Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Kebijakan Moneter & Fisikal serta Regulasi Ekonomi

Mata Kuliah :
Perekonomian Indonesia

Dosen Pengampu :
Fandi Bachtiar, SE. MM

Disusun Oleh :
Verend Oka Noviza Djustitia 2302120108
Hilwa Putri Phonna 2302120183

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH ACEH
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita
berbagai macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu
membawa keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada
kehidupan akhirat kelak,sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita
capai menjadi lebih mudah dan penuh manfaat.

Terima kasih kami ucapkan kepada teman-teman sekalian yang telah


membantu, baik bantuan berupa moriil maupun materil, sehingga makalah ini
terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan. Kami menyadari sekali, didalam
penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan serta banyak kekurangan-
kekurangnya, baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal lain. kepada teman-
teman sekalian, yang kadangkala hanya menturuti egoisme pribadi, untuk itu
besar harapan kami jika ada kritik dan saran yang membangun untuk lebih
menyempurnakan makalah kami dilain waktu.

Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-
mudahan apa yang kami susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-
teman, serta orang lain yang ingin mengambil atau menyempurnakan lagi atau
mengambil hikmah dalam menambah referensi yang telah ada.

Alue Peunyareng, 07 November 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................3
1.3. Tujuan........................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................4
2.1. Pengertian Kebijakan Moneter & Fisikal serta Regulasi Ekonomi...........4
2.1.2. Kebijakan Moneter...............................................................................5
2.1.3. Regulasi Ekonomi..................................................................................5
2.2. Teori Kebijakan Fiskal dan Moneter.........................................................6
2.2.1. Teori Fiskal............................................................................................6
2.2.2. Teori Fiskal............................................................................................6
2.3. Hubungan Regulasi Indonesia dan Uni Eropa..........................................7
BAB III PENUTUP.................................................................................................9
3.1. Kesimpulan................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................10

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Kehidupan berbangsa dan bernegara tidak bisa dilepaskan dengan


kegiatan perekonomian. Perekonomian merupakan aktivitas yang ditujukan
untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakatnya. Pemerintah sebagai
pemegang mandat dituntut agar mampu melakukan pengelolaan
perekonomian, baik dalam skala mikro ataupun yang lebih luas dalam skala
makro. Salah satu tugas pemerintah dalam pengelolaan perekonomian
adalah menciptakan dan menjaga kestabilan perekonomian. Stabilitas
perekonomian dimainkan oleh pemerintah berupa pengambilan kebijakan
fiskal dan kebijakan moneter.
Kebijakan fiskal diambil pemerintah dengan tujuan untuk
pembangunan yang diarahkan pada tiga fungsi utama, yakni fungsi alokasi
anggaran dalam melanjutkan pembangunan, fungsi distribusi dan substitusi
pendapatan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan warga negara, dan
fungsi stabilisasi makroekonomi untuk peningkatkan perekonomian. Di
Indonesia kebijakan fiskal dinaungi oleh Kementerian Keuangan dan
menggunakan instrumen APBN (Anggaran Pedapatan Belanja Negara)
sebagai stimulus pertumbuhan ekonomi. Namun, salah satu instrumen
penting untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi dalam kebijakan
fiskal Indonesia masih dalam tingkat defisit. Selain kebijakan fiskal,
pemerintah juga mengatur kebijakan moneter. Penanganan kebijakan
moneter berada di bawah tanggung jawab Bank Indonesia (BI). BI mengatur
kebijakan moneter sebagai bentuk menjalankan fungsi stabilitas ekonomi
dengan fokus pada peredaran uang (Bayuni dan Srisusilawati, 2018). BI
berdasarkan Pasal 7 UndangUndang nomor 3 Tahun 2004 tentang
Perbankan Indonesia diberikan tanggung jawab untuk menjaga kestabilan
nilai tukar rupiah.
Kebijakan fiskal dan moneter saling memiliki keterkaitan dalam
rangka menstabilkan perekonomian, sehingga diperlukan koordinasi dan

1
interaksi antara keduanya. Koordinasi dan interaksi diperlukan agar masing-
masing kebijakan tidak berjalan sendiri dan apalagi sampai berbenturan,
sehingga menjadi penghalang terciptanya kestabilan perekonomian.
Kebijakan fiskal dan moneter, dalam jangka panjang tidak saling
bertentangan khususnya dalam tercapainya pertumbuhan ekonomi (Chenny,
2005). Santoso dan Basuki juga menemukan dalam penelitiannya bahwa
kebijakan moneter dan fiskal memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap PDB suatu negara dan jika kedua kebijakan itu saling bertolak
belakang, maka akan menganggu pertumbuhan ekonomi bahkan bisa
mencapai nol (Santoso & Basuki, 2009). Hadi et al, (2018) juga
mengemukakan dalam penelitian mereka bahwa interaksi antara kebijakan
fiskal dan moneter diperlukan agar ada keselarasan dalam kebijakan makro
ekonomi, sehingga memberikan dampak signifikan terhadap penguatan
ekonomi.
Pemahaman bangsa Indonesia pada Wawasan Nusantara yang
dicanangkan oleh Perdana Menteri Djuanda pada 13 Desember 1957 yang
kemudian disahkan dalam United Nations Convention on the Law of the Sea
(UNCLOS 1982). Kovensi Hukum Laut PBB tersebut meningkatkan luas
wilayah Indonesia sehingga panjang pantai Indonesia mencapai 95.181 km
dengan luas wilayah laut 5,8 juta km2, mendominasi yakni 70% dari total
luas teritorial Indonesia sebesar 7,7 juta km2 dengan jumlah pulau sekitar
17.000−an. Kondisi tersebut menempatkan Indonesia sebagai negara
kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas laut dan jumlah pulau
yang besar. Wawasan Nusantara tersebut menunjukkan pada dunia bahwa
Nusantara adalah sebagai kesatuan wilayah, kesatuan politik dan kesatuan
ekonomi. Dalam visi pembangunan seharusnya visi darat dan visi laut harus
menjadi sebuah kesatuan yang terintegrasi untuk mensejahterakan rakyat di
seluruh wilayah NKRI sehingga dalam implementasi pembangunan
ekonomi maka keterpaduan kekuatan ekonomi berbasis darat (land based
economy) dan ekonomi berbasis laut (ocean based economy) menjadi
kekuatan Ekonomi Nusantara serta menjadi modal yang kuat dalam
membangun Negara Maritim.

2
1.2. Rumusan Masalah

2. Pengertian Kebijakan Moneter & Fisikal serta Regulasi Ekonomi.


3. Bagaimana Teori Kebijakan Fiskal dan Moneter.
4. Bagaimana hubungan Regulasi Ekonomi Kerjasama Indonesia dan Uni
Eropa.

1.3. Tujuan

1. Mengetahui devinisi dari Kebijakan Moneter & Fisikal serta Regulasi


Ekonomi.
2. Mengetahui Teori Kebijakan Fiskal dan Moneter.
3. Mengatahui Hubungan Regulasi Ekonomi Indonesia dan Uni Eropa.

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Kebijakan Moneter & Fisikal serta Regulasi Ekonomi

Kebijakan fiskal atau kebijakan moneter terdiri dari dua kata, yaitu
kebijakan dan fiskal atau moneter. Harold D. Laswell dan Abraham
Kaplan mendefenisikan kata kebijakan (policy) adalah progam-program
dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan dasar nilai-
nilai dan praktek-praktek yang terstruktur (Islamy, 2009). James E.
Anderson juga mengemukkan kebijakan adalah perilaku sejumlah
pejabat dari kelompok atau instansi pemerintah dalam menentukan
suatu bidang dalam kegiatan tertentu (Wahab, 2005). Askari et al,
(2014) juga mengemukakan kebijakan adalah keputusan pemerintah
dalam melakukan tindakan diarahkan mencapai tujuan yang konsisten
dengan masyarakat. Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang diambil
pemerintah lewat instrumen kebijakan fiskal yang diterapkan melalui
pendapatan dan pengeluaran negara dengan tujuan mendikte permintaan
agregat dalam perekonomian. Kebijakan fiskal ada yang berposisi
sebagai kebijakan fiskal aktif dan kebijakan fiskal pasif. Kebijakan
fiskal aktif dijalankan pemerintah melalui perubahan tingkat pajak dan
membelanjakan sebagai sarana. Sementara itu, kebijakan fiskal pasif
dijalankan dalam bentuk menurunkan anggaran belanja dari anggaran
pendapatan nasional (Turmidi, 2019). Memperhatikan hal di atas,
kebijakan fiskal merupakan strategi pemerintah dalam melakukan
pengelolaan keuangan negara baik lewat pengelolaan pajak ataupun
pengeluaran lewat perbelanjaan dengan tujuan pemberantasan masalah
ekonomi nasional (Sukirno, 2006). Kebijakan fiskal juga diartikan
sebagai upaya peningkatan surplus atau menurunkan defisit pemerintah
tanpa tindakan eksplisit dari pembuat kebijakan (Aini, 2019). Rozalinda
juga mengemukakan kebijakan fiskal sebagai kebijakan pemerintah
terutama mengatur pendapatan dan pengeluaran negara dalam rangka

4
menjaga stabilitas ekonomi dan mendongkrak pertumbuhan ekonomi
(Rozalinda, 2015).

2.1.2. Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter yaitu program pemerintah yang dalam hal ini


dilakukan oleh bank sentral melalui pasar uang dalam rangka
mempengaruhi situasi makro (Budiono, 2001). Menurut Pohan (2018)
juga berpendapat kebijakan moneter sebagai rencana dan tindakan
lembaga yang mempunyai otoritas moneter untuk menjaga
keseimbangan moneter dan kestabilan nilai uang, membuka ruang
produksi dan pembangunan serta membuka peluang kerja sebagai
bentuk peningkatan taraf hidup rakyat. Dalam undang-undang tentang
Bank Indonesia No. 23 tahun 1999 yang telah diubah dalam undang-
undang No. 3 tahun 2004 disebutkan bahwa kebijakan moneter
merupakan kebijakan yang dibuat dan dilakukan oleh Bank Indonesia
dalam usaha mencapai dan menjaga stabilitas rupiah lewat pengaturan
uang beredar dan suku bunga. Berdasarkan pengertian di atas
didapatkan bahwa kebijakan moneter merupakan instrumen kebijakan
ekonomi makro yang menjadi pekerjaan yang di pegang oleh bank
sentral lewat penerapan penawaran uang, kredit dan tingkat bunga, serta
pengeluaran dalam perekonomian.

2.1.3. Regulasi Ekonomi

Regulasi ekonomi adalah suatu bentuk intervensi pemerintah yang


dirancang untuk mempengaruhi perilaku perusahaan dan individu di
sektor swasta. Contoh umum regulasi mencakup kontrol di masukan
pasar, harga, upah, persetujuan Pembangunan, efek polusi, pekerjaan
bagi orang-orang tertentu dalam industri tertentu, standar produksi
untuk barang-barang tertentu, pasukan militer dan jasa.

5
Dalam kegiatan ekonomi suatu negara, tidak ada satupun
pemerintah yang tidak campur tangan terhadap kegiatan ekonomi, salah
satunya seperti yang ada di Indonesia.

2.2. Teori Kebijakan Fiskal dan Moneter

2.2.1. Teori Fiskal

Teori Keynes telah menjadi dasar dari filosofi kebijakan ini muncul
sebagai reaksi dari depresi besar yang terjadi pada sistem ekonomi
Amerika di tahun 1930-an. Kritik yang disampaikan Keynes terhadap
ahli ekonomi Klasik yang berpendapat bahwa perekonomian akan
selalu full employment. Namun, sistem pasar bebas yang dikemukakan
oleh Keynes tidak akan otomatis membuat penyesuaian kondisi
pekerjaan penuh, karena diperlukan adanya campur tangan pemerintah
dalam bentuk kebijakan pemerintah, yaitu kebijakan fiscal dan moneter.
Dikarenakan, tiap tambahan belanja negara bukan hanya merelokasikan
sumber daya dari sektor swasta kepada pemerintah, namun diikuti
timbulnya multipliereffect atas belanja tersebut. (Mankew, 2013:303).

Teori angka pengganda fiskal yang disampaikan Keynes ini


didasari oleh pemikiran bahwa ekspansi fiskal dapat menyebabkan
dampak pengganda pada permintaan agregat yaitu kemampuan
penawaran agregat dalam merespon kenaikan permintaan agregat,
sehingga kenaikan harga tidak akan terjadi. (Abimanyu, 2005)

2.2.2. Teori Fiskal

Mankiw (2013:315) menyatakan bahwa focus dan tujuan dari


kebijakan moneter dan fiscal itu memiliki perbedaan. Mentransmisikan
variabel yang berbeda di dalam perekonomian pada setiap shock dari
pelaksanaan kebijakan moneter dan fiskal. Jika pemerintah
mengharapkan adanya pertumbuhan di sector ekonomi, ada beberapa
kebijakan yang bisa dilakukan pemerintah, misalnya dengan menaikkan
tingkat belanja pemerintah. Diharapkan dengan adanya peningkatan
belanja pemerintah ini mendorong naiknya permintaan agregat,

6
sehingga akan menyebabkan kenaikan harga barang. Dan ini akan
menyebabkan terjadinya Inflasi akibat kenaikan permintaan yang
melampaui jumlah penawaran. Dalam menghadapi tekanan inflasi ini,
kebijakan moneter yang akan diambil BI adalah menaikkan suku bunga
acuan. Hal ini dapat mengakibatkan defisit fiscal juga akan semakin
besar pula, terlebih ketika pemerintah diharuskan membayar bunga
hutangnya. Oleh karena focus kebijakan moneter berbeda dengan
kebijakan fiscal, maka kedua kebijakan ini adalah dua kebijakan terkait.
Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Cacazu (2015: 12) yang
menegaskan bahwa peran kebijakan fiskal dalam stabilisasi ekonomi
suatu negara tak terpisahkan dari kebijakan moneter.

2.3. Hubungan Regulasi Indonesia dan Uni Eropa

Hubungan kerjasama antara Indonesia dan Uni Eropa (UE) bisa


dikatakan telah terjalin cukup lama. Pada tahun 1967, UE, yang pada waktu
itu masih berwujud EEC atau European Economic Community, untuk yang
pertama kalinya menjalin hubungan kerjasama dengan ASEAN.

Perkembangan kerjasama yang terjadi, antara Indonesia dan UE


pada khusunya, bisa dikatakan stagnan dan tidak dinamis. Hal ini
dikarenakan beberapa faktor baik internal maupun eksternal terutama bila
menyangkut tatanan pada aspek regulasi.

UE yang secara kelembagaan merupakan sebuah integrasi kawasan


regional negara-negara Eropa telah mengalami fase-fase perkembangan
yang kompleks dan mengakar. Terdiri dari 27 negara anggota yang memiliki
Pendapatan Domestik Bruto (PDB) terbesar di dunia, UE tentunya memiliki
standar yang tinggi baik pada aspek birokrasi tetapi juga khususnya pada
aspek regulasi. Mulai dari standar operasional, prosedur, hingga syarat-
syarat yang tinggi harus dipenuhi oleh Indonesia sebelum mendapatkan
persetujuan untuk masuk dan bersaing secara mandiri di pasar UE.

Indonesia sebagai sebuah negara berkembang, memiliki


dinamikanya tersendiri dalam perjalanan kerjasama internasionalnya

7
Standar kualitas misalnya, produk barang dan jasa yang menjadi komoditas
ekspor Indonesia ke UE sebagian besar ditolak dengan berbagai alasan yang
pada umunya bertitik tolak dari tidak terpenuhinya regulasi barang dan jasa
yang ditetapkan oleh UE. Kondisi ini yang kemudian memaksa Indonesia
untuk sepenuhnya bergantung pada ekspor bahan-bahan tidak jadi bahkan
mentah sekalipun. Hal ini tentu berimbas kepada lambatnya pertumbuhan
ekonomi yang pada akhirnya berujung kepada sebuah kerjasama
internasional yang tidak sesuai harapan.

Kementrian Luar Negeri (Kemlu) Indonesia, dimana merupakan


pihak yang bertanggungjawab mengenai hubungan luar negeri Indonesia,
telah melakukan berbagai macam cara guna mempertahankan bahkan
mengembangkan hubungan bilateral Indonesia dengan Uni Eropa.

Pada tahun 2009, Indonesia dan UE telah mencapai sebuah


kesepakatan kerjasama internasional revolusioner, dimana melalui
kesepakatan ini, Indonesia diharapkan dapat mengalami perkembangan
terutama pertumbuhan secara domestik yang signifikan.

8
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang diambil pemerintah lewat


instrumen kebijakan fiskal yang diterapkan melalui pendapatan dan
pengeluaran negara dengan tujuan mendikte permintaan agregat dalam
perekonomian. Kebijakan fiskal ada yang berposisi sebagai kebijakan fiskal
aktif dan kebijakan fiskal pasif. Indonesia sebagai sebuah negara
berkembang, memiliki dinamikanya tersendiri dalam perjalanan kerjasama
internasionalnya Standar kualitas misalnya, produk barang dan jasa yang
menjadi komoditas ekspor Indonesia ke UE sebagian besar ditolak dengan
berbagai alasan yang pada umunya bertitik tolak dari tidak terpenuhinya
regulasi barang dan jasa yang ditetapkan oleh UE.

9
DAFTAR PUSTAKA

Aini, Ihda. 2019. Kebijakan Fiskal dalam Ekonomi Islam. Al-Qisthu: Jurnal Kajian
Ilmu-Ilmu Hukum,
Askari, Hossein., Iqbal, Zamir., & Mirakhor, Abbas. 2014. Fiscal and Monetary
Policy in Islam. Routledge Handbook of Contemporary Malaysia,
Budiono. 2001. Pengantar Ilmu Ekonomi. BPFE. Yogyakarta.
Chenny, Seftarita. 2005. Kebijakan Fiskal, Kebijakan Moneter dan Pertumbuhan
Ekonomi di Indonesia. Simposium Riset Ekonomi II Di Surabaya,
November, p. 23–24.
Hadi, Arijo., Sumari, Arwin Datumaya Wahyudi., & Djapri, Suparman. 2018.
Bauran Kebijakan FiskalMoneter Dan Dampaknya Bagi Anggaran
Pertahanan. Jurnal Pertahanan & Bela Negara, 6(3), p. 145- 170.
Islamy, M. Irfan. 2009. Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara. Bumi
Aksara. Jakarta.
Rozalinda. 2015. Ekonomi Islam: Teori dan Aplikasi pada Aktifitas Ekonomi. Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
Santoso, Teguh., & Basuki, Maruto Umar. 2009. Dampak Kebijakan Fiskal Dan
Moneter Dalam Perekonomian Indonesia: Aplikasi Model
MundellFleming. Jurnal Organisasi Dan Manajemen, 5(2), p. 108–128.
Sukirno, Sadono. 2006. Makro Ekonomi Teori Pengantar. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Tridoyo Kusumastanto, Makalah: Kebijakan Ekonomi dalam Pembangunan
Negara Maritim, Institut Pertanian Bogor.
Turmidi, Imam. 2019. Kajian Kebijakan Fiskal dan Kebijakan Moneter dalam
Islam. An-Nawa : Jurnal Studi Islam,
Wahab, Solichin Abdul. 2005. Analisis Kebijaksanaan dari Reformulasi ke
Implementasi Kebijaksanaan Negara,. Bumi Aksara. Jakarta.

10

Anda mungkin juga menyukai