Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

KEBIJAKAN FISKAL DI INDONESIA


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Administrasi
Keuangan
Dosen Pengampu: Lalas Sulastri, S.Sos., M.Si.

Disusun Oleh:
Anisa Novianty Dwi Kania E2035223701
Aqil Septian Setiadi E2035223643
Evi Fatimatus Sadiah E2035223720
Ilham Ramadhan E2035223730
Nita Purnama E2035223666
Sandi Cahyadi E2035223673

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS APRIL SUMEDANG
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun sampaikan kepada Tuhan yang maha esa, karena
atas rahmat dan karunianya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Adapun judul dari makalah ini adalah “Kebijakan Fiskal”. Makalah ini
dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Administrasi Keuangan.
Pada kesempatan kali ini penyusun mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada Ibu Lalas Sulastri, S.Sos., M.Si selaku Dosen Pengampu mata
kuliah Administrasi Keuangan dan kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam
pembuatan makalah ini yang tidak bisa penyusun sebutkan satu persatu.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
untuk itu penyusun berharap adanya kritik dan saran yang membangun dari dosen
pengampu, agar lebih baik lagi pada tugas yang akan datang. Semoga makalah ini
bisa menambah ilmu pengetahuan dan bermanfaat untuk pembelajaran. Aamiin.

Sumedang, Mei 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan........................................................................................................... 2
BAB II ..................................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................... 3
A. Definisi Kebijakan Fiskal ............................................................................. 3
B. Tujuan Kebijakan Fiskal .............................................................................. 4
C. Indikator Kebijakan Fiskal ........................................................................... 8
BAB III ................................................................................................................... 9
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 9
A. Asal Mula Kebijakan Fiskal ......................................................................... 9
B. Macam-macam Kebijakan Fiskal ............................................................... 10
C. Fungsi dan Manfaat Kebijakan Fiskal........................................................ 12
D. Jenis Kebijakan Fiskal................................................................................ 13
E. Contoh Kebijakan Fiskal Yang Pernah Diterapkan Di Indonesia .............. 15
F. Kaitan antara Kebijakan Fiskal dan Kebijakan Moneter ........................... 15
BAB IV ................................................................................................................. 19
PENUTUP ............................................................................................................. 19
A. Kesimpulan ................................................................................................ 19
B. Saran ........................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 20

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam perekonomian yang
dilakukan oleh pemerintah melalui instrumen Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN). APBN merupakan instrumen yang mengatur penerimaan dan
pengeluaran negara dalam rangka membiayai pelaksanaan kegiatan pemerintahan
dan pembangunan, mencapai pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan
nasional, mencapai stabilitas perekonomian, dan menentukan arah serta prioritas
pembangunan secara umum. Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari
pembangunan nasional yang pada hakekatnya adalah upaya untuk meningkatkan
kapasitas pemerintahan daerah, sehingga tercipta kemampuan yang professional
dalam menjalankan pemerintahan serta memberikan pelayanan prima kepada
masyarakat.
Diputuskannya kebijakan Pemerintah Indonesia mengenai otonomi daerah
sebagaimana dimuat dalam UU No. 33 tahun 2004 tentang pemerintah daerah,
daerah memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat dan kepentingan pemerintah daerahnya masing-masing. Otonomi
daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat
melalui peningkatan pelayanan publik, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat.
Selain itu, otonomi daerah diharapkan mampu meningkatkan daya 1 saing dengan
memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan, dan
kekhususan, serta potensi dan keanekaragaman daerah dalam system Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah daerah dituntut untuk mampu
menciptakan sistem manajemen yang mampu mendukung operasionalisasi
pembangunan daerah pada era otonomi daerah. Salah satunya adalah pengelolaan
keuangan daerah dan anggaran daerah. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) menjadi instrumen kebijakan yang utama bagi pemerintah daerah.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana kegiatan
Pemerintah Daerah dalam bentuk angka dan batas maksimal untuk periode
anggaran.

1
Kebijakan ekonomi suatu negara tidak bisa lepas dari campur tangan
pemerintah, karena pemerintah memegang kendali atas segala sesuatu yang
menyangkut semua kebijakan yang bermuara kepada keberlangsungan negara itu
sendiri. kebijakan ekonomi sangat beragam dan bermacam-macam pula
kebijakannya. Oleh sebab itu, pemerintah wajib menganut salah satu kebijakan
ekonomi sebagai dasar dalam pengambilan kebijakan pemerintah. Apapun sistem
ekonomi yang dianut pemerintah, maka itulah sistem ekonomi yang terbaik bagi
perekonomian rakyat, meskipun nantinya dalam perjalanannya memiliki berbagai
kelemahan. Kebijakan ekonomi pasti memiliki fenomena yang berdampak positif
dan negatif, salah satu dampak negatif yang sering terjadi adalah inflasi. Inflasi
merupakan fenomena yang timbul akibat banyaknya jumlah uang yang beredar,
kenaikan biaya produksi, besarnya tarikan permintaan dari konsumen, dan adanya
inflasi tularan dari luar negeri. akbiatnya akan mempengaruhi perekonomian
didalam negeri dan semakin bertambahnya pengangguran. Selain dampak negatif
kebijakan ekonomi, juga memiliki dampak positifnya, yaitu memudahkan
pemerintah untuk mengatur perekonomian dan anggaran pembelajaan negara.
Sehingga, dengan kebijakan ini maka hasil yang didapatkan digunakan untuk
keperluan didalam negeri dan keperluan rakyat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana asal mula terbentuknya kebijakan fiskal?
2. Apa saja macam-macam kebijakan fiskal?
3. Apa saja fungsi dan manfaat dari kebijakan fiskal?
4. Apa perbedaan kebijakan fiskal dengan kebijakan moneter?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui asal mula terbentuknya kebijakan fiskal
2. Untuk mengetahui macam-macam kebijakan fiskal
3. Untuk mengetahui fungsi dan manfaat dari kebijakan fiskal
4. Untuk mengetahui perbedaan kebijakan fiskal dengan kebijakan moneter

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Kebijakan Fiskal
Fiskal adalah sebuah kata yang dirujuk dari bahasa latin, fiscus yang berarti
pemegang kuasa dari keuangan pertama di zaman romawi kuno. Sedangkan,
kbbi mengartikan fiskal sebagai segala hal yang berkaitan dengan urusan
pendapatan negara atau pajak. Kebijakan fiskal pertama kali dicetuskan oleh
john maynard keynes asal inggris pada tahun 1883. Berdasarkan pendapat john
maynard keynes tersebut, kebijakan fiskal dapat membantu negara mencapai
kestabilan ekonomi dan bisnis. Hal ini dikarenakan kebijakan tersebut mampu
menyusuaikan pengeluaran negara dengan pendapatan yang diterima dari pajak.
Menurut Ani Sri Rahayu, Kebijakan fiskal adalah kebijakan penyesuaian di
bidang pengeluaran dan penerimaan pemerintah untuk memperbaiki keadaan
ekonomi. Atau dapat juga dikatakan kebijakan fiskal adalah suatu kebijakan
ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi perekonomian untuk menjadi
lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah.
Menurut Zaini Ibrahim, “Kebijakan fiskal adalah kebijakan pemerintah
yang berkaitan dengan pengaturan kinerja ekonomi melalui mekanisme
penerimaan dan pengeluaran pemerintah”.
Menurut Noripin, Kebijakan fiskal menyangkut pengaturan tentang
pengeluaran pemerintah serta perpajakan yang secara langsung dapat
mempengaruhi permintaan total dan dengan demikian akan mempengaruhi
harga. Inflasi dapat dicegah melalui penurunan permintaan total. Kebijakan
fiskal yang berupa pengurangan pengeluaran pemerintah serta kenaikan pajak
akan dapat mengurangi permintaan total, sehinggga inflasi dapat ditekan.
Menurut Rozalinda, “Kebijakan fiskal merupakan kebijakan pemerintah
dalam mengatur setiap pendapatan dan pengeluaran negara yang digunakan
untuk menjaga stabilitas ekonomi dalam rangka mendorong pertumbuhan
ekonomi.”(Fiskal, n.d.)
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kebijakan fiskal
merupakan suatu kebijakan pemerintah yang di dalamnya terdapat peraturan

3
yang menyangkut penerimaan dan pengeluaran pemerintah dalam menjaga
kegiatan ekonomi yang diinginkan atau kondisi yang lebih baik.
Adapun instrument dalam kebijakan fiskal adalah penerimaan dan
pengeluaran pemerintah yang berhubungan erat dengan pajak.
1. Belanja/pengeluaran negara (G = government expenditure)
2. Perpajakan (T = taxes)
Kebijakan fiskal juga bisa dikatakan salah satu kebijakan ekonomi makro
yang sangat penting dalam rangka:
1. Membantu memperkecil fluktuasi dari siklus usaha
2. Mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang sustainable, kesempatan kerja
yang tinggi
3. Membebaskan dari inflasi yang tinggi atau bergejolak.
B. Tujuan Kebijakan Fiskal
Tujuan dari kebijakan fiskal menurut John F. Due,yaitu:
a. Untuk meningkatkan produksi nasional (PDB) dan pertumbuhan ekonomi atau
memperbaiki keadaan ekonomi.
b. Untuk memperluas lapangan kerja dan mengurangi pengangguran atau
mengusahakan kesempatan kerja (mengurangi pengangguran), dan menjaga
kestabilan harga-harga secara umum.
c. Untuk menstabilkan harga-harga barang secara umum, khususnya mengatasi
inflasi.
1. Tujuan Secara Umum
Umumnya tujuan yang ingin dicapai oleh kebijakan fiskal adalah
kesetabilan ekonomi yang lebih mantap artinya tetap mempertahankan laju
pertumbuhan ekonomi yang lebih mantap artinya tetap mempertahankan laju
ekonomi yang layak tanpa adanya pengangguran yang berarti di satu pihak atau
adanya ketidakstabilan harga-harga umum. Kestabilan ekonomi tidak berarti
kesetabilan harga untuk semua sektor perekonomian, karena perubahan harga
relatif sangat diperlukan bagi penyesuian dalam perubahan teknologi,
preferensi konsumen dan tersedianya faktor produksi, agar penggunaan
optimum dalam penggunaan sumber daya ekonomi dapat terealisasi.

4
a. Mencegah Pengangguran
Pencegahan timbulnya pengangguran merupakan tujuan utama dari
kebijakan fiskal. Kegagalan dalam mencapai kesempatan kerja penuh tidak
hanya berarti tidak tercapinya tingkat pendapatan nasional dan laju
pertumbuhan ekonomi yang optimum, tetapi juga berakibat kurangnya
menyenagkan bagi perorangan yang menderita atau yang mengalami
pengguran. Kesempatan kerja penuh (Full Employment) dapat kita artikan
sebagai keadaan di mana semua pemilik faktor produksi yang ingin
memperkerjakannya pada tingkat harga atau upah yang berlaku dapat
memperoleh pekerjaan bagi faktor-faktor produksi tersebut. Konsep
kesempatan kerja ini dihubungkan dengan kesempatan kerja manusia, karena
pengangguran tenaga kerja manusia inilah yang mempunyai pengaruh soaial
yang sangat luas. Dengan definisi diatas maka pencapain tenaga kerja penuh itu
sangat sukar tercapai, karena pada setiap saat tentu ada faktor-faktor produksi
yang kehilangan lapangan kerja dan pada saat ini pula belum mendapat
pekerjaan berhubungan dengan adanya ketidak sempurnaan pasar.
b. Stabilitas Harga
Aspek kedua dari kebijakan fiskal adalah mempertahankan kesetabilan harga
umum pada tingkat yang layak. Penurunan yang tajam dalam harga-harga
umum jelas akan mendorong timbulnya pengangguran karena sektor swasta
akan kehilangan harapan keuntungan, bahkan keuntungan mereka akan semakin
mengecil. Selanjtnya investasi sektor swasta dapat tidak ada lagi lebih-lebih bila
mereka mengharapkan harga-harga akan turun terus sebaliknya harga-harga
umum yang meningkat terus juga mempunyai akibat yang tidak
menggembirakan. Inflasi memang dapat menciptakan kesempatan kerja penuh
dan memberikan keuntungan kepada beberapa kelompok orang, tetapi juga
mempersulit kehidupan orang-orang yang berpenghasilan rendah dan terutama
mereka yang berpenghasilan tetap. Inflasi yang deras akan cenderung
melemahkan juga sektor usaha swasta karena investasi produktif umumnya
berubah menjadi investasi barang-barang tahan lama seperti rumah, tanah dan

5
sebagainya. Dalam jangka panjang inflasi akan berakibat pada kurangnya
kepercayaan masyarakat pada pemerintahnya.
2. Tujuan Kebijakan Fiskal dalam Pembangunan Ekonomi
Salah satu hal yang wajib dilakukan oleh pemerintah adalah mengetahui
bagaimana laju pertumbuhan ekonomi saat ini. Dengan mengetahui laju
pertumbuhan ekonomi, maka keberlangsungan hidup negara tersebut akan
terjamin tanpa adanya gangguan yang berarti. Dalam rangka mencari inovasi
dan terobosan baru agar dapat berkontribusi dalam kemajuan perekonomian
negara serta mencari sebuah pemecahan masalah untuk digunakan dikemudian
hari ketika banyak problem dan tantangan yang menyerbu perekonomian
negara. Pemerintah berusaha untuk mencari terobosan dan inovasi baru tersebut
dan salah satunya adalah dengan menerapkan kebijakan fiskal. Harapannya
kebijakan fiscal dapat memberikan kesejahteraan baik material maupun non-
material. Untuk mencapai kesejahteraan tersebut di era pembangunan ini, maka
tujuan kebijakan fiskal tentu saja dijadikan sebagai salah satu instrumen dalam
mencapai tujuan ekonomi nasional tersebut. Secara lebih khusus tujuan
kebijakan fiskal dalam pembangunan demokrasi adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan Kesempatan Kerja
Kesejahteraan merupakan factor yang sangat diidamkan oleh masyarakat,
dengan terbukanya kesempatan kerja dan berkurangnya pengangguran
diharapkan dapat meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi, karena keduanya
adalah indikator kesejahteraan masyarakat dalam suatu negara. Sebagaimana
tertuang dalam UUD 1945 khususnya Pasal 27 Ayat 2 berbunyi: semua warga
negara berhak atas pekerjaan dan kehidupan yang layak. Salah satu cara untuk
mengatasi hal ini adalah dengan menerapkan kebijakan fiscal. Untuk
mengurangi angka pengangguran, bukan hanya andil pemerintah tapi
masyarakat juga harus ikut andil, salah satu contoh nyata adalah dengan
mengoptimalkan kemampuan yang mereka miliki, seperti halnya ada sebuah
pergerakan masyarakat berupa UKM. Terbukti bahwasannya 94% sumbangan
10 ekonomi Indonesia diperoleh dari UKM dan 6% dari industri yang sebagaian

6
besar dikuasai oleh asing. Diharapkan dengan penerapan kebijakan fiscal ini
maka masalah pengguran teratasi.
b. Meningkatkan dan Mendistribusikan Pendapatan Nasional
Adanya ketimpangan pendapatan dan kesenjangan antar wilayah merupakan
masalah yang harus segera diatasi. Salah satu cara untuk meminimalisir hal
tersebut, adalah menerapkan kebijakan fiskal dengan cara memprioritaskan
pengeluaranpengeluaran tertentu untuk kebutuhan masyarakat. Hal ini penting
untuk dilakukan karena jika ketimpangan ini tidak diatasi dapat menyebabkan
social unrest dan dapat mengganggu stabilitas ekonomi dan politik.
c. Meningkatkan Laju Investasi
Salah satu cara untuk meningkatkan laju investasi baik dalam sector swasta
maupun pemerintah dapat dilakukan dengan peningkatan investasi pada sektor-
sektor yang mempunyai pengeluaran besar untuk kebutuhan masyarakat
d. Meningkatkan Stabilitas ekonomi
Kebijakan fiscal merupakan salah satu usaha untuk mempertahankan
stabilitas ekonomi jangka pendek di Indonesia. Kebijakan fiscal ini dapat
dilakukan dengan cara peningkatan pendapatan negara dan peningkatan
efektivitas serta efisiensi pengeluaran negara. Hal ini dilakukan untuk
mengantisipasi kondisi perekonomian yang tidak stabil karena disebabkan oleh
wabah Corona dan Virus Covid -19. Mewabahnya virus ini merupakan
guncangan yang sangat berat untuk kondisi perekonomian di Indonesia,
ditambah lagi dengan tekanan inflasi harus segera dapat diatasi oleh pemerintah.
Kebijakan fiskal juga harus menstabilkan harga pasar. Karena hal ini akan
berakibat fatal terhadap perekonomian negara, ketika harga pasar terus menerus
turun maka yang akan terjadi adalah banyak pengusaha dan UKM gulung tikar
karena akan mengalami kesulitan dalam mendapatkan sebuah keuntungan,
sedangkan jika harga terus menerus melonjak naik maka yang akan terjadi
adalah inflasi. Sedangkan jangka panjang inflasi menyebabkan berkurangnya
rasa kepercayaan atau trust masyarakat terhadap pemerintah.

7
C. Indikator Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal terdiri dari perubahan pengeluaran pemerintah atau perpajakan
dengan tujuan untuk mempengaruhi besar serta susunan permintaan agregat
(khususnya permintaan swasta).
Indikator yang biasa dipakai untuk kebijakan fiskal ini adalah budget defisit,
yakni selisih antara pengeluaran pemerintah (dan juga pembayaran transfer) dengan
penerimaan (terutama dari pajak).

8
BAB III
PEMBAHASAN
A. Asal Mula Kebijakan Fiskal
Kesadaran terhadap pengaruh pengeluaran dan penerimaan pemerintah
belum lama muncul dalam dunia ilmu pengetahuan. Maka timbulah gagasan
dengan sengaja untuk mengubah-ubah pengeluaran dan penerimaan pemerintah
guna mencapai kesetabilan ekonomi. Teknik mengubah pengeluaran dan
penerimaan pemerintah inilah yang dikenal dengan kebijakan fiskal atau politik
fiskal. Sebelum tahun 1920- an, pengeluaran pemerintah hanya dianggap
sebagai alat untuk membiayai kegiatan-kegiatan pemerintah dan dinilai atas
dasar asas manfaat langsung yang dapat ditimbulkannya tanpa melihat
pengaruhnya terhadap pendapatan nasional. Sebaliknya pajak hanya sebagai
sumber pembiayaan pengeluaran negara dan belum diketahui pengaruhnya
terhadap pendapatan nasional. Akibatnya dalam masa depresi di mana
penerimaan pemerintah menurun, maka pengeluaran pemerintah harus
dikurangi pula. Hal ini berpengaruh terhadap pendapatan nasional serta semakin
lesunya perekonomian. Kalau timbul deflasi atau inflasi kebijakan yang
diambinya adalah kebijakan moneter lewat bank sentral dan bukan kebijakan
fiskal. Pada masa depresi pada tahun 1930-an teori kebijakan fiskal pertama kali
mulai muncul karena tidak mempunyai kebijakan moneter dalam
menanggulangi depresi itu. Kebijakan moneter berguna untuk merangsang
kegiatan individu atau swasta. pada saat terjadi pengangguran harga-harga turun
deoresi, maka oleh kebijakan moneter dengan cara menambah jumlah uang
yang beredar lewat politik dengan menurunkan tingkat bunga atau dengan
politik pasar terbuka, dimana pemerintah membeli surat berharga. pada masa
depresi yang paling amat parah adalah masalah pengangguran dan kebijakan
fiskal berorentasi maslah pengguran dan masalah ingflasi.
Dasar pemikiran dalam kebijakan fiskal ialah bahwa pemerintah tidak dapat
disamakan dengan individu dalam pengaruh dari tindakan masing-masing
terhadap masyarakat sebagai keseluruhan. Umumnya para individu akan
mengurangi pengeluaran apabila penerimaanya menurun, sedangkan

9
pemerintah tidak harus berbuat demikian, karena apabila perintah mengurangi
pengeluaranya, maka tindakan 4 ini akan lebih menyusahkan atau memperberat
jalannya perekonomian karena menurunnya pengeluaran pemerintah akan
berarti menurunnya pendapatan masyarakat sebagai objek pajak dan
selanjutnya justru memperkecil penerimaan pemerintah lagi. Di samping itu
juga disadari bahwa dalam masa depresi banyak dana masyarakat (swasta) yang
menganggur, sehingga peningkatan dalam pengeluaran pemerintah tidak akan
mengurangi investasi sektor swasta lewat kenaikan tingkat bunga.
Kebijakan fiskal sendiri mempunya dua komponen utama, pertama
komponen penerimaan yang terdiri dari pajak dan bukan pajak, dan yang kedua
komponen pengeluaran pemerintah. Dari kedua komponen pajak dan bukan
tersebut yang perlu kita perhatikan adalah pengelolaan manajemen keuangan
negara yang harus dikelola secara efektif dan efisien. Pada penerapannya
manajemen keuangan negara harus sesuai dengan ketentuan yang ada dalam
Undang-Undang No. 23 Tahun 2003 dan tiga prinsip pokok yaitu Perfomance
Based Budgeting, Medium Term Expenditure Framework (MTEF), dan Unified
Budget. Diharapkan dengan mengimplementasikan ketiga prinsip tersebut
dapar menciptakan profesionalitas dalam pengelolaan anggaran negara,
transparansi dan akuntabilitas. (Heliany, 2021).
B. Macam-macam Kebijakan Fiskal
Dalam perkembangan kebijakan fiscal dapat dibedakan menjadi empat
macam atas dasar:
1. Pembiayaan Fungsional (Functional Finance)
Tokoh dari kebijakan fiskal ini adalah Ap.Lener. dalam hal ini pengeluaran
pemerintah dengan melihat akibat-akibat terhadap pendapan nasional terutama
guna meningkatkan kesempatan kerja (Employment). Di lain pihak pajak
dipakai untuk mengatur pengeluaran swasta dan bukan Untuk meningkatkan
penerimaan pemerintah, Sehingga pada saat ada pengangguran pajak sama
sekali tidak diperlukan. Selanjunya pinjaman akan dipakai sebagai alat untuk
menekan inflasi lewat pengangguran dana yang tersedia dalam masyarakat.

10
Kemudian apabila pajak maupun 5 pinjaman dirasa tidak tepat maka
ditempuh pencetakan uang. Jadi pengeluaran pemerintah dan perpajakan
dipertimbangkan sebagai suatu hal yang terpisah, namun demikian ada fungsi
penawaran menunjukkan jumlah barang yang ditawarkan pada berbagai tingkat
harga dari barang tersebut. Hukum penawaran menyatakan bahwa jumlah yang
ditawarkan akan bertambah apabila harga barang tersebut lebih tinggi ceteris
paribus atau hal-hal lain tetap.
2. Pengelolaan Anggaran
Pendekatan ini lebih banyak disukai dari pada pendekatan “Pembelanjaan
Fungsional” karena pengeluaran pemerintah, perpajakan dan pinjaman
dimaksudkan untuk pencapaian kesetabilan ekonomi yang lebih mantap. Dalam
pendekatan ini, Hubungan antara pengeluaran perintah dan perpajakan selalu
dipertahankan, tetapi penyesuaian dalam anggran selalu dibuat guna
memperkecil ketidakstabilan ekonomi, sehingga pada suatu saat dapat terjadi
deficit maupun surplus.
Tokoh dalam Pendekatan Ini Adalah Alvin Hasen Yang menyarankan bahwa
dalam masa depresi di mana banyak pengguran, pengeluaran perintah adalah
satu-satunya obat. Dalam perkembangan pemikiran lebih lanjut, penggunaan
anggaran belanja yang Seimbang untuk jangka panjang diperlukan dengan
catatan bahwa dalam masa depresi ditempuh anggaran defisit sedangkan dalam
masa inflasi ditempuh anggaran belanja surplus. Dalam perkembangan yang
lebih jauh lagi, pendekatan ini selalu berusaha untuk mempertahankan adanya
anggaran belanja yang seimbang tanpa deficit anggaran belanja. Sehingga
dalam masa defresi (Perekonomian Lesu) Pengeluaran pemerintah akan
ditingkatkan dan penerimaan dari pajakpun akan ditingkatkan pula tetapi jangan
sampai menimbulkan Deplasi. Sebaliknya dalam masa inflasi, pajak akan
dimanfaatkan sebaik-baiknya guna mencegah timbulnya akibat inflasi yang
tidak diinginkan. Kebaikan dari pendapat ini ialah bahwa pinjaman negara tidak
akan meningkat, Tetapi sayangnya sektor swasta menjadi kurang bersemangat
karena kurang percaya pada diri sendiri.

11
3. Stabilitasi Anggaran Otomatis
Pada akhir tahun 1940-an kepercayaan lebih banyak diberikan kepada
mekanisme otomatis dari politik fiskal. Penyesuaian secara otomatis dalam
penerimaan dan pengeluaran pemerintah terjadi sedemikian rupa sehingga
membawa pada perekonomian menjadi stabil tanpa campur tangan pemerintah
yang disengaja. Dengan stabilitas otomatis, pengeluaran pemerintah akan
ditentukan berdasar atas perkiraan manfaat dan biaya relatif dari berbagai
macam program dan pajak akan ditentukan sehingga menimbulkan surplus
dalam periode kesempatan kerja penuh.
4. Anggaran Belanja Seimbang
Suatu modifikasi dari atas anggaran yang disesuaikan dengan keadaan
(Managed Bidget) adalah pebelajaran secara seimbang dalam jangka panjang,
tetapi ditempuh pada masa deprisi dan surplus pada masa inflasi. Kegagalan
dalam mempertimbangkan keseimbangan anggaran dalam jangka panjang
dapat menimbulkan hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.
Dapat pula diikuti pendekatan serupa tetapi mempertahankan keseimbangan
anggaran. Dalam masa depresi, pengeluran perlu ditingkatkan diikuti pula
dengan peningkatan penerimaan sehingga tidak akan memperbesar utang
negara.
C. Fungsi dan Manfaat Kebijakan Fiskal
1. Fungsi Kebijakan Fiskal
Fungsi kebijakan fiskal diatur dalam Undang-Undang No. 17 Tahun 2003
Pasal 3 Ayat 4 tentang keuangan negara, yaitu:
a. Fungsi otoritas adalah ketika anggaran negara menjadi pedoman untuk
mencari pendapatan dan belanja untuk tahun yang bersangkutan.
b. Fungsi perencanaan merujuk ketika anggaran negara menjadi dasar bagi
manajemen dalam nerencanakan anggaran tahun yang bersangkutan.
c. Fungsi pengawasan adalah ketika anggaran negara menjadi pedoman untuk
menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan negara sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

12
d. Fungsi alokasi, taitu ketika anggaran negara dialokasikan untuk tujuan
mengurangi tingkat engangguran dan pemborosan sumber daya, serta
menambah efisiensi dan efektivitas perekonomian negara.
e. Fungsi stabilisasi, yaitu ketika anggaran pemerintah menjadi alat untuk
memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.
f. Fungsi distribusi, yaitu ketika kebijakan negara membuat kebijakan
anggaran dengan adil dan rasa kepatutan.
2. Manfaat Kebijakan Fiskal
Sudah umum dipahami jika tanggung jawab dari pemerintah adalah untuk
menjaga serta menjalankan dengan baik perekonomian negara. Dengan kondisi
perekonomian yang baik dan stabil, rakyat mampu mendapatkan taraf hidup
yang lebih sejahtera. Sebaliknya, jika kondisi ekonomi negara sedang kacau,
yang menerima dampak negatifnya sudah pasti masyarakatnya juga. Agar
perekonomian negara dapat pulih dari keterpurukan, dikeluarkanlah kebijakan
fiskal oleh pemerintah. Alasan utamanya karena kebijakan tersebut mampu
memberikan beragam manfaat yang dibutuhkan negara dan masyarakat.
Manfaatnya antara lain adalah: Dapat menumbuhkan kondisi ekonomi yang
lebih baik, pengalokasian sumber daya yang lebih efektif dan tepat sasaran,
menstabilkan kondisi ekonomi negara jangka pendek, 9 serta membantu
pemerintah untuk melakukan pengembangan pada pembangunan jangka
panjang.
D. Jenis Kebijakan Fiskal
a. Kebijakan fiskal ekspansif (expansionary fiscal policy)
Kebijakan fiskal ekspansif dirancang dengan tuju an untuk merangsang
ekonomi, kebijakan ini paling sering manfaatkan selama waktu resesi, pada saat
pengangguran mencapai angka yang tinggi atau pada saat periode siklus bisnis
sedang rendah. Kebijakan ekspansif ini juga mengharuskan pemerintah supaya
membelanjakan lebih banyak uang, menurunkan pajak, atau bahkan melakukan
keduanya.

13
Tujuannya ialah untuk memberikan lebih banyak uang kepada konsumen
sehingga konsumen akan terus membelanjakan lebih banyak sehingga akan
merangsang laju ekonomi negara.
b. Kebijakan fiskal kontraksional
Digunakan guna memperlambat laju pertumbuhan ekonomi, contohnya pada
saat inflasi tumbuh pesat. Hal ini tentunya merupakan kebalikan dari kebijakan
fiskal ekspansif, dimana kebijakan fiskal kontraktif akan meningkatkan pajak
serta memotong pengeluaran.
c. Jenis kebijakan fiskal berdasarkan teori:
1) Kebijakan anggaran pembiayaan fungsional: untuk mengatur pengeluaran
oleh pemerintah dengan cara memperhatikan pengaruhnya terhadap
peningkatan dalam hal kesempatan kerja.
2) Kebijakan pengelolaan anggaran: mengatur pengeluaran pemerintah,
penerimaan pajak serta pembiayaan guna mencapai laju perekonomian yang
stabil.
3) Kebijakan stabilisasi anggaran otomatis: mengatur jumlah pengeluaran
pemerintah dengan cara menimbang serta menganalisa biaya dan juga
manfaat dari berbagai macam pengeluaran yang digunakan.
d. Kebijakan fiskal dari jumlah penerimaan & pengeluaran
1) Anggaran dinamis mempunyai ciri dimana anggarannya selalu meningkat
daripada anggaran pada tahun sebelumnya. Hal tersebut dilakukan dengan
upaya meningkatkan pendapatan serta melakukan penghematan dalam sisi
pengeluaran, sehingga tabungan dari pemerintah bisa meningkat dengan
cepat.
2) Anggaran devisit mempunyai ciri dimana anggaran disusun dari jumlah
pengeluaran lebih besar dibandingkan oleh pendapatan negara. Hal ini
biasanya diatasi dengan beberapa kebijakan yang berlaku, seperti:
menciptakan uang baru, melakukan pinjamana atau hutang (dalam/luar
negeri). Mulai tahun 2000, apbn di negara indonesia disusun dengan
menggunakan format anggaran defisit yang dimana akan dibiayai dengan
sumber-sumber pembiayaan dalam negeri.

14
3) Anggaran surplus mempunyai ciri dimana jumlah pendapatan lebih besar
dibangdingkan dengan jumlah pengeluaran total oleh pemerintah.
4) Anggaran seimbang dalam hal ini, anggaran akan disusun dengan jumlah
total pendapatan sama dengan jumlah pengeluaran total sehingga nantinya
stabilitas ekonomi bisa terjaga.
E. Contoh Kebijakan Fiskal Yang Pernah Diterapkan Di Indonesia
Dalam beberapa kurun waktu belakangan, pemerintah indonesia telah
beberapa kali menerapkan kebijakan fiskal untuk meredam terpaan kondisi
ekonomi dunia. Kebijakan ekonomi tersebut terbukti berhasil membuat
ekonomi indonesia bergerak ke arah yang positif dan lebih kondusif.
a. Tax Amnesty
Contoh kebijakan fiskal pertama yang dilakukan pemerintah adalah pada
saat presiden jokowi mencanangkan program amnesti pajak di tahun 2017
lalu. Banyaknya laporan penunggakan pajak dan individu yang tidak
melaporkan jumlah kekayaan kala itu membuat pemerintah memutuskan
untuk meluncurkan program tax amnesty.
Dihilangkannya sanksi administrasi, pidana, dan juga denda keterlambatan
pembayaran pajak mampu membuat pemasukkan negara meningkat hingga
130 triliun rupiah. Ini adalah sebuah bukti nyata mengapa kebijakan tersebut
perlu dilakukan oleh sebuah negara.
b. Subsudi Bahan Bakar Minyak
Pengurangan jumlah subsidi bbm yang seringkali dilakukan oleh
pemerintah belakangan terakhir juga merupakan contoh kebijakan fiskal
lainnya. Meski harga jual bahan bakar menjadi lebih mahal dan tidak stabil,
pemerintah mampu mengalokasikan dana yang dimiliki untuk kebutuhan
lain yang lebih penting dan mendesak. Dengan begitu, kualitas hidup
masyarakat luas akan menjadi lebih berdaya.
F. Kaitan antara Kebijakan Fiskal dan Kebijakan Moneter
Mula-mula kebijakan yang ditempuh pemerintah dalam mengurangi
ketidakstabilan ekonomi adalah dengan kebijakan moneter yaitu dengan
kebijakan moneter yaitu dengan pengetatan jumlah kredit (Tight Money

15
Policy) atau dengan memperlonggar pengkreditan (Easy Money Policy)
yang diberikan oleh Bank-bank umum. Untuk itu biasanya Bank Sentral
sangat berperan dalam mempengaruhi jumlah uang yang beredar dengan
cara mengubah-ubah tingkat bunga dan deking (Legal Reserve
Requirement) ataupun membeli atau menjual surat berharga. Dalam masa
depresi Bank Sentral menambah jumlah uang beredar dengan politik pasar
terbuka yaitu dengan membeli obligasi negara, yaitu selanjutnya dapat
menekan tingkat bunga dan memperbesar deking bank-bank umum,
sehingga bank-bank umum dapat memperluas pemberian kreditnya lagi.
Dengan demikian maka investasi dalam perekonomian diharapkan akan
terus meningkat dan depresi akan terobati.
Sebaliknya bila perekonomian mengalami inflasi pengeluaran investasi
dan konsumsi akan dikekang dengan politik pasar terbuka lewat penjualan
obligasi negara sehingga ini menyerap uang yang beredar dan akan
mengurangi Deming bank-bank umum yang selanjutnya akan mengurangi
penciptaan kredit oleh bank-bank itu dan jumlah uang beredar akan turun.
Pada tahun 1930-an terbukti bahwa kebijakan moneter saja tidak dapat
mengatasi depresi sebab tingkat bunga yang sudah begitu rendah ternyata
tidak dapat mendorong timbulnya investasi, karena orang lebih senang
menyimpan uang tunai. Dengan kata lain permintaan akan uang tunai untuk
sekedar menganggur (Idle Balance) menjadi elastis sempurna pada tingkat
bunga yang rendah. Perekonomian berada dalam perangkap likuiditas atau
perangkap Keynes. Dalam keadaan ini tambahan jumlah uang beredar tidak
dapat menurunkan tingkat bunga lagi.
Dengan kegagalan kebijakan moneter itu, maka kebijakan fiskal
menjadi penting. Tetapi sayangnya kebijakan fiskal lebih kaku
dibandingkan dengan kebijakan moneter, dan umumnya kebijakan moneter
lebih dapat diterima oleh masyarakat daripada kebijakan fiskal. (Pengampu
& Eka Putra, n.d.)
Oleh karena itu kombinasi antara kedua kebijakan tersebut perlu dan
bahkan seringkali masih diperlukan tindakan-tindakan langsung guna

16
menanggulangi inflasi atau deflasi yang sudah gawat seperti politik harga,
pengawasan harga, penjatahan dan sebagainya.
Kebijakan fiskal dan kebijakan moneter merupakan bagian integral dari
kebijakan makroekonomi yang memiliki target yang harus dicapai baik
dalam jangka pendek dan jangka panjang. Sudah lama terjadi perdebatan
antara kebijakan fiskal dan moneter. Di satu sisi, kebijakan moneter
diarahkan pada pencapaian target menjaga stabilitas tingkat harga.
Sementara itu di sisi lain kebijakan fiskal ditetapkan untuk mencapai
pertumbuhan ekonomi. Dari sini nampaknya muncul trade-off antara
pencapaian stabilitas harga dan pertumbuhan ekonomi terutama dalam
jangka pendek. Kebijakan defisit fiskal yang tinggi dapat menyebabkan
kenaikan tingkat inflasi, sebaliknya perekonomian dengan tingkat inflasi
yang tinggi juga memberikan dampak negatif bagi pertumbuhan ekonomi.
Perkembangan perekonomian yang semakin dinamis dan terintegrasi
dengan perekonomian dunia memberikan implikasi penting bagi para
pelaku ekonomi terutama dalam pengambilan kebijakan makroekonomi.
Pengelolaan kebijakan fiskal dan moneter melalui koordinasi yang baik
akan memberikan sinyal positif bagi pasar dan menjaga stabilitas
makroekonomi. (Santoso & Umar Basuki, 2009)
Diperlukan koordinasi kebijakan moneter dan kebijakan fiskal yang
lebih erat lagi, seperti menghindarkan pembuatan kebijakan fiskal yang
dapat mengganggu tujuan akhir kebijakan moneter dan sebaliknya.
Kerjasama kedua kebijakan diperlukan dalam rangka menghindarkan
dampak negatif yang dapat menjadi kontra produktif bagi perekonomian
nasional. Selain itu, kebijakan fiskal juga hendaknya memperhatikan
stabilitas harga karena kebijakan fiskal yang terlalu terfokus kepada
pertumbuhan ekonomi dapat membahayakan kesinambungan pembangunan
ekonomi, 14 seperti tercermin dari hasil empiris yang menunjukkan bahwa
kebijakan fiskal yang terlalu pro-growth menghasilkan kerugian sosial yang
lebih besar. Demikian pula halnya kebijakan moneter hendaknya
mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi karena kebijakan moneter yang

17
terlalu ketat akan membuat perekonomian nasional akan mengalami
tekanan, seperti tercermin dari kerugian sosial yang menjadi lebih besar.
(Simorangkir, 2007)

18
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam perekonomian yang
dilakukan oleh pemerintah melalui instrumen Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN). Kebijakan moneter berguna untuk merangsang kegiatan individu
atau swasta. Dasar pemikiran dalam kebijakan fiskal ialah bahwa pemerintah tidak
dapat disamakan dengan individu dalam pengaruh dari tindakan masing-masing
terhadap masyarakat sebagai keseluruhan.
Dalam perkembangan kebijakan fiscal dapat dibedakan menjadi empat macam
atas dasar pembiayaan fungsional (functional finance), pengelolaan anggaran ,
stabilitas anggaran, anggaran belanja seimbang.
Tujuan umum kebijakan fiskal ini mencegah mencegah pengangguran,
stabilitas harga dan dalam pembangunan ekonomi untuk meningkatkan
kesempatan kerja, meningkatkan dan mendistribusikan pendapatan nasional.
Kaitan antara Kebijakan fiskal dan kebijakan moneter merupakan bagian integral
dari kebijakan makroekonomi yang memiliki target yang harus dicapai baik dalam
jangka pendek dan jangka panjang. Sudah lama terjadi perdebatan antara kebijakan
fiskal dan moneter.
B. Saran
Agar tujuan kebijakan fiskal dan peran kebijakan fiskal dalam pembangunan di
Indonesia dapat berjalan dengan baik dan seharusnya maka diperlukan kerjasama
dari berbagai elemen baik oleh pemerintah/ negara sebagai pembuat kebijakan
maupun oleh rakyat sebagai warga masyarakat yang harus mematuhi setiap
kebijakan pemerintah sehingga pembangunan demokrasi di Indonesia dapat
terwujud.
Diharapkan makalah ini dapat menjadi bahan referensi bagi pembaca yang
ingin mengetahui apa itu kebijakan fiskal, macam-macam nya, perbandingan
kebijakan fiskal dan moneter, serta kaitannya.

19
DAFTAR PUSTAKA

Fiskal, A. K. (n.d.). BAB II LANDASAN TEORI.


Pengampu, D., & Eka Putra, W. (n.d.). MAKALAH KEUANGAN NEGARA
KEBIJAKAN FISKAL.
Santoso, T., & Umar Basuki, M. (2009). DAMPAK KEBIJAKAN FISKAL DAN
MONETER DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA: APLIKASI
MODEL MUNDELL-FLEMING. Jurnal Organisasi Dan Manajemen, 5(2),
108–128.
https://doi.org/10.33830/jom.v5i2.250.2009

20

Anda mungkin juga menyukai