Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KEBIJAKAN FISKAL

Guna memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Ekonomi


Dosen pengampu

Noratun Juliaviani, SP, M.Si

Di susun oleh :

Ziaul Sarda (200602006)

Waddah Inayati (200602007)

Khaliza (200602008)

Fatima rahmayani panjaitan (200602009)

Novida (200602010)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISMIS ISLAM

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

UIN AR-RANIRY

T.A. 2020 / 2021

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita kesehatan dan
kesempatan agar dapat menyusun makalah ini dengan waktu yang tepat,solawat
bertangkaikan salam marilah kita hadiahkan kepada baginda Nabi Muhammad
SAW yang mana syafaatnyalah yang kita harapkan di kemudian hari nanti.
Kemudian kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Noratun Juliaviani, SP,
M.Si yang telah membimbing kami dalam mata kuliah pengantar ilmu ekonomi.
Makalah ini kami buat bukan hanya untuk memenuhi tugas melainkan agar
mampu di jadikan sebagai metode pembelajaran untuk kita semua. Tidak lupa
dengan bantuan rekan-rekan sekalian. Alhamdulillah dengan bantuan saudari,
makalah yang kami susun ini dapat di selesaikan dengan tepat waktu. Mudah-
mudahan makalah tentang kebijakan fiskal ini dapat mendorong kita untuk
menciptakan perekonomian yang baik.
Namun penyusun menyadari masih banyak kekurangan dari makalah ini,
maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangatlah penting bagi penyusun
untuk menghadirkan makalah yang jauh lebih baik lagi di kemudian hari. Terima
kasih atas segala perhatian dan waktu yang telah di berikan jka ada ke kurangan
kami mohon maaf sebesar-besarnya.

Banda Aceh, 29 Desember 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................2

DAFTAR ISI ................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.................................................................................................4

B. Rumusan Masalah..........................................................................................................5

C. Tujuan Pembahasan.......................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Kebijakan Fiskal..........................................................................................6

B. Teori Kebijakan Fiskal...................................................................................................7

C. Tujuan Kebijakan Fiskal................................................................................................7

D. Fungsi Pengelolaan Fiskal.............................................................................................8

E. Kebijakan Fiskal Indonesia Dari Masa Ke Masa...........................................................9

F. Dampak Kebijakan Fiskal Daerah Terhadap Perekonomian........................................11

G. Kebijakan Fiskal Ekspansif dan Kontraktif.................................................................11

H. Instrumen Kebijakan Fiskal.........................................................................................12

I. Strategi Kebijakan Fiskal Terhadap Inflasi Perekonomian Indonesia Dalam


Menghadapi Virus Covid-19..................................... .....................................................13

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..................................................................................................................15

B. Saran............................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................16

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Kebijakan fiskal dan kebijakan moneter satu sama lain saling berpengaruh
dalam kegiatan perekonomian. Masing-masing variabel kebijakan tersebut,
kebijakan fisikal di pengaruhi oleh dua variabel utama, yaitu pajak dan
pengeluaran pemerintah. Sedangkan variabel utama dalam kebijakan moneter,
yaitu GDP, inflasi, kurs, dan suku bangsa. Berbicara tentang kebijakan fiskal dan
kebijakan moneter berkaitan erat dengan kegiatan perekonomian empat sector,
dimana sector-sektor tersebut diantaranya sector rumah tangga, sector perusahaan,
sector pemerintah dan sector dunia internasional/luar negeri. Ke-empat sector ini
memiliki hubungan interaksi masing-masing dalam menciptakan pendapatan dan
pengeluaran. Kebijakan fisikal pada umumnya mempresentasikan pilihan-pilihan
pemerintah dalam menentukan besarnya jumlah pengeluaran atau belanja dan
jumlah pendapatan, yang secara eksplisit di gunakan untuk mempengaruhi
perekonomian. Berbagai pilihan tersebut, dalam tatanan praktisnya
dimanifestasikan melalui anggaran pemerintah, yang di Indonesia lebih di kenal
dengan anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Ketika perekonomian beroperasi di bawah ouput potensial atau terlihat


adanya tanda-tanda menuju resesi, respon pemerintah melalui kebijakan fiscal
adalah dengan meningkatkan belanja Negara atau menurunkan penerimaan pajak,
sehingga deficit anggaran meningkat. Sebaliknya apabila perekonomian
beroperasi di atas ouput potensial, sebagian indikasi terjadinya eksparasi, maka
kebijakan fiskal diarahkan pada upaya untuk meningkatkan penerimaan pajak atau
malah sebaliknya.

4
B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan


permasalahan sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan Kebijakan Fiskal?

2. Apa Teori Kebijakan Fiskal?

3. Apa Tujuan Kebijakan Fiskal?

4. Apa Fungsi Pengelolaan Fiskal?

5. Apa Macam-macam Kebijakan Fiskal?

6. Bagaimana Kebijakan Fiskal Indonesia Dari Masa ke Masa?

7. Apa Instrumen Kebijakan Fiskal?

8. Bagaimana Peranan Kebijakan Fiskal dalam Perekonomian?

9. Bagaimana Strategi Kebijakan Fiskal Terhadap Inflasi Perekonomian


Indonesia Dalam Menghadapi Dampak Virus Covid-19?

C. Tujuan pembahasan

Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan pembahasannya adalah sebagai


berikut:

1. Untuk Mengetahui Pengertian Kebijakan Fiskal.

2. Untuk Mengetahui Teori Kebijakan Fiskal.

3. Untuk Mengetahui Tujuan Kebijakan Fiskal.

4. Untuk Mengetahui Fungsi Pengelolaan Fiskal.

5. Untuk Mengetahui Macam-macam Kebijakan Fiskal.

6. Untuk Mengetahui Kebijakan Fiskal Indonesia Dari Masa ke Masa.

7. Untuk Mengetahui Instrumen Kebijakan Fiskal.

8. Untuk Mengetahui Peranan Kebijakan Fiskal dalam Perekonomian.

9. Untuk Mengetahui Strategi Kebijakan Fiskal Terhadap Inflasi Perekonomian


Indonesia Dalam Menghadapi Dampak Virus Kovid-19

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang dibuat pemerintah untuk


mengarahkan ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan pendapatan (berupa
pajak) pemerintah. Kebijakan Fiskal berbeda dengan kebijaka moneter, yang
bertujuan menstabilkan perekonomian dengan cara mengontrol tingkat bunga dan
jumlah uang yang beredar.Instrumen utama kebijakan fiskal adalah pengeluaran
dan pajak. Berikut adalah pengertian Kebijakan Fiskal meurut Para Ahli :

1. Sadono Sukirno, 2003 Kebijakan Fiskal adalah langkah-langkah pemerintah


untuk membuat perubahan-perubahan dalam sistem pajak atau dalam
perbelanjaannya dengan maksud untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi
yang dihadapi.

2. Menurut Tulus TH Tambunan, kebijakan memiliki dua prioritas, yang


pertama adalah mengatasi defisit anggaran pendapatan dan belanja Negara
(APBN) dan masalah-masalah APBN lainnya. Defisit APBN terjadi apabila
penerimaan pemerintah lebih kecil dari pengeluarannya. Dan yang kedua
adalah mengatasi stabilitas ekonomi makro, yang terkait dengan antara lain ;
pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, kesempatan kerja dan neraca
pembayaran.

3. Sedangkaan menurut Nopirin, Ph. D. 1987, kebijakan fiskal terdiri dari


perubahan pengeluaran pemerintah atau perpajakkan dengan tujuan untuk
mempengaruhi besar serta susunan permintaan agregat. Indicator yang biasa
dipakai adalah budget defisit yakni selisih antara pengeluaran pemerintah
(dan juga pembayaran transfer) dengan penerimaan terutama dari pajak.

Berdasarkan dari beberapa teori dan pendapat yang dijelaskan diatas dapat
kita simpulkan bahwa kebijakan fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi yang
dilakukan oleh pemerintah dalam pengelolaan keuangan negara untuk

6
mengarahkan kondisi perekonomian menjadi lebih baik yang terbatas pada
sumber-sumber penerimaan dan alokasi pengeluaran negara yang tercantum
dalam APBN.

B. Teori Kebijakan Fiskal

Di Indonesia, kebijakan fiskal mempunyai dua prioritas. Prioritas pertama


adalah mengatasi APBN, dan masalah – masalah APBN lainnya. Defisit APBN
terjadi apabila penerimaan pemerintah lebih kecil daripada pengeluarannya.
Prioritas kedua adalah mengatasi masalah stabilitas ekonomi makro, yang terkait
dengan antara lain laju pertumbuhan ekonomi, tingkat atau laju pertumbuhan
inflasi, jumlah kesempatan kerja/ penggangguran dan saldo neraca pembayaran.
Apabila APBN defisit, pemerintah hanya mempunyai dua pilihan untuk
membiayai saldo negatif tersebut, yaitu didanai oleh Bank Indoneisa lewat
printing money yang berarti jumlah uang yang beredar di masyarakat meningkat,
atau melebihi pinjaman, baik dari dalam negeri, misalnya dengan menerbitkan
obligasi, atau dari luar negeri ( cara yang kedua ini berarti ekonomi tidak lagi
tertutup). Karena opsi pertama tersebut sangat berisiko terhadap peningkatan laju
inflasi, maka biasanya opsi kedua yang dipilih.

C. Tujuan Kebijakan Fiskal

Tujuan utama dikeluarkannya kebijakan fiskal adalah untuk menentukan


arah, tujuan, sasaran, dan prioritas pembangunan nasional serta pertumbuhan
perekonomian bangsa. Adapun tujuan-tujuan dikeluarkannya kebijakan fiskal
secara rinci adalah sebagai berikut.

 Mencapai kestabilan perekonomian nasional.


 Memacu pertumbuhan ekonomi.
 Mendorong laju investasi.
 Membuka kesempatan kerja yang luas.
 Mewujudkan keadilan sosial.
 Sebagai wujud pemerataan dan pendistribusian pendapatan.
 Mengurangi pengangguran.

7
 Menjaga stabilitas harga barang dan jasa agar terhindar dari inflasi.

D. Fungsi Pengelolaan Fiskal


Pengelolaan fiskal meliputi enam fungsi, yaitu: (Suminto,2004)
1. Fungsi pengelolan kebijakan ekonomi makro dan fiskal. Fungsi
pengelolaan kebijakan ekonomi makro dan fiskal ini meliputi penyusunan
Nota Keuangan dan RAPBN, serta perkembangan dan perubahannya,
analisis kebijakan, evaluasi dan perkiraan perkembangan ekonomi makro,
pendapatan negara, belanja negara, pembiayaan, analisis kebijakan,
evaluasi dan perkiraan perkembangan fiskal dalam rangka kerjasama
internasional dan regional, penyusunan rencana pendapatan negara.
2. Fungsi penganggaran. Fungsi ini meliputi penyiapan, perumusan, dan
pelaksanaan kebijakan, serta perumusan standar, norma, pedoman, kriteria,
prosedur dan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang APBN.
3. Fungsi administrasi perpajakan.
4. Fungsi administrasi kepabeanan.
5. Fungsi perbendaharaan.
Fungsi perbendaharaan meliputi perumusan kebijakan, standard, sistem
dan prosedur di bidang pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran negara,
pengadaan barang dan jasa instasi pemerintah serta akuntansi pemerintah
pusat dan daerah, pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran negara,
pengelolaan kas negara dan perencanaan penerimaan dan pengeluaran,
pengelolaan utang dalam negeri dan luar negeri, pengelolaan piutang,
pengelolaan barang milik/kekayaan negara (BM/KN).
6. Fungsi pengawasan keuangan.
Menurut Boediono, terdapat tiga fungsi pokok kebijakan fiskal, yaitu:
pertama, fungsi alokasi yaitu untuk mengalokasikan faktor-faktor produksi
yang tersedia dalam masyarakat sedemikian rupa sehingga kebutuhan
masyarakat akan barang dan jasa dapat terpenuhi. Kedua, fungsi distribusi,
yang pada pokoknya mempunyai tujuan berupa terselenggaranya
pembagian pendapatan nasional yang adil. Ketiga, fungsi stabilisasi, yaitu
terjaminnya stabilisasi dalam pemerintahan suatu negara, termasuk dalam

8
fungsi ini adalah terpeliharanya tingkat kesempatan kerja yang tinggi,
tingkat harga yang relatif stabil dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang
cukup memadai(Supriyanto,2005).

E. Kebijakan Fiskal Indonesia dari Masa ke Masa.


Dalam catatan sejarah, memang tak bisa dipungkiri bahwa pertumbuhan
ekonomi Indonesia dari masa ke masa memang sudah mekaju pesat. Namun jika
ditelesuri dalam lembaran sejarah perekonomian Indonesia, terutama pada masa
orde lama, pembangunan ekonomi Indonesia relatif statis. Berbagai
ketidakstabilan politik dan kendala keterbatasan sumber daya manusia telah
menyebabkan selama waktu 20 tahun setelah kemerdekaan itu tak banyak sumber
daya yang tergarap(Hamid,2000:5). Tak jauh berbeda dengan pertumbuhan
ekonomi yang ditorehkan oleh renzim Orde Baru. Indikator ini antara lain bisa
dilihat pada kondisi utang luar negeri, inflasi, pertimbuhan ekonomi, kemiskinan,
defisit, dan anggaran.
Persoalan- persoalan ekonomi tak akan bosan menyapa bumi, terdapat tiga
isu hangat yang sering kali diperbincangkan kaitannya dengan kebijakan fiskal di
Indonesia.
1. Subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM).
Persoalan utama subsidi BBM saat ini adalah menyangkut soal besarnya
jumlah subsidi dan ketidaksesuian dengan prinsip keadilan. Data
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebutkan
subsidi BBM pada 2010 sebesar 181 persen terhadap subsidi BBM 2009.
Volume BBM bersubsidi 2010 mencapai 38,2 juta kiloliter (kl) atau
melampaui kuota APBN yang sebesar 36,5 juta kl. Premium merupakan
jenis BBM terbanyak, yaitu sebesar 60 persen atau 23,1 juta kl. Adapun
realisasi BBM bersubsidi 2009 sebesar 37,7 kl. Pengguna terbesar dari
subsidi itu adalah transportasi darat, yakni 89 persen atau 32,48 juta kl.
Konsumsi premium pada sektor transportasi darat didominasi mobil
pribadi, yakni 53 persen atau 13,3 juta kl dari total konsumsi premium
untuk transportasi darat. Dominannya konsumsi premium pada sektor
transportasi darat oleh kendaraan pribadi dinilai kebanyakan pihak,

9
termasuk pemerintah, merupakan kenyataan yang tidak mencerminkan
keadilan (Buana, 2012). Padahal yang membeli BBM adalah seluruh
masyarakat tanpa kecuali apa dia kaya atau miskin (Supriyanto, 2005).
Ketidakadilan inilah yang telah mengakibatkan semakin melebarnya
ketimpangan ekonomi antar penduduk di Indonesia.

2. Utang Luar Negeri


Sejak tahun 1997 Indonesia sebagai anggota IMF menggunakan haknya
untuk mernperoleh bantuan. Namun yang terjadi, baik sebelum dan
sesudah krisis ini, justru semakin membenamkan Indonesia dalam jebakan
utang yang semakin besar. Implikasi dari beban utang ini akan berdampak
meningkatnya beban rakyat, dan fasilitas publik yang seharusnya bisa
disediakan menjadi berkurang karena dana harus dialokasikan untuk
mencicil utang dan membayar bunganya. Semakin besar utang, maka
semakin besar pula bunganya, dan hal ini akan memaksa pemerintah
menarik pajak kebih besar lagi untuk memenuhi kewajiban fiskalnya.
Kenaikan pajak, jelas akan berdampak pada naiknya harga-harga barang
produksi, sehingga yang lagi-lagi terpojokan adalah kaum miskin yang
terbatas pendapatannya. Kementerian Keuangan mencatat total utang
pemerintah per 31 Desember 2010 mencapai Rp1.676 triliun. Meskipun
laporan perkembangan utang Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan
Utang Kementerian Keuangan edisi Januari 2011 mencatat angka tersebut
merupakan angka sangat sementara menggunakan patokan kurs Rp8.991
per dollar Amerika Serikat.

3. Prediksi Besaran Anggaran.


Gejolak nilai kurs rupiah terhadap dolar AS, telah menggoyahkan sendi-
sendi dasar ekonomi makro yang telah dibangun selama ini. Gejolak harga
minyak dunia yang harganya mencapai angka tertinggi selama dasawarsa
ini menjadikan krisis BBM diberbagai wilayah di Indonesia. Semua
gejolak besaran makro ekonomi ini tak jarang akan memporakporandakan
prediksi angka yang telah ditetapkau dalam awal pelaksanaan APBN

10
tahunan. Itu semua menunjukkan betapa rentannya kondisi perekonomian
Indonesia saat ini (Supriyanto, 2005). Sebagai konsekuensi dari uraian di
atas menunjukkan sulitnya untik membuat angkaangka prediksi atas
APBN saat ini. Yang penting dilakukan untuk meminimalkan gejolak
adalah memperkokoh kondisi makro ekonomi Indonesia saat ini dan masa
yang akan datang (Supriyanto, 2005)

F. Dampak Kebijakan Fiskal Daerah Terhadap Kinerja Perekonomian

Fiskal daerah terhadap kinerja perekonomian dan kinerja makro ekonomi


pertanian. Model yang digunakan adalah model ekonometrika, yaitu dengan
membangun dan mengestimasi sistem persamaan simultan yang terdiri atas 42
persamaan. Selanjutnya dilakukan simulasi untuk memunculkan skenario
kebijakan. Data yang digunakan adalah time series tahun 1990-2011. Hasil
analisis menunjukkan bahwa agar dapat meningkatkan penerimaan fiskal daerah
dari pajak dan retribusi maka orientasi pembangunan diarahkan pada upaya
peningkatan output, dan secara berantai maka peningkatan penerimaan tersebut
dapat mendongkrak kucuran Dana Alokasi Umum (DAU) dari pemerintah
pusat. Jika upaya ini dapat dicapai maka juga akan mampu meningkatkan
penerimaan fiskal dari bagi hasil bukan pajak. Kebijakan berorientasi output pada
satu sisi dan upaya pengendalian pertumbuhan penduduk pada sisi lain merupakan
langkah yang perlu diambil agar pendapatan per kapita dapat
meningkat. Peningkatan pendapatan per kapita ini akan berpengaruh terhadap
penurunan pengangguran dan kemiskinan. Peningkatan pendapatan per kapita
akan lebih besar pengaruhnya di dalam menurunkan angka kemiskinan
dibandingkan angka pengangguran

G. Kebijakan Fiskal Ekspansif dan Kontraktif


Kebijakan fiskal ekspansif adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah
belanja pemerintah (government expenditures) dan atau menurunkan pajak
(taxes). Kebijakan ini dilakukan untuk mengatasi pengangguran dan
meningkatkan daya beli masyarakat (permintaan masyarakat) pada saat

11
perekonomian mengalami resesi atau depresi. Pada saat perekonomian mengalami
resesi dan depresi, pemerintah melakukan kebijakan fiskal ekspansif dengan cara
peningkatan belanja pemerintah (government expenditures) dan menurunkan
pajak (taxes) sedangkan Kebijakan fiskal kontraktif adalah suatu kebijakan dalam
rangka mengurangi belanja pemerintah (government expenditures) dan menaikkan
pajak (taxes). Kebijakan ini dilakukan pada saat perekonomian mengalami inflasi.
Disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight money policy). Dalam
menjalankan fungsi ini, bank sentral dapat menentukan kebijakan-kebijakan.

H. Instrumen Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal merupakan tindakan yang diambil oleh pemerintah dalam


bidang anggaran belanja Negara dengan maksud untuk mempengaruhi jalannya
perekonomian. Dengan demikian, kebijakan fiskal dapat dipahami sebagai
kebijakan ekonomi yang digunakan pemerintah untuk menciptakan kodisi
perekonomian suatu Negara lebih baik melalui pengaturan dalam pos penerimaan
pemerintah demi terjaganya stabilitas ekonomi. Sejatinya, pos penerimaan lebih
banyak daripada pos pengeluaran ataupun pos pengeluaran (belanja) harus sesuai
dengan pendapatan pemerintah. Namun apabila pos belanja lebih besar daripada
penerimaan karena tingkat kegiatan ekonomi yang rendah, pengangguran tidak
terkendali, kemiskinan atau musibah, maka hal tersebut akan menyebabkan devisit
anggaran.
Salah satu instrument pendapatan Negara adalah pajak. Pungutan pajak
sangat diperlukan untuk menutupi anggaran atau belanja Negara. Berbeda dengan
pengeluaran pemerintah (G) yang dapat diasumsikan autonomous, maka pajak
tidaklah demikian, besarnya pajak yang diterima pemerintah dipengaruhi oleh
tingkat pendapatan, sebaliknya pajak dapat mempengaruhi pola laku produksi dan
atau konsumsi.
Secara hukum, pajak dapat didefinisikan sebagai iuran wajib pada
pemerintah yang bersifat memaksa dan legal (berdasarkan undang-undang),
sehingga pemerintah mempunyai kekuatan hukum (misalnya denda atau kurungan
penjara) untuk menindak wajib pajak yang tidak memenuhi kewajibannya.

12
Walaupun pajak sifatnya memaksa, pemerintah tidak mempunyai kewajiban untuk
membalas jasa secara langsung kepada para pembayar pajak. Pajak dipungut
untuk menjalankan roda pemerintahan.
Secara ekonomi, pajak dapat didefinisikan sebagai pemindahan sumber daya
yang ada disektor rumah tangga dan perusahaan (dunia usaha) ke sector
pemerintah melalui mekanisme pemungutan tanpa wajib memberi balas jasa
langsung. Jika pemungutan pemerintah sifatnya memberikan balas jasa langsung,
maka pungutan tersebut disebut rettribusi.
Dari definisinya, pajak yang nilainya positif akan menyebabkan pendapatan
riil makin rendah atau harga barang makin mahal. Tetapi jika nilai negative
(subsidi), pajak akan menigkatkan pendapatan riil atau menyebabkan harga output
dan input mejadi lebih murah.

I. Strategi Kebijakan Fiskal Terhadap Inflasi Perekonomian Indonesia


Dalam Menghadapi Dampak Virus Covid-19.
Inflasi dapat digolongkan menjadi empat golongan yakni inflasi ringan,
sedang, berat dan hiperinflasi. Inflasi ringan terjadi bila kenaikan harga berada di
bawah angka 10% setahun, inflasi sedang antara 10%-30% setahun, dan inflasi
berat antara 30%-100% setahun, dan hiperinflasi atau inflasi tak terkendali terjadi
apabila kenaikan harga berada diatas 100% setahun. Dalam masa pandemic covid
19 yang berdampak pada sector bisnis, terutama pada sector pariwisata dan sector
manufactur.
Pemerintah mengambil kebijakan yang komprehensif di bidang fiskal dan
moneter untuk menghadapi covid 19, di bidang fiskal, pemerintah melakukan
kebijakan refocusing kegiatan dan realokasi anggaran. Dari sisi penerimaan,
pemerintah harus memperhatikan pemberian konstribusi penerimaan dari PPN dan
PPh Badan dan dari sisi pengeluaran, pemerintah harus mampu memperhatikan
realisasi penggunaan dana tersebut agar tepat sasaran dan mengutamakan kagiatan
prioritas pencegahan pendemi covid 19. Untuk menekan devisit anggaran.
Strategi kebijakan fiskal yang berpengaruh terhadap output dan inflasi pada
perekonomian Indonesia dapat dilihat dari kebijakan pemerintah yang tertuang
dalam tiga stimulus. Pembiayaan-pembiayaan pemerintah dapat melakukan

13
refocusing/revisi terhadap anggaran yang ada di APBN untuk mengoptimalkan
penggunaannya selama masa pandemic covid 19. Selain itu, denagn kebijakan
new normal baru-baru ini, diharapkan dapat menyokong pertumbuhan ekonomi
tersebut. Dengan beroperasinya sector industry, perekonomian dapat bergeliat
kembali dan mengotrol pertumbuhan ekonomi.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarka uraian pembahasan di atas, maka diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang ditempuh oleh pemerintah dalam
rangka mendapatkan dana-dana dan kebijaksaan yang ditempuh oleh
pemerintah untu membelanjakan dananya tersebut dalam rangka
melaksanakan pembangunan.
2. Tujuan kebijakan fiskal adalah untuk mempengaruhi jalannya
perekonomian. Hal ini dilakukan dengan jalan memperkecil pengeluaran
konsumsi pemerintah (G), jumlah transfer pemerintah (Tr), dan jumlah
pajak (Tx) yang diterima pemerintah, sehingga dapat mempengaruhi
tingkat pendapatan nasional (Y) dan tingkat kesempatan kerja (N). tujuan
kebijakan fiskal yang lain adalah untuk mencegah pengangguran dan
menstabilkan harga.
3. Pengaruh kebijakan fiskal terhadap perekonomian bisa dianalisa dalam dua
tahap yang berurutan, yaitu:
1. Bagaimana suatu kebijakan fiskal diterjemahkan menjadi suatu
anggran pendapatan belanja Negara (APBN)
2. Bagaimana APBN tersebut mempengaruhi perekonomian.

B. Saran
Demikian makalah yang dapat kami sajikan dan kami sampaikan. Kami
yakin dalam penulisan maupun penyampaiannya masih terdapat kesalahan serta
kekurangan, untuk itu kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Dan saran yang
membangun dari pembaca sangat kami harapkan untuk perbaikan kami
selanjutnya. Dan semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca semua.

15
DAFTAR PUSTAKA

Ayief Fathurrahman,2012. Kebijakan Fiskal Indonesia Dalam Perspektif Ekonomi


Islam : Studi Kasus Dalam Mengentaskan Kemiskinan. Jurnal
Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 13, Nomor 1.

Supian Sauri Muktirrahman. Pajak dan Zakat Ditinjau Dari Trilogi Fungsi
Kebijakan Fiskal. Pascasarjana Ekonomi Syariah UIN Maliki Malang.

Jaka Sriyana,2005. Ketahanan Fiskal : Studi Kasus Malaysia Dan Indonesia.


Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol.10 No. 2.

Azhar Bafadal,2014. Dampak Kebijakan Fiskal Daerah Terhadap Kinerja


Perekonomian Dan Makro Ekonomi Pertanian. Vol.18 No. 1.

Ayu Faranika dan Dini Haryati. 2020. Strategi Kebijakan Fiskal Output dan
Inflasi Pada Perekonomian Indonesia Dalam Menghadapi Dampak
Virus Kovid-19.Busines Innovation & Entrepreneurship journal. 2(3):
151.

Rahardja Pratama dan Manurung Mandala. 2008. Pengantar Ilmu Ekonomi,


Jakarta: Fakultas Ekonomi University.

16

Anda mungkin juga menyukai