Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

TEORI EKONOMI MAKRO II


“Pengeluaran Pemerintah dan Kebijakan Fiskal”

Dosen Pengampu:
Nur Arisah, S.Pd.,M.Pd

Disusun Oleh:
Kelompok 6
Nur Armika Amir (1894042001)
Fitriani (1894041032)
Nurul Fazilah (1894041043)
Magfirah (1894042022)
Syahril Wahyudi (1894041042)
Catherin Embun Tonapa (1894041028)
Riska Sari (1894041030)
Dini Dwiyanti (1894042010)

PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis
dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul “Pengeluaran
Pemerintah dan Kebijakan Fiskal” dengan lancar.
Dalam pembuatan makalah ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai
pihak, maka pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya terhadap semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
yang membantu pembuatan makalah ini.
Kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat mendukung dan
membangun dari pembaca demi penyempurnaan lebih lanjut.
Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan penulis pada khususnya, penulis menyadari bahwa dalam
pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna. Akhir kata penulis
mengucapkan terima kasih

Makassar, 11 November 2020

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii


DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 3
A. Kebijakan Fiksal........................................................................................ 3
B. Pengeluaran Pemerintah dan Kebijakan Fiksal........................................... 4
C. Anggaran Defisit ....................................................................................... 7
D. Anggaran Defisit: Antara Tradisional dan Pandangan Ricardian ................ 9
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 13
A. Kesimpulan .............................................................................................. 13
B. Saran ........................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebijakan fiskal umumnya merepresentasikan pilihan-pilihan pemerintah
dalam menentukan besarnya jumlah pengeluaran atau belanja dan jumlah
pendapatan, yang secara eksplisit digunakan untuk mempengaruhi
perekonomian. Berbagai pilihan tersebut, dalam tataran praktisnya
dimanifestasikan melalui anggaran pemerintah, yang di Indonesia lebih
dikenal dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Penggunaan anggaran sebagai instrumen utama kebijakan fiscal
memberikan pembenaran (justifikasi) kepada pemerintah untuk melakukan
tangan (intervensi) guna mempengaruhi pertumbuhan dan tingkat aktivitas
ekonomi melalui pemberian stimulus fiskal, baik dari sisi pendapatan
(insentif fiskal) maupun dari sisi belanja (anggaran sektoral). Selain itu,
pemerintah dengan menggunakan instrumen ini juga dapat memainkan
peranan dalam rangka memperbaiki distribusi atau mengurangi kesenjangan
pendapatan masyarakat (pemerataan) dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan rakyat.
Peranan anggaran pemerintah yang tidak kalah pentingnya adalah untuk
tujuan stabilisasi perekonomian, yang diupayakan melalui penyesuaian
belanja negara atau pajak sebagai respon terhadap perubahan dalam kegiatan
ekonomi. Tujuan kebijakan stabilisasi tersebut yang utama adalah untuk
mengeliminasi adanya kesenjangan output (output gap) dalam perekonomian.
Karena kesenjangan output tersebut membawa implikasi pada pertumbuhan
ekonomi, sehingga cenderung berfluktuasi dan menunjukkan adanya
volatilitas.
Ketika perekonomian beroperasi di bawah ouput potensial atau terlihat
adanya tanda-tanda menuju resesi, respon pemerintah melalui kebijakan fiscal
adalah dengan meningkatkan belanja negara atau menurunkan penerimaan
pajak, sehingga defisit anggaran meningkat. Sebaliknya, apabila

1
perekonomian beroperasi di atas output potensial, sebagai indikasi terjadinya
ekspansi, maka kebijakan fiskal diarahkan pada upaya untuk meningkatkan
penerimaan pajak atau mengurangi belanja negara sehingga mengurangi
defisit anggaran. Respon kebijakan fiskal pada situasi ekonomi yang berbeda
tersebut diharapkan dapat mereduksi fluktuasi permintaan agregat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Kebijakan Fiskal?
2. Bagaimana hubungan antara pengeluaran pmerintah dan kebijakan fiscal
3. Ap aitu defisit anggaran?
4. Bagaimana hubungan antara tradisional dan pandangan Ricardian?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui dan memahami kebijakan fiscal
2. Untuk mengetahui hubungan antara pengeluaran pemerintah dan
kebijakan fiscal
3. Untuk mengetahui dan memahami defisit anggaran
4. Untuk mengetahui hubungan tradisional dan pandangan ricardian

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kebijakan Fiksal
Kebijakan fiskal adalah kebijakan ekonomi yang digunakan oleh
pemerintah untuk mengelola atau mengarahkan perekonomian ke kondisi
yang lebih baik atau yang diinginkan dengan mengubah-ubah penerimaan
pajak dan pengeluaran negara (Prathama Rahardja, 2001). Kebijakan fiskal
dapat digunakan untuk menstabilkan permintaan agregat, tingkat produksi,
dan kesempatan kerja. Ketika permintaan agregat tidak cukup untuk
memastikan penyerapan tenaga kerja penuh, maka pemerintah dalam ruang
lingkup fiskal harus meningkatkan anggaran belanja negara dan memotong
pajak.
Sebaliknya ketika permintaan agregat berlebihan sehingga berisiko
meningkatkan inflasi, maka pemerintah harus memotong anggaran belanja
negara dan meningkatkan penerimaan pajak. Kebijakan fiskal didesain untuk
“lean against the wind.” yaitu, struktur kebijakan fiskal yang memberikan
stimulus bagi output (ekspansif) apabila perekonomian bergerak menuju
resesi dan kontraktif apabila perekonomian mengalami ekspansi. Desain
kebijakan fiskal dilakukan melalui dua cara, yaitu:
1. Kebijakan fiskal diskresioner (discretionary fiscal policy), yaitu
kebijakan fiskal yang ditempuh oleh pemerintah dengan perubahan
yang bersifat diskresi dalam belanja pemerintah dan/atau penerimaan
pajak untuk mencapai tujuan ekonomi nasional tertentu, misalnya full
employment, stabilitas harga, dan pertumbuhan ekonomi. Desain
kebijakan fiskal diskresioner ini seringkali direkomendasikan oleh para
ekonom untuk merespon kondisi ekonomi agar pendulum siklus bisnis
menjadi lebih moderat. Saran-saran ini seringkali terdengar pada masa
resesi, yang memerlukan kebijakan pemotongan pajak atau program
belanja baru untuk menggerakkan kembali roda perekonomian. Namun
demikian, kebijakan fiskal diskresioner sulit digunakan untuk tujuan

3
stabilisasi karena "inside lag"—beda kala (time-lag) antara waktu ketika
kebutuhan atas kebijakan fiskal muncul dengan waktu ketika kebijakan
itu diiimplementasikan oleh pemerintah. Hal ini juga terkait dengan
proses pengambilan keputusan politik yang dipengaruhi oleh beragam
kepentingan dan kebijakan fiskal diskresi tidak secara otomatis berbalik
apabila siklus perekonomian membaik (Baunsgaard and Symansky,
2009).
2. Kebijakan fiskal dengan penstabil otomatis (automatic stabilizers), yaitu
elemen-elemen kebijakan fiskal yang cenderung memitigasi fluktuasi
output tanpa aksi pemerintah secara eksplisit. Penstabil otomatis
meliputi komponen anggaran pemerintah (item-item penerimaan dan
belanja negara) yang mengimbangi fluktuasi dalam permintaan efektif
(siklus bisnis) melalui penurunan pajak dan peningkatan belanja
pemerintah pada waktu resesi (kontraksi ekonomi), dan meningkatkan
penerimaan pajak dan menekan belanja pada waktu ekspansi ekonomi.
Pajak pendapatan (income taxes) yang progresif, pajak pertambahan
nilai (value added taxes), pajak atas laba perusahaan, dan tunjangan
pengangguran (unemployment benefits) kemungkinan besar bisa
memainkan peranan sebagai penstabil otomatis (Budnevich, 2002).
Misalnya, karena output turun (resesi), pengumpulan penerimaan akan
berkurang dan tunjangan pengangguran akan bertambah. Perubahan
tersebut akan memberikan dampak langsung terhadap pendapatan dunia
usaha dan rumah tangga.

B. Pengeluaran Pemerintah dan Kebijakan Fiksal


1. Pengeluaran Pemerintah
Pengeluaran Pemerintah mencerminkan kebijakan pemerintah.
Apabila pemerintah telah menetapkan kebijakan untuk membeli barang
dan jasa, pengeluaran pemerintah mencerminkan biaya yang harus
dikeluarkan oleh pemerintah untuk melaksanakan kebijakan tersebut
(Mangkoesoehroto, 2002).

4
Pengeluaran pemerintah mempunyai dasar teori yang dapat dilihat
dari keseimbangan pendapatan nasional yaitu Y = C + 1 + G + (X-M)
yang merupakan sumber legitimasi pandangan kaum Keynesian akan
relevansi campur tangan pemerintah dalam perekonomian. Dari
persamaan diatas dapat ditelaah bahwa kenaikan atau penurunan
pengeluaran pemerintah akan menaikan atau menurunkan pendapatan
nasional. Banyak pertimbangan yang mendasari pengambilan keputusan
pemerintah dalam pengeluarannya (Dumairy, 2006).

Teori mengenai pemerintah juga dapat dikelompokan menjadi 2


bagian yaitu teori makro dan teori mikro. (Mangkoesoebroto, 2002).
Dalam teori ekonomi makro, pengeluaran pemerintah dari tiga pos
utama yang dapat digolongkan menjadi (Boediono.1998):
a. Pengeluaran pemerintah untuk pemhelian barang dan jasa,
b. Pengeluaran pemerintah untuk gaji pegawai; Pengeluaran
pemerintah untuk mentransfer pembayaran:
c. Pembayaran transfer bukan pembelian barang atau jasa oleh
pemerintah di pasar barang, mencatat pembayaran atau
mempersembahkan kepada warganya yang termasuk misalnya
pembayaran subsidi atau bantuan langsung kepada berbagai
golongan masyarakat, pembayaran pensiun, pembayaran bunga
untuk pinjaman pemerintah kepada masyarakat Secara pembayaran
transfer ekonomis mempunyai status dan pengaruh yang sama
dengan pos gaji pegawai administrasi administrasi berbeda.

Sedangkan dalam tinjauan mikro, pengeluaran pemerintah


adalah untuk menganalisis faktor yang menimbulkan faktor publik dan
faktor- faktor yang mempengaruhi permintaan publik. Antara
permintaan dan penawaran akan menentukan jumlah barang publik
yang akan disediakan melalui anggaran belanja. Jumlah barang publik

5
yang akan disediakan tersebut, selanjutnya akan menimbulkan
permintaan akan barang lain (Basri, 2005).

Terkait dengan perkembangan pengeluaran pemerintah, hal ini


dapat mengungkapkan beberapa faktor, yaitu (Mangkoesoebroto, 2002):
a. Perubahan permintaan akan barang publik;
b. Peruhahan dari aktivitas pemerintah dalam menghasilkan barang
publik dan juga perubahan dari kombinasi faktor produksi yang
digunakan dalam proses produksi;
c. Perubahan kualitas barang publik;
d. Perubahan harga faktor produksi;

2. Hubungan Pengeluaran Pemerintah dan Kebijakan Fiskal


Belanja pemerintah dapat menjadi alat kebijakan ekonomi yang
berguna bagi pemerintah. Kebijakan fiskal dapat diartikan sebagai
pengeluaran pemerintah dan / atau perpajakan sebagai infrastruktur yang
mempengaruhi perekonomian. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, fiskal berarti berkenaan dengan pajak atau pendapatan negara.
Maka, dapat dikatakan bahwa kebijakan fiskal (fiscal policy) kebijakan
ekonomi yang dilakukan oleh pihak pemerintah guna mengelolah dan
mengarahkan kondisi perekonomian ke arah yang lebih baik atau yang
diinginkan dengan cara mengubah atau memperbarui penerimaan dan
pengeluaran pemerintah. Salah satu hal yang ditonjolkan dari kebijakan
fiskal ini adalah penerimaan dan penerimaan pemerintah atau negara.
Hanya terdapat 2 instrumen utama penyusun kebijakan fiskal, yakni:
a. Pendapatan Negara (Pajak)
Pemerintah menggunakan pajak sebagai instrumen fiskal yang
digunakan untuk membiayai pembangunan. Bersifat memaksa, dan
tercantum dalam konstitusi, semua wajib pajak, baik perorangan
maupun badan, usaha wajib memberikan kontribusi pada negara.
b. Pengeluaran Negara

6
Anggaran Pembelanjaan Negara atau yang dikenal dengan APBN
merupakan kumpulan dari pengeluaran yang dikeluarkan
pemerintah. Pengeluaran pemerintah ini banyak sekali jenisnya,
mulai dari biaya untuk pembangunan infrastruktur, biaya
pembangunan untuk masyarakat umum, hingga biaya untuk
keperluan operasional pemerintah sendiri. Keseluruhan pengeluaran
negara, termasuk pada instrumen fiskal, nantinya akan ikut
berkontribusi terhadap pembangunan negara.

C. Defisit Anggaran
Defisit anggaran terjadi saat tidak memiliki cukup dana untuk menutupi
pengeluaran selama sisa kuartal atau tahun ini. Defisit dapat terjadi karena
mengeluarkan terlalu banyak uang dalam satu atau beberapa kategori, atau
karena organisasi gagal membuat target pendapatan untuk tahun tersebut.
Defisit anggaran terjadi ketika pengeluaran melebihi pendapatan. Istilah ini
berlaku untuk pemerintah, meskipun individu, perusahaan, dan organisasi lain
dapat mengalami defisit.
Defisit harus dibayar. Jika tidak, maka itu menciptakan hutang. Defisit
setiap tahun menambah hutang. Seiring dengan bertambahnya hutang, defisit
meningkat dalam dua cara.
Pertama, bunga utang harus dibayar setiap tahun. Ini meningkatkan
pengeluaran tanpa memberikan manfaat apa pun. Kedua, tingkat utang yang
lebih tinggi dapat mempersulit pengumpulan dana. Kreditur menjadi khawatir
tentang kemampuan peminjam untuk membayar kembali hutangnya. Ketika
ini terjadi, kreditor menuntut suku bunga yang lebih tinggi untuk memberikan
pengembalian yang lebih besar atas risiko yang lebih tinggi ini. Itu semakin
meningkatkan defisit setiap tahun
Kebalikan dari defisit anggaran adalah surplus. Itu terjadi ketika
pengeluaran lebih rendah dari pendapatan. Surplus anggaran memungkinkan
penghematan. Jika surplus tidak dibelanjakan, itu seperti uang yang dipinjam
dari masa sekarang untuk menciptakan masa depan yang lebih baik. Jika

7
defisit dibiayai oleh hutang, maka efeknya sebaliknya. Ini adalah uang yang
dipinjam dari masa depan untuk membayar standar hidup saat ini. Anggaran
yang seimbang adalah ketika pendapatan sama dengan pengeluaran. Sebagian
besar negara di dunia harus menyeimbangkan anggaran mereka.
Defisit anggaran negara adalah selisih antara penerimaan negara dan
pengeluarannya yang cenderung negatif, artinya bahwa pengeluaran negara
lebih besar dari penerimaannya. Para ahli ekonomi cenderung menghitung
defisit anggaran negara itu bukan dari angka absolut, tetapi mengukur dari
rasio defisit anggaran negara terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Apabila kita menghitung defisit anggaran negara sebagai persentase dari
PDB, maka akan mendapat gambaran berapa persen suatu negara dapat
menghimpun dana untuk menutup defisit tersebut. Kecuali itu, dengan
menghitung besarnya persentase defisit anggaran negara terhadap PDB juga
menggambarkan berapa tingkat defisit itu sudah membahayakan keadaan
perekonomian.

Sebab-sebab Terjadinya Defisit Anggaran Negara. Adapun sebab-sebab


terjadinya defisit anggaran negara, antara lain:
 Mempercepat Pertumbuhan Ekonomi
 Rendahnya Daya Beli Beli Masyarakat
 Pemerataan Pendapatan Masyarakat
 Melemahnya Nilai Tukar
 Pengeluaran Akibat Krisis Ekonomi
 Realisasi yang Menyimpang dari Rencana
 Pengeluaran Karena Inflasi

Dampak defisit
Secara umum defisit anggaran mampu memberikan dampak buruk bagi
sebuah negara maupun skala organisasi. Dampak tersebut atara lain:
Tingkat inflasi, Keadaan defisit dapat dilihat dari kecenderungan naiknya
harga kebutuhan pokok atau inflasi. Hal ini bisa terjadi ketika pemerintah

8
melakukan pengeluaran untuk program jangka panjang yang belum
menghasilkan.
Tingkat suku bunga, yang ditandai dengan kurangnya pengeluaran karena
penerimaan yang lebih sedikit. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat,
pemerintah harus menambah modal.
Konsumsi dan tabungan, dengan keadaan inflasi, mampu mengurangi
pendapatan riil masyarakat. Hal ini membuat masyarakat mengurangui
tingkat konsumsi dan tabungannya. Padahal peran penting tabungan adalah
untuk mendorong investasi.
Pengangguran, Penurunan tingkat investasi juga berdampak pada
peningkatan angka pengangguran. Suku bunga meningkat dan penurunan
investasi akan membuat proyek berhenti. Di mana sebuah proyek pasti
memiliki banyak pekerja yang harus dikurangi.

D. Anggaran defisit: anatara tradisional dan pandangan Ricardian


Pandangan tradisional
Kaum ekonom tradisional memandang terdapat trade-off antara utang
pemerintah dan pemotongan/pengurangan pajak. Ketika pemerintah
mengurangi pajak dan melaksanakan kebijakan defisit anggaran, ditanggapi
konsumen dengan melakukanpengeluaran yang lebih banyak dan selanjutnya
diikuti peningkatan investasi. Pengurangan pajak yang dilakukan pemerintah
(pemerintah memungut pajak lebih kecil dari pada pengeluaran yang
dilakukan pemerintah) mengakibatkan anggaran pemerintah menjadi defisit
dan defisit tersebut selanjutnya didanai dengan hutang.
Dampak langsung dari pemotongan pajak adalah mendorong pengeluaran
konsumen karena dengan rendahnya pajak yang dipungut pemerintah
konsumen akan memiliki sisa dana yang dapat dibelanjakan Pada intinya,
pandangan tradisional atas hutang pemerintah mengasumsikan bahwa ketika
pemerintah mengurangi pajak dan melaksanakan kebijakan defisit anggaran,
ditanggapi konsumen dengan melakukan pengeluaran lebih banyak dan

9
selanjutnya diikuti peningkatan investasi. Namun, pendapat kelompok
tradisional tersebut dibantah oleh ekonom Ricardian.
Pandangan Ricardian
Pandangan RicardianMenurut ekonom Ricardian, pengurangan pajak tidak
akan ditanggapi oleh konsumen dengan melakukan pengeluaran lebih banyak,
karena konsumen juga akan melihat situasilebih jauh ke depan (current and
future). Argumen ini dikenal dengan RicardianEquivalence Proposition.
Pertama kali dinyatakan oleh David Ricardo, seorang ahliekonomi inggris
pada abad ke-19. Argumen tersebut dikembangkan lebih lanjut olehRobert
Barro tahun 1970 sehingga dikenal juga sebagai Ricardo-Barro proposition.
Menurut pandangan Ricardian Equivalance, kebijakan fiskal tidak
mempengaruhi pendapatan permanen dan pola konsumsi masyarakat. Hal
tersebut disebabkan adanya pola pikir masyarakat yang berpendapat bahwa
kenaikan pendapatan dari kebijakan stimulus fiskal pasti akan diikuti dengan
kenaikan pajak di masa depan.

Logika dari proposisi dapat diambil dari contoh perubahan pajak:


 Misalkan pemerintah menurunkan pajak 1 pada tahun ini. Sehingga
untukmembayar/melunasi utang tersebut, pemerintah akan menaikkan
pajak sebesar(1 +r) ditahun berikutnya.
Apakah yang akan menjadi dampak dari pemotonganpajak awal pada
konsumsi?
 Kemungkinan jawaban adalah tidak ada dampak apapun. Mengapa?
Karenakonsumen menyadari bahwa pemotongan pajak tersebut bukan
suatugift. Pajak yangrendah ditahun ini pasti akan diimbangi dengan
pajak yang lebih tinggi di tahunberikutnya. Pajak saat ini turun 1,
tapipresent valuedari kenaikan pajak tahun depan(1 +r)/ (1 +r) = 1.
Jadi dampak dari perubahan itu 0.

10
Beberapa permasalahan dalam Ricardian Equivalence ini adalah:
 Kenaikan pajak muncul pada waktu yang tidak dapat ditentukan,
sehingga beberapawarga negara pada kenyataannya, cenderung
mengabaikan hal tersebut.
 Adanya kendala pembiayaan bagi konsumen, sehingga mereka
menghabiskantabungan saat ini, hasil dari pemotongan pajak

Sumber dana sebuah negara umumnya berasala dari peneriamaan pajak


dan bukan pajak, yang didalamnya termasuk hibah, pinjaman negara,
penjualan kekayaan negara dan lain sebagainya. Sumber-sumber tersebut
penting untuk membiayai belanja negara demi keperluan pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi. Namun, pemerintah bisa jadi menghadapi dilema
dalam membiayai negaranya terkait kebijakan fiskal yang akan dibentuk.
Sumber dana sebuah negara umumnya berasal dari penerimaan pajak dan
bukan pajak, yang di dalamnya termasuk hibah, pinjaman negara, penjualan
kekayaan negara dan lain sebagainya.
Sumber-sumber tersebut penting untuk membiayai belanja negara demi
keperluan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Namun, pemerintah bisa
jadi menghadapi dilema dalam membiayai negaranya terkait kebijakan fiskal
yang akan dibentuk. Antara bergantung pada penerimaan pajak atau
mengandalkan penerimaan negara bukan pajak, khususnya pinjaman luar
negeri.
Dilema ini pertama kali disampaikan oleh David Ricardo dalam
tulisannya, On the Principles of Political Economy and Taxation (1817).
David Ricardo menganggap bahwa kebijakan defisit anggaran tidak lain
adalah pajak yang tertunda. Berangkat dari sini, Buchanan (1976), yang
diprakarsai oleh Barro (1974) kemudian membangun sebuah teori
bernama Ricardian Equivalence.
Pada dasarnya, Ricardian Equivalence menyatakan bahwa defisit anggaran
pemerintah yang diakibatkan oleh pemotongan pajak tidak mempunyai
pengaruh terhadap tingkat konsumsi agregat suatu negara. Alih-alih

11
menambah konsumsi, penambahan pendapatan yang diterima masyarakat dari
pemotongan pajak tersebut ditabung sehingga menambah jumlah private
saving.
Hal tersebut disebabkan oleh pandangan David Ricardo yang
mengasumsikan bahwa masyarakat adalah individu yang rasional, berpikir
jauh ke depan, dan peduli terhadap kesejahteraan generasi
mendatang. Dengan menambah tabungan di masa sekarang, masyarakat
berharap akan dapat membayar tambahan pajak yang dibebankan ke generasi
di masa mendatang. Dengan demikian, efek dari defisit anggaran justru lebih
menambah tingkat private saving daripada tingkat agregat konsumsi
masyarakat.

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kebijakan fiskal dapat digunakan untuk menstabilkan permintaan agregat,
tingkat produksi, dan kesempatan kerja. Ketika permintaan agregat tidak
cukup untuk memastikan penyerapan tenaga kerja penuh, maka pemerintah
dalam ruang lingkup fiskal harus meningkatkan anggaran belanja negara dan
memotong pajak.
Adapun Pengeluaran Pemerintah mencerminkan kebijakan pemerintah.
Apabila pemerintah telah menetapkan kebijakan untuk membeli barang dan
jasa, pengeluaran pemerintah mencerminkan biaya yang harus dikeluarkan
oleh pemerintah untuk melaksanakan kebijakan tersebut.
Defisit anggaran terjadi saat tidak memiliki cukup dana untuk menutupi
pengeluaran selama sisa kuartal atau tahun ini. Defisit dapat terjadi karena
mengeluarkan terlalu banyak uang dalam satu atau beberapa kategori, atau
karena organisasi gagal membuat target pendapatan untuk tahun tersebut.
Defisit anggaran terjadi ketika pengeluaran melebihi pendapatan. Istilah ini
berlaku untuk pemerintah, meskipun individu, perusahaan, dan organisasi lain
dapat mengalami defisit.

B. Saran
Meskipun makalah ini jauh dari kata sempurna tetepi diharpkan pembaca
minimal dapat mengimplementasikan tulisan ini, masih banyak kesalahan dari
penulisan kelompok kami, maka kami juga butuh kritik dan saran agar
menjadi motivasi untuk masa depan yang lebih baik daripada masa
sebelumnya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Nizar, Muhammad Afdi. 2010. PENENTUAN EFEK DAN ARAH KEBIJAKAN


FISKAL PEMERINTAH INDONESIA: FISCAL IMPULSE MEASURE.
Keuangan dan Moneter. 13(2), 100 – 128
Azwar. 2016. Peran Pemerintah Melalui Pandangan Barang/Jasa dan Pengaruhnya
Terhadap Perekonomian Indonesia. Ekonomi dan Keuangan. 20(2), 149 –
167
Kunarjo. 2001. Defisi Anggaran Negara https:// www. bappenas. go. id/ files/
9013/ 4986 / 1928/kunarjo2 20091015125127 2354 0.pdf (diakses tanggal
13 November 2020)
Priharto, Sugi. 2020. Defisit Anggaran: Pengertian, Penyebab, Efek, dan
Menghindarinya. https:// accurate .id/ ekonomi- keuangan/ penjelasan-
lengkap- defisit- anggaran/ (diakses tanggal 13 November 2020)
Gischa, Serafica. 2019. Defisit Anggaran: Faktor, Dampak, dan Cara
Mengatasinya. https:// www. Kompas. com/ skola/ read/ 2019/ 12/ 20/
180000269/ defisit- anggaran- faktor- dampak- dan- cara- mengatasinya?
page= all (diakses tanggal 13 November 2020)
Utomo, Anggita, Yusuf Fajar Mukti, dan Zahra Putri. 2018. Analisis Ricardian
Equivalence: Benarkah Devisit Anggaran Tidak Berpengaruh Terhadap
Konsumsi Masyarakat? https:// www. kompasiana. com/ himiespa/
5afe8212f133446d806fc5b2/ analisis-ricardian- equivalence- benarkah-
defisit- anggaran- tidak- berpengaruh-terhadap-konsumsi- masyarakat?
page=1 (diakses tanggal 13 November 2020)
Tanpa Nama. 2012. Edukasi Keuangan Edisi XXI. https:// www. kemenkeu. go.
id/ sites/default/ files/ edukasi%20keuangan/edukasi%20keuangan%20xii-
2012/ html/ files/ assets/ basic- html/ page9. html (diakses tanggal 13
November 2020)

14

Anda mungkin juga menyukai