KEBIJAKAN FISKAL
Dosen Pengampu:
Martina Nofra Tilopa,S,EI.M.E
Disusun Oleh:
Kelompok 11
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kepada kehadirat Allah SWT atas limpahan dan rahmatnya
kepada kita sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa kami mengucapkan
terimkasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dalam makalah ini.
Makalah ini di buat dengan tujuan memenuhi tugas dari Ibuk Matrina Nofra Tilopa,
S,EI.M.E pada bidang studi Ekonomi Makro tentang Kebijakan Fiskal. Selain itu
penyusunan makalah ini bertujuan menambah wawasan pembaca.
Penulis berharap dengan membaca makalah ini dapat memberikan kita wawasan yang luas
dan bermanfaat bagi kita semua, dan penulis juga menyadari bahwa makalah masih jauh
dari kata sempurna, untuk itu penulis mengucapkan mohon maaf jika ada kesalahan dalam
pembuatan makalah ini dan siap menerima kritikan yang kalian berikan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan ekonomi untuk mengendalikan
keseimbangan makroekonomi dan mengarahkan kondisi perekonomian ke arah yang lebih
baik (Kementerian Keuangan RI, 2018). Kebijakan fiskal merupakan kebijakan pemerintah
yang dilakukan dengan cara mempengaruhi sisi penerimaan maupun sisi pengeluaran pada
APBN. Pemerintah seringkali menghadapi masalah defisit anggaran sehingga memerlukan
suatu kebijakan fiskal untuk menghadapinya (Suparmono, 2004). Sesuai dengan amanat
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003, demi mendukung penurunan tingkat defisit,
pemerintah selalu menjaga defisit kumulatif APBN dan APBD berada dalam batas yang
telah ditetapkan yaitu di bawah 3%. Melalui APBN pemerintah berkewajiban untuk
menjalankan peran dan fungsi sentral kebijakan fiskal agar stabilitas kinerja dari anggaran
pendapatan dan belanja negara berada dalam kondisi baik dengan melakukan optimalisasi
pendapatan negara dengan target penerimaan perpajakan yang realistik berdasarkan basis
data terkini, pemerintah juga akan melakukan efisiensi belanja negara serta penguatan
terhadap kualitas belanja negara untuk mendukung pembangunan ekonomi nasional dan
melakukan efisiensi pembiayaan anggaran untuk mendorong keseimbangan primer menuju
ke arah yang positif (Kementerian Keuangan RI, 2019).
Latar belakang kebijakan fiskal didasarkan pada peran pemerintah dalam mengatur
perekonomian negara dan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi serta stabilitas sosial.
Beberapa faktor utama yang menjadi latar belakang kebijakan fiskal adalah:
1. Stabilisasi Ekonomi: Kebijakan fiskal digunakan untuk mencapai stabilitas
makroekonomi, yaitu menjaga inflasi yang rendah, pengangguran yang terkendali, dan
pertumbuhan ekonomi yang stabil. Dalam situasi ketidakstabilan ekonomi, pemerintah
dapat menggunakan kebijakan fiskal untuk mengatasi fluktuasi dan menghindari resesi
atau depresi.
1
2. Pengaruh Pemerintah dalam Perekonomian: Pemerintah memiliki peran penting dalam
mengatur perekonomian dan mempengaruhi alokasi sumber daya. Kebijakan fiskal
memungkinkan pemerintah untuk mengendalikan pengeluaran publik, pendapatan, dan
utang negara guna mencapai tujuan ekonomi yang diinginkan, seperti redistribusi
pendapatan, investasi infrastruktur, atau pengurangan kemiskinan.
3. Pembangunan Infrastruktur dan Pelayanan Publik: Kebijakan fiskal dapat digunakan
untuk membiayai pembangunan infrastruktur seperti jalan, jembatan, transportasi, listrik,
dan air bersih. Selain itu, pemerintah dapat menggunakan kebijakan fiskal untuk
memperbaiki pelayanan publik seperti pendidikan, kesehatan, dan perlindungan sosial.
4. Pembiayaan Anggaran Negara: Kebijakan fiskal berperan dalam pembiayaan anggaran
negara. Pemerintah membutuhkan pendapatan yang cukup untuk membiayai
pengeluaran publik dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Kebijakan fiskal membantu
pemerintah dalam mengumpulkan pendapatan melalui pajak, retribusi, dan sumber
pendapatan lainnya.
5. Distribusi Pendapatan dan Keadilan Sosial: Salah satu tujuan kebijakan fiskal adalah
mencapai distribusi pendapatan yang adil dan mengurangi kesenjangan sosial.
Pemerintah dapat menggunakan kebijakan fiskal untuk memberikan subsidi atau bantuan
sosial kepada kelompok masyarakat yang kurang mampu, serta mengenakan pajak yang
progresif untuk mengurangi ketimpangan ekonomi.
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi fokus permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa itu kebijakan fiskal?
2. Apa bentuk-bentuk dan tujuan kebijakan fiskal?
3. Apa komponen subsidi dan transfer pendapatan?
4. Bagaimana pendapatan PAD dan komponen-komponenya?
2
C. Tujuan
Adapun tujuannya:
1. Untuk mengetahui kebijakan fiskal.
2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk kebijakan fiskal dan tujuannya.
3. Untuk mengetahui komponen-komponen subsidi dan transfer pendapatan.
4. Untuk mengetahui apa saja pendapatan asli daerah dan komponen-komponennya.
3
BAB II
PEMBAHASAN
kebijakan memiliki dua prioritas, yang pertama adalah mengatasi defisit anggaran
pendapatan dan belanja Negara (APBN) dan masalah-masalah APBN lainnya. Defisit
APBN terjadi apabila penerimaan pemerintah lebih kecil dari pengeluarannya. Dan yang
kedua adalah mengatasi stabilitas ekonomi makro, yang terkait dengan antara lain ;
pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, kesempatan kerja dan neraca pembayaran. ( Tulus
TH Tambunan , 2006 )
3
Kebijakan fiskal merujuk pada kebijakan yang dibuat pemerintah untuk mengarahkan
ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan pendapatan (berupa pajak) pemerintah.
Berdasarkan dari beberapa teori dan pendapat yang dijelaskan diatas dapat kita
simpulkan bahwa kebijakan fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi yang dilakukan oleh
pemerintah dalam pengelolaan keuangan negara untuk mengarahkan kondisi perekonomian
menjadi lebih baik yang terbatas pada sumber-sumber penerimaan dan alokasi pengeluaran
negara yang tercantum dalam APBN.
4
fiskal juga bisa dikatakan salah satu kebijakan ekonomi makro yang sangat penting dalam
rangka:
Dalam hal ini peneliti lebih memfokuskan pada tujuan yang ketiga yaitu untuk
menstabilkan harga-harga barang secara umum, khusunya mengatasi inflasi. Jika harga-
harga umum yang terus-menerus meningkatkan pada suatu saat dan tingkat tertentu hanya
akan menguntungkan para pelaku bisnis. Jadi, bila harga-harga umum terus menunjukkan
kenaikan yang tajam (menimbulkan inflasi) hanya akan menguntungkan segelintir pelaku
bisnis dan akan menyulitkan masyarakat, terutama bagi orang yang berpenghasilan tetap.
Keadaan inflasi yang tidak terkendali pada akhirnya akan menjadi boomerang pada dunia
5
usaha karena investasi produktif akan semakin berkurang. Berkurangnya investasi prodiktif
ini terjadi ebagai akibat bealihnya investasi terhadap barang-barang yang tahan inflasi
(against inflation goods) seperti tanah, tanah dan bangunan, dan logam mulia. Dari uraian
di atas, dapat disimpulkan bahwa kebijakan fiskal membawa pengaruh bagi perekonomian.
Adapun pengaruh-pengeruhnya, antara lain:
1) Pemerintah menggunakan kebijakan fiskal untuk mencapai tujuan-tujuan seperti inflasi
yang rendah dan tingkat pengangguran yang rendah.
2) Bedasarkan teori Keynesian, kenaikan belanja pemerintah sehingga APBN mengalami
defifit dapat digunakan untuk merangsang daya beli masyarakat (AD = C + G + I + X – M )
dan mengurangi pengangguran pada saat terjadi resesi/depresi ekonomi. Ketika terjadi
inflasi, pemerintah harus mengurangi defisit (atau menerpakan anggaran surplus) untuk
mengendalikan inflasi dan menurunkan daya beli masrakat.
6
kebijakan dengan menurunkan belanja negara dan menaikkan tingkat pajak.Kebijakan ini
bertujuan untuk menurunkan daya beli masyarakat dan mengatasi inflasi. Secara teoritis
dikenal empat jenis kebijakan fiskal, yaitu:
7
ini, pengeluaran pemerintah lebih ditekankan pada asas manfaat dan biaya relatif dari
berbagai paket program.Pajak ditetapkan sedemikian rupa sehingga terdapat anggaran
belanja surplus dalam kesempatan kerja penuh. Dengan kata lain, berdasarkan stabilitas
perekonomian yang otomatis, pengeluaran pemerintah ditentukan berdasarkan perkiraan
manfaat dan biaya relatif dari berbagai macam program. Sedangkan pengenaan pajak
ditentukan untuk menimbulkan surplus pada periode kesempatan kerja penuh.
4. Pendekatan anggaran belanja berimbang (balance budget approach)
Pendekatan anggaran belanja berimbang adalah kebijakan anggaran yang menyusun
pengeluaran sama besar dengan penerimaan. Selain itu juga untuk tercapainya anggaran
berimbang jangka panjang. Dengan kata lain, konsep anggaran berdasarkan pendekatan
anggaran belanja berimbang menekankan pada keharusan keseimbangan antara penerimaan
dan pengeluaran. Ini berarti jumlah pengeluaran yang disusun pemerintah tidak boleh
melebihi jumlah penerimaan yang didapat.Sehingga pemerintah tidak perlu berhutang, baik
berhutang dari dalam negeri maupun keluar negeri.
8
3. Subsidi Listrik: Pemerintah dapat memberikan subsidi pada tagihan listrik rumah tangga
dengan memberikan tarif yang lebih rendah atau memberikan kompensasi langsung
kepada masyarakat untuk membantu mengurangi beban biaya listrik.
4. Bantuan Sosial: Pemerintah dapat memberikan bantuan sosial tunai kepada kelompok
masyarakat yang membutuhkan, seperti program bantuan langsung tunai (BLT), bantuan
sosial non-tunai (seperti bantuan beras), atau program-program lainnya untuk
mengurangi tingkat kemiskinan.
5. Jaminan Sosial: Jaminan sosial mencakup program-program seperti jaminan kesehatan,
jaminan pensiun, jaminan kecelakaan kerja, dan jaminan hari tua. Pemerintah dapat
memberikan transfer pendapatan kepada individu atau keluarga untuk melindungi
mereka dari risiko finansial yang terkait dengan kehilangan pendapatan atau biaya
kesehatan.
6. Subsidi Pendidikan: Pemerintah dapat memberikan subsidi atau bantuan pendidikan
kepada masyarakat untuk memastikan akses yang lebih luas terhadap pendidikan,
terutama bagi keluarga dengan keterbatasan finansial.
7. Program Pekerja Sosial: Program ini bertujuan untuk memberikan bantuan kepada
pengangguran, orang cacat, atau mereka yang kesulitan mencari pekerjaan. Program ini
dapat mencakup pelatihan kerja, pemberian tunjangan pengangguran, atau bantuan
lainnya untuk membantu individu mencari pekerjaan yang layak.
Tujuan dari subsidi dan transfer pendapatan adalah untuk mengurangi kesenjangan
sosial-ekonomi, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan memastikan bahwa
kebutuhan dasar dari individu dan kelompok yang lebih rentan terpenuhi. Transfer
pendapatan merujuk pada proses pemerintah atau lembaga lain yang mentransfer sejumlah
dana kepada individu atau kelompok dalam masyarakat tanpa ada imbalan langsung atau
produksi barang atau jasa. Tujuan dari transfer pendapatan adalah untuk mengurangi
9
kesenjangan ekonomi, memberikan perlindungan sosial, dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Transfer pendapatan dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, antara lain:
1. Tunjangan Sosial: Tunjangan sosial adalah pembayaran reguler kepada individu atau
kelompok yang memenuhi syarat tertentu, seperti tunjangan pengangguran, tunjangan
anak, tunjangan keluarga, atau tunjangan tunawisma. Tunjangan ini bertujuan untuk
membantu memenuhi kebutuhan dasar dan meningkatkan kesejahteraan penerima.
2. Program Jaminan Sosial: Program jaminan sosial melibatkan transfer pendapatan kepada
individu atau kelompok untuk memberikan perlindungan dalam situasi-situasi seperti
kecelakaan kerja, cacat, pensiun, atau kematian. Contohnya adalah program asuransi
sosial, program pensiun pemerintah, atau program jaminan kesehatan.
3. Bantuan Keuangan Tidak Terkondisi: Bantuan keuangan tidak terkondisi adalah
transfer pendapatan yang diberikan kepada individu atau keluarga tanpa ada persyaratan
khusus. Bantuan ini sering diberikan kepada kelompok yang kurang mampu secara
ekonomi, seperti pemberian bantuan langsung tunai (BLT) kepada keluarga miskin atau
tunawisma.
4. Bantuan Pendidikan: Bantuan pendidikan mencakup transfer pendapatan yang diberikan
kepada individu atau kelompok untuk mendukung akses dan partisipasi dalam
pendidikan. Ini bisa berupa beasiswa, tunjangan pendidikan, atau subsidi biaya
pendidikan.
5. Bantuan Kemanusiaan: Bantuan kemanusiaan adalah transfer pendapatan yang diberikan
dalam situasi darurat atau bencana alam. Bantuan ini bertujuan untuk membantu
individu atau kelompok yang terkena dampak dalam memenuhi kebutuhan dasar
mereka, seperti makanan, air bersih, tempat tinggal, dan layanan kesehatan.
10
D. Pendapatan dan Tujuan Asli Daerah (PAD) dan Komponennya
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan sumber pendapatan yang penting bagi
pemerintah daerah dalam membiayai kegiatan pemerintahan, pembangunan infrastruktur,
pelayanan publik, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah mereka.
Pengelolaan PAD yang baik menjadi kunci dalam menjaga keuangan daerah yang sehat dan
berkelanjutan. Pendapatan Asli Daerah (PAD) merujuk pada sumber pendapatan yang
dihasilkan oleh pemerintah daerah atau pemerintah provinsi dari wilayah atau daerah yang
mereka pimpin. PAD penting untuk mendukung kegiatan pembangunan, pengelolaan
pelayanan publik, dan pembiayaan kebutuhan daerah. Berikut ini adalah beberapa
komponen utama dari PAD :
1. Pajak: Pajak adalah salah satu komponen utama dalam PAD. Pemerintah daerah
mengenakan berbagai jenis pajak kepada penduduk, perusahaan, dan entitas bisnis di
wilayah mereka. Beberapa jenis pajak yang umum termasuk pajak penghasilan, pajak
pertambahan nilai (PPN), pajak bumi dan bangunan (PBB), pajak kendaraan bermotor,
dan pajak hotel.
2. Retribusi Daerah: Retribusi daerah adalah penerimaan yang diperoleh oleh pemerintah
daerah sebagai imbalan atas pelayanan publik atau penggunaan fasilitas yang disediakan
oleh pemerintah daerah. Contoh retribusi daerah meliputi retribusi parkir, retribusi pasar,
retribusi izin usaha, dan retribusi pelayanan kesehatan.
11
produksi migas atau pertambangan yang ada di wilayah mereka sebagai pendapatan
daerah.
3. Pendapatan dari Aset Daerah: Pemerintah daerah dapat memperoleh pendapatan dari
pengelolaan aset yang dimiliki oleh daerah, seperti sewa tanah, sewa bangunan, atau
pendapatan dari penjualan aset.
4. Pendapatan Lainnya: Komponen PAD ini mencakup berbagai pendapatan lain yang
tidak termasuk dalam kategori-kategori di atas. Ini bisa termasuk bunga bank, denda dan
sanksi, hasil lelang, atau sumbangan sukarela.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kebijakan fiskal merujuk pada tindakan-tindakan pemerintah yang terkait dengan
pengeluaran dan pendapatan dalam rangka mencapai tujuan-tujuan ekonomi dan
sosial. Kebijakan fiskal melibatkan pengaturan pengeluaran pemerintah,
pengumpulan pendapatan, dan pengelolaan defisit atau surplus anggaran. Melalui
kebijakan fiskal, pemerintah dapat mengatur tingkat permintaan agregat,
mengendalikan inflasi, mengurangi pengangguran, dan memperbaiki distribusi
pendapatan.
2. Tujuan dari kebijakan fiskal adalah untuk mengatur tingkat permintaan agregat,
mengendalikan inflasi, mengurangi pengangguran, dan memperbaiki distribusi
pendapatan.
3. Komponen subsidi dan transfer pendapatan adalah bentuk dukungan keuangan yang
diberikan oleh pemerintah kepada individu atau kelompok dalam masyarakat. Contoh
komponen tersebut meliputi subsidi BBM, subsidi pangan, subsidi listrik, bantuan
sosial, jaminan sosial, subsidi pendidikan, dan program pekerja sosial.
4. Kebijakan fiskal, komponen subsidi dan transfer pendapatan, serta pendapatan asli
daerah (PAD) dan komponennya, merupakan bagian penting dalam kegiatan
pemerintah untuk mencapai tujuan sosial dan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, serta memastikan pelayanan publik yang memadai.
B. Saran
Besar harapan penulis semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca. Karena keterbatasan
pengetahuan dan referensi, penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan agar
tulisan ini dapat disusun menjadi lebih baik dan sempurna.
15
DAFTAR PUSTAKA
Antonioni, P., & Flynn, S. M. (2017). Kebijakan Ekonomi Moneter dan Fiskal. Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi - Solusi Bisnis Indonesia.
Sukirno, S. (t.thn.). Pengantar Ekonomi. Sadono Sukirno
Rani, Rezita. Tanpa Tahun Fiskal: Pengertian, Tujuan, Instrumen, dan Macam - Macam
Kebijakan Fiskal. Diambil dari https://www.online-pajak.com/fiskal. (21 Maret 2019)
Sritua Arief, 1996, Teori Ekonomi Makro Lanjutan, PT Raja Grafindo Persada
16