KEBIJAKAN MONETER
Disusun Oleh :
UNIVERSITAS JEMBER
2021
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan
karunianya yang diberikam, sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas makalah Mata Kuliah
Perekonomian Indonesia. Adapun judul dari makalah ini yaitu “Kebijakan Moneter”.
Dalam kesempatan ini, penulis juga tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada
Dosen Pengampu Mata Kuliah Perekonomian Indonesia, Bapak Dr. Agus Luthfi, M.Si yang
telah membimbing penulis. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada kedua orang
tua yang telah memberikan dukungan dalam pembuatan makalah ini.
Dengan adanya makalah ini, diharapkan bisa menambah pengetahuan kita tentang
bagaimana kebijakan moneter yang ada di Indonesia. Besar harapan penulis agar makalah ini
dapat memberikan kontribusi yang positif dan memberikan banyak manfaat bagi kehidupan
kita. Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Untuk itu, penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca, agar dalam
penyusunan makalah berikutnya bisa lebih baik lagi.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Kebijakan moneter yang diambil Bank Sentral/ Bank Indonesia (BI) tidak bisa secara
langsung mempengaruhi kegiatan ekonomi tapi memerlukanwaktu (time lag) dan melalui
suatu mekanisme transmisi tertentu yang dikenal dengan nama channels of monetary
transmission. Kebijakan moneter mempengaruhi kegiatan ekonomi riil melalui berbagai
saluran (channel), di antaranya suku bunga, agregat moneter, kredit, nilai tukar, harga aset,
dan ekspektasi. Oleh karena itu, identifikasi transmisi kebijakan moneter merupakan hal yang
penting bagi pengambil kebijakan moneter dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Kebijakan adalah rangkaian proses dan asas yang menjadi pedoman dan dasar rencana
dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak. Istilah ini dapat
diterapkan pada pemerintahan, organisasi, dan kelompok sektor swasta serta individu.
Kebijakan berbeda dengan peraturan dan hukum. Hukum dapat memaksakan atau melarang
suatu perilaku ( misalnya suatu hukum yang mengharuskan membayar pajak), kebijakan
hanya menjadi pedoman tindakan yang paling mungkin memperoleh hasil yang diinginkan.
Menurut Carl Friedrich kebijakan adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan
seseorang, pemerintah, atau kelompok dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya
hambatan-hambatan tertentu seraya dengan mencari peluang-peluang untuk mencapai tujuan
atau mewujudkan sasaran yang diinginkan.
Bank Indonesia memiliki tujuan mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.
Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 3 tahun 2004 pasal 7 tentang Bank
Indonesia. Hal yang dimaksud dengan kestabilan nilai rupiah antara lain kestabilan terhadap
harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi.
Untuk mencapai tujuan tersebut, sejak tahun 2005 Bank Indonesia menerapkan
kerangka kebijakan moneter dengan inflasi sebagai sasaran utama kebijakan
moneter (Inflation Targeting Framework) dan menganut sistem nilai tukar yang mengambang
(free floating). Peran kestabilan nilai tukar sangat penting dalam mencapai stabilitas harga
dan sistem keuangan. Oleh karenanya, Bank Indonesia juga menjalankan kebijakan nilai
tukar untuk mengurangi volatilitas nilai tukar yang berlebihan, bukan untuk mengarahkan
nilai tukar pada level tertentu.
4
1. Stabilatas Ekonomi
Stabilitas ekonomi adalah suatu keadaan di mana pertumbuhan ekonomi
berlangsung secara terkendali dan berkelanjutan. Artinya, pertumbuhan arus
barang/jasa dan arus uang berjalan seimbang.
2. Kesempatan Kerja
Kesempatan kerja akan meningkat bila produksi meningkat. Peningkatan
produksi biasanya diikuti dengan perbaikan nasib para karyawan ditinjau dari segi
upah maupun keselamatan kerja. Perbaikan upah dan keselamatan kerja akan
meningkatkan taraf hidup karyawan dan pada akhirnya kemakmuran dapat tercapai.
3. Kestabilan Harga
Kestabilan harga ditandai dengan stabilitas harga barang dari waktu ke waktu.
Harga yang stabil menyebabkan masyarakat percaya bahwa membeli barang pada
tingkat harga sekarang sama dengan tingkat harga yang akandatang, atau daya beli
uang dari waktu ke waktu adalah sama.
4. Neraca Pembayaran
Neraca pembayaran dapat dikatakan dalam keadaan seimbang apabila jumlah
nilai barang yang di ekspor sama dengan nilai barang yang diimpor. Untuk
mendapatkan neraca pembayaran yang seimbang, pemerintah sering menjalankan
kebijakan moneter. Contohnya adalah dengan cara melakukan devaluasi.
5. Menjaga Stabilitas dan Pertumbuhan Ekonomi
Menjaga stabilitas harga dari banyaknya jumlah uang yang beredar,
meningkatkan kesempatan kerja, memperbaiki posisi neraca perdagangan dan neraca
pembayaran, jika negara mendevaluasi mata uang rupiah kemata uang asing.
Kebijakan moneter juga bukan sesuatu yang kaku dan statis, namun harus
terus berubah dan bergerak sesuai dengan kondisi ekonomi negara yang bersangkutan.
Berikut ini adalah tujuan dari kebijakan moneter yang dilakukan oleh pemerintah.
Mengedarkan uang di masyarakat sebagai alat tukar, sekaligus mengendalikan
jumlah uang yang beredar.
Mempertahankan keseimbangan kebutuhan likuiditas perekonomian dengan
stabilitas tingkat harga.
Melakukan distribusi likuiditas optimal untuk mencapai petumbuhan ekonomi
yang diinginkan pada berbagai sektor.
5
Membantu pemerintah dalam melaksanakan kewajiban yang tidak terealisasi
melalui sumber penerimaan yang normal.
Menjaga kestabilan ekonomi dengan cara mempertahankan keseimbangan
antara kebutuhan barang dan jasa dengan ketersediaannya di masyarakat.
Menjaga kestabilan harga yang dihasilkan dari interaksi antara jumlah uang
yang beredar di masyarakat dengan jumlah barang yang tersedia.
Mencegah terjadinya inflasi.
Peningkatan kesempatan kerja yang dapat dicapai melalui kestabilan ekonomi.
Dengan adanya kestabilan ekonomi, diharapkan pengusaha akan semakin
terdorong untuk berinvestasi sehingga memperluas kesempatan kerja pada
masyarakat.
Meningkatkan ekspor dan mengurangi impor untuk memperbaiki neraca
perdagangan negara.
9
5. Imbauan Moral
Instrumen kebijakan moneter berupa imbauan moral dapat dilakukan oleh
bank sentral untuk mengontrol jumlah uang yang beredar melalui berbagai hal. Bank
sentral dapat mengimbau bank-bank umum untuk menurunkan atau menaikan suku
bunga pinjamannya.
Bank sentral juga dapat memberikan saran kepada bank-bank tersebut untuk
hati-hati dalam memberikan pinjaman kredit kepada masyarakat ataupun membatasi
keinginannya untuk meminjam uang kepada bank sentral melalui Fasilitas Diskonto.
Selain 4 instrumen tersebut, Bank Indonesia memiliki beberapa instrumen kebijakan
moneter lainnya seperti:
Kredit Langsung yaitu Bank Indonesia memberikan kredit secara langsung
kepada sektor, program, proyek, ataupun kegiatan yang sifatnya mendesak dan
harus diprioritaskan. Kredit langsung ini akan menambah jumlah uang yang
beredar di masyarakat karena digunakan untuk membiayai program ataupun
kegiatan yang diprioritaskan.
Penetapan Uang Muka Impor dimana para importir diwajibkan membayar
sejumlah persentase tertentu sebagai uang muka untuk pembelian valuta asing
yang mereka perlukan untuk mengimpor barang dari luar negeri. Dengan
ditetapkannya instrumen ini, pemerintah dapat mengatur jumlah uang yang
beredar dari sisi impor dan dapat mengontrol devisa negara.
Fasilitas Overdraft (Overdraft Window) dimana Bank Indonesia akan
menyediakan fasilitas pinjaman yang berjangka sangat pendek kepada bank-
bank yang mengalami kesulitan likuiditas (pencairan) jangka pendek. Suku
bunga yang diterapkan pada fasilitas ini lebih tinggi dibanding sumber
pinjaman lain sehingga dapat mengontrol jumlah uang yang beredar.
Intervensi Rupiah dimana Bank Indonesia melakukan pinjam meminjam
dana secara langsung di Pasar Uang Antar Bank (PUAB) dalam jangka waktu
overnight sampai dengan 7 hari demi membantu instrumen kegiatan Operasi
Pasar Terbuka.
Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) adalah instrumen yang pada
awalnya dibuat oleh Bank Indonesia sebagai fasilitas untuk bank-bank syariah,
namun tidak menutup kemungkinan SWBI ini digunakan untuk membantu
10
operasi Pasar Terbuka. Pelaksanaan SWBI tidak dilakukan secara lelang
melainkan membuka window sehingga memiliki kemiripan dengan fasilitas
simpanan bank sentral. Selanjutnya, bank akan meningkatkan suku bunga
yang mereka tetapkan kepada pelanggan mereka. Dengan demikian, biaya
pinjaman dalam perekonomian akan meningkat, dan jumlah uang beredar akan
berkurang.
Pelaksanaan kebijakan moneter di Indonesia dilaksanakan oleh bank sentral yaitu Bank
Indonesia. Untuk menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter yang efektif dan efisien
12
diperlukan sistem keuangan yang sehat, transparan, terpercaya, dan dapat
dipertanggungjawabkan yang didukung oleh sistem pembayaran yang lancar, cepat, tepat dan
aman, serta pengaturan dan pengawasan bank yang memenuhi prinsip kehati-hatian. Untuk
menjamin keberhasilan tujuan memelihara stabilitas nilai rupiah diperlukan Bank Sentral
yang memiliki kedudukan yang independen. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
tersebut dibuatlah Undang-undang Nomor 13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral tidak sesuai
lagi dan perlu diganti dengan Undang-undang baru tentang Bank Indonesia.Undang-Udang
terbaru yang mengatur mengenai Bank Indonesia adalah UU NO. 23, LN 1999 / NO. 66,
TLN. NO. 3843, LL SETKAB : 55 HLM
Dasar hukum dari UU NO. 23, LN 1999 / NO. 66, TLN. NO. 3843, LL SETKAB : 55
HLM adalah sebagai berikut.
1) Pasal 5 ayat (1)
2) Pasal 20 ayat (1)
3) Pasal 23, dan Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945
4) Bab IV huruf A butir 1a Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
Indonesia Nomor X/MPR/1998
5) Pasal 3 Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor
XI/MPR/1998
6) Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor
XVI/MPR/1998.
Dalam Undang-Undang ini diatur mengenai : Status, Tempat Kedudukan, dan Modal;
Tujuan dan Tugas; Tugas Menetapkan dan Melaksanakan Kebijakan Moneter; Tugas
Mengatur dan Menjaga Kelancaran Sistem Pembayaran; Tugas Mengatur dan Mengawasi
Bank; Dewan Gubernur; Hubungan dengan Pemerintah; Hubungan Internasional;
Akuntabilitas dan Anggaran; serta Ketentuan Pidana dan Sanksi Administratif.
Seiring bejalannya waktu UU No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia telah
mengalami perubahan. UU No. 23 tahun 1999 diubah dengan UU No. 3 tahun 2004 dan UU
No. 6 tahun 2009, pada pasal 4 ayat 2 berbunyi bahwa Bank Indonesia adalah lembaga
negara yang independen, bebas dari campur tangan Pemerintah dan/atau pihak-pihak lainnya,
kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam Undang-Undang. Pemberian
independensi tersebut, diimbangi dengan pelaksanaan transparansi dan akuntabilitas. UU
No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, yang telah diamandemen dengan UU No. 3
13
Tahun 2004 (sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Republik Indonesia No.
6/2009) mengamanatkan akuntabilitas Bank Indonesia dalam pelaksanaan tugas, wewenang,
dan anggaran.
Prinsip akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia diterapkan
dengan cara menyampaikan informasi langsung kepada masyarakat luas melalui media massa
pada setiap awal tahun, mengenai evaluasi pelaksanaan kebijakan moneter pada tahun
sebelumnya, serta rencana kebijakan moneter dan penetapan sasaran-sasaran moneter untuk
tahun yang akan datang. Informasi tersebut juga disampaikan secara tertulis kepada Presiden
dan DPR. Akuntabilitas juga terkait erat dengan independensi. Semakin besarnya
independensi yang diberikan kepada bank sentral menuntut pula pentingnya akuntabilitas.
Dasar hukum mengenai kebijakan moneter Bank Indonesia lainnya adalah Perpres
No.23/2017 tentang Tim Pengendalian Inflasi Nasional (TPIN). Keppres tersebut menaungi
mekanisme koordinasi pengendalian inflasi melalui pembentukan Tim Pengendalian Inflasi
Pusat (TPIP), Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi, dan Tim Pengendalian
Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten/Kota. Peraturan Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian No.10 Tahun 2017 tentang Mekanisme dan Tata Kerja TPIP, TPID Provinsi,
dan TPID Kabupaten/Kota, Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian No.148
tahun 2017 tentang Tugas dan Keanggotaan Kelompok Kerja dan Sekretariat Tim
Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP), dan Keputusan Menteri Dalam Negeri No.500.05-8135
Tahun 2017 tentang Tim Pengendalian Inflasi Daerah.
Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk
mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga,
pemerataan pembangunan ) dan keseimbangan eksternal ( keseimbangan neraca pembayaran)
serta tercapainya tujuan ekonomi makro. Kebijakan moneter akan memberikan pengaruh
yang besar terhadap perubahan kondisi ekonomi suatu negara dan bagaimana perkembangan
ekonomi makro kedepannya. Beberapa kebijakan makro lainnya saling mendukung terlebih
lagi pada masa pandemi sekarang ini yang sulit diperkirakan bagaimana arah ekonomi
negara, dan juga pengambilan kebijakan moneter yang harus mampu menstabilkan ekonomi
negara namun harus tetap sejalan dengan apa yang menjadi harapan masyarakat Indonesia
14
dan juga pemerintah. Sehingga mampu menjadi dampak yang positif bagi masyarakat.
Kebijakan moneter dapat menargetkan tingkat inflasi. Tingkat inflasi yang rendah
diangap sehat bagi perekonomian sebuah negara. Namun jika inflasi sudah sangat tinggi,
maka kebijakan moneter diharapkan dapat mengatasi hal tersebut. Selain itu, kebijakan
moneter akan mempengaruhi tingkat pengangguran dalam suatu negara. Kebijakan ekspansif
pada umumnya mengurangi pengangguran karena pasokan uang yang lebih tinggi dapat
merangsang kegiatan bisnis dan perluasan kerja.
Kebijakan moneter tentunya memiliki pengaruh positif dan negative bagi masyarakat
ataupun ekonomi negara. Pemerintah harus tanggap dalam merespon masalah-masalah
ekonomi yang muncul yang pastinya menyangkut kehidupan masyarakat. Efektifitas
kebijakan moneter akan berpengaruh sejauh mana kebijakan moneter ditempuh oleh
pemerintah (apapun bentuknya), dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian dan
masyarakat sebagai berikut:
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
17
DAFTAR PUSTAKA
https://www-gramedia-com.cdn.ampproject.org/v/s/www.gramedia.com/literasi/
kebijakan-moneter/amp/?
amp_js_v=a6&_gsa=1&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D
%3D#aoh=16363386971661&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&_tf=Dari%20%251%24s&share=https%3A%2F
%2Fwww.gramedia.com%2Fliterasi%2Fkebijakan-moneter%2F
alfian, kalvin. (2020). Apa Dampak Kebijakan Moneter dalam Perekonomian Nasional?
https://yoursay.suara.com/news/2020/12/24/115157/apa-dampak-kebijakan-moneter-
dalam-perekonomian-nasional
https://www.dpr.go.id/jdih/index/id/424
https://www.bi.go.id/id/fungsi-utama/moneter/default.aspx
https://elearning.menlhk.go.id/pluginfile.php/845/mod_resource/content/1/
pengertian_kebijakan.html
Freycinetia Fitriani, F. (2020). Ini 5 Kebijakan Moneter Bank Indonesia Atasi Dampak Virus
Corona. https://finansial.bisnis.com/read/20200302/11/1207877/ini-5-kebijakan-
moneter-bank-indonesia-atasi-dampak-virus-corona-
https://www.gramedia.com/literasi/kebijakan-moneter/
18
Kemenkeu. (t.t.). Kebijakan Fiskal dan Moneter Mengadapi Dampak Covid 19.
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/13017/Kebijakan-Fiskal-dan-Moneter-
Mengadapi-Dampak-Covid-19.html
Redaksi OCBC NISP. (2021). Kebijakan Moneter: Pengertian, Tujuan, Jenis, &
Instrumennya. https://www.ocbcnisp.com/id/article/2021/07/27/kebijakan-moneter-
adalah
https://www-simulasikredit-com.cdn.ampproject.org/v/s/www.simulasikredit.com/
amp/apa-itu-kebijakan-moneter-definisi-kebijakan-moneter/?
amp_js_v=a6&_gsa=1&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D
%3D#aoh=16363382326961&csi=1&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&_tf=Dari%20%251%24s&share=https%3A%2F
%2Fwww.simulasikredit.com%2Fapa-itu-kebijakan-moneter-definisi-kebijakan-
moneter%2F
19