Ainun Hany T
(02)
Erliani Eka W
(10)
(14)
M. Eldo V W(20)
Novalia P
(24)
Putri Rahma
(26)
I.
H. Politik sanering
Ini dilakukan bila sudah terjadi hiper inflasi, ini pernah dilakukan BI
pada tanggal 13 Desember 1965 yang melakukan pemotongan
uang dari Rp.1.000 menjadi Rp.1
Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU
No. 3 tahun 2004 pasal 7 tentang Bank Indonesia.
II.
v Kesempatan Kerja
Semakin besar gairah untuk berusaha, maka akan mengakibatkan
peningkatan produksi. Peningkatan produksi ini akan diikuti dengan
kebutuhan tenaga kerja. Hal ini berarti akan terjadinya peningkatan
kesempatan kerja dan kesehjateraan karyawan.
v Kestabilan harga
Apabila kestablian harga tercapai maka akan menimbulkan kepercyaan di
masyarakat. Masyarakat percaya bahwa barang yang mereka beli
sekarang akan sama dengan harga yang akan masa depan.
v Neraca Pembayaran Internasional
Neraca pembayaran internasional yang seimbang menunjukkan stabilisasi
ekonomi di suatu Negara. Agar neraca pembayaran internasional
seimbang, maka pemerintah sering melakukan kebijakan-kebijakan
moneter.
Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan
cara menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar.
III.
Hal yang dimaksud dengan kestabilan nilai rupiah antara lain adalah
kestabilan terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada
inflasi. Untuk mencapai tujuan tersebut, sejak tahun 2005 Bank Indonesia
menerapkan kerangka kebijakan moneter dengan inflasi sebagai sasaran
utama kebijakan moneter (Inflation Targeting Framework) dengan
menganut sistem nilai tukar yang mengambang (free floating). Peran
kestabilan nilai tukar sangat penting dalam mencapai stabilitas harga dan
sistem keuangan. Oleh karenanya, Bank Indonesia juga menjalankan
kebijakan nilai tukar untuk mengurangi volatilitas nilai tukar yang
berlebihan, bukan untuk mengarahkan nilai tukar pada level tertentu.
Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk
melakukan kebijakan moneter melalui penetapan sasaran-sasaran
moneter (seperti uang beredar atau suku bunga) dengan tujuan utama
menjaga sasaran laju inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah. Secara
operasional, pengendalian sasaran-sasaran moneter tersebut
menggunakan instrumen-instrumen, antara lain operasi pasar terbuka di
pasar uang baik rupiah maupun valuta asing, penetapan tingkat diskonto,
penetapan cadangan wajib minimum, dan pengaturan kredit atau
pembiayaan. Bank Indonesia juga dapat melakukan cara-cara
pengendalian moneter berdasarkan Prinsip Syariah.
2. Kebijakan Non-Moneter
Kebijakan non moneter adalah kebijakan yang tidak berhubungan
dengan finansial pemerintah maupun jumla uang yang beredar, cara ini
merupakan langkah alternatif untuk mengatasi inflasi. Kebijakan non
moneter dapat dilakukan melalui instrument berikut:
Mendorong agar pengusaha menaikkan hasil produksinya.
Cara ini cukup efektif mengingat inflasi disebabkan oleh kenaikan jumlah
barang konsumsi tidak seimbang dengan jumlah uang yang beredar. Oleh
karena itu pemerintah membuat prioritas produksi atau memberi bantuan
(subsidi) kepada sektor produksi bahan bakar, produksi beras.
Menekan tingkat upah.
tidak lain merupakan upaya menstabilkan upah/gaji, dalam pengertian
bahwa upah tidak sering dinaikan karena kenaikan yang relatif sering
dilakukan akan dapat meningkatkan daya beli dan pada akhirnya akan
meningkatkan permintaan terhadap barang-barang secara keseluruhan
dan pada akhirnya akan menimbulkan inflasi.
Pemerintah melakukan pengawasan harga dan sekaligus menetapkan
harga maksimal.
Pemerintah melakukan distribusi secara langsung.
Dimaksudkan agar harga tidak terjadi kenaikan, hal ini seperti yang
3. Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang dibuat pemerintah untuk
mengarahkan ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan
pendapatan (berupa pajak) pemerintah. Kebijakan fiskal berbeda
dengan kebijakan moneter, yang bertujuan men-stabilkan perekonomian
dengan cara mengontrol tingkat bunga dan jumlah uang yang beredar.
Instrumen utama kebijakan fiskal adalah pengeluaran dan pajak.
B.
(taxable
4. Kebijakan Non-Fiskal
Kebijakan Non Fiskal merupakan kebijakan yang diambil
pemerintah dengan tidak menggunakan instrumen pajak, misalnya
kebijakan moneter. Jika kebijakan fiskal sangat terkait dengan dua
instrument yaitu pendapatan dan pengeluaran negara, maka sebaliknya
kebijakan non-fiskal dapat diartikan sebagai kebijakan di luar dua
instrument tersebut. Meskipun pada dasarnya memiliki tujuan yang sama
sama namun domain dan fokus tindakannya yang berbeda. Bank
Indonesia misalnya, sebagai bank sentral berwenang mengawasi uang
beredar dalam rangka menjaga stabilitas ekonomi negara utamanya kurs
rupiah yang bisa mempengaruhi fundamental ekonomi. Wewenang BI ini
tidak dimiliki oleh Direktorat Jenderal Pajak yang bertugas mengawasi dan
memaksimalkan penerimaan negara. Lain lagi dengan OJK (Otoritas Jasa
Keuangan) yang kini fokus menangani bank dan lembaga keuangan.
Seperti salah satu masalah ekonomi yang menjadi bagian dari kebijakan
tersebut adalah mengenai inflasi mata uang. Inflasi atau penurunan
jumlah mata uang yang berberedar merupakan salah satu masalah yang
sangat besar dan dapat mempengaruhi kesehatan ekonomi secara global.
Beberapa langkah yang bisa tempuh selain melakukan pengawasan
adalah dengan menetapkan harga maksimal barang di pasaran. Selain itu
melakukan distribusi langsung juga termasuk dalam upaya kebijakan
tersebut, lebih dalam lagi ketika terjadi inflasi yang sudah tak tertolong
lagi (hyper inflasion) pemerintah dapat memberlakukan sneering atau
pemotongan nilai mata uang seperti yang pernah dilakukan sekitar tahun
1960an.