkan dengan produk-produk sekunder dari

kota (hasil industri). Di dalam pengeluaran untuk kelompok non-makanan, bagian terbesar dibelanjakan untuk keperluan subkelompok perumahan dan bahan bakar. Sekitar 44% pengeluaran non-makanan dibelanjakan untuk keperluan perumahan, itu berarti hamper 17%dari seluruh pengeluaran. Itu berarti pula, tanpa memperhatikan kelompok, belanja terbesar masyarakat Indonesia adalah untuk keperluan perumahan dan bahan bakar.

C. Dimensi Ketimpangan Pengeluaran Konsumsi Melalui perbandingan-perandingan perilaku dan pola konsumsi masyarakat, telah disingkap adanya kesenjangan antara masyarakat perdesaan dan masyarakat perkotaan. Pengeluaran konsumsi masyarakat dapat pula difungsikan untuk mendeteksi ketimpangan kemakmuran antar lapisan masyarakat, sebab sebagaimana diketahui kesenjangan kemakmuran dapat diukur baik dengan pendekatan pendapatan maupun pendekatan pengeluaran. Dengan mengelompokan distribusi pengeluaran masyarakat ke dalam persepuluhan atau desil (decile) dapat diketahui ketimpangan pengeluaran penduduk. Selanjutnya, bisa pula dihitung indeks atau rasio gini masyarakat yang bersangkutan secara keseluruhan sebagai satu totalitas. Disamping, berdimensi spasial atau antar daerah yakni antara daerah perdesaan dan daerah perkotaan, perbedaan atau ketimpangan pengeluaran konsumsi masyarakat juga terjadi dalam dimensi antar lapisan pengeluaran itu sendiri. Terdapat pula diskrepansi pengeluaran konsumsi yang berdimensi regional atau antar wilayah, yakni antara propinsi yang satu dan propinsi lain di tanah air. Pola konsumsi masyarakat berbeda antarlapisan pengeluaran. Terdapat kecenderungan umum bahwa semakin rendah kelas pengeluaran masyarakat semakin dominan alokasi belanjanya untuk pangan. Di lain pihak, kian tinggi kelas pengeluarannya kian tinggi besar pula proporsi belanjanya untuk konsumsi bukan makanan. Jenis makanan yang dikonsumsi juga berbeda. Semakin rendah kelas pengeluaran, cenderung semakin dominan jenis padi-padian umbi-umbian yang dikonsumsi. Dalam kelompok pengeluaran untuk non-makanan, terjadi gejala sebaliknya. Semakin tinggi pengeluarannya semakin besar proporsinya secara umum, dan secara spesifik untuk berbagai Janis pengeluaran non-makanan tertentu.

D. Tabungan Masyarakat Tabungan adalah bagian dari pendapatan dapat dibelanjakan (disposable income) yang tidak dikeluarkan untuk konsumsi. Ini merupakan tabungan masyarakat. Tabungan pemerintah adalah selisih positif antara penerimaan dalam negeri dan pengeluaran rutin. Kedua macam tabungan ini membentuk tabungan nasional, merupakan sumber dana investasi.

Kendati pada dasarnya semua sisa pendapatan yang tidak dikonsumsi adalah tabungan, namun tidak seluruhnya merupakan tabungan sebagaimana yang dikonsepsikan dalam makro ekonomi. Hanya bagian yang dititipkan pada lembaga perbankan sajalah yang dapat dinyatakan sebagai tabungan, karena secara makro dapat disalurkan sebagai dana investasi. Sisa pendapatan tidak dikonsumsi yang disimpan sendiri (istilah umumnya celengan) tidak tergolong sebagai tabungan. Perkiraan jumlah tabungan masyarakat Indonesia memang tidak ditaksir melalui cara sebagaimana diusulkan tadi. Biro Pusat Statistik menaksirnya melalui selisih antara tabungan nasional dan tabungan pemerintah. Yang terakhir ini relative lebih gampang dihitung mengingat catatan administratifnya cukup tersedia. Angka tabungan nasional sendiri merupakan hasil penaksiran pula, yaitu PDB dikurangi Nilai Konsumsi Akhir Sektor Rumah Tangga dan Sektor Pemerintah, ditambah Pendapatan Netto Faktor Produksi terhadap Luar Negeri. Jadi, karena kesulitan teknis penafsiran, metodologi perhitungannya dibalik. Bukannya tabungan masyarakat ditambah tabungan pemerintah menghasilkan tabungan nasional, melainkan tabungan nasional dikurangi tabungan pemerintah menghasilkan tabungan masyarakat. Kepraktisan metodologis semacam ini tentu saja merupakan kelemahannya. Tabungan masyarakat bersama-sama tabungan pemerintah dan dana dari luar negeri merupakan sumber pembiayaan investasi. Dalam rangka menggalakkan peran serta masyarakat dalam pembangunan, tabungan masyarakat senantiasa diupayakan untuk terus meningkat.

E. Fungsi Konsumsi Dan Fungsi Tabungan Dalam teori makro ekonomidikenal berbagai variasi model fungsi konsumsi. Fungsi konsumsi yang paling dikenal dan sangat lazim digunakan dalam perhitungan-perhitungan makro ekonomi, yaitu fungsi konsumsi Keynesian. John Maynard Keynes menyatakan bahwa pengeluaran konsumsi masyarakat tergantung pada (berbanding lurus dengan) tingkat pendapatannya. James S. Duesenberry mengusulkan model lain. Berkaitan dengan hipotesisnya tentangpendapatan relative, ia berpendapat tingkat pendapatan yang mempengaruhi pengeluaran konsumsi masyarakat bukan tingkat pendapatan efektif, maksudnya pendapatan rutin yang secara factual diterima, tapi oleh tingkat pendapatan relative. Milton Friedman mengajukan model pendapatan yang menentukan besar kecilnya konsumsi adalah tingkat pendapatan permanen. Tentu saja, selain tingkat pendapatan sebagai variable pengaruh utama, terdapat kemungkinan beberapa variable lain turut mempengaruhi besar kecil pengeluaran konsumsi masyarakat. Dari sudut tinjauan kebaikan suai (goodness of fit) model ini cukup memadai. Model ini mengandung korelasi serial (otokorelasi) negative. Fungsi tabungan dipengaruhi oleh empat factor atau variable. Keempat factor atau variable tersebut yaitu pendapatan, suku bunga, inflasi, dan penerimaan ekspor. Model ini tidak otokorelatif.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Pengeluaran konsumsi masyarakat di Indonesia dewasa ini semakin besar tergunakan untuk keperluan pembentukan modal atau investasi serta ekspor dan impor. Itu menunjukkan bahwa Indonesia akhir-akhir ini sudah memiliki bekal kemandirian. Bekal kemandirian tersebut dapat dikonfirmasi melalui tinjauan pengeluaran konsumsi masyarakat sesuai dengan proporsinya dalam pembentukan permintaan agregat. Apabila penurunan permintaan agregat menurun dapat menyiratkan dua hal, pertama peran tabungan masyarakat terhadap pendapatan nasional semakin besar. Kedua, peran sector-sektor penggunaan lain dalam membentuk permintaan agregat semakin besar, khususnya sector pembentukan modal atau investasi dan sector ekspor-impor. Pola konsumsi masyarakat dapat dikenali berdasarkan alokasi penggunaannya. Untuk keperluan analisis, secara garis besar alokasi pengeluaran konsumsi masyarakat digolongkan ke dalam dua kelompok besar yaitu, pengeluaran untuk makanan dan pengeluaran untuk non-makanan. Pengeluaran masyarakat Indonesia banyak pada makanan. Akan tetapi terdapat ketimpangan dalam hal pengeluaran konsumsi antara penduduk pedesaan dan penduduk perkotaan, misalkan dari besarnya pengeluaran dan juga pola konsumsinya. Perbandingan besar pengeluaran antara penduduk pedesaan dan penduduk perkotaan cenderung konstan tahun demi tahun. Melalui perbandingan perilaku dan pola konsumsi, terdapat kesenjangan antara masyarakat pedesaan dan masyarkat perkotaan. Pengeluaran konsumsi dapat pula difungsikan untuk mendeteksi ketimpangan kemakmuran antar lapisan masyarakat, yang dapat diukur baik dengan pendekatan pendapatan maupun pendekatan pengeluaran.

Bagian dari pendapatan yang dapat dibelanjakan tapi tidak dikeluarkan untuk konsumsi merupakan tabungan masyarakat. Penggabungan antara tabungan masyarakat dan tabungan pemerintah dapat membentuk tabungan nasional yang merupakan sumber dana investasi. Untuk mendapatkan gambaran fungsional tabungan dan konsumsi digunakan suatu fungsi yaitu fungsi konsumsi dan fungsi tabungan.

PENDAPATAN NASIONAL A. Pengertian Pendapatan Nasional adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh faktor produksi yang digunakan untuk memproduksikan barang dan jasa dalam suatu tahun tertentu. Pendapatan nasional juga dapat diartikan sebagai nilai barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu negara (Sukirno, 2008, p36). Salah satu tolak ukur yang dapat digunakan untuk menilai kondisi perekonomian suatu negara adalah pendapatan nasional. Tujuan dari perhitungan pendapatan nasional ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang tingkat ekonomi yang telah dicapai dan nilai output yang diproduksi, komposisi pembelanjaan agregat, sumbangan dari berbagai sektor perekonomian, serta tingkat kemakmuran yang dicapai (Sukirno, 2008, p55). Sir William Petty adalah pencetus konsep pendapatan nasional yang pertama kali pada tahun 1665 di negara Inggris. Dalam perhitungannya, ia menggunakan anggapan bahwa pendapatan nasional merupakan penjumlahan biaya hidup (konsumsi) selama setahun. Namun, pendapat tersebut tidak disepakati oleh para ahli ekonomi modern, sebab menurut pandangan ilmu ekonomi modern, konsumsi bukanlah satu-satunya unsur dalam perhitungan pendapatan nasional. Menurut mereka, alat utama sebagai pengukur kegiatan perekonomian adalah Produk Nasional Bruto (Gross National Product, GNP), yaitu seluruh jumlah barang dan jasa yang dihasilkan tiap tahun oleh negara yang bersangkutan diukur menurut harga pasar pada suatu negara. Akurasi sistem penghitungan pendapatan nasional akan menjadi lebih baik jika Kantor statistik memperkirakan tehnik perhitungannya atas dasar pendekatan penerimaan agregat, seperti yang dilakukan oleh sebagian besar negara-negara maju. Sedangkan di negara berkembang, termasuk Indonesia, pendapatan nasionalnya dihitung dengan menggunakan pendekatan pengeluaran agregat. Alasannya kita belum memiliki data yang lengkap tentang laporan pendapatan dari masing-masing rumah tangga di seluruh penjuru tanah air. Untuk menganalisa pendapat nasional, ada 2 variabel yaitu : 1. Variabel indogen yang nilainya dapat diperoleh setelah dihubungkan dengan variabel dalam suatu model. 2. Variabel exsogen merupakan variabel yang besarnya ditentukan oleh kekuatan diluar model. Dalam pembahasan ini variabel Investasi merupakan variabel exogen (dianggap tetap). Terdapat beberapa cara yang digunakan dalam perhitungan pendapatan nasional, yaitu : 1. Gross National Product (GNP) atau disebut juga dengan Pendapatan Nasional Bruto (PNB) merupakan nilai barang dan jasa dalam suatu negara yang diproduksikan oleh faktor-faktor produksi milik warga negara tersebut, termasuk nilai produksi yang diwujudkan oleh faktor produksi yang digunakan di luar negri, namun tidak menghitung produksi yang dimiliki penduduk atau perusahaan dari negara lain yang digunakan di dalam negara tersebut (Sukirno, 2008, p35). 2. Gross Domestic Product (GDP) atau disebut juga dengan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) merupakan nilai pasar dari semua barang dan jasa final yang diproduksi dalam sebuah negara pada suatu periode (Mankiw, 2006, p6), meliputi faktor produksi milik warga negaranya sendiri maupun milik warga negara asing yang melakukan produksi di dalam negara tersebut. B. Metoda Perhitungan Pendapatan Nasional Salah satu indikator telah terjadinya alokasi yang efisien secara makro adalah nilai output nasional yang di hasilkan sebuah perekonomian pada suatu periode tertentu. Sebab,besarnya

output nasional dapat menunjukkan beberapa hal penting dalam sebuah perekonomian. Yang pertama,besarnya output nasional merupakan gambaran awal tentang seberapa efisien sumber daya yang ada dalam perekonomian (tenaga kerja,barang modal,uang dan kemampuan kewirausahawanan) di gunakan untuk memproduksi barang dan jasa.Yang kedua,besarnya output nasional merupakan gambaran awal tentang produktivitas dan tingkat kemakmuran suatu Negara.Yang ketiga,besarnya output nasional merupakan gambaran awal tentang masalahmasalah mendasar yang di hadapi suatu perekonomian. Pendapatan negara dapat dihitung dengan tiga pendekatan, yaitu: Pendekatan pendapatan, dengan cara menjumlahkan seluruh pendapatan (upah, sewa, bunga, dan laba) yang diterima rumah tangga konsumsi dalam suatu negara selama satu periode tertentu sebagai imbalan atas faktor-faktor produksi yang diberikan kepada perusahaan. Pendekatan produksi, dengan cara menjumlahkan nilai seluruh produk yang dihasilkan suatu negara dari bidang industri, agraris, ekstraktif, jasa dan niaga selama satu periode tertentu. Nilai produk yang dihitung dengan pendekatan ini adalah nilai jasa dan barang jadi (bukan bahan mentah atau barang setengah jadi). Pendekatan pengeluaran, dengan cara menghitung jumlah seluruh pengeluaran untuk membeli barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu negara selama satu periode tertentu. Perhitungan dengan pendekatan ini dilakukan dengan menghitung pengeluaran yang dilakukan oleh empat pelaku kegiatan ekonomi negara, yaitu: Rumah tangga (Consumption), pemerintah (Government), pengeluaran investasi (Investment), dan selisih antara nilai ekspor dikurangi impor (X M). Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan nasional, yaitu : Permintaan dan penawaran agregat Permintaan agregat menunjukkan hubungan antara keseluruhan permintaan terhadap barangbarang dan jasa sesuai dengan tingkat harga. Permintaan agregat adalah suatu daftar dari keseluruhan barang dan jasa yang akan dibeli oleh sektor-sektor ekonomi pada berbagai tingkat harga, sedangkan penawaran agregat menunjukkan hubungan antara keseluruhan penawaran barang-barang dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan dengan tingkat harga tertentu. Konsumsi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pendapatan nasional Jika terjadi perubahan permintaan atau penawaran agregat, maka perubahan tersebut akan menimbulkan perubahan-perubahan pada tingkat harga, tingkat pengangguran dan tingkat kegiatan ekonomi secara keseluruhan. Adanya kenaikan pada permintaan agregat cenderung mengakibatkan kenaikan tingkat harga dan output nasional (pendapatan nasional), yang selanjutnya akan mengurangi tingkat pengangguran. Penurunan pada tingkat penawaran agregat cenderung menaikkan harga, tetapi akan menurunkan output nasional (pendapatan nasional) dan menambah pengangguran. Konsumsi dan tabungan Konsumsi adalah pengeluaran total untuk memperoleh barang-barang dan jasa dalam suatu perekonomian dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun), sedangkan tabungan (saving) adalah bagian dari pendapatan yang tidak dikeluarkan untuk konsumsi. Antara konsumsi, pendapatan, dan tabungan sangat erat hubungannya. Hal ini dapat kita lihat dari pendapat Keynes yang dikenal dengan psychological consumption yang membahas tingkah laku masyarakat dalam konsumsi jika dihubungkan dengan pendapatan. Investasi Pengeluaran untuk investasi merupakan salah satu komponen penting dari pengeluaran agregat.

C. Manfaat dan Keterbatasan Perhitungan PDB Sampai batas-batas tertentu,angka PDB per kapita dapat mencerminkan tingkat produktivitas suatu Negara. Nilai PDB suatu peride tertentu sebenarnya merupakan hasil perkalian antara harga yang di produksi dengan jumlah barang yang di hasilkan. Untuk memperoleh perbandingan produktivitas antarnegara,ada beberapa hal yang perlu di pertimbangkan yaitu : 1.jumlah dan komposisi penduduk 2.jumlah dan struktur kesempatan kerja 3.faktor-faktor ekonomi d. penghitungan PDB dan kegiatan-kegiatan ekonomi tak tercatat statistikPDB belum mencerminkan seluruh aktivitas perekonomian Negara. Manfaat dan keterbatasan perhitungan PDB Yang mencakup pembahasan ini adalah : a. perhitungan PDB dan analisis kemakmuran, perhitungan PDB akan memberikan gambaran ringkas tentang tingkat kemakmuran sutu Negara dengan cara membaginya dengan jumlah penduduk. b. perhitungan PDB dan masalah kesejahteraan social, perhitungan PDB maupun PDB per kapita juga dapat di gunakan untuk menganalisis tingkat kesejahteraan social suatu masyrakat. c. PDB per kapita dan masalah produktivitas 11 & 12. ANALISIS PENDAPATAN NASIONAL UNTUK PEREKONOMIAN TERTUTUP SEDERHANA SERTA PERTUMBUHAN EKONOMI 1. Analisis pendapatan nasional dengan perekonomian tertutup sederhana dua sektor Dalam Perekonomian, sektor swasta satu-satunya produsen barang dan jasa, dan proses produksi dilaksanakan dengan menggunakan Faktor-Faktor Produksi yang dimiliki oleh Rumah tangga, Perusahaan (Swasta), Pemerintah, Ekspor-Impor. Untuk memepermudah dalam menganalisa pendapatan nasional, maka pada tahap awal dilakukan analisis pendekatan nasional dua sektor. Dalam pendekatan ini, perekonomian diasumsikan hanya digerakkan oleh 2(dua) orang pelaku kegiatan ekonomi yaitu rumah tangga dan swasta. ARUS MELINGKAR (CIRCULAR FLOW) DALAM PEREKONOMIAN DUA SEKTOR Dalam Berkonsumsi rumah tangga tidak sepenuhnya mengeluarkan penghasilannya untuk membeli barang dan jasa tersebut. Sebagian dari pendapatannya ditabungkannya. Apabila keadaan kita gambarkan kembali dalam arus melingkar dalam perekonomian 2 sektor, maka ada sedikit tambahan dari gambar yang terdahulu. ARUS MELINGKAR DENGAN INJEKSI DAN KEBOCORAN 2. Model anlalisis dengan variabel investasi, tabungan Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif, yang akan dijelaskan sebagai berikut : Kualitatif dilakukan dengan menggunakan beberapa instrumen analisis seperti tabel dan grafik yang dapat mencerminkan uraian analisis penelitian secara teratur dan saling mendukung. Data dari buku teks, jurnal, dan hasil penelitian yang sudah ada dan berkaitan dengan skripsi ini dijadikan dasar bagi analisis deskriptif. Kuantitatif, dilakukan dengan menggunakan model ekonometrika untuk mencerminkan hasil dari pembahasan yang dinyatakan dalam angka. Model yang digunakan dalam analisis ini adalah model ekonometrik dengan pendekatan kointegrasi dan model dinamis faktor-faktor utama yang

mempengaruhi tabungan nasional dan investasi swasta dengan pendekatan ECM (ErrorCorrection Model) menggunakan bantuan program Microsoft Excel dan Eviews 3.0. Data yang digunakan adalah data periode tahunan (time series) dengan estimasi model menggunakan Ordinary Least Square (OLS). 13 & 14. UANG, BANK dan PENCIPTAAN UANG A. Pengertian Uang dalam ilmu ekonomi tradisional didefinisikan sebagai setiap alat tukar yang dapat diterima secara umum. Alat tukar itu dapat berupa benda apapun yang dapat diterima oleh setiap orang di masyarakat dalam proses pertukaran barang dan jasa. Dalam ilmu ekonomi modern, uang didefinisikan sebagai sesuatu yang tersedia dan secara umum diterima sebagai alat pembayaran bagi pembelian barang-barang dan jasa-jasa serta kekayaan berharga lainnya serta untuk pembayaran utang. Bank, menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidur rakyat banyak. Penciptaan uang adalah proses memproduksi atau menghasilkan uang baru. Terdapat tiga cara untuk menciptakan uang; pertama dengan cara mencetak mata uang kertas atau uang logam, kedua melalui pengadaan utang dan pinjaman, serta ketiga melalui beragam kebijakan pemerintah, misalnya seperti pelonggaran kuantitatif. B. Teori Uang dan Motif memegang Uang Ada 2 macam teori uang, yaitu : 1. Teori uang statis Teori Uang Statis atau disebut juga teori kualitatif statis bertujuan untuk menjawab pertanyaan: apakah sebenarnya uang? Dan mengapa uang itu ada harganya? Mengapa uang itu sampai beredar? Teori ini disebut statis karena tidak mempersoalkan perubahan nilai yang diakibatkan oleh perkembangan ekonomi. Yang termasuk teori uang statis adalah : Teori Metalisme (Intrinsik) oleh KMAPP Uang bersifat seperti barang, nilainya tidak dibuat-buat, melainkan sama dengan nilai logam yang dijadikan uang itu, contoh: uang emas dan uang perak. Teori Konvensi (Perjanjian) oleh Devanzati dan Montanari Teori ini menyatakan bahwa uang dibentuk atas dasar pemufakatan masyarakat untuk mempermudah pertukaran. Teori Nominalisme Uang diterima berdasarkan nilai daya belinya. Teori Negara Asal mula uang karena negara, apabila negara menetapkan apa yang menjadi alat tukar dan alat bayar maka timbullah uang. Jadi uang bernilai karena adanya kepastian dari negara berupa undang-undang pembayaran yang disahkan. 2. Teori uang dinamis Teori ini mempersoalkan sebab terjadinya perubahan dalam nilai uang. Teori dinamis antara lain: Teori Kuantitas dari David Ricardo Teori ini menyatakan bahwa kuat atau lemahnya nilai uang sangat tergantung pada jumlah uang

yang beredar. Apabila jumlah uang berubah menjadi dua kali lipat, maka nilai uang akan menurun menjadi setengah dari semula, dan juga sebaliknya. Teori Kuantitas dari Irving Fisher Teori yang telah dikemukakan David Ricardo disempurnakan lagi oleh Irving Fisher dengan memasukan unsur kecepatan peredaran uang, barang dan jasa sebagai faktor yang mempengaruhi nilai uang. Teori Persediaan Kas Teori ini dilihat dari jumlah uang yang tidak dibelikan barang-barang. Teori Ongkos Produksi Teori ini menyatakan nilai uang dalam peredaran yang berasal dari logam dan uang itu dapat dipandang sebagai barang. Motif Memegang Uang Manusia memiliki alasan masing-masing dalam memegang uang dalam kehidupan sehari-hari sehingga mereka mau memiliki dan menyimpan uang di rumah, di bank, di dompet, di celengan, dan lain sebagainya. Beberapa motif seseorang memegang uang adalah sebagai berikut : 1. Untuk kebutuhan Transaksi Untuk dapat memenuhi kebutuhannya manusia membutuhkan uang sebagai alat transaksi jual beli baik barang maupun jasa. Transaksi akan mengalami peningkatan jika pendapatan seseorang naik. Karakter dari motivasi ini adalah berhubungan positif dengan pendapatan dan berhubungan negatif dengan perkiraan inflasi serta uang menjadi alat tukar. Contoh : memiliki uang untuk membeli barang kebutuhan sehari-hari di mini market. 2. Untuk Berjaga-Jaga Jika suatu waktu terjadi sesuatu yang tidak diduga yang bersifat darurat maka uang yang dimiliki dapat dipergunakan. Karakter dari motivasi ini adalah berhubungan positif dengan pendapatan dan berhubungan negatif dengan perkiraan inflasi serta uang menjadi alat tukar dan penyimpan nilai. Contoh : Jika anak tiba-tiba sakit maka uang yang ada di bawah kasur diambil untuk membiayai pengobatan anak. 3. Untuk Mendapatkan Keuntungan / Berinvestasi Seseorang atau badan usaha dapat mempergunakan uang yang dimilikinya dengan menginvestasikan pada usaha-usaha tertentu demi mendapatkan keuntungan dari investasi tersebut sebesar-besarnya. Karakter dari motivasi ini adalah berhubungan negatif dengan tingkat bunga dan berhubungan negatif dengan perkiraan inflasi serta uang menjadi aset dan penyimpan nilai. Contoh : Memebeli deposito perusahaan terkenal dengan harapan bisa mendapatkan keuntungan besar dari uang yang ditanamnya. C. Bank Sentral dan Bank Umum Bank Sentral di Indonesia diselenggarakan oleh Bank Indonesia. Bank Sentral adalah suatu institusi yang bertanggung jawab untuk menjaga stabilitas harga yang dalam hal ini dikenal dengan istilah inflasi. Bank Sentral menjaga agar tingkat inflasi terkendali, dengan mengontrol keseimbangan jumlah uang dan barang. Bank sentral pada umumnya juga sebuah instansi yang bertanggung jawab atas kebijakan moneter di wilayah negara tersebut. Bank Sentral berusaha untuk menjaga stabilitas nilai mata uang, stabilitas sektor perbankan, dan sistem finansial secara keseluruhan. Apabila jumlah uang yang beredar terlalu banyak maka Bank Sentral dengan menggunakan instrumen antara lain namun tidak terbatas pada base money, suku bunga, giro wajib minimum mencoba menyesuaikan jumlah uang beredar sehingga tidak berlebihan dan cukup untuk menggerakkan roda perekonomian.

Bank Umum (menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank umum juga didefinisikan sebagai institusi keuangan yang berorientasi laba. Untuk memperoleh laba tersebut bank umum melaksanakan fungsi intermediasi. Karena diizikan mengumpulkan dana dalam bentuk deposito, bank umum disebut juga sebagai lembaga keuangan depositori. Berdasarkan kemampuannya menciptakan uang (giral), bank umum dapat juga disebut sebagai bank umum pencipta uang giral. D. Kebijaksanaan Moneter Kebijaksanaan Moneter adalah upaya / tindakan pemerintah untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan kestabilan harga. Secara lebih khusus, kebijaksaan moneter bisa diartikan sebagai makro tindakan pemerintah (Bank Sentral) dengan cara mempengaruhi proses penciptaan uang. Kebijaksanaan moneter merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan ekonomi dan merupakan faktor yang dapat dikontrol oleh pemerintah. Dalam hal ini lembaga yang paling berwenang mengambil langkah kebijaksanaan yang diambil adalah Bank Sentral. Pengaruh kebijaksanaan yang pertama kali terasa adalah pada sektor moneter dan perbankan (tingkat bunga, inflasi, kredit dan sebagainya), yang kemudian ditransfer ke sektor riil (misalnya investasi dan konsumsi) yang berarti terbukti bahwa adanya kebijaksanaan moneter akan mempengaruhi kegiatan ekonomi. DAFTAR PUSTAKA 1. Peter s (1997), money and Capital Markets: Financial Institutions and Instrument in a Global Marketplace, Richard D. Irwin 2. Sukirno, Sadono (1996), Pengantar Teori Mikroekonomi, edisi ke-2, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. 3. www.google.com

Pendapatan Nasional
A.Pengertian Pendapatan Nasional Pendapatan seseorang individu dapat didefinisikan sebagai jumlah penghasilan yang diperoleh dari jasa-jasa produksi yang diserahkanya pada suatu waktu tertentu atau yang diperolehnya dari harta kekayaannya. Pendapatan nasional tidak lebih dari pada penjumlahan dari semua pendapatan individu.1 Pendapatan nasional adalah penjumlahan dari semua (a) upah, gaji, komisi-komisi, bonus, dan lain-lain bentuk penghasilan kerja (sebelum dipotong pajak atau iuran jaminan sosial); (b) pendapatan netro dari rented dan royalty; (c) pendapatan bunga; (d) dan laba, baik laba korporasi, atau laba perusahaan yang terbentuk persekutuan maupun laba perusahaan perseorangan, baik yang dibayarkan pada pemilik maupun yang ditahan didalam perusahaan, dan sebelum dipotong pajak pendapatan.2 Pendapatan nasional dapat juga digolong-golongkan berdasarkan sektor yang menghasilkannya : upah dan gaji serta tunjangan-tunjangan yang berkenaan yang berkenakan tentang itu, misalnya, yang dibayarkan oleh dunia perusahaan, oleh pemerintah oleh organisasi-organisasi swasta yang tidak bertujuan mencari laba, oleh dunia rumah tangga, oleh orang-orang, firm-firm atau organisasi luar negri atau internasional.3 Apabila keseluruhan barang dan jasa yang dihasilkan dalam satu tahun dihitung maka akan diperoleh produk nasional atau pendapatan nasional. Dengan demikian produk nasional atau pendapatan nasional adalah nilai barang akhir dan jasa akhir yang dihasilkan sesuatu negara dalam satu tahun tertentu.4 Suatu konsep yang berhubungan dengan pendapatan nasional adalah konsep disposibel personal income. Konsep ini adalah lebih bersifat suatu penerimaan daripada sifat penghasilan, dan dihitung setelah pajak.5 B.Penghitungan Pendapatan Nasional Tiga cara untuk melakukan penghitungan menghitung pendapatan nasional, yaitu: a.Cara perbelanjaan/pengeluaran Cara perbelanjaan dilakukan dengan cara menghitung dan menaksir nilai aliran perbelanjaan yang dilakukan oleh sektor rumah tangga, penanaman modal, pemerintah dan sektor luar negeri. Aliran-aliran perbelanjaan ini merupakan nilai perbelanjaan yang dilakukan ke atas barangbarang akhir dan jasa akhir yang diproduksi oleh sektor perusahaan. Dalam penghitungan pendapatan nasional, investasi perusahaan dinamakan sebagai pembentukan modal tetap domistik bruto. b.Cara pendapatan Dalam cara pendapatan, yang dihitung dan ditaksir adalah nilai aliran pendapatan faktor-faktor produksi. Aliran pendapatan faktor-faktor produksi yang paling penting adalah gaji dan upah. c.Cara produksi neto atau nilai tambah Untuk menghitung pendapatan nasional dilakukan dengan menghitung dan menaksir nilai tambah yaitu pertambahan nilai uang dari suatu barang yang diwujudkan oleh setiap perusahaan dalam perekonomian. Karena cara ini memperhatikan pertambahan nilai dalam proses produksi, maka cara ini dinamakan cara produksi, dan sering dinamakan sebagai pendekatan net output atau output neto.6 Faktor produksi (factors of production) adalah input yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa.7 Perhitungan pendapatan nasional akan memberikan kepada kita perkiraan GNP secara teratur,

yakni pengukuran dasar kinerja perekonomian dalam memproduksi semua barang dan jasa. GNP adalah nilai dari semua barang dan jasa yang diproduksi oleh faktor-faktor produksi dalam negeri dalam satu periode waktu tertentu. Terdapat seluk-beluk kompleksitas yang sangat halus dari perhitungn GNP. -Barang-barang jadi dan nilai tambah. Penekanan barang jadi dan nilai tambah adalah untuk memastikan bahwa kita tidak membuat perhitungan ganda. -Output masa kini GNP terdiri dari nilai output yang diproduksi masa kini. Dengan demikian, ia tidak meliputi transaksi-transaksi dari komoditi yang sudah ada. -Harga pasar GNP menilai harga barang pada harga pasar. -GNP dan produk domistik bruto Terdapat perbedaan antara GNP dengan produk domistik bruto atau GDP atau nilai barang jadi yang telah diproduksi di dalam negeri.8 Dalam prateknya, data GNP digunakan tidak hanya untuk mengukur berapa banyak barang dan jasa yang sedang diproduksi, tetapi juga untuk mengukur tingkat kesejahtraan penduduk suatu negara. Dalam pengukuran GNP terdapat tiga masalah pokok antara lain : a.Sejumlah output diukur dengan sangat sembrono karena ia tidak diperdagangkan dipasar. b.Sulit untuk menghitung secara tepat perbaikan dari kualitas barang- barang. c.Sejumlah kegiatan yang diukur sebagai tambahan terhadap GNP nyata pada dasarnya adalah memiliki penggunaan sumber-sumber untuk menghindarkan atau bahkan mencakupkan faktorfaktor yang negatif seperti tindak kejahatan kriminal atau resiko yang membahayakan keamanan negara.9 Tiga konsep pendapatan nasional dihitung nilainya yaitu: Produk Domistik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP), Produk Nasional Bruto (PNB) atau Gross National Product (GNP) dan Pendapatan Nasional atau National Income. Dalam menunjukkan data pendapatan nasional yang dihitung dengan cara produksi neto atau nilai tambah, ditemukan dua jenis data: 1)Pendapatan Nasional Pada Harga Tetap. Produk Domistik Bruto atau GDP merupakan nilai barang dan jasa yang diproduksikan dalam negara dengan mengunakan factor-faktor produksi yang dimiliki oleh penduduk negara tersebut dan penduduk/perusahaan negara lain. Penghitungan GDP dengan cara pengeluaran membedakan perbelanjaan-perbelanjaan yang dilakukan dalam perekonomian kepada 5 komponen, yaitu: a.Pengeluaran konsumsi yang meliputi perbelanjaan konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah. b.Pengeluaran investasi dan dinamakan pembentukan modal tetap domestik bruto, mengambarkan keseluruhan pengluaran yang dilakukan dalam negara ke atas barang-barang modal. c.Perubahan dalam stok berarti perubahan nilai barang simpanan (stok) diberbagai perusahaan di seluruh negara. Stok ini berupa barang mentah, barang yang sedang diproses (barang setengah jadi) dan barang jadi. d.Ekspor barang dan jasa, merupakan pembelian orang luar negeri ke atas produk negara kita. Maka pengeluaran tersebut merupakan bagian dari pendapatan nasional. e.Impor barang dan jasa, adalah pengeluaran penduduk dan perusahaan kita ke atas barang-

barang yang diproduksikan di negara-negara lain.10 2)Pendapatan Nasional Pada Harga Berlaku Membandingkan data impor dengan data ekspor, apabila ekspor lebih besar dari impor maka pendapatan nasional meningkat begitu juga sebaliknya jika impor lebih besar dari pada ekspor maka pendapatan nasional berkurang.11 Pendapatan nasional: pendapatan faktor-faktor produksi. Jenis pendapatan faktor-faktor produksi dibedakan kepada lima golongan, yaitu: a.Ganjaran kepada pekerja atau gaji dan upah, b.Bunga bersih adalah bunga yang diterima dari memberikan pijaman untuk kegiatan-kegiatan produktif dalam perekonomian, c.Pendapatan dari sewa, d.Keuntungan perusahaan dan e.Pendapatan usaha sendiri merupakan pendapatan usaha-usaha kecil-kecilan yang dijalankan sendiri dan dengan bantuan anggota keluarganya. Jumlah pendapatan yang diterima semua faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi dinamakan produk nasional neto (Net National Product atau NNP) menurut harga faktor atau dikenal sebagai pendapatan nasional.12 Pendapatan pribadi (individu). Pada hakekatnya pendapatan nasional menunjukkan jumlah pendapatn yang diterima faktorfaktor produksi yang digunakan dalam proses produksi. Faktor penyebab tidak samanya pendapatan nasional dengan pendapatan seluruh rumah tangga adalah: ?Sebagian pendapatan rumah tangga diperoleh bukan dari menawarkan faktor-faktor produksi. Contohnya beasiswa dan pendapatan berupa pensiun. ?Sebagian pendapatan faktor-faktor produksi tidak dibayarkan kepada rumah tangga. Pendapatan yang sebenarnya diterima rumah tangga adalah sama dengan pendapatan nasional yang dikurangi dengan pendapatan faktor yang tidak dibayarkan kepada rumah tangga dan ditambah dengan pendapatan rumah tangga yang bukan berasal dari penawaran faktor-faktor produksi.dengan demikian pendapatan pribadi dapat didefinisikan sebagai pendapatan yang diterima seluruh rumah tangga dalam perekonomian dari pembayaran ke atas penggunaan faktorfaktor produksi yang dimilikinya dan dari sumber lain. Tiga komponen dari pendapatan factorfaktor produksi yang tidak diterima oleh rumah tangga, yaitu: 1)Pajak keuntungan perusahaan korporat 2)Keuntungan yang tidak dibagi, dan 3)Kontribusi untuk dana pengganguran. Sedang pendapatan yang diterima bukan dari penawaran faktor-faktor produksi adalah: 1)Pembayaran pidahan, 2)pendapatan pribadi dari bunga. Pembayaran pindahan atau transfer payments merupakan pendapatan-pendapatan individu yang diperoleh tanpa menyediakan tenaganya untuk memperoleh pendapatan tersebut.13 Pendapatan desposibel Dari pendapatan pribadi dapat pula dihitung pendapatan disposibel, yaitu bagian dari pendapatan pribadi yang sebenarnya dapat digunakan oleh rumah tangga untuk membiayai konsumsi atau keperluan. Pendapatan desposibel dapat dihitung dengan mengurangi pajak pendapatan perseorangan dari pendapatan pribadi.14 C.Distribusi Pendapatan Nasional Jumlah output barang dan jasa, faktor-faktor produksi dan fungsi produksi juga menentukan

pendapatan nasional. Teori distribusi neo klasik berisi tentang bagaimana pendapatan nasionaldibagi di antara faktor-produksi.15 Karena faktor harga merupakan salah satu dari unsur yang menentukan pendapatan faktor produksi yang bersangkutan, suatu teori tentang harta factor penting bagi suatu teori distribusi. Teori harta faktor produksi hanyalah merupakan kasus khusus dari teori harga; harga tersebut tergantung pada permintaan dan penawaran faktor tersebut.16 Distribusi pendapatan nasional ditentukan olah harga-harga faktor. Harga faktor (factor prices) adalah jumlah yang dibayar ke faktor-faktor produksi upah yang para kerja terima dan sewa yang dikumpulkan para pemilik modal.17 Permintaan suatu faktor produksi merupakan suatu derived demand karena suatu perusahaan memerlukan tenaga kerja, bahan baku, mesin-mesin, dan fator produksi lainnya, bukanlah dipergunakan sendiri,tetapi untuk menghasilkan barang dan jasa yang akan dijualnya.18 --------------------------------1.Paul Sitohang, teori ekonomi makro, UI Press, hlm. 34 2.Ibid., hlm. 36 3.Ibid., hlm. 37 4.Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Modern, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2000, hlm. 28 5.Paul Sitohang, teori ekonomi makro, UI Press, hlm. 37 6.Ibid., hlm. 31-33 7.N. Gregory Mankiw, Teori Makro Ekonomi, Erlangga, hlm 42 8.Rudiger Dornbusch Stanley Fischer, Ekonomi Makro, PT Rineka Cipta, Jakarta, hlm. 40-42 9.Ibid., hlm. 49-50 10.Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Modern, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2000, hlm.3537 11.Ibid., hlm. 39 12.Ibid., hlm. 41 13.Ibid., hlm. 42-43 14.Ibid., hlm. 44 15.N. Gregory Mankiw, Teori Makro Ekonomi, Erlangga, hlm 44 16.Richard G. Lipsey, Peter O. Steiner, pengantar ilmu ekonomi 2, Bina Aksara, hlm. 255 17.N. Gregory Mankiw, Teori Makro Ekonomi, Erlangga, hlm 44 18.Richard G. Lipsey, Peter O. Steiner, pengantar ilmu ekonomi 2, Bina Aksara, hlm.256

KONSEP PENDAPATAN NASIONAL 1. PDB/GDP (Produk Domestik Bruto/Gross Domestik Product) Produk Domestik Bruto adalah jumlah produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unitunit produksi di dalam batas wilayah suatu Negara selama satu tahun. Dalam perhitungannya, termasuk juga hasil produksi dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan/orang asing yang beroperasi diwilayah yang bersangkutan 2. PNB/GNP (Produk Nasional Bruto/Gross Nasional Product) PNB adalah seluruh nilai produk barang dan jasa yang dihasilkan masyarakat suatu Negara dalam periode tertentu, biasanya satu tahun, termasuk didalamnya barang dan jasa yang dihasilkan oleh masyarakat Negara tersebut yang berada di luar negeri. Rumus GNP = GDP Produk netto terhadap luar negeri 3. NNP (Net National Product) NNP adalah jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh masyarakat dalam periode tertentu, setelah dikurangi penyusutan (depresiasi) dan barang pengganti modal. Rumus : NNP = GNP Penyusutan 4. NNI (Net National Income) NNI adalah jumlah seluruh penerimaan yang diterima oleh masyarakat setelah dikurangi pajak tidak langsung (indirect tax) Rumus : NNI = NNP Pajak tidak langsung 5. PI (Personal Income) PI adalah jumlah seluruh penerimaan yang diterima masyarakat yang benar-benar sampai ke tangan masyarakat setelah dikurangi oleh laba ditahan, iuran asuransi, iuran jaminan social, pajak perseorangan dan ditambah dengan transfer payment. Rumus : PI = (NNI + transfer payment) (Laba ditahan + Iuran asuransi + Iuran jaminan social + Pajak perseorangan ) 6. DI (Disposible Income) DI adalah pendapatan yang diterima masyarakat yang sudah siap dibelanjakan oleh penerimanya. Rumus : DI = PI Pajak langsung

PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL 1. Tujuan dan manfaat perhitungan pendapatan nasional Tujuan mempelajari pendapatan nasional : a. Untuk mengetahui tingkat kemakmuran suatu Negara b. Untuk memperoleh taksiran yang akurat nilai barang dan jasa yang dihasilkan masyarakat dalam satu tahun c. Untuk membantu membuat rencana pelaksanaan program pembangunan yang berjangka. 2. Manfaat mempelajari pendapatan nasional a. Mengetahui tentang struktur perekonomian suatu Negara b. Dapat membandingkan keadaan perekonomian dari waktu ke waktu antar daerah atau antar propinsi c. Dapat membandingkan keadaan perekonomian antar Negara d. Dapat membantu merumuskan kebijakan pemerintah. 3. Perhitungan Pendapatan Nasional a. Metode Produksi Pendapatan nasional merupakan penjumlahan dari seluruh nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh sector ekonomi masyarakat dalam periode tertentu Y = [(Q1 X P1) + (Q2 X P2) + (Qn X Pn) ] b. Metode Pendapatan Pendapatan nasional merupakan hasil penjumlahan dari seluruh penerimaan (rent, wage, interest, profit) yang diterima oleh pemilik factor produksi adalam suatu negara selama satu periode. Y=r+w+i+p c. Metode Pengeluaran Pendapatan nasional merupakan penjumlahan dari seluruh pengeluaran yang dilakukan oleh seluruh rumah tangga ekonomi (RTK,RTP,RTG,RT Luar Negeri) dalam suatu Negara selama satu tahun. Y = C + I + G + (X M)

Anda mungkin juga menyukai