Anda di halaman 1dari 17

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kebijakan Moneter


Kebijakan moneter adalah kebijakan dari otoritas moneter (bank sentral)
dalam bentuk pengendalian agregat moneter (seperti uang beredar, uang primer,
atau kredit perbankan) untuk mencapai perkembangan kegiatan perekonomian
yang diinginkan. Perkembangan perekonomian yang diinginkan dicerminkan oleh
stabilitas harga, pertumbuhan ekonomi, dan kesempatan kerja yang tersedia.
Kebijakan moneter juga Dapat diartikan sebagai upaya untuk mencapai tingkat
pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara berkelanjutan dengan tetap
mempertahankan kestabilan harga. Kebijakan moneter dapat melibatkan mengeset
standar bunga pinjaman, "margin requirement", kapitalisasi untuk bank atau
bahkan bertindak sebagai peminjam usaha terakhir atau melalui persetujuan
melalui negosiasi dengan pemerintah lain.
Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang
bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang
tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal
(keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro,
yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan kerja,
kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang seimbang. Apabila
kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan moneter
dapat dipakai untuk memulihkan (tindakan stabilisasi).
Pengaruh kebijakan moneter pertama kali akan dirasakan oleh sektor
perbankan, yang kemudian ditransfer pada sektor riil. Bank Sentral atau Otoritas
Moneter berusaha mengatur keseimbangan antara persediaan uang dengan
persediaan barang agar inflasi dapat terkendali, tercapai kesempatan kerja penuh
dan kelancaran dalam pasokan/distribusi barang agar tujuan dari kebijakan
moneter dapat terealisasikan. Kebijakan moneter dilakukan antara lain dengan
salah satu namun tidak terbatas pada instrumen sebagai berikut yaitu suku bunga,
giro wajib minimum, intervensi dipasar valuta asing dan sebagai tempat terakhir
bagi bank-bank untuk meminjam uang apabila mengalami kesulitan likuiditas.

B. Macam-macam Kebijakan Moneter


Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan cara
menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu :
1. Kebijakan Moneter Ekspansif / Monetary Expansive Policy, adalah
suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang edar.
Apabila tidak ada kebijakan ini maka jumlah uang di suatu negara akan
menipis sehingga transaksi atau jual beli disuatu negara akan
terganggu. Kebijakan ini dilakukan untuk mengatasi pengangguran dan
meningkatkan daya beli masyarakat (permintaan masyarakat) pada saat
perekonomian mengalami resesi atau depresi.
2. Kebijakan Moneter Kontraktif / Monetary Contractive Policy, adalah
suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang edar.
Kebijakan ini biasanya dilakukan saat perekonomian mengalami
inflasi. Disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight money policy)

C. Instrumen Kebijakan Moneter


Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen
kebijakan moneter, yaitu antara lain :
1. Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation) Operasi pasar terbuka
adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan menjual atau
membeli surat berharga pemerintah (government securities). Jika ingin
menambah jumlah uang beredar, pemerintah akan membeli surat
berharga pemerintah. Namun, bila ingin jumlah uang yang beredar
berkurang, maka pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah
kepada masyarakat. Surat berharga pemerintah antara lain diantaranya
adalah SBI atau singkatan dari Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU
atau singkatan atas Surat Berharga Pasar Uang.
2. Fasilitas Diskonto (Discount Rate) Fasilitas diskonto adalah
pengaturan jumlah duit yang beredar dengan memainkan tingkat bunga
bank sentral pada bank umum. Bank umum kadang-kadang mengalami
kekurangan uang sehingga harus meminjam ke bank sentral. Untuk
membuat jumlah uang bertambah, pemerintah menurunkan tingkat
bunga bank sentral, serta sebaliknya menaikkan tingkat bunga demi
membuat uang yang beredar berkurang.
 4. 3. Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio) Rasio cadangan
wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan memainkan jumlah dana
cadangan perbankan yang harus disimpan pada pemerintah. Untuk menambah
jumlah uang, pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk menurunkan
jumlah uang beredar, pemerintah menaikkan rasio. 4. Himbauan Moral (Moral
Persuasion) Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah
uang beredar dengan jalan memberi imbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya
seperti menghimbau perbankan pemberi kredit untuk berhati-hati dalam
mengeluarkan kredit untuk mengurangi jumlah uang beredar dan menghimbau
agar bank meminjam uang lebih ke bank sentral untuk memperbanyak jumlah
uang beredar pada perekonomian. 5. Kredit Selektif Politik bank sentral untuk
mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara memperketat pemberian kredit
6. Politik Sanering Ini dilakukan bila sudah terjadi inflasi tinggi, ini pernah
dilakukan BI pada tanggal 13 Desember 1965 yang melakukan pemotongan uang
dari Rp.1.000 menjadi Rp.1 Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan
memelihara kestabilan nilai rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU
No. 3 tahun 2004 pasal 7 tentang Bank Indonesia. Hal yang dimaksud dengan
kestabilan nilai rupiah antara lain adalah kestabilan terhadap harga-harga barang
dan jasa yang tercermin pada inflasi. Untuk mencapai tujuan tersebut, sejak tahun
2005 Bank Indonesia menerapkan kerangka kebijakan moneter dengan inflasi
sebagai sasaran utama kebijakan moneter (Inflation Targeting Framework) dengan
menganut sistem nilai tukar yang mengambang (free floating). Peran kestabilan
nilai tukar sangat penting dalam mencapai stabilitas harga dan sistem keuangan.
Oleh karenanya, Bank Indonesia juga menjalankan kebijakan nilai tukar untuk
mengurangi volatilitas nilai tukar yang berlebihan, bukan untuk mengarahkan
nilai tukar pada level tertentu.
 5. D. Tujuan Kebijakan Moneter Kebijakan moneter memiliki beberapa
tujuan. Adapun tujuan ekonomi moneter adalah untuk mencapai stablisasi
ekonomi yang dapat diukur dengan : 1. Kesempatan kerja. Dengan adanya
kesempatan kerja atau lowongan pekerjaan maka makin besar dalam
meningkatkan produksi, selain dapat meningkatkan produksi maka dapat juga
membantu masyarakat yang menjadi pengangguran. Semakin besar gairah untuk
berusaha, maka akan mengakibatkan peningkatan produksi. Peningkatan produksi
ini akan diikuti dengan kebutuhan tenaga kerja. Hal ini berarti akan terjadinya
peningkatan kesempatan kerja dan kesejahteraan karyawan. 2. Kestabilan harga
Harga yang makin kian tinggi membuat masyarakat menjadi resah, tiap tahunnya
harga barang bukannya menjadi turun tetapi semakin naik, untuk mencegah harga
yang semakin naik maka pemerintah menstabilkan harga sehingga harga tidak
mengalami kenaikkan setiap tahunnya. Apabila kestablian harga tercapai maka
akan menimbulkan kepercyaan di masyarakat. Masyarakat percaya bahwa barang
yang mereka beli sekarang akan sama dengan harga yang akan masa depan. 3.
Neraca pembayaran internasional Neraca pembayaran internasional yang
seimbang menunjukkan stabilisasi ekonomi di suatu Negara. Agar neraca
pembayaran internasional seimbang, maka pemerintah sering melakukan
kebijakan-kebijakan moneter. 4. Mengedarkan mata uang sebagai alat pertukaran
(medium of exchange) dalam perekonomian. 5. Mempertahankan keseimbangan
antara kebutuhan likuiditas perekonomian dan stabilitas tingkat harga. 6.
Distribusi likuiditas yang optimal dalam rangka mencapai pertumbuhan ekonomi
yang diinginkan pada berbagai sektor ekonomi. 7. Membantu pemerintah
melaksanakan kewajibannya yang tidak dapat terealisasi melalui sumber
penerimaan yang normal.
 6. II. KEBIJAKAN FISKAL A. Pengertian Kebijakan Fiskal Kebijakan Fiskal
adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi
perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan dan
pengeluaran pemerintah. Kebijakan ini mirip dengan kebijakan moneter untuk
mengatur jumlah uang beredar, namun kebijakan fiskal lebih menekankan pada
pengaturan pendapatan dan belanja pemerintah. Kebijakan fiskal juga dapat
diartikan sebagai kebijakan yang dibuat pemerintah untuk mengarahkan ekonomi
suatu negara melalui pengeluaran dan pendapatan (berupa pajak) pemerintah.
Kebijakan ini dilakukan oleh pemerintah dalam rangka mendapatkan dana-dana
dan kebijaksanaan yang ditempuh oleh pemerintah untuk membelanjakan dananya
tersebut dalam rangka melaksanakan pembangunan. Kebijakan pemerintah ini
ditujukan unuk mempengaruhi jalan atau proses kehidupan ekonomi masyarakat
melalu Anggaran Belanja Negara atau APBN. Dari semua unsur APBN hanya
pembelanjaan Negara atau pengeluaran dan Negara dan pajak yang dapat diatur
oleh pemerintah dengan kebijakan fiskal. Contoh kebijakan fiskal adalah apabila
perekonomian nasional mengalami inflasi, pemerintah dapat mengurangi
kelebihan permintaan masyarakat dengan cara memperkecil pembelanjaan dan
atau menaikkan pajak agar tercipta kestabilan lagi. Cara demikian disebut dengan
pengelolaan anggaran. Kebijakan fiskal merujuk pada kebijakan yang dibuat
pemerintah untuk mengarahkan ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan
pendapatan (berupa pajak) pemerintah. Kebijakan fiskal berbeda dengan
kebijakan moneter, yang bertujuan men- stabilkan perekonomian dengan cara
mengontrol tingkat bunga dan jumlah uang yang beredar. Instrumen utama
kebijakan fiskal adalah pengeluaran dan pajak. Perubahan tingkat dan komposisi
pajak dan pengeluaran pemerintah dapat memengaruhi variabel-variabel berikut:
1. Permintaan agregat dan tingkat aktivitas ekonomi 2. Pola persebaran sumber
daya 3. Distribusi pendapatan
 7. B. Instrumen Kebijakan Fiskal Instrumen kebijakan fiskal adalah
penerimaan dan pengeluaran pemerintah yang berhubungan erat dengan pajak.
Dari sisi pajak jelas jika mengubah tarif pajak yang berlaku akan berpengaruh
pada ekonomi. Jika pajak diturunkan maka kemampuan daya beli masyarakat
akan meningkat dan industri akan dapat meningkatkan jumlah output. Dan
sebaliknya kenaikan pajak akan menurunkan daya beli masyarakat serta
menurunkan output industri secara umum. Adapun instrumen-instrumennya a.l. :
1. Anggaran Defisit (Defisit Budget) / Kebijakan Fiskal Ekspansif Anggaran
defisit adalah kebijakan pemerintah untuk membuat pengeluaran lebih besar dari
pemasukan negara guna memberi stimulus pada perekonomian. Umumnya sangat
baik digunakan jika keaadaan ekonomi sedang resesif. 2. Anggaran Surplus
(Surplus Budget) / Kebijakan Fiskal Kontraktif Anggaran surplus adalah
kebijakan pemerintah untuk membuat pemasukannya lebih besar daripada
pengeluarannya. Baiknya politik anggaran surplus dilaksanakan ketika
perekonomian pada kondisi yang ekspansi yang mulai memanas (overheating)
untuk menurunkan tekanan permintaan. 3. Anggaran Berimbang (Balanced
Budget) Anggaran berimbang terjadi ketika pemerintah menetapkan pengeluaran
sama besar dengan pemasukan. Tujuan politik anggaran berimbang yakni
terjadinya kepastian anggaran serta meningkatkan disiplin. C. Kebijakan Fiskal
Pada Pendapatan Nasional Pada sistem perekonomian yang tertutup (tidak ada
perdagangan internasional) maka pendapatan nasional (Y) dapat tersusun atas
konsumsi (C), investasi (I), pengeluaran pemerintah (G). Dirumuskan : C = aY +
b Dimana konsumsi (C) sebagai fungsi dirumuskan sebagai : Pendapatan
disposibel (YD) sebagai nilai pendapatan yang dapat dibelanjakan diformulasikan
sebagai : YD = Y – Tx + Tr YD = C + S Dimana saving dapat difungsikan
sebagai : S = (1-a)Y – b Dengan pendekatan matematis dapat ditemukan adanya
angka pengganda/ multiplier dalam perekonomian dengan penggunaan kebijakan
fiskal, yaitu : Keterangan : Tx : Pajak Tr : Transfer pemerintah S : Saving
 8. 1. Angka pengganda investasi 2. Angka pengganda konsumsi 3. Angka
pengganda pengeluaran pemerintah 4. Angka pengganda transfer pemerintah 5.
Angka pengganda pajak. D. Tujuan Kebijakan Fiskal Tujuan kebijakan fiskal
adalah untuk mempengaruhi jalannya perekonomian. Hal ini dilakukan dengan
jalan memperbesar dan memperkecil pengeluaran komsumsi pemerintah (G),
jumlah transfer pemerintah (Tr), dan jumlah pajak (Tx) yang diterima pemerintah
sehingga dapat mempengaruhi tingkat pendapatn nasional (Y) dan tingkat
kesempatan kerja (N). Biaya transfer pemerintah merupakan pengeluaran-
pengeluaran pemerintah yag tidak menghasilkan balas jasa secara langsung.
Contoh pemberian beasiswa kepada mahasiswa, bantuan bencana alam dan
sebagainya. E. Konsep-konsep Dasar Kebijakan fiskal memiliki beberapa konsep,
adapun konsepnya adalah sebagai berikut: 1. Kebijakan Fiskal : perubahan-
perubahan pada belanja atau penerimaan pajak pemerintah pusat yang
dimaksudkan untk mencapai penggunaan tenaga kerja-penu, stabilitas harga, dan
laju pertumbuhan ekonomi yang pantas. 2. Kebijakan Fiskal Ekspansioner :
peningkatan belanja pemerintah dan/atau penurunan pajak yang dirancang untuk
meningkatkan permintaan agregat dalam perekonomian. Tujuan dari kebijakan ini
adalah untuk meningkatkan produk domestik bruto dan menurunkan angka
pengangguran. 3. Kebijakan Fiskal Kontraksioner : Pengurangan belanja
pemerintah dan/atau peningkatan pajak yang dirancang untuk menurunkan
permintaan agregat dalam perekonomian. Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk
mengontrol inflasi. 4. Efek Pengganda : dalam ilmu ekonomi, peningkatan belanja
oleh konsumen, perusahaan atau pemerintah akan menjadi pendapatan bagi pihak-
pihak lain. Ketika orang ini membelanjakan pendapatkannya, belanja tersebut
menjadi pendapatan bagi orang lain dan seterusnya, sehingga menyebabkan
terjadinya peningkatan produksi dalam suatu perekonomian. Efek pengganda
dapat juga berdampak sebaliknya ketika belanja mengalami penurunan.
 9. 5. Kebiljakan Fiskal Sisi-penawaran : kebijakan fiskal dapat secara
langsung mempengaruhi bukan saja permintaan agregat, namun juga penawaran
agregat. Sebagai contoh, pemotongan tarif pajak akan memberikan insentif bagi
perusahaan untuk melakukan ekspansi atau investasi barang modal karena mereka
memperoleh pendapatan setelah pajak yang lebih besar yang kemudian dapat
dibelanjakan. a. Membiayai Defisit & Memanfaatkan Surplus : –Meminjam dari
publik atau luar negeri (crowding out ) –Mencetak uang b. Memanfaatkan surplus
–Mengurangi hutang –Disimpan F. Masalah dalam Kebijakan Fiskal Kebijakan
fiskal sering kali menghadapi permasalah seperti yang disebutkan di bawah ini: 1.
Masalah waktu 2. Pertimbangan politis 3. Respon pelaku ekonomi 4. Dampak
crowding-out 5. Kondisi perekonomian dunia/luar negeri G. Masalah Pokok
Ekonomi Makro Tingkat kegiatan ekonomi Negara pada suatu waktu tertentu
adalah berbentuk salah satu dari tiga keadaan, yaitu mencapai tingkat penggunaan
tenaga kerja penuh (full employment), menghadapi masalah pengangguran dan
menghadapi masalah inflasi. (Sadono Sukirno, 2000). 1. Tingkat Penggunaan
Tenaga Kerja Penuh (full employment) Keadaan ini merupakan keadaan yang
ideal untuk setiap perekonomian.Dalam perekonomian yang mencapai tingkat
penggunaan tenaga kerja penuh, pengeluaran agregat yang sebenarnya adalah
sama dengan pengeluaran agregat yang diperlukan untuk mencapai tingkat
penggunaan tenaga kerja penuh. Kondisi tenaga kerja penuh tercapai ketika
pendapat nasional sama dengan pendapat nasional potensial.
 10. 2. Masalah Pengangguran Masalah ini terjadi karena pengeluaran agregat
yang diperlukan untuk mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh. Jurang
deflasi, yaitu jumlah kekurangan pembelanjaan agregat yang diperlukan untuk
mencapai penggunaan tenaga kerja penuh. Kondisi deflasi terjadi sat pendapatan
nasional lebih kecil dari pada pendapatan national potensial. Akibatnya,
penawaran barang dan jasa jauh melebihi permintaan. 3. Masalah Inflasi
Pengeluaran agregat melebihi kemampuan perekonomian untuk memproduksi
barang dan jasa. Kelebihan permintaan tersebut akan menimbulkan kenaikan
harga- harga inflasi.
 11. III. PERAN dan FUNGSI KEBIJAKAN MONETER dan FISKAL A.
PERAN DAN FUNGSI KEBIJAKAN MONETER Kebijakan moneter berperan
dalammenciptakan kondisi perekonomian di antaranya sebagai berikut. 1.
Mempertahankan iklim investasi Dengan tingkat inflasi yang rendah, maka
ikliminvestasi akan tetap hidup. Jika inflasi rendah, suku bunga bank juga
cenderung rendah. Rendahnya suku bunga bank akan mendorong orang untuk
melakukan investasi atau usaha baru. 2. Memperluas kesempatan kerja Kebijakan
moneter dapat menciptakan iklim kondusif bagi berlangsungnya berbagai kegiatan
ekonomi. Setiap kegiatan ekonomi membutuhkan tenaga kerja. Adanya kegiatan
ekonomi berarti pula memperluas kesempatan kerja. 3. Menciptakan pertumbuhan
ekonomi yang tinggi Keadaan ekonomi yang kondusif memungkinkan terjadinya
pertumbuhan ekonomi. Adanya kestabilan nilai kurs mata uang serta kestabilan
harga barang dan jasa sangat dibutuhkan para investor atau pengusaha dalam
menjalankan kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi yang berjalan baik
menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. 4. Memperbaiki kondisi neraca
pembayaran Neraca pembayaran nasional dikatakan baik jika mengalami surplus
atau nilai ekspor melebih nilai impor. Untuk mencapai kondisi tersebut, kebijakan
moneter yang terkait dengan mata uang atau nilai kurs sangat diperlukan.
Kebijakan moneter dapat mempertahankan stabilitas kurs maupun menurunkan ke
tingkat yang diinginkan. Dengan suatu tingkat kurs tertentu, diharapkan barang-
barang produksi dalam negeri akan bisa lebih murah dibanding produk dari negara
lain. Kondisi ini meningkatkan daya saing produk dalam negeri sehingga pada
akhirnya akan memperbesar volume ekspor (menciptakan neraca pembayaran
yang surplus). 5. Menjaga kestabilan nilai kurs mata uang Untuk menjaga agar
nilai kurs mata uang stabil sesuai yang diharapkan, maka Bank Indonesia
melakukan kebijakan moneter berupa operasi pasar terbuka. Dalam keadaan
apabila nilai kurs mata uang rupiah merosot tajam dibanding dollar Amerika
Serikat, maka Bank Indonesia melakukan intervensi pasar dengan menjual dollar.
 12. 6. Menjaga kestabilan harga barang dan jasa Masyarakat membutuhkan
keadaan dimana harga barang dan jasa tetap stabil sehingga dapat menjalankan
usahanya. Untuk menciptakan keadaan seperti itu, maka Bank Indonesia dapat
melakukan kebijakan moneter berupa menaikkan atau menurunkan suku bunga
Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Tujuan kebijakan ini adalah untuk menurunkan
atau menaikkan jumlah uang yang beredar (JUB). Apabila harga barang dan jasa
naik terus-menerus (tidak stabil) maka Bank Indonesia menaikkan suku bunga
Sertifikat Bank Indonesia agar jumlah uang yang beredar berkurang sehingga laju
kenaikan harga barang dan jasa dapat dikurangi. 7. Menurunkan laju inflasi
Apabila terjadi inflasi yang tinggi, Bank Indonesia dapat melakukan kebijakan
moneter untuk menurunkan jumlah uang yang beredar (JUB). Untuk menurunkan
jumlah uang yang beredar, kebijakan moneter yang diambil dapat berupa
menaikkan atau menurunkan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) atau pun
dengan kebijakan moneter lainnya yaitu reserve requirements. Untuk menurunkan
laju inflasi berarti jumlah uang yang beredar harus dikurangi. Untuk itu, dengan
kebijakan reserve requirements, Bank Indonesia menetapkan kenaikan cadangan
minimum dari bank-bank umum. Kebijakan moneter berfungsi sebagai
instrumen/cara untuk mempengaruhi perekonomian. Kebijakan moneter sebagai
sebuah cara, dipergunakan untuk mencapai tujuan/sasaran ekonomi yang
diharapkan, di antaranya adalah untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi,
mengatasi pengangguran, memperbaiki neraca pembayaran yang defisit, dan
menjaga stabilitas nilai uang. B. PERAN DAN FUNGSI KEBIJAKAN FISKAL
Kebijakan fiskal berperan memengaruhi keadaan perekonomian agar berjalan
dengan lebih baik. Hal ini dilakukan dengan cara memperbesar atau pun
memperkecil pengeluaran pemerintah (G), penerimaan pajak (Tx) dan jumlah
transfer oleh pemerintah (Tr). Peranan kebijakan fiskal antara lain sebagai berikut.
1) Menurunkan tingkat inflasi Untuk menurunkan tingkat inflasi, pemerintah
dapat mengambil kebijakan fiskal berupa tindakan memperkecil pengeluaran
pemerintah. Untuk memperkecil
 13. pengeluaran, tindakan yang dapat diambil oleh pemerintah adalah dengan
menunda atau membatalkan proyek-proyek pemerintah yang telah direncanakan
sebelumnya. Dengan pembatalan atau penundaan tersebut, maka jumlah uang
yang beredar di masyarakat tidak bertambah banyak sehingga laju inflasi dapat
dikurangi/diturunkan. Kebijakan fiskal lainnya adalah dengan mengurangi atau
meniadakan transfer pemerintah (Tr). Yang dimaksud transfer pemerintah adalah
pengeluaran tanpa balas jasa langsung, misalnya bantuan bencana alam, beasiswa
pelajar, bantuan kepada rakyat miskin dan subsidi. Dengan mengurangi atau
meniadakan transfer pemerintah (Tr), maka laju pertambahan uang yang beredar
di masyarakat dapat dikendalikan sehingga laju inflasi juga dapat dikurangi. 2)
Meningkatkan Produk Domestik Bruto Untuk meningkatkan produk domestik
bruto, pemerintah dapat mengambil kebijakan fiskal yaitu memperbesar
pengeluaran pemerintah (G). Untuk memperbesar pengeluaran pemerintah (G),
dapat dilakukan dengan merencanakan dan melaksanakan proyek-proyek
pembangunan yang didanai APBN. Dengan adanya proyek-proyek tersebut maka
terjadi permintaan barang dan jasa. Adanya permintaan barang akan mendorong
adanya produksi oleh masyarakat. Selain itu, kebijakan fiskal lainnya yang dapat
meningkatkan produk domestik bruto adalah peningkatan transfer pemerintah
(Tr). Transfer pemerintah (Tr) berupa bantuan bencana alam, beasiswa pelajar,
bantuan kepada rakyat miskin dan subsidi dapat meningkatkan daya beli
masyarakat yang pada gilirannya meningkatkan permintaan barang maupun jasa,
yang akhirnya mendorong kegiatan produksi oleh pengusaha. 3) Mengurangi
tingkat pengangguran Untuk mengurangi tingkat pengangguran, pemerintah dapat
mengambil kebijakan fiskal, yaitu memperbesar pengeluaran pemerintah (G) dan
memperbesar transfer pemerintah (Tr) berupa subsidi kepada pengusaha,
pengurangan pajak terhadap pengusaha dan sebagainya. Pengeluaran pemerintah
untuk mendanai proyek-proyek pembangunan membutuhkan jasa tenaga kerja,
dengan demikian pengangguran dapat dikurangi. Proyek-proyek tersebut
membutuhkan beraneka macam barang misalnya batu, pasir, batu bata, semen,
peralatan, dan sebagainya. Semua kebutuhan tersebut disediakan oleh masyarakat
(pengusaha) yang pastinya menggunakan tenaga kerja.
 14. 4) Meningkatkan Pendapatan Masyarakat Pengeluaran pemerintah (G)
misalnya proyek pembangunan jalan, jembatan, gedung pemerintah, pembelian
barang berupa peralatan kantor, rumah sakit, militer memberikan pendapatan
kepada masyarakat karena semuanya itu melibatkan tenaga kerja serta
memberikan keuntungan pada pengusaha. Penyedia (supplier) bahan bangunan
mendapat keuntungan saat dilaksanakan proyek pembangunan jalan, jembatan,
dan gedung pemerintah. Pedagang peralatan kantor, peralatan rumah sakit dan
peralatan militer mendapat keuntungan saat pemerintah melakukan pembelian
barang. Kebijakan fiskal merupakan kebijakan dalam mengelola keuangan negara
yaitu yang terdapat pada pos penerimaan dan pos pengeluaran negara dalam
APBN. Dalam pasal 3 ayat (4) UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
disebutkan bahwa APBN mempunyai sejumlah fungsi, yakni : 1) Fungsi Otorisasi
Anggaran negara menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada
tahun yang bersangkutan. 2) Fungsi Perencanaan Anggaran negara menjadi
pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang
bersangkutan. 3) Fungsi Pengawasan Anggaran negara menjadi pedoman untuk
menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan negara sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan. 4) Fungsi Alokasi Anggaran negara harus
diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta
meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian. 5) Fungsi Distribusi
Kebijakan anggaran negara harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. 6)
Fungsi Stabilisasi Anggaran pemerintah menjadi alat untuk memelihara dan
mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.
 15. IV. KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER DALAM IS-LM Kondisi
yang tidak diinginkan oleh pemerintah antara lain: a) Tingkat inflasi yang tinggi
b) Pengangguran c) BOP yang difisit Kebijakan pemerintah: a) Kebijakan fiskal:
semua tindakan pemerintah untuk mempengaruhi jalannya perekonomian melalui
pajak (Tx), transfer pemerintah (T), dan pengeluaran pemerintah (G). b)
Kebijakan moneter: semua tindakan pemerintah untuk mempengaruhi jalannya
perekonomian melalui penambahan/pengurangan M (penawaran uang). .
Kebijakan fiscal dan kebijakan moneter mempengaruhi target variabel dalam
bentuk; a) Kebijakan ekspansi: kebijakan ekonomi makro untuk meningkatkan
kegiatan ekonomi Kondisi: banyak pengangguran dan kapasitas produksi nasional
belum penuh b) Kebijakan kontraksi: kebijakan ekonomi makro untuk
mengurangi kegiatan ekonomi Kondisi: overemployment (permintaan agregat >
kapasitas produksi nasional), inflasi tinggi, BOP yang difisit. Kebijakan ekonomi
makro Kondisi Perekonomian Kondisi ekonomi makro sesuai dengan target
Variabel target : Variabel yang nilainya diharapkan berubah sesuai dengan yang
diinginkan melalui pelaksanaan kebijakan, pendapatan nasional (Y), dan
kesempatan kerja Policy instrument/ instrument variable (instrumen kebijakan) :
alat untuk mencapai tujuan dalam suatu kebijakan
 16. V. KOORDINASI KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER DI
INDONESIA A. Kebijakan Fiskal Dan Pengaruhnya Terhadap Perekonomian
Kebijakan fiskal akan mempengaruhi perekonomian melalui penerimaan negara
dan pengeluaran negara. Disamping pengaruh dari selisih antara penerimaan dan
pengeluaran (defisit atau surplus), perekonomian juga dipengaruhi oleh jenis
sumber penerimaan negara dan bentuk kegiatan yang dibiayai pengeluaran negara.
Di dalam perhitungan defisit atau surplus anggaran pendapatan dan belanja negara
(APBN), perlu diperhatikan jenis-jenis penerimaan yang dapat dikategorikan
sebagai penerimaan negara, dan jenis-jenis pengeluaran yang dapat dikategorikan
sebagai pengeluaran negara. Pada dasarnya yang dimaksud dengan penerimaan
negara adalah pajak-pajak dan berbagai pungutan yang dipungut pemerintah dari
perekonomian dalam negeri, yang menyebabkan kontraksi dalam perekonomian.
Dengan demikian hibah dari negara donor serta pinjaman luar negeri tidak
termasuk dalam penerimaan negara. Di lain sisi, yang dimaksud dengan
pengeluaran negara adalah semua pengeluaran untuk operasi pemerintah dan
pembiayaan berbagai proyek di sektor negara ataupun badan usaha milik negara.
Dengan demikian pembayaran bunga dan cicilan hutang luar negeri tidak
termasuk dalam perhitungan pengeluaran negara. Dari perhitungan penerimaan
dan pengeluaran negara tersebut, akan diperoleh besarnya surplus atau defisit
APBN. Dalam hal terdapat surplus dalam APBN, hal ini akan menimbulkan efek
kontraksi dalam perekonomian, yang besarnya tergantung kepada besarnya
surplus tersebut . Pada umumnya surplus tersebut dapat dipergunakan sebagai
cadangan atau untuk membayar hutang pemerintah (prepayment). Dalam hal
terjadi defisit, maka defisit tersebut dapat dibayai dengan pinjaman luar negeri
(official foreign borrowing) atau dengan pinjaman dalam negeri. Pinjaman dalam
negeri dapat dalam bentuk pinjaman perbankan dan non-perbankan yang
mencakup penerbitan obligasi negara (government bonds) dan privatisasi. Dengan
demikian perlu ditegaskan bahwa penerbitan obligasi negara merupakan bagian
dari pembiayaan defisit dalam negeri non-perbankan yang nantinya diharapkan
dapat memainkan peranan yang lebih tinggi. Hal yang paling penting diperhatikan
adalah menjaga agar hutang luar negeri atau hutang dalam negeri tersebut masih
dalam batas-batas kemampuan negara (sustainable). Pada dasarnya defisit dalam
APBN akan menimbulkan efek ekspansi dalam
 17. perekonomian . Dalam hal defisit APBN dibiayai dengan pinjaman luar
negeri, maka hal ini tidak menimbulkan tekanan inflasi jika pinjaman luar negeri
tersebut dipergunakan untuk membeli barang-barang impor, seperti halnya dengan
sebagian besar pinjaman dari CGI selama ini. Akan tetapi bila pinjaman luar
negeri tersebut dipergunakan untuk membeli barang dan jasa di dalam negeri,
maka pembiayaan defisit dengan memakai pinjaman luar negeri tersebut akan
menimbulkan tekanan inflasi. Demikian juga jika, pembiayaan defisit APBN
dengan penerbitan obligasi negara akan menambah jumlah uang yang beredar dan
akan menimbulkan tekanan inflasi. Adapun pembiayaan defisit dengan
menggunakan sumber dari pinjaman luar negeri akan berpengaruh pada neraca
pembayaran khususnya pada lalu lintas modal pemerintah . Semakin besar jumlah
pinjaman luar negeri yang dapat ditarik, lalu lintas modal Pemerintah cenderung
positif. Adapun kinerja pemerintah dapat dilihat dari besarnya nilai lalu lintas
moneter. Nilai lalu lintas moneter yang positif menunjukkan adanya cash inflow.
B. Kebijakan Moneter Dan Pengaruhnya Terhadap Perekonomian Pada dasarnya,
kebijakan moneter ditujukan agar likuiditas dalam perekonomian berada dalam
jumlah yang “tepat” sehingga dapat melancarkan transaksi perdagangan tanpa
menimbulkan tekanan inflasi. Umumnya pelaksanaan pengaturan jumlah
likuiditas dalam perekonomian ini dilakukan oleh bank sentral, melalui berbagai
instrumen , khususnya open market operations (OMOs). Dalam melaksanakan
OMO, pada umumnya bank sentral menjual atau membeli obligasi negara jangka
panjang. Jika likuiditas dalam perekonomian dirasakan perlu ditambah, maka
bank sentral akan membeli sejumlah obligasi negara di pasar sekunder, sehingga
uang beredar bertambah. Dilain pihak bila bank sentral ingin mengurangi
likuiditas dalam perekonomian, bank sentral akan menjual sebagian obligasi
negara yang berada dalam portofolio bank sentral. Perlu difahami bahwa
portofolio obligasi negara di bank sentral tersebut memberikan pendapatan kepada
bank sentral berupa bunga obligasi. Dalam kasus Indonesia, sampai saat ini Bank
Indonesia belum memiliki obligasi negara yang dapat dipakai untuk OMO.
Walaupun pemerintah Indonesia telah menerbitkan obligasi, yang dimulai pada
masa krisis untuk rekapitalisasi bank-bank yang bermasalah, tetapi pasar sekunder
bagi obligasi negara baru pada tahap awal dan volume transaksi jual beli di pasar
sekunder tersebut masih sedikit. Selama ini Bank Indonesia masih
mempergunakan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) untuk melaksanakan
 18. OMOs. Disamping menimbulkan beban pada Bank Indonesia, karena BI
harus membayar bunga SBI yang cukup tinggi, jangka waktu SBI juga sangat
pendek, umumnya 1 (satu) bulan, sehingga instrumen ini sebenarnya kurang
memadai untuk dipakai dalam OMOs. C. Perlunya Koordinasi Antara Kebijakan
Fiskal Dan Kebijakan Moneter Perlunya koordinasi antara kebijakan fiskal dan
kebijakan moneter adalah untuk menetapkan dan mencapai target-target moneter
dan defisit APBN secara konsisten dalam rangka mencapai pembangunan
ekonomi yang cukup tinggi dan stabil. Disamping itu koordinasi yang baik juga
diperlukan untuk mendorong perkembangan pasar finansial, serta mendukung
pelaksanaan kebijakan moneter dan fiskal melalui pertukaran informasi. Bentuk
koordinasi antara kebijakan fiskal (Departemen Keuangan) dan kebijakan moneter
(Bank Indonesia) sangat tergantung kepada : (1) Apakah bank sentral mempunyai
otonomi penuh dan mempunyai objectives dan instruments yang terpisah, dan (2)
Apakah pasar modal dan pasar uang sudah berada pada tingkat yang cukup maju.
Pada saat ini Indonesia masih dalam tahap awal dan menuju ke tahap peralihan ke
arah ekonomi yang maju. Hal ini ditandai oleh : (1) Obligasi negara baru saja
diperkenalkan, yaitu dengan adanya program rekapitalisasi sektor perbankan
sehubungan dengan terjadinya krisis ekonomi; (2) Pasar sekunder bagi obligasi
negara baru saja terbentuk dan masih dalam tahap awal; (3) Interbank loan masih
lemah, akibat dari krisis ekonomi; dan (4) Obligasi negara belum dipakai sebagai
instrumen moneter oleh Bank Indonesia. Sejak diundangkannya Undang-undang
Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, pemerintah tidak dimungkinkan
lagi untuk meminjam uang dari Bank Indonesia untuk menutup defisit APBN,
bahkan tidak dimungkinkan untuk meminjam uang untuk jangka pendek dalam
hal pemerintah menghadapi masalah cash- flow. Dalam hal ini Bank Indonesia
mempunyai kekuasaan penuh di dalam menetapkan/mengatur jumlah uang yang
beredar dalam perekonomian, karena mempunyai objective yang terpisah
(inflation targeting). Akan tetapi asumsi yang dipakai dalam hal ini adalah bahwa
kurs mata uang adalah tetap (fixed exchange rate). Dalam hal floating exchange
rate system, pelaksanaannya akan lebih rumit, oleh karena kebijakan fiskal akan
mempengaruhi kurs rupiah, yang pada gilirannya akan mempengaruhi jumlah
uang yang beredar. Oleh karena itu, walaupun Bank Indonesia
 19. mempunyai “kebebasan penuh” dalam mengatur jumlah uang yang
beredar dalam perekonomian, koordinasi antara kebijakan fiskal dan kebijakan
moneter tetap diperlukan walaupun detail koordinasi tersebut akan berubah dari
masa ke masa, tergantung kepada perkembangan ekonomi dan pasar uang atau
pasar modal. D. Kelembagaan dan Pengaturan Operasional Koordinasi antara
kebijakan fiskal dan kebijakan moneter harus didukung oleh pembentukan
lembaganya dan pengaturan operasionalnya. Pertama, mengenai ketentuan
otonomi bank sentral, yaitu seberapa jauh Bank Indonesia dapat memberikan
pinjaman kepada pemerintah. Dalam hal ini berdasarkan undang-undang yang
berlaku (UU No.23 Tahun 1999) Bank Indonesia tidak diijinkan untuk memberi
pinjaman kepada pemerintah, dengan alasan dan jangka waktu apapun. Kedua,
pembentukan suatu komite yang beranggotakan pejabat-pejabat Bank Indonesia
dan pejabat-pejabat Departemen Keuangan akan sangat membantu menghilangkan
perbedaan pendapat mengenai peranan dari tingkat suku bunga. Apalagi karena
instrumen yang dipakai oleh Bank Indonesia dalam OMO adalah SBI, dan bukan
obligasi. Ketiga, pengaturan operasional, di mana perlu dilakukan tukar menukar
informasi antara Bank Indonesia dan Departemen Keuangan akan sangat
membantu operasi sehari-hari Departemen Keuangan dan Bank Indonesia di
dalam mencapai target-target yang telah ditetapkan. Keempat, baik Departemen
Keuangan maupun Bank Indonesia mempunyai kepentingan yang sama untuk
mempunyai pasar sekunder bagi obligasi negara yang berfungsi baik. Akan tetapi
koordinasi ini tidak terlalu penting artinya bila instrumen yang dipakai oleh Bank
Indonesia (bank sentral) berbeda dengan instrumen yang dipakai oleh Departemen
Keuangan. Walaupun demikian, Bank Indonesia terlibat dalam penerbitan obligasi
negara, paling tidak dalam dua hal. Pertama, Bank Indonesia bertindak sebagai
penasihat pemerintah yang akan memberitahu pemerintah mengenai situasi
likuiditas dalam perekonomian, perkembangan tingkat bunga, kredit perbankan,
dan sebagainya. Kedua, sebagai fiscal agent, Bank Indonesia melakukan
pembayaran kepada dan menerima pembayaran dari investor. Di samping itu
Bank Indonesia juga bertindak sebagai kasir pemerintah atas simpanan pemerintah
di Bank Indonesia.
 20. E. Koordinasi Antara Kebijakan Fiskal Dan Kebijakan Moneter
Koordinasi antara Departemen Keuangan sebagai pengelola fiskal dan Bank
Indonesia sebagai pengelola moneter perlu dilakukan. Masing-masing pihak perlu
memanfaatkan informasi dan data yang diterbitkan oleh pihak lain, untuk dipakai
dalam penentuan target-target. Bank Indonesia dan Departemen Keuangan dapat
membentuk tim koordinasi yang akan membantu dalam pencapaian target-target
secara lebih akurat. Selain dari itu secara bertahap harus diusahakan agar
instrument utama Bank Sentral dalam pengendalian moneter diubah dari SBI
menjadi obligasi negara.
 21. DAFTAR PUSTAKA Riadi, Muchlisin. 2017. Pengertian, Tujuan, dan
Instrumen Kebijakan Moneter dalam http://www.kajianpustaka.com/ diakses pada
tanggal5 Februari 2017. Tim Ilmu EknomiID. 2016. Kebijakan Fiskal dalam
http://www.ilmu-ekonomi-id.com/diakses pada tanggal5 Februari2017. Anonim.
____. Kebijakan Moneter dalamhttps://id.wikipedia.org/ diakses pada tanggal 5
Februari2017. Anonim. ____. Kebijakan Fiskal dalam https://id.wikipedia.org/
diakses pada tanggal 5 Februari2017. Astuti, AriKusuma. 2015. Peran dan
FungsiKebijakan Moneter dalam http://arikusumaastuti.blogspot.co.id/ diakses
pada tanggal5 Februari 2017. Astuti, AriKusuma. 2015. Peran dan
FungsiKebijakan Fiskal dalam http://arikusumaastuti.blogspot.co.id/ diakses pada
tanggal5 Februari 2017.

Anda mungkin juga menyukai