Anda di halaman 1dari 16

KEBIJAKAN MONETER DAN FISKAL

Dibuat oleh:

KELOMPOK 5
Melanie Felissa Gunawan (231010500278)
Erlena Siregar (231010500360)
Anggreny Cristianta Tambunan (231010500355)
Kriesna Aditya (231010500320)
Muhammad Aditya Lesmana (231010500286)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN S-1


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PAMULANG
TANGGERANG SELATAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
berjudul “Kebijakan Moneter dan Fiskal” dapat tersusun hingga selesai. Tidak
lupa kami mengucapkan terima kasih atas bantuan para pihak yang berkontribusi
dengan membantu pencarian data untuk makalah ini.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah
Ekonomi. Selain itu, pembuatan makalah juga memiliki tujuan agar menambah
wawasan dan pengetahuan bagi penulis maupun pembaca. Karena keterbatasan
pengetahuan,maka kami yakin makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran agar makalah semakin lebih baik.
Akhir kata, semoga makalah dapat berguna.

ii
DAFTAR ISI

JUDUL …………………………………………………………………………….
i
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………
ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………..
1
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………………….
1
1.3 Tujuan Pembelajaran …………………………………………………………
1
BAB II PEMBAHASAN
A. KEBIJAKAN MONETER …………………………………………………….
2
2.1 Pengertian Kebijakan Moneter …………………………………………….
2
2.2 Dasar Hukum Kebijakan Moneter ………………………………………....
3
2.3 Jenis-jenis Kebijakan Moneter …………………………………………….
3
2.4 Instrumen Kebijakan Moneter ……………………………………………..
3
2.5 Tujuan Kebijakan Moneter ………………………………………………..
5
2.6 Contoh Kebijakan Moneter ………………………………………………..
5
B. KEBIJAKAN FISKAL ………………………………………………………...
7
3.1 Pengertian Kebijakan Fiskal ………………………………………………
7
3.2 Dasar Hukum Kebijakan Fiskal …………………………………………...
7
3.3 Jenis-jenis Kebijakan Fiskal ……………………………………………….
8

iii
3.4 Instrumen Kebijakan Fiskal ……………………………………………….
8
3.5 Tujuan Kebijakan Fiskal …………………………………………………..
9
3.6 Contoh Kebijakan Fiskal …………………………………………………
10
3.7 Perbedaan Kebijakan Moneter dan Fiskal ………………………………..
11
BAB III PENUTUP
4.1 Kesimpulan ………………………………………………………………….
12
4.2 Saran ………………………………………………………………………... 12
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………...
13

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perekonomian suatu negara merupakan sistem kompleks yang dipengaruhi
oleh berbagai faktor, termasuk kebijakan moneter dan fiskal. Kebijakan ini
merupakan instrumen utama yang digunakan oleh pemerintah dan bank sentral
untuk mengendalikan aktivitas ekonomi guna mencapai tujuan-tujuan tertentu.
Kedua kebijakan ini memiliki peran penting dalam mencapai stabilitas
ekonomi, pertumbuhan, dan pengendalian inflasi. Dalam makalah ini, akan
dibahas secara mendalam tentang kebijakan moneter dan fiskal, tujuan, instrumen,
serta dampaknya terhadap perekonomian suatu negara.

1.2 Rumusan Masalah


Masalah yang ada dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Kebijakan Moneter dan Fiskal?
2. Bagaimana dasar hukum Kebijakan Moneter dan Fiskal?
3. Apa saja jenis-jenis Kebijakan Moneter dan Fiskal?

iv
4. Apa saja Instrumen Kebijakan Moneter dan Fiskal?
5. Apa tujuan Kebijakan Moneter dan Fiskal?
6. Bagaimana contoh-contohnya? Dan apa saja perbedaannya?

1.3 Tujuan Pembelajaran


Beberapa rumusan masalah yang di dapat terdapat beberapa tujuan yang
dicapai yaitu bagi diri sendiri untuk dijadikan sebagai acuan atau pembelajaran
dalam memahami kebijakan moneter dan fiskal. Para pembaca diharapkan dapat
memberikan kritik dan saran yang membangun setelah membaca makalah ini.

BAB II
PEMBAHASAN

A. KEBIJAKAN MONETER

2.1 Pengertian Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter adalah sebuah kebijakan yang dikeluarkan oleh bank


sentral dalam bentuk pengaturan persediaan uang untuk mencapai tujuan
tertentu. Tujuan utama dari kebijakan moneter adalah mencegah terjadinya
peningkatan uang beredar secara berlebihan atau sangat kurang. Pihak yang
dapat memberikan kebijakan moneter ialah pemerintah suatu negara atau
otoritas moneter. Kebijakan moneter dapat melibatkan mengeset standar
bunga pinjaman, margin requirement, kapitalisasi untuk bank atau bahkan
bertindak sebagai peminjam usaha terakhir atau melalui persetujuan melalui
negosiasi dengan pemerintah lain.

Pada dasarnya kebijakan moneter merupakan suatu kebijakan yang


bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi

v
tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan keseimbangan
eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya tujuan
ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan
kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional
yang seimbang. Apabila kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu,
maka kebijakan moneter dapat dipakai untuk memulihkan (tindakan
stabilisasi). Pengaruh kebijakan moneter pertama kali akan dirasakan oleh
sektor perbankan, yang kemudian ditransfer pada sektor riil.

Kebijakan moneter adalah upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan


ekonomi yang tinggi secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan
kestabilan harga. Untuk mencapai tujuan tersebut, Bank Sentral atau otoritas
moneter berusaha mengatur keseimbangan antara persediaan uang dengan
persediaan barang agar inflasi dapat terkendali, tercapai kesempatan kerja
penuh dan kelancaran dalam pasokan/distribusi barang. Kebijakan moneter
dilakukan antara lain dengan salah satu namun tidak terbatas pada instrumen
sebagai berikut yaitu suku bunga, giro wajib minimum, intervensi dipasar
valuta asing dan sebagai tempat terakhir bagi bank-bank untuk meminjam
uang apabila mengalami kesulitan likuiditas.

2.2 Dasar Hukum Kebijakan Moneter

Dasar hukum kebijakan moneter ialah Amanat UU No. 23 Tahun 1999


tentang Bank Indonesia yang kemudian diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004.
UU tersebut menjelaskan tentang Bank Indonesia yang memiliki tujuan untuk
mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.

Bank Indonesia juga mempunyai tugas pokok, yaitu untuk menetapkan dan
melaksanakan kebijakan moneter. Kebijakan moneter adalah kebijakan yang
dilakukan untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan
berkelanjutan. Meski begitu kebijakan ini diambil dengan tetap
mempertahankan kestabilan harga di masyarakat.

2.3 Jenis-jenis Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:

 Kebijakan moneter ekspansif (Monetary expansive policy)


Kebijakan moneter ekspansif (Monetary expansive policy) adalah suatu
kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini

vi
dilakukan untuk mengatasi pengangguran dan meningkatkan daya beli
masyarakat (permintaan masyarakat) pada saat perekonomian mengalami
resesi atau depresi. Kebijakan ini disebut juga kebijakan moneter longgar
(easy money policy).

 Kebijakan Moneter Kontraktif (Monetary contractive policy)


Kebijakan Moneter Kontraktif (Monetary contractive policy) adalah suatu
kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini
dilakukan pada saat perekonomian mengalami inflasi. Disebut juga dengan
kebijakan uang ketat (tight money policy).

2.4 Instrumen Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter dapat menggunakan instrumen baik langsung maupun


tidak langsung. Instrumen langsung adalah instrumen pengendalian moneter
yang dapat secara langsung memengaruhi sasaran operasional yang diinginkan
oleh bank sentral. Dua hal utama yang dikendalikan adalah suku bunga dan
kuantitas simpanan dan kredit yang ada pada sistem perbankan atau institusi
keuangan selain bank. Pengendalian langsung ini dapat dilakukan melalui
kebijakan langsung yang dikeluarkan oleh bank sentral atau dengan
memengaruhi neraca bank-bank komersial. Pengendalian ini disebut langsung
karena terdapat hubungan secara langsung antara instrumen dan sasaran
operasional. Misalnya, penetapan pagu kredit dapat langsung memengaruhi
jumlah kredit domestik yang dapat disalurkan oleh perbankan, yang pada
akhirnya akan memengaruhi jumlah uang.

Sedangkan instrumen tidak langsung merupakan usaha untuk


mengendalikan besaran moneter dengan cara memengaruhi neraca bank
sentral. Cara ini disebut tidak langsung karena bank sentral mencapai sasaran
kebijakan dengan memengaruhi kondisi pasar uang melalui salah satu
fungsinya sebagai badan yang mempunyai wewenang untuk mengedarkan
uang dengan memengaruhi kondisi yang mendasari permintaan dan
penawaran uang contoh kebijakan ini seperti penerapan cadangan wajib
minimum. Apabila cadangan wajib minimum ini dinaikkan maka kemampuan
bank memberikan pinjaman menurun dan kemudian akan mendorong
kenaikan suku bunga pinjaman. Tingginya suku bunga pinjaman akan
berpengaruh pada jumlah kredit yang dapat disalurkan, yang pada akhirnya
berpengaruh pada jumlah uang beredar.

Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen kebijakan


moneter, yaitu antara lain:

 Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)

vii
Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar
dengan menjual atau membeli surat berharga pemerintah (government
securities). Jika ingin menambah jumlah uang beredar, pemerintah akan
membeli surat berharga pemerintah. Namun, bila ingin jumlah uang yang
beredar berkurang, maka pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah
kepada masyarakat. Surat berharga pemerintah antara lain diantaranya adalah
SBI atau singkatan dari Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU atau singkatan
atas Surat Berharga Pasar Uang.

 Fasilitas Diskonto (Discount Rate)


Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah uang yang beredar dengan
memainkan tingkat bunga bank sentral pada bank umum. Bank umum kadang-
kadang mengalami kekurangan uang sehingga harus meminjam ke bank
sentral. Untuk membuat jumlah uang bertambah, pemerintah menurunkan
tingkat bunga bank sentral, serta sebaliknya menaikkan tingkat bunga demi
membuat uang yang beredar berkurang.

 Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)


Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan
memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang harus disimpan pada
pemerintah. Untuk menambah jumlah uang, pemerintah menurunkan rasio
cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah uang beredar, pemerintah
menaikkan rasio.

 Himbauan Moral (Moral Persuasion)


Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang
beredar dengan jalan memberi imbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya
seperti menghimbau perbankan pemberi kredit untuk berhati-hati dalam
mengeluarkan kredit untuk mengurangi jumlah uang beredar dan menghimbau
agar bank meminjam uang lebih ke bank sentral untuk memperbanyak jumlah
uang beredar pada perekonomian.

2.5 Tujuan Kebijakan Moneter

Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan


nilai rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 3 tahun 2004
pasal 7 tentang Bank Indonesia.

Hal yang dimaksud dengan kestabilan nilai rupiah antara lain adalah
kestabilan terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi.
Untuk mencapai tujuan tersebut, sejak tahun 2005 Bank Indonesia
menerapkan kerangka kebijakan moneter dengan inflasi sebagai sasaran utama

viii
kebijakan moneter (Inflation Targeting Framework) dengan menganut sistem
nilai tukar yang mengambang (free floating). Peran kestabilan nilai tukar
sangat penting dalam mencapai stabilitas harga dan sistem keuangan. Oleh
karenanya, Bank Indonesia juga menjalankan kebijakan nilai tukar untuk
mengurangi volatilitas nilai tukar yang berlebihan, bukan untuk mengarahkan
nilai tukar pada level tertentu.

Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk


melakukan kebijakan moneter melalui penetapan sasaran-sasaran moneter
(seperti uang beredar atau suku bunga) dengan tujuan utama menjaga sasaran
laju inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah. Secara operasional, pengendalian
sasaran-sasaran moneter tersebut menggunakan instrumen-instrumen, antara
lain operasi pasar terbuka di pasar uang baik rupiah maupun valuta asing,
penetapan tingkat diskonto, penetapan cadangan wajib minimum, dan
pengaturan kredit atau pembiayaan. Bank Indonesia juga dapat melakukan
cara-cara pengendalian moneter berdasarkan prinsip syariah.

2.6 Contoh Kebijakan Moneter

1. Menaikkan atau Menurunkan Tingkat Suku Bunga


Menaikkan atau menurunkan tingkat suku bunga, adalah contoh kebijakan
moneter yang diambil oleh bank sentral. Di Indonesia misalnya, Rapat Dewan
Gubernur Bank Indonesia (RDG-BI) pada 19-20 Oktober 2022 memutuskan
untuk menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 50 basis
poin (bps) menjadi 4,75%. Selain itu, BI juga menaikkan suku bunga deposit
facility sebesar 50 bps menjadi 4,00%, dan suku bunga lending facility sebesar
50 bps menjadi 5,50%. Keputusan kenaikan suku bunga tersebut sebagai
langkah front loaded, pre-emptive, dan forward looking untuk menurunkan
ekspektasi inflasi yang terlalu tinggi, memastikan inflasi inti mendatang
kembali ke dalam sasaran 3,0±1% lebih awal, yakni paruh pertama 2023, serta
memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah.

2. Melonggarkan Rasio LTV


Salah satu contoh kebijakan moneter yang diambil BI, adalah melakukan
pelonggaran pada rasio loan to value (LTV). Tujuannya, adalah untuk
mendorong pertumbuhan kredit di sektor properti. Misalnya, pada 2022 BI
memutuskan untuk melanjutkan pelonggaran rasio LTV untuk
kredit/pembiayaan properti menjadi paling tinggi 100%, untuk semua jenis
properti, bagi bank yang memenuhi kriteria non-performance loan (NPL)
tertentu.

3. Melonggarkan Ketentuan Uang Muka Kredit Kendaraan Bermotor

ix
Contoh kebijakan moneter lainnya yang diambil BI, adalah melonggarkan
ketentuan uang muka untuk kredit kendaraan bermotor. Tujuannya, adalah
untuk mendorong pertumbuhan kredit di sektor otomotif.

4. Pembelian dan Penjualan SBN


Membeli dan menjual surat berharga negara (SBN), menjadi salah satu
contoh kebijakan moneter yang dijalankan oleh BI. Pembelian SBN di pasar
sekunder dilakukan BI untuk berpartisipasi dalam pembiayaan APBN.
Sementara, penjualan SBN dilakukan demi mengurangi likuiditas dan
permintaan kredit sehingga menekan inflasi. Dengan adanya tambahan SBN di
pasar sekunder dari BI maka perbankan atau lembaga pembiayaan non-
perbankan bisa membeli SBN tersebut.

5. Menaikkan atau Menurunkan Giro Wajib Minimum


Contoh kebijakan moneter lain yang diambil BI, adalah menaikkan atau
menurunkan giro wajib minimum atau GWM. Ini merupakan dana atau
simpanan minimum yang harus dipelihara oleh bank dalam bentuk saldo
rekening giro yang ditempatkan di Bank Indonesia. Besaran GWM ditetapkan
oleh BI berdasarkan persentase dana pihak ketiga yang dihimpun perbankan.
GWM merupakan instrumen makroprudensial untuk mengatur uang beredar di
masyarakat, yang secara langsung berpengaruh terhadap indeks inflasi.

B. KEBIJAKAN FISKAL

3.1 Pengertian Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal adalah aturan atau strategi yang dilakukan pemerintah


untuk menjaga pemasukan dan pengeluaran negara agar tetap stabil sehingga
negara bisa terus bertumbuh. Bisa dikatakan kebijakan fiskal adalah kebijakan
dari pemerintah yang memengaruhi perekonomian negara lewat perubahan
penerimaan dan pengeluaran pemerintah sesuai yang telah ditetapkan dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Menurut I Wayan Sudirman dalam bukunya Kebijakan Fiskal dan Moneter:


Teori dan Empirikal yang dikutip dari Kompas, kebijakan fiskal merupakan
kebijakan yang berkaitan dengan pasar barang dan jasa.

Sebagai contoh, salah satu instrumen pemasukan negara adalah pajak.


Untuk mengatur besaran penetapan pajak bagi wajib pajak, DPR akan
mengadakan rapat untuk membuat kebijakan fiskalnya. Setelah itu,
pelaksanaan hasil strategi harus ditaati oleh seluruh wajib pajak sementara
pemungutan dan pengawasannya dilakukan oleh aparat pemerintah. Kebijakan

x
fiskal biasanya diambil pemerintah untuk membantu agar pertumbuhan
ekonomi tetap berjalan.

3.2 Dasar Hukum Kebijakan Fiskal

Aturan mengenai kebijakan fiskal tertuang dalam UU Nomor 17 Tahun


2003 tentang Keuangan Negara. Dalam aturan tersebut dijelaskan kebijakan
fiskal terkait anggaran (APBN) memiliki fungsi otorisasi, perencanaan,
pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi. Fungsi otorisasi menjelaskan
bahwa anggaran negara menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan
belanja pada tahun yang bersangkutan.

Pernyataan tersebut sesuai dengan UUD 1945 pasal 23 ayat (1) yang
berbunyi “Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ditetapkan setiap
tahun”. Untuk fungsi perencanaan, anggaran negara menjadi pedoman bagi
manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.

Sementara itu, fungsi pengawasan pada kebijakan fiskal mengandung arti


bahwa anggaran negara menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan
penyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan atau
tidak.

3.3 Jenis-jenis Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:

1. Kebijakan Fiskal Ekspansif


Jenis kebijakan fiskal yang pertama ini dilakukan dengan menaikkan
belanja negara dan menurunkan tingkat pajak. Ketika kebijakan fiskal ini
dilakukan, diharapkan daya beli masyarakat yang sebelumnya lesu akan
kembali naik sehingga roda perekonomian berputar makin kencang. Tujuan
lainnya adalah mengurangi tingkat pengangguran sehingga mendorong
pertumbuhan ekonomi yang sehat.

2. Kebijakan Fiskal Kontraktif


Berlawanan dengan jenis pertama, kebijakan fiskal kontraktif dilakukan
untuk menurunkan daya beli masyarakat dan mengatasi inflasi dengan
menurunkan belanja negara serta menaikkan tingkat pajak. Biasanya, jenis
kebijakan fiskal ini akan dilakukan jika pemerintah melihat kondisi
perekonomian sedang ekspansi yang mulai memanas demi menurunkan
tekanan permintaan.

xi
3.4 Instrumen Kebijakan Fiskal

Instrumen sendiri merupakan sektor dalam perekonomian yang


dimanfaatkan guna menjaga stabilitas perekonomian makro. Sedikitnya, ada 3
instrumen yang digunakan kebijakan fiskal, yakni:

1. Pajak
Instrumen kebijakan fiskal yang paling penting adalah pajak karena
memiliki kekuatan untuk mengatur daya beli masyarakat. Ketika pajak
dinaikkan, daya beli akan menurun dan sebaliknya daya beli kembali naik saat
pajak diturunkan. Kaitannya selain daya beli adalah terhadap produksi barang
dan jasa dimana ketika pajak naik maka output akan menurun dan sebaliknya.

2. Obligasi Publik
Obligasi publik jadi instrumen kebijakan fiskal lain yang digunakan
pemerintah untuk menarik masyarakat berinvestasi. Melalui Surat Utang
Negara (SUN) Ritel, masyarakat yang memiliki dana akan ditawarkan untuk
membeli surat tersebut dimana nantinya negara yang mencicil hutang serta
bunga pinjamannya.

3. Pengeluaran Belanja
Terakhir instrumen kebijakan fiskal adalah pengeluaran belanja negara.
Demi tercapainya stabilitas perekonomian, pemerintah perlu mengurangi atau
menambah belanja negara yang disesuaikan dengan kondisi saat itu.
Misalnya, jika neraca pembayaran negara defisit, maka pemerintah harus
mengurangi pengeluaran dari sektor lainnya sampai kembali stabil. Konsep
instrumen ini sama seperti kehidupan sehari-hari, dimana saat pendapatan
turun maka seseorang harus mengurangi belanja yang kurang penting dan
berhemat.

3.5 Tujuan Kebijakan Fiskal

Tujuan utama kebijakan fiskal adalah untuk menentukan arah, tujuan,


sasaran, dan prioritas pembangunan nasional serta pertumbuhan perekonomian
bangsa. Tapi tidak hanya itu, inilah beberapa tujuan lain dari kebijakan fiskal:

1. Memacu Pertumbuhan Ekonomi Negara


Dari pembahasan sebelumnya, telah diketahui jika tujuan utama kebijakan
fiskal adalah menjaga stabilitas ekonomi negara. Tidak hanya itu, kebijakan
fiskal juga berperan penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi
bangsa.

xii
Karena salah satu fungsinya adalah mengatur pendapatan negara, maka
kebijakan fiskal diharapkan bisa mengeluarkan banyak inovasi baru dalam
bidang ekonomi yang nantinya menjadi solusi meningkatkan perekonomian di
berbagai bidang seperti perbankan, korporat, sampai usaha mikro.

2. Menjaga Stabilitas Harga


Kenaikan harga barang yang terasa mendadak sebenarnya terjadi akibat
banyak faktor. Mulai dari yang positif seperti permintaan (demand) terhadap
barang tersebut sampai adanya tindakan curang seperti monopoli dan
penimbunan komoditi. Untuk mencegah dan memberantas hal tersebut,
dibutuhkan kebijakan fiskal agar harga barang kembali stabil sehingga
terjangkau oleh masyarakat.

3. Mendorong Laju Investasi


Dibutuhkan iklim investasi yang baik agar investor mau menaruh uangnya
pada suatu negara. Tidak bisa dicapai begitu saja, dibutuhkan kebijakan fiskal
guna menunjukan stabilnya ekonomi sebuah negara sehingga mampu
mendorong kepercayaan investor agar mengucurkan dananya. Jika mampu
meningkatkan laju investasi, negara tentu akan diuntungkan dengan masuknya
pendapatan dari pajak usaha.

4. Meningkatkan Potensi SDM


Masih berkaitan dengan poin sebelumnya, jika laju investasi tinggi maka
ada kemungkinan terbukanya lapangan pekerjaan baru dan akhirnya menyerap
tenaga kerja. Hasilnya tentu mengurangi angka pengangguran yang menjadi
salah satu masalah besar di tiap negara.
Tidak hanya itu, kebijakan fiskal dapat membantu meningkatkan potensi
SDM misalnya lewat program Kartu Indonesia Pintar. Diharapkan, program
tersebut mampu meningkatkan kualitas tenaga kerja usia produktif sehingga
mampu bersaing di dunia kerja dan nantinya menaikkan taraf ekonomi negara.

5. Mewujudkan Keadilan Sosial


Terakhir, kebijakan fiskal memiliki tujuan untuk mewujudkan keadilan
sosial bagi seluruh masyarakat. Salah satu contoh penerapannya adalah
Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dari Kementerian Keuangan.

Program tersebut merupakan langkah pemerintah dalam melindungi,


mempertahankan, dan meningkatkan kemampuan ekonomi para pelaku usaha
dari sektor riil dan sektor keuangan dalam menjalankan usahanya selama
pandemi COVID-19. Dengan diadakannya program tersebut, diharapkan
perekonomian masyarakat tetap terjaga sehingga kondisi negara turut stabil.

3.6 Contoh Kebijakan Fiskal

xiii
Kebijakan fiskal sejatinya telah sering diterapkan selama masa pandemi
COVID-19 antara lain:

1. Peningkatan Anggaran Penanganan COVID-19


Seperti yang telah disinggung sebelumnya, pemerintah meluncurkan
program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang bertujuan memulihkan
perekonomian akibat pandemi. Dalam pelaksanaannya, pemerintah menaikkan
anggaran lebih dari Rp700 triliun yang diambil dari program lalin lalu
dialokasikan untuk situasi darurat tersebut. Karena kas negara cukup tergerus
akibat program PEN, pemerintah pun makin gencar menarik utang demi
membiayai defisit anggaran.

2. Subsidi Bahan Bakar


Pemberian subsidi bahan bakar (BBM) adalah salah satu contoh penerapan
kebijakan fiskal yang paling sering dirasakan. Penurunan harga BBM
diharapkan membantu usaha mikro dan masyarakat lain sehingga roda
ekonomi terus berputar. Selain bahan bakar, subsidi juga dapat dialokasikan
pada sektor lain seperti pendidikan, kesehatan, sampai fasilitas negara. Setiap
subsidi diusahakan selalu menyasar masyarakat yang membutuhkan sehingga
tepat sasaran.

3.7 Perbedaan Kebijakan Moneter dan Fiskal

Selain kebijakan fiskal, istilah lain yang sering terdengar dalam dunia
ekonomi adalah kebijakan moneter. Keduanya tidak sama dan memiliki
tujuannya masing-masing. Berbeda dengan kebijakan fiskal yang mengatur
pemasukan dan pendapatan negara, kebijakan moneter adalah strategi yang
dilakukan pemerintah dengan menambah atau mengurangi jumlah uang
beredar guna mengendalikan inflasi.

Perbedaan lainnya, jika kebijakan fiskal berasal dari pemerintah, maka


kebijakan moneter bersumber dari bank sentral dan cara kerjanya dengan
menaikkan atau menurunkan suku bunga sehingga akan memengaruhi biaya
pinjaman serta pengeluaran individu/bisnis.

Selain itu, kebijakan moneter bertujuan untuk meningkatkan pendapatan


masyarakat melalui peningkatan investasi dan produksi sehingga nantinya
mampu meningkatkan ekonomi. Baik kebijakan fiskal dan moneter bisa
dilakukan serentak atau salah satu tergantung pada kebutuhan dan kondisi
yang sedang terjadi.

xiv
BAB III
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dalam rangka mencapai tujuan ekonomi yang diinginkan, penting bagi


suatu negara untuk memiliki koordinasi yang baik antara kebijakan moneter
dan fiskal. Pengaturan yang tepat dari suku bunga, pajak, dan pengeluaran
pemerintah akan membantu mencapai stabilitas ekonomi yang berkelanjutan.
Dengan memahami konsep, instrumen, dan dampak dari kebijakan moneter
dan fiskal, pemerintah dapat mengambil langkah-langkah yang bijaksana
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

4.2 Saran

Dengan adanya makalah ini, diharapkan pembaca dapat memahami definisi


tentang kebijakan fiskal dan moneter serta dapat mengetahui jenis dan tujuan

xv
terjadinya diantara kebijakan tersebut dan dampak yang terjadi pada kebijakan
tersebut. Kami menyadari makalah ini banyak sekali memiliki kekurangan
yang jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
kritik serta saran mengenai pembahasan makalah di atas agar kami terus
berusaha memperbaiki makalah dengan mengacu kepada sumber yang bisa
dipertanggung jawabkan nantinya.

DAFTAR PUSTAKA

Antonioni, P., & Flynn, S. M. (2017). Kebijakan Ekonomi Moneter dan


Fiskal. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi - Solusi Bisnis Indonesia.

Dua, A. (2021, May 4). https://www.rusdionoconsulting.com/. Diambil


Kembali dari Kebijakan Fiskal: Pengertian, Tujuan, dan Contohnya.

Kompas. (2021, Juni 15). https://money.kompas.com/. Diambil kembali dari


Apa Perbedaan Kebijakan Fiskal dan Moneter?

Money+, T. (2021, May 6). https://blog.amartha.com . Diambil kembali dari


Beda Kebijakan Fiskal dan Moneter.

OBCP NISP, R. (2021, Agustus 12). https://www.ocbcnisp.com. Diambil


Kembali dari Kebijakan Fiskal: Pengertian, Tujuan, Instrumen, & Contohnya.

Sukirno, S. (t.thn.). Pengantar Ekonomi. Sadono Sukirno

xvi

Anda mungkin juga menyukai