KEBIJAKAN FISKAL
Disusun Oleh :
Risa Widiyawati
Riyan Hidayat
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur, penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus, atas berkat dan
anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah Pengantar Ekonomi
Makro dengan judul “Kebijakan Fiskal”.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Pengantar Ekonomi Makro dan mengajak masyarakat untuk dapat memahami
pengertian kebijakan fiskal lebih mendalam lagi.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulis makalah ini masih terbatas dan jauh
dari sempurna, hal ini disebabkan keterbatasan pengetahuan, pengalaman, dan waktu yang
dimiliki. Namun demikian penulis telah berusaha agar makalah ini bermanfaat bagi penulis,
dan bagi pembaca sekalian untuk dapat memahami pengertian kebijakan fiskal lebih
mendalam.
penulis
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebijakan ekonomi makro secara garis besar dapat dibedakan menjadi kebijakan
fiskal dan kebijakan moneter, seperti juga ekonomi dapat dibagi menjadi dua sektor, yakni
sektor rill dan sektor moneter. Sektor rill menghasilkan barang dan jasa (sisi produktif dari
ekonomi). Sektor ini dapat lagi dibagi menurut kelompok kegiatan atau subsektor seperti
pertanian, pertambangan, industri, dan lain-lain. Sedangkan sektor moneter boleh dikatakan
merupakan hasil dari sektor rill dalam bentuk uang (sisi moneter dari ekonomi). Pertumbuhan
dan stabilitas sektor rill dipengaruhi oleh pemerintah lewat kebijakan fiskal, dan di Indonesia
kebijakan ini merupakan tanggung jawab Menteri Keuangan. Sedangkan pertumbuhan dan
stabilitas sektor moneter dipengaruhi oleh pemerintah lewat kebijakan moneter yang
sepenuhnya adalah tanggung jawab Bank Indonesia.
Kebijakan fiskal dan kebijakan moneter saling berpengaruh satu sama lain dalam
kegiatan perekonomian suatu negara. Jika kebijakan moneter dipengaruhi beberapa variabel
utama antara lain suku bunga, pertumbuhan ekonomi (Gross Domestic Product/GDP),
inflasi, dan kurs valuta asing, maka dalam kebijakan fiskal dipengaruhi oleh dua variabel
utama, yaitu pajak (tax) dan pengeluaran pemerintah (goverment expenditure).
Membahas mengenai kebijakan fiskal dan kebijakan moneter tentu berkaitan erat
dengan kegiatan perekonomian empat sektor. Keempat sektor ini memiliki hubungan
interaksi masing-masing dalam menciptakan pendapatan dan pengeluaran. Keempat sektor
tersebut adalah :
(1) sektor rumah tangga
(2) sektor perusahaan
(3) sektor pemerintah dan
(4) sektor internasional / luar negeri.
1
B. Rumusan Masalah
Untuk mengkaji dan mengulas tentang pengertian dari kebijakan fiskal, maka
diperlukan subpokok bahasan yang saling berhubungan, sehingga penyusun membuat
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa itu kebijakan fiskal ?
2. Apakah tujuan dari kebijakan fiskal?
3. Bagaimanakah instrument kebijakan fiskal?
4. Bagaimana praktik kebijakan fiskal di indonesia?
2
BAB II
PEMBAHASAN
Terdapat beberapa pengertian tentang kebijakan fiskal yang dapat kita temui. Definisi
yang paling populer menyebutkan bahwa kebijakan fiskal adalah kebijakan yang dilakukan
oleh pemerintah dalam rangka mendapatkan dana dan kebijakan yang ditempuh oleh
pemerintah untuk membelanjakan dananya tersebut dalam rangka melaksanakan
pembangunan. Singkatnya, kebijakan fiskal adalah kebijakan pemerintah yang terkait dengan
penerimaan atau pengeluaran negara.
3
kemampuan daya beli masyarakat akan meningkat dan industri akan dapat meningkatkan
jumlah output. Sebaliknya kenaikan pajak akan menurunkan daya beli masyarakat serta
menurunkan output industri secara umum.
Kebijakan fiskal yang sering disebut “politik fiskal” atau “fiscal policy” biasa
diartikan sebagai tindakan yang diambil oleh pemerintah dalam bidang Anggaran Belanja
Negara dengan maksud untuk mempengaruhi jalannya perekonomian. Anggaran belanja
Negara terdiri dari penerimaan berupa hasil pungutan pajak dan pengeluaran yang dapat
berupa “government expenditure” dan “government transfer’’, maka sering pula dikatakan
bahwa kebijakan fiskal meliputi semua tindakan pemerintah yang berupa tindakan
memperbesar atau memperkecil jumlah pungutan pajak memperbesar atau memperkecil
“government expenditure” dan atau memperbesar atau memperkecil “government transfer”
yang bertujuan untuk mempengaruhi jalannya perekonomian .
Berdasarkan dari beberapa teori dan pendapat yang dijelaskan diatas dapat kita
simpulkan bahwa “kebijakan fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi yang dilakukan oleh
pemerintah dalam pengelolaan keuangan negara untuk mengarahkan kondisi perekonomian
menjadi lebih baik yang terbatas pada sumber-sumber penerimaan dan alokasi pengeluaran
negara yang tercantum dalam APBN”.
Tentu di luar beberapa pendapat di atas masih dapat kita temui berbagai definisi lain
tentang kebijakan fiskal, namun demikian konsep yang harus kita pahami adalah bahwa
kebijakan fiskal meliputi suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi
perekonomian untuk menjadi lebih baik melalui penerimaan dan pengeluaran pemerintah.
4
B. Tujuan Kebijakan Fiskal
Secara umum, tujuan yang ingin dicapai melalui kebijakan fiskal adalah stabilitas
ekonomi yang lebih mantap. Artinya secara nasional laju pertumbuhan ekonomi yang layak
tetap dapat dipertahankan tanpa adanya angka pengangguran yang signifikan serta tetap
menjaga stabilitas harga.
Kebijakan fiskal juga merupakan salah satu paket tindakan pemerintah di bidang
pengeluaran dan penerimaan keuangan negara. Dengan kata lain kebijakan fiskal
mengusahakan peningkatan penerimaan pemerintah dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan rakyat dengan cara menyesuaikan pengeluaran dan penerimaan pemerintah.
Pencegahan timbulnya pengangguran merupakan tujuan yang paling utama dari kebijakan
fiskal karena perekonomian suatu negara dapat mencapai laju pertumbuhan yang dikehendaki
melalui tingkat penggunaan tenaga kerja penuh (full employment). Full employment dapat
diartikan sebagai suatu keadaan yang menunjukkan seluruh angkatan kerja memperoleh
pekerjaan. Kondisi ini dapat terwujud bila pemerintah mampu menambah lapangan kerja
melalui berbagai kebijakan sehingga dapat menampung seluruh tenaga kerja yang tersedia.
Kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk mencapai kondisi full employment antara lain
dengan mengundang investor asing untuk berinvestasi di Indonesia. Dari dalam negeri,
pemerintah menambah pengeluaran untuk membuka lapangan kerja padat karya melalui
proyek-proyek pembangunan infrastruktur fisik. Sementara di bidang moneter, bank sentral
dapat menerbitkan regulasi yang memudahkan pengajuan kredit usaha dan penentuan suku
bunga yang kondusif bagi dunia usaha.
5
Kombinasi beragam harus digunakan secara tepat seperti kebijakan fiskal, kebijakan moneter,
perdagangan dan penentuan harga .
Kebijakan fiskal bertujuan meningkatkan dan memacu laju investasi disektor swasta
dan sektor Negara. Selain itu, kebijakan fiskal juga dapat dipergunakan untuk mendorong
dan menghambat bentuk investasi tertuntu. Dalam rangka itu pemerintah harus
menerapkan kebijaan investasi berencana di sektor public, namun pada kenyataannya
dibeberapa Negara berkembang dan tertinggal terjadi suatu problem yaitu dimana
langkanya tabungan sukarela, tingkat konsumsi yang tinggi dan terjadi investasi dijalur
yang tidak produktif dari masyarakat dinegara tersbut. Hal ini disebabkan tidak
tersedianya modal asing yang cukup, baik swasta maupun pemerintha. Oleh karena itu
kebijakan fiskal memberikan solusi yaitu kebijakan fiskal dapat meningkatkan rasio
tabungan inkremental yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan, memacu,
mendorong dan menghambat laju investasi.
Untuk merealisasikan tujuan ini, kebijakan fiskal berperan dalam hal pengelolan
pengeluaran seperti dengan membentuk anggaran belanja untuk mendirikan perusahaan
6
Negara dan mendorong perusahaan swasta melalui pemberian subsidi, keringanan dan
lain-lainnya sehingga dari pengupayaan langkah ini tercipta tambahan lapangan
pekerjaan. Namun, langkah ini harus juga diiringi dengan pelaksanaan program
pengendalian jumlah penduduk.
Kebijakan fiskal bertujuan untuk menanggulangi inflasi salah satunya adalah dengan
cara pmenetapan pajak langsung progresif yang dilengkapi dengan pajak komoditi,
karena pajak seerti ini cendrung menyedot sebagian besar tambahan pendapatan uang
yang tercipta dalam proses inflasi.
7
C. Instrument Kebijakan Fiskal
Instrumen kebijakan fiskal yang paling utama adalah penerimaan dan pengeluaran
pemerintah. Pajak merupakan komponen penting dalam menentukan kondisi makroekonomi
suatu negara. Mengubah tarif pajak yang berlaku akan berpengaruh pada ekonomi, jika pajak
diturunkan maka kemampuan/daya beli masyarakat akan meningkat dan industri akan dapat
meningkatkan jumlah output. Sebaliknya kenaikan tarif pajak akan menurunkan daya beli
masyarakat serta menurunkan output industri secara umum.
Sebaliknya dalam rumah tangga negara, penurunan penerimaan tidak dapat selalu
diatasi dengan penurunan pengeluaran. Jika pengeluaran yang ditekan, maka kegiatan
ekonomi akan menjadi lesu karena rumah tangga negara berkaitan dengan hajat hidup orang
banyak. Salah satu dampak kelesuan ekonomi yaitu akan terjadinya pengangguran yang
kemudian akan mengakibatkan tingkat penerimaan negara menjadi menurun.
8
Adapun tindakan yang akan diambil oleh pemerintah adalah mengatur pengeluaran
agar pengeluaran tersebut berdampak positif pada perbaikan ekonomi. Tindakan
memperbaiki ekonomi juga dapat ditempuh dengan usaha menaikkan pendapatan. Pemerintah
merupakan faktor determinan (yang menentukan) dalam upaya peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Pemerintah memiliki perangkat-perangkat kebijakan yang dapat digunakan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tindakan-tindakan dalam mengatur
pengeluaran dan penerimaan negara disebut sebagai tindakan fiskal. Sehingga kebijakan
fiskal dapat disebut sebagai kebijakan penyesuaian di bidang pengeluaran dan penerimaan
pemerintah untuk memperbaiki keadaan ekonomi.
Praktik yang umum dalam penerapan kebijakan fiskal adalah ketika perekonomian
nasional mengalami inflasi, pemerintah mengurangi kelebihan permintaan masyarakat
dengan cara menekan pembelanjaan (consumption) melalui peningkatan tarif pajak dan bea
agar tercipta kestabilan lagi. Cara demikian disebut dengan pengelolaan anggaran
Contoh :
Pemberitaan di media massa mengenai kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM)
sudah sering terjadi. Harga BBM dari waktu ke waktu senantiasa naik. Apa pengaruh
kenaikan harga BBM ini terhadap keuangan negara? Apakah diuntungkan atau
dirugikan? Sebagai negara penghasil minyak bumi tentu akan diuntungkan dengan
adanya kenaikan harga minyak bumi di dunia. Namun, kenyataannya negara tetap
dirugikan dengan adanya kenaikan harga tersebut. Mengapa? Karena jumlah
konsumsi minyak dalam negeri lebih besar daripada jumlah yang diproduksi sehingga
negara harus mengimpor untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri. Di satu
sisi, harga BBM di dalam negeri lebih rendah dibanding harga di pasar internasional.
Ini karena adanya subsidi BBM. Subsidi merupakan pengeluaran pemerintah.
Sehingga kenaikan harga minyak bumi justru akan meningkatkan pengeluaran
pemerintah untuk subsidi BBM. Tingginya subsidi yang harus dibayarkan akan
membebani APBN. Kemudian, apa yang dilakukan pemerintah untuk menekan
pengeluaran subsidi tersebut, agar keuangan negara (APBN) tetap aman? Pemerintah
perlu mengubah pengeluaran dan penerimaan dalam APBN untuk menyesuaikan
dengan kondisi pada waktu itu. Kebijakan yang dilakukan dengan cara mengubah
pengeluaran dan penerimaan negara yang bertujuan untuk menciptakan stabilitas
9
ekonomi, kesempatan kerja, pertumbuhan ekonomi, serta keadilan dalam distribusi
pendapatan yang kita kenal dengan kebijakan fiskal atau politik fiskal.
Isu selanjutnya yang sedang marak adalah BLSM (Bantuan Langsung Sementara
Masyarakat) atau BLT (Bantuan Langsung Tunai). Banyak orang melihat BLSM/BLT
hanya bantuan pemberian uang tunai kepada orang yang kurang mampu. sebenarnya
di balik itu ada tujuan khusus dari pemerintah secara makroekonomi. BLT diharapkan
mampu meningkatkan pendapatan masyarakat secara agregat. Dengan adanya
peningkatan pendapatan masyarakat, daya beli masyarakat juga meningkat. Dengan
demikian maka permintaan dari masyarakat juga meningkat. Sehingga dampak
selanjutnya adalah meningkatnya permintaan dari masyarakat yang mendorong
produksi sehingga pada akhirnya diharapkan akan dapat memperbaiki kondisi
perekonomian Indonesia.
Contoh lain dari kebijakan fiskal adalah proyek-proyek yang diadakan oleh
pemerintah. Katakanlah pemerintah mengadakan proyek membangun jalan raya.
Dalam proyek ini pemerintah membutuhkan buruh dan pekerja lain untuk
menyelesaikannya. dengan kata lain proyek ini menyerap SDM sebagai tenaga kerja.
hal ini membuat pendapatan orang yang bekerja di situ bertambah. dengan
bertambahnya pendapatan mereka akan terjadi efek yang sama dengan BLT tadi.
Kebijakan fiskal juga dapat berupa kustomisasi APBN oleh pemerintah. Misalnya
melalui deficit financing. Deficit financing atau anggaran defisit adalah anggaran yang
menetapkan pengeluaran lebih besar dibandingkan penerimaan. Deficit Financing
dapat dilakukan dengan berbagai cara. Dulunya Orde Lama pernah menerapkannya
dengan cara memperbanyak utang dengan meminjam dari Bank Indonesia. Dampak
lanjutan yang terjadi kemudian adalah inflasi besar-besaran (hyper inflation) karena
uang yang beredar di masyarakat sangat banyak. Sehingga untuk menutup anggaran
yang defisit dipinjamlah uang dari rakyat. Sayangnya, rakyat tidak mempunyai cukup
uang untuk memberi pinjaman pada pemerintah. akhirnya, pemerintah terpaksa
meminjam uang dari luar negeri.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
kebijakan fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah
dalam pengelolaan keuangan negara untuk mengarahkan kondisi perekonomian menjadi lebih
baik yang terbatas pada sumber-sumber penerimaan dan alokasi pengeluaran negara yang
tercantum dalam APBN
Instrumen kebijakan fiskal yang paling utama adalah penerimaan dan pengeluaran
pemerintah.
Jenis kebijakan fiskal : kebijakan fiskal yang di sengaja, kebijakan fiskal pasif. Dari
sudut ekonomi makro, kebijakan fiskal dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu kebijakan
fiskal ekspansif dan kebijakan fiskal kontraktif.
B. SARAN
11
berdampak pada seluruh rakyatnya, oleh karena itu dengan adanya kebijakan ini, pemerintah
di harapkan dapat menghindarkan perekonomian negara dari keadaan-keadaan yang tidak di
inginkan seperti keadaan dimana banyak pengangguran, inflasi, neraca pembayaran
internasional yang terus menerus, defisit, ketidakstabilan harga, penerimaan dan pengeluaran
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang tidak sesuai dan sebagainya.
12
DAFTAR PUSTAKA
Prathama rahardja, Mandala manurung. 2005. “TEORI EKONOMI MAKRO DAN SUATU
PENGANTAR edisi 3”, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia : Jakarta.
Rudiger dombusch &stanley ficher. j mulyadi. 1997. “MAKRO EKONOMI edisi ke empat”.
Penerbit erlangga : jakarta
www.academia.edu/ekonomimakro/kebijakanfiskal
13