Anda di halaman 1dari 22

PAPER MONETER DAN PERBANKAN

Untuk memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester Ganjil 2022/2023 Mata Kuliah
Bank dan Lembaga Keuangan

DISUSUN OLEH:

AYU PARLINDA LESTARI 111911107

UNIVERSITAS PELITA BANGSA


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN MANAJEMEN
2023
DAFTAR ISI

Daftar Isi………………………………………………………………….....…
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………….
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………
1.3 Tujuan Penulisan……….……………………………………………….
BAB II ISI
2.1 Moneter
A. Pengertian Kebijakan Moneter…………………………........…………
B. Tujuan Kebijakan Moneter ………………………………………….....
C. Instrumen Kebijakan Moneter………………………………………….
2.2 Perbankan
A. Pengertian dan Sejarah Bank……………………………………………
B. Jenis-Jenis Perbankan…………………………………………………....
C. Kegiatan Usaha Bank.…………………………………………………....
D. Aspek Hukum Perbankan Syariah……………………………………...
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………..……………………………………………………
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang


bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi
yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan keseimbangan
eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya tujuan
ekonomi makro yakni menjaga stabilitas ekonomi yang dapat di ukur dengan
kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional
yang seimbang. Apabila keseimbangan ekonomi terganggu, maka kebijakan
moneter dapat dipakai untuk memulihkan (tindakan stabilitasi).

Kebijakan moneter adalah supaya untuk mencapai tingkat


pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara berkelanjutan dengan tetap
mempertahankan kestabilan harga. Untuk mencapai tujuan tersebut Bank
Sentral atau Otoritas Moneter berusaha mengatur keseimbangan antara
persediaan uang dengan persediaan barang agar inflasi dapat terkendali,
tercapai kesempatan kerja penuh dan kelancaran dalam pasokan atau
distribusi barang. Kebijakan moneter dilakukan antara lain dengan salah satu
namun tidak terbatas pada instrumen sebagai berikut yaitu suku bunga, giro
wajib minimum, intervensi dipasar valuta asing dan sebagai tempat terakhir
bagi bank-bank untuk meminjam uang apabila mengalami kesulitan
likuiditas.

Perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang


berpengaruh besar pada perekonomian dalam masyarakat di suatu negara.
Bank sebagai lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi berbagai pihak,
baik perusahaan swasta maupun perorangan dan badan-badan pemerintah
untuk menyimpan dana nya. Melalui pengkreditan dan berbagai jasa yang di
berikan, bank melayani kebutuhan pembiayaan serta melancarkan
mekanisme pembayaran bagi semua sektor perekonomian. Sehingga seiring
dengan berjalannya waktu, bank telah menjadi sebuah kebutuhan hidup bagi
masyarakat di suatu Negara.

Di era kehidupan ekonomi modern, lembaga perbankan memiliki


peran yang sangat penting. Lembaga perbankan di Indonesia misalnya,
memiliki peran yang krusial dalam sistem keuangan nasional. Karena
pentingnya peranan lembaga keuangan, maka lembaga keuangan perlu untuk
dipayungi oleh perangkat hukum seperti undang-undang. Bagi bank yang
berdasarkan prinsip syariah tidak dikenal istilah bunga dalam memberikan
jasa kepada penyimpan maupun peminjam. Di bank ini jasa bank yg
diberikan sesuai dengan prinsip syariah sesuai dengan hukum Islam.

A. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan
diantaranya:
1. Apa itu Kebijakan Moneter?
2. Apa saja tujuan dari Kebijakan Moneter?
3. Seperti apa Instrumen Kebijakan Moneter?
4. Apa itu perbankan?
5. Apa aspek hukum dari kegiatan perbankan di Indonesia?
6. Apa aspek hukum perbankan Syariah di Indonesia?

B. Tujuan Penulisan Makalah

1. Mengetahui dan memahami secara mendalam mengenai kebijakan


moneter.
2. Agar kita dapat mengetahui instrumen atau aktivitas Kebijakan
Moneter.
3. Mengetahui lebih rinci apa mekanisme atau peraturan Kebijakan
Moneter.
4. Mengetahui apa itu perbankan.
5. Mengetahui aspek hukum dalam kegiatan perbankan di Indonesia.
6. Mengetahui aspek hukum dari perbankan Syariah di Indonesia
BAB II
ISI
2.1 Moneter

A. Pengertian Kebijakan Moneter

Kebijakan Moneter adalah proses mengatur persediaan uang sebuah


negara untuk mencapai tujuan tertentu seperti memahami inflasi,
mencapai pekerja penuh atau lebih sejahtera Kebijakan Moneter dapat
melibatkan mengeset standar bunga pinjaman, “margin requirement”,
kapitalisasi untuk bank atau bahkan bertindak sebagai peminjam usaha
terakhir atau melalui persetujuan melalui negosiasi dengan pemerintah
lain.

Kebijakan Moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang


bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi
yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan
keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) serta
tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilitas ekonomi
yang dapat diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca
pembayaran internasional yang seimbang. Apabila kestabilan dalam
kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan moneter dapat di
pakai untuk memulihkan.

Kebijakan moneter adalah upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan


ekonomi yang tinggi secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan
kestabilan harga. Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Sentral atau
Otoritas Moneter berusaha mengatur keseimbangan antara persediaan
uang dengan persediaan barang agar inflasi dapat terkendali, tercapai
kesempatan kerja penuh dan kelancaran dalam pasokan/distribusi barang.
Kebijakan moneter dilakukan antara lain dengan salah satu namun tidak
terbatas pada instrumen sebagai berikut yaitu suku bunga, giro wajib
minimum, intervensi dipasar valuta asing dan sebagai tempat terakhir
bagi bank-bank untuk meminjam uang apabila mengalami kesulitan
likuiditas.

1. Jenis-jenis Kebijakan Moneter


Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan
cara menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar. Jenis-
jenis kebijakan moneter dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :

• Kebijakan moneter Ekspansif (Monetary expansive policy)


Adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang
yang beredar. Kebijakan ini dilakukan untuk mengatasi
pengangguran dan meningkatkan daya beli masyarakat
(permintaan masyarakat) pada saat perekonomian mengalami
resesi atau depresi. Kebijakan ini disebut juga kebijakan
moneter longgar (easy money policy)

• Kebijakan Moneter Kontraktif (Monetary contractive policy)


Adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang
yang beredar. Kebijakan ini dilakukan pada saat perekonomian
mengalami inflasi. Disebut juga dengan kebijakan uang ketat
(tight money policy)

Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen


kebijakan moneter, yaitu antara lain :

-Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)

Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang


beredar dengan menjual atau membeli surat berharga pemerintah
(government securities). Jika ingin menambah jumlah uang
beredar, pemerintah akan membeli surat berharga pemerintah.
Namun, bila ingin jumlah uang yang beredar berkurang, maka
pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah kepada
nasyarakat. Surat berharga pemerintah antara lain di antaranya
adalah SBI atau singkatan dari Sertifikat Bank Indonesia dan
SBPU atau singkatan atas Surat Berharga Pasar Uang.

-Fasilitas Diskonto (Discount Rate)

Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah uang yang beredar


dengan memainkan tingkat bunga bank sentral pada bank umum.
Bank umum kadang-kadang mengalami kekurangan uang sehingga
harus meminjam ke bank sentral. Untuk membuat jumlah uang
bertambah, pemerintah menurunkan tingkat bunga bank sentral,
serta sebaliknya menaikkan tingkat bunga demi membuat uang
yang beredar berkurang.

-Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)

Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar


dengan memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang harus
disimpan pada pemerintah. Untuk menambah jumlah uang,
pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk menurunkan
jumlah uang beredar, pemerintah menaikkan rasio.

-Imbauan Moral (Moral Persuasion)

Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah


uang beredar dengan jalan memberi imbauan kepada pelaku
ekonomi. Contohnya seperti menghimbau perbankan pemberi
kredit untuk berhati-hati dalam mengeluarkan kredit untuk
mengurangi jumlah uang beredar dan menghimbau agar bank
meminjam uang lebih ke bank sentral untuk memperbanyak jumlah
uang beredar pada perekonomian.

Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara


kestabilan nilai rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No.
3 tahun 2004 pasal 7 tentang Bank Indonesia.

Hal yang dimaksud dengan kestabilan nilai rupiah antara lain adalah
kestabilan terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada
inflasi. Untuk mencapai tujuan tersebut, sejak tahun 2005 Bank Indonesia
menerapkan kerangka kebijakan moneter dengan inflasi sebagai sasaran
utama kebijakan moneter (Inflation Targeting Framework) dengan
menganut sistem nilai tukar yang mengambang (free floating). Peran
kestabilan nilai tukar sangat penting dalam mencapai stabilitas harga dan
sistem keuangan. Oleh karenanya, Bank Indonesia juga menjalankan
kebijakan nilai tukar untuk mengurangi volatilitas nilai tukar yang
berlebihan, bukan untuk mengarahkan nilai tukar pada level tertentu.

Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk


melakukan kebijakan moneter melalui penetapan sasaran-sasaran moneter
(seperti uang beredar atau suku bunga) dengan tujuan utama menjaga
sasaran laju inflasi yang ditetapkan oleh pemerintah. Secara operasional,
pengendalian sasaran-sasaran moneter tersebut menggunakan instrumen-
instrumen, antara lain operasi pasar terbuka di pasar uang baik rupiah
maupun valuta asing, penetapan tingkat diskonto, penetapan cadangan
wajib minimum, dan pengaturan kredit atau pembiayaan. Bank Indonesia
juga dapat melakukan cara-cara pengendalian moneter berdasarkan
Prinsip Syariah.

Kebijakan Fiskal

Kebijakan moneter adalah kebijakan pemerintah melalui bank sentral


untuk menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar dalam
rangka mengendalikan perekonomian. Di Indonesia kedudukan bank
sentral di wakili oleh BI (Bank Indonesia).

• Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal merujuk pada kebijakan yang dibuat pemerintah untuk
mengarahkan ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan pendapatan
(berupa pajak) pemerintah. Kebijakan fiskal berbeda dengan kebijakan
moneter, yang bertujuan men-stabilkan perekonomian dengan cara
mengontrol tingkat bunga dan jumlah uang yang beredar. Instrumen
utama kebijakan fiskal adalah pengeluaran dan pajak. Perubahan tingkat
dan komposisi pajak dan pengeluaran pemerintah dapat memengaruhi
variabel-variabel berikut:
- Permintaan agregat dan tingkat aktivitas ekonomi
- Pola persebaran sumber daya
- Distribusi pendapatan

Pemerintah yang menjalankan kebijakan fiskal adalah dengan maksud


untuk mempengaruhi jalannya perekonomian atau dengan perkataan lain,
dengan kebijakan fiskal pemerintah berusaha mengarahkan jalannya
perekonomian menuju keadaan yang diinginkannya. Dengan melalui
kebijakan fiskal, antara lain pemerintah dapat mempengaruhi tingkat
pendapatan nasional, dapat mempengaruhi kesempatan kerja, dapat
mempengaruhi tinggi rendahnya investasi nasional, dan dapat
mempengaruhi distribusi penghasilan nasional. Kebijakan fiskal adalah
cara dimana pemerintah menyesuaikan tingkat pengeluaran dan tarif
pajak untuk memantau dan mempengaruhi ekonomi suatu negara. Ini
adalah strategi adik untuk kebijakan moneter yang melaluinya sebuah
bank sentral mempengaruhi pasokan uang suatu negara. Kedua kebijakan
ini digunakan dalam berbagai kombinasi untuk mengarahkan tujuan
ekonomi sebuah negara. Di sini kita melihat bagaimana cara kerja
kebijakan fiskal, bagaimana harus dipantau dan bagaimana
implementasinya dapat mempengaruhi orang yang berbeda dalam suatu
ekonomi.

Sebelum Depresi Besar, yang berlangsung dari 4 September 1929, sampai


akhir 1930an atau awal 1940an, pendekatan pemerintah terhadap
ekonomi adalah laissez-faire. Setelah Perang Dunia II, ditetapkan bahwa
pemerintah harus mengambil peran proaktif dalam ekonomi untuk
mengatur tingkat pengangguran, siklus bisnis, inflasi dan biaya uang.
Dengan menggunakan gabungan kebijakan moneter dan fiskal
(tergantung pada orientasi politik dan filosofi mereka yang berkuasa pada
waktu tertentu, satu kebijakan mungkin akan mendominasi yang lain),
pemerintah dapat mengendalikan fenomena ekonomi.
Bagaimana Kebijakan Fiskal Bekerja

Kebijakan fiskal didasarkan pada teori-teori ekonom Inggris John


Maynard Keynes. Yang juga dikenal sebagai ekonomi Keynesian, teori
ini pada dasarnya menyatakan bahwa pemerintah dapat mempengaruhi
tingkat produktivitas makroekonomi dengan menaikkan atau menurunkan
tingkat pajak dan belanja publik. Pengaruh ini, pada gilirannya,
membatasi inflasi (umumnya dianggap sehat bila antara 2-3%),
meningkatkan lapangan kerja dan mempertahankan nilai uang yang sehat.
Kebijakan fiskal sangat penting bagi perekonomian. Misalnya, pada tahun
2012 banyak yang khawatir bahwa tebing fiskal, kenaikan tarif pajak
secara simultan dan penurunan belanja pemerintah yang akan terjadi pada
Januari 2013, akan membuat ekonomi A.S. kembali mengalami resesi.
Kongres A.S. menghindari masalah ini dengan meloloskan Undang-
undang Bantuan Wajib Pajak Amerika tahun 2012 pada tanggal 1 Januari
2013. Menyeimbangkan Undang-undang Gagasannya, bagaimanapun,
adalah menemukan keseimbangan antara perubahan tarif pajak dan
belanja publik. Misalnya, menstimulasi ekonomi yang stagnan dengan
menaikkan pengeluaran atau menurunkan pajak membuat risiko
menyebabkan inflasi meningkat. Hal ini karena kenaikan jumlah uang
dalam perekonomian, diikuti oleh kenaikan permintaan konsumen, dapat
mengakibatkan penurunan nilai uang – artinya akan membutuhkan lebih
banyak uang untuk membeli sesuatu yang nilainya tidak berubah.
Katakanlah bahwa ekonomi telah melambat. Tingkat pengangguran naik,
belanja konsumen turun, dan bisnis tidak menghasilkan keuntungan
besar. Pemerintah kemudian memutuskan untuk menggerakkan mesin
ekonomi dengan mengurangi pajak, yang memberi konsumen lebih
banyak uang, sambil meningkatkan belanja pemerintah dalam bentuk
layanan beli dari pasar (seperti membangun jalan atau sekolah). Dengan
membayar layanan semacam itu, pemerintah menciptakan lapangan kerja
dan upah yang pada gilirannya dipompa ke dalam ekonomi.
Memompa uang ke ekonomi dengan mengurangi pajak dan meningkatkan
belanja pemerintah juga dikenal sebagai "pompa priming". Sementara itu,
tingkat pengangguran secara keseluruhan akan turun.

Dengan lebih banyak uang dalam ekonomi dan lebih sedikit pajak yang
harus dibayar, permintaan konsumen untuk barang dan jasa meningkat.
Hal ini, pada gilirannya, menghidupkan kembali bisnis dan mengubah
siklus dari stagnan menjadi aktif.

Jika, bagaimanapun, tidak ada kendali dalam proses ini, peningkatan


produktivitas ekonomi dapat melewati batas yang sangat halus dan
menghasilkan terlalu banyak uang di pasar. Kelebihan pasokan ini
menurunkan nilai uang sambil mendorong kenaikan harga (karena
kenaikan permintaan produk konsumen). Oleh karena itu, inflasi melebihi
tingkat yang wajar.

Untuk alasan ini, fine tuning ekonomi melalui kebijakan fiskal saja bisa
menjadi hal yang sulit, jika tidak mungkin, berarti mencapai tujuan
ekonomi. Jika tidak dipantau secara ketat, garis antara ekonomi produktif
dan yang terkena inflasi bisa mudah kabur.

Bila inflasi terlalu kuat, ekonomi mungkin perlu pelambatan. Dalam


situasi seperti ini, pemerintah dapat menggunakan kebijakan fiskal untuk
menaikkan pajak guna menyedot uang dari ekonomi. Kebijakan fiskal
juga bisa mendikte penurunan belanja pemerintah dan dengan
demikian mengurangi uang yang beredar. Tentu saja, kemungkinan
dampak negatif dari kebijakan semacam itu, dalam jangka panjang, bisa
menjadi ekonomi yang lesu dan tingkat pengangguran yang tinggi.
Meskipun demikian, proses berlanjut karena pemerintah menggunakan
kebijakan fiskal untuk menyempurnakan pengeluaran dan tingkat
perpajakan, dengan tujuan keluar malam dari siklus bisnis.

B. Tujuan Kebijakan Moneter

Secara garis besar, tujuan kebijakan moneter adalah menjaga kestabilan


ekonomi yang ditandai dengan gairah dunia usaha dan meningkatnya
kesempatan kerja. Jika dirinci tujuan kebijakan moneter adalah sebagai
berikut :
- Menjaga Stabilitas Ekonomi : Stabilitas ekonomi adalah
suatu keadaan perekonomian yang berjalan sesuai
dengan harapan, terkendali, dan berkesinambungan.
Artinya, pertumbuhan arus uang yang beredar seimbang
dengan pertumbuhan arus barang dan jasa yang tersedia.

- Menjaga Stabilitas Harga : Kebijakan moneter selalu


dihubungkan dengan jumlah uang beredar dan jumlah
barang dan jasa. Interaksi jumlah uang beredar dengan
jumlah barang dan jasa akan menghasilkan harga. Ada
kalanya harga naik atau turun tidak beraturan, sehingga
perubahan harga dapat memengaruhi kegiatan ekonomi
masyarakat. Apabila harga cenderung naik terus-
menerus, orang akan membelanjakan semua uangnya
yang mengakibatkan terjadinya gejala ekonomi yang
disebut inflasi.

- Meningkatkan Kesempatan Kerja : Jika jumlah uang


beredar seimbang dengan jumlah barang dan jasa, maka
perekonomian akan stabil. Pada keadaan ekonomi stabil,
pengusaha akan mengadakan investasi. Investasi akan
memungkinkan adanya lapangan pekerjaan baru.
Adanya lapangan pekerjaan baru atau perluasan usaha
berarti meningkatkan kesempatan kerja.

- Memperbaiki Posisi Neraca Perdagangan dan Neraca


Pembayaran : Kebijakan moneter dapat memperbaiki
posisi neraca perdagangan dan neraca pembayaran. Jika
negara mendevaluasi mata uang rupiah ke mata uang
asing, harga-harga barang ekspor akan menjadi lebih
murah, sehingga memperkuat daya saing dan
meningkatkan jumlah ekspor. Peningkatan jumlah
ekspor akan memperbaiki neraca perdagangan dan
neraca pembayaran.

C. Instrumen Kebijakan Moneter

Agar tujuan kebijakan moneter dapat tercapai, bank sentral menggunakan


instrumen-instrumen Kebijakan moneter seperti berikut :
• Kebijakan Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation) :
Operasi pasar terbuka Adalah salah satu kebijakan yang
diambil bank sentral untuk mengurangi atau menambah jumlah
uang beredar. Kebijakan ini dilakukan dengan cara menjual
sertifikat Bank Indonesia (SBI) atau membeli surat berharga di
pasar modal.

• Kebijakan Diskonto (Discount Policy): Diskonto adalah


pemerintah mengurangi atau menambah jumlah uang beredar
dengan cara mengubah diskonto bank umum. Jika bank sentral
memperhitungkan jumlah uang beredar telah melebihi
kebutuhan (gejala inflasi), bank sentral mengeluarkan
keputusan untuk menaikkan suku bunga. Dengan menaikkan
suku bunga akan merangsang keinginan orang untuk
menabung.

• Kebijakan Cadangan Kas : Bank sentral dapat membuat


peraturan untuk menaikkan atau menurunkan cadangan kas
(cas ratio). Bank umum, menerima uang dari nasabah dalam
bentuk giro, tabungan, deposito, sertifikat deposito, dan jenis
tabungan lainnya. Ada persentase tertentu dari uang yang
disetorkan nasabah yang tidak boleh dipinjamkan.

• Kebijakan Kredit Ketat : Kredit tetap diberikan bank umum,


tetapi pemberiannya harus benar-benar didasarkan pada syarat
5C, yaitu Character, Capability, Collateral, Capital, dan
Condition of Economy. Dengan kebijakan kredit ketat, jumlah
uang yang beredar dapat diawasi. Langkah kebijakan ini biasa
diambil pada saat ekonomi sedang mengalami gejala inflasi.

• Kebijakan Dorongan Moral (Moral Suasion) : Bank sentral


dapat juga memengaruhi jumlah uang beredar dengan berbagai
pengumuman, pidato, dan edaran yang ditujukan pada bank
umum dan pelaku moneter lainnya. Isi pengumuman, pidato
dan edaran dapat berupa ajakan atau larangan untuk menahan
pinjaman tabungan ataupun melepaskan pinjaman.

Contoh Kebijakan Fiskal


1. Melakukan penghematan pengeluaran negara
2. Mewajibkan kepemilikan NPWP (nomor pokok wajib pajak)
untuk meningkatkan wajib pajak
3. Menaikkan jumlah pajak dan jenis pajak
4. Melakukan pinjaman negara, misalnya dengan mengeluarkan
obligasi pemerintah

Perbedaan Kebijakan Fiskal dan Moneter


Terdapat 2 poin yang mendasar berkaitan dengan perbedaan kebijakan
fiskal dan moneter, yaitu sebagai berikut:

1. Kebijakan fiskal dijalankan oleh pemerintah sedangkan kebijakan


moneter dijalankan oleh bank Indonesia (bank sentral).
2. Pemerintah tetap bisa campur tangan dalam kebijakan moneter melalui
kebijakan moneter langsung seperti masalah kredit perbankan dan
peredaran uang.
2.2 Perbankan

A. PENGERTIAN DAN SEJARAH PERBANKAN

Pengertian Bank Menurut UU No. 10 Tahun 1998 Tentang


Perbankan yakni lembaga usaha yang menghimpun uang dari masyarakat
dalam bentuk simpanan, kemudian menyalurkan kembali kepada
masyarakat berbentuk kredit atau lainnya agar taraf hidup masyarakat
meningkat.

Usaha perbankan dimulai dari zaman Babylonia kemudian dilanjutkan ke


zaman Yunani Kuno dan Romawi. Namun, pada saat itu tugas utama
bank hanyalah sebagai tempat tukar menukar. Sejarah mencatat asal mula
dikenalnya kegiatan perbankan adalah pada zaman Kerajaan tempo dulu
di daratan eropa. Kemudian usaha perbankan ini berkembang di Asia,
Afrika dan Amerika yang dibawah oleh bangsa eropa ke daerah
jajahanya.

Kemudian dalam perkembangan selanjutnya kegiatan oprasional


perbankan berkembang lagi menjadi tempat kegiatan simpanan.
Berikutnya perbankan bertambah dengan kegiatan peminjaman uang.
Hingga sekarang jasa-jasa bank lainnya terus berkembang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat yang terus berkembang di bidang keuangan.

Sejarah Perbankan di Indonesia

Lembaga perbankan yang hadir di Indonesia pertama kali tentunya tidak


terlepas dari kolonial Hindia Belanda. Pada tahun 1746, VOC mendirikan
De Bank van Leening untuk mempermudah aktivitas perdagangan VOC
di Indonesia. Seiring perjalanannya, De Bank van Leening tidak
beroperasi dengan baik. Akhirnya pada tanggal 1 september 1752
didirikan De Bank Courant en Bank van leening. Namun, De Bank
Courant en Bank van leening juga tidak berhasil beroperasi dengan baik
yang berakhir dengan kebangkrutan.

Pada akhir abad ke-18, VOC di Indonesia diambil oleh pemerintahan


kerajaan Belanda. Hindia Timur jatuh ke tangan inggris setelah masa
pemerintahan Herman William Daendels Dan Janssen. Sejarah mencatat
ada beberapa bank yang memiliki peran penting di Hindia Belanda. Bank
tersebut adalah De Javasce NV, De Post Poar Bank, Hulp en Spaar Bank,
De Escompto bank NV nationale Handles Bank, De, Algemenevolks
Kredit Bank dan Nederland Handles Maatschappij.

B. JENIS-JENIS PERBANKAN

1. Bank menurut fungsinya

• Bank perkreditan rakyat


Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah jenis bank yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau
berdasarkan prinsip-prinsip syariah, yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran. Kegiatan BPR ini jauh lebih sempit jika
dibandingkan dengan kegiatan bank umum, hal ini
dikarenakan BPR dilarang menerima simpanan giro,
kegiatan valas, dan perasuransian. Tugas Bank perkreditan
rakyat:
- Memberikan kredit.
- Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan berupa deposito berjangka, tabungan, dan lain
sebagainya.
- Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana.

• Bank sentral
Bank sentral adalah suatu institusi nasional yang
bertanggung jawab untuk menjaga stabilitas harga atau
nilai suatu mata uang yang berlaku di suatu negara. Di
Indonesia sendiri, Bank Sentral dikenal dengan nama Bank
Indonesia (BI). Tugas Bank sentral:
- Melaksanakan dan menetapkan kebijakan moneter.
- Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran.
- Mengatur dan mengawasi kinerja bank-bank.

• Bank umum
Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip
syariah, yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam
lalu lintas pembayaran yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Tugas
Bank umum:
- Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan.
- Menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk
pinjaman.
- Menawarkan jasa-jasa keuangan seperti kartu kredit,
ATM, transfer uang antar Bank dan melayani
penyimpanan barang berharga.

2. Bank Berdasarkan Kepemilikannya.


• Bank Campuran
Bank campuran adalah jenis bank yang kepemilikan
sahamnya bercampur antara pihak asing dan pihak swasta
nasional. Saham bank ini sebagian besar dimiliki oleh
warga Negara Indonesia, namun sebagian juga dimiliki
oleh pihak asing. Contohnya: Bank ANZ Indonesia dan
Bank Agris.

• Bank asing
Bank asing merupakan cabang dari bank yang ada di luar
negeri, baik milik swasta asing atau pemerintahan negara
asing. Kepemilikannya dimiliki oleh pihak luar negeri
secara utuh. Contohnya: Bank Citibank

• Bank pemerintah
Bank pemerintah adalah bank yang sebagian atau seluruh
sahamnya dimiliki oleh pemerintah . Contoh Bank
Pemerintah Indonesia; Bank Mandiri, Bank Negara
Indonesia (BNI), Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank
Tabungan Negara (BTN).

• Bank Swasta
Bank swasta adalah bank dimana sebagian besar sahamnya
dimiliki oleh swasta nasional serta akta pendiriannya pun
didirikan oleh swasta. Bank swasta dibedakan menjadi dua,
yaitu bank swasta nasional devisa dan bank swasta
nasional non devisa. Contohnya: Bank BCA, Bank
Danamon.
• Bank Koperasi
Bank milik koperasi adalah jenis bank yang kepemilikan
sahamnya dimiliki oleh

Perusahaan yang berbadan hukum koperasi. Bank ini menerapkan asas-


asas dan prinsip koperasi pada umumnya. Contohnya: Bank Umum
Koperasi Indonesia.

3. Bank Berdasarkan Kegiatan Operasionalnya.

• Bank Konvensional
Bank konvensional adalah jenis bank yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional. Bank konvensional
pada umumnya beroperasi dengan mengeluarkan produk-
produk untuk menyerap dana masyarakat, menyalurkan
dana yang telah dihimpun dengan cara mengeluarkan
kredit, pelayanan jasa keuangan, dan jasa-jasa lainnya.

• Bank Syariah
Bank Syariah merupakan jenis perbankan yang segala
sesuatu yang menyangkut tentang bank syariah dan unit
usaha syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha,
serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan
usahanya.

Pembentukan sistem ini berdasarkan adanya larangan


dalam agama Islam untuk meminjamkan atau memungut
pinjaman dengan mengenakan suku bunga yang berisfat
riba, serta larangan untuk berinvestasi pada usaha-usaha
yang bersifat haram.

Prinsip-prinsip bank syariah:


- Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil
(mudharabah).
- Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal
(musharakah).
- Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan
(murabahah).
- Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni
tanpa pilihan (ijarah).
- Pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang
disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa
iqtina).

C. KEGIATAN USAHA BANK


Kegiatan usaha yang dapat dilaksanakan oleh Bank Umum
• Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat
deposito, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu.
• Memberikan kredit.
• Menerbitkan surat pengakuan utang.
• Membeli, menjual, atau menjamin atas risiko sendiri
maupun untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya
seperti:
- Surat-surat wesel termasuk wesel yang diakseptasi oleh
bank yang masa berlakunya tidak lebih lama dari
kebiasaan dalam perdagangan surat-surat yang
dimaksud.
- Kertas perbendaharaan negara dan surat jaminan
pemerintah.
- Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
- Obligasi
- Surat dagang berjangka waktu sampai dengan satu (1)
tahun.
- Instrumen surat berharga lain yang berjangka waktu
sampai dengan satu tahun.
• Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat
berharga.
• Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah
lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di
bursa efek.
• Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan
kegiatan wali amanat.
Menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain
berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia.
D. ASPEK HUKUM PERBANKAN SYARIAH
Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank
Syariah dan Unit Usaha Syariah, yang mencakup kelembagaan, kegiatan
usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.
Aspek hukum perbankan syariah dapat dilihat dari sisi filosofi, yuridis
dan sosiologis.

a. Aspek Filosofis
Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah, keberadaannya sesungguhnya merupakan tuntutan
untuk memenuhi ketentuan Pasal 49 Undang-Undang No. 3
Tahun 2006 Tentang Peradilan Agama, khususnya perubahan
lembaga peradilan agama menyangkut (kompetensi) yang harus
diemban oleh peradilan agama dalam memenuhi amanat
Undang-undang. Peradilan Agama dengan Undang-undang
No.3 Tahun 2006 mempunyai kewenangan untuk
menyelesaikan perkara bagi umat Islam meliputi hukum
keluarga (Nikah, Waris, Zakat) dan ekonomi syariah yang
mencakup bank syariah, lembaga keuangan mikro syariah,
reksadana syariah, obligasi syariah, Asuransi syariah, reasuransi
syariah, surat berjangka menengah syariah, Securitas syariah,
Pegadaian syariah, DPLK syariah, dan bisnis syariah.

b. Aspek Yuridis Perbankan Syariah


Secara yuridis normatif merupakan amanat konstitusi Undang-
undang NKRI 1945 Pasal 24, Pasal 25, yang konkritisasi
formalitasnya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 dan
dipayungi oleh Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman. Undang-undang perbankan syariah, dari
aspek yuridis merupakan hukum yang baik, Karena hukum yang
baik adalah hukum yang mempunyai kekuatan yuridis yang
memberikan kepastian hukum.

c. Aspek Sosiologis
Berdasarkan aspek politik hukum lahirnya Undang-undang
Perbankan Syariah Nomor 21 Tahun 2008, masih menyisakan
pekerjaan rumah di antaranya tahap yuridis, tahap kelembagaan
dan tahap mekanik.
- Tahap yuridis, memfokuskan pada bagaimana hukum
yang tertulis dapat berjalan dan ditegakan di tengah-
tengah masyarakat untuk mencapai keadilan.

- Tahap kelembagaan, mempertanyakan sejauh mana


kesiapan lembaga Peradilan agama dalam menjalankan
ketentuan Undang-Undang Perbankan Syariah.

- Tahap mekanik, mengupayakan Langkah bagaimana


implementasi hukum UU No.21 Tahun 2008

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Kebijakan moneter adalah upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan


ekonomi yang tinggi secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan
kestabilan harga.Jenis-jenis kebijakan moneter dapat digolongkan
menjadi dua, yaitu :
1. Kebijakan moneter Ekspansif (Monetary expansive policy)
Adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang
beredar. Kebijakan ini dilakukan untuk mengatasi pengangguran dan
meningkatkan daya beli masyarakat (permintaan masyarakat) pada saat
perekonomian mengalami resesi atau depresi. Kebijakan ini disebut juga
kebijakan moneter longgar (easy money policy).

2. Kebijakan Moneter Kontraktif (Monetary contractive policy)


Adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang
beredar. Kebijakan ini dilakukan pada saat perekonomian mengalami
inflasi. Disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight money policy).

Kebijakan fiskal adalah cara dimana pemerintah menyesuaikan tingkat


pengeluaran dan tarif pajak untuk memantau dan mempengaruhi ekonomi
suatu negara. Dan tujuan kebijakan Moneter adalah menjaga kestabilan
ekonomi yang ditandai dengan gairah dunia usaha dan meningkatnya
kesempatan kerja.
Moneter adalah menjaga kestabilan ekonomi yang ditandai dengan gairah
dunia usaha dan meningkatnya kesempatan kerja.

Dari pembahasan yang sudah dijabarkan dalam beberapa bentuk sub


materi terkait tentang dunia perbankan mulai dari penjelasan umum
terkait perbankan, mekanisme pendirian Bank, hingga aspek – aspek yang
terdapat dalam perbankan. Ini meununjukkan bahwa dunia Perbankan
memiliki andil yang cukup penting di indonesia sebab banyak sekali
pihak – pihak yang mendapatkan manfaatnya. Terlepas dari pro ataupun
kontra terhadap keberadaan Perbankan di Indonesia, tetapi saat ini masih
banyak di indonesia pihak – pihak yang bergantung pada dunia perbankan
mulai dari melakukan penyimpanan, pengiriman, penukaran uang
ataupun kepentingan lainnya. Sehingga dengan banyaknya pihak – pihak
yang terlibat dalam dunia perbankan mulai dari rakyat biasa sampai orang
– orang penting yang keuangan mereka di kelola oleh dunia perbankan,
maka tidak heran dunia perbankan diatur dan dikelola dengan sistem yang
sangat rumit.

Anda mungkin juga menyukai