Anda di halaman 1dari 29

THE FISCAL POLICY

DISUSUN OLEH :
ANGGIT WAHYUNINGSIH (8335132482)
FATHIA ROFIFAH (8335132520)
HALIMAH (8335132402)
PUJI ROCHMANI (8335132515)
SITI RANITA SAKINAH (8335132517)
ULFA GINY SEPTIANINGRUM (8335132550)

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNVERSITAS NEGERI JAKARTA
1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat


dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Harapan penulis adalah, semoga makalah ini dapat
berguna dan bermanfaat. Selain itu, demi penyempurnaan
makalah ini, penulis mengharapkan kritikan yang bersifat
membangun.
Akhir kata, ucapan terima kasih penulis sampaikan
kepada

dosen

pembimbing

mata

kuliah

Pengantar

Ilmu

Ekonomi 2, Bapak Karuniana Dianta A. Sebayang, S.IP, ME yang


telah memberikan tugas makalah ini, sehingga penulis dapat
mengetahui lebih jauh tentang Kebijakan Fiskal, dan kepada
semua pihak yang turut membantu, penulis sampaikan terima
kasih atas bantuannya. Kepada pihak pihak yang tulisannya
penulis jadikan rujukan, penulis sampaikan terima kasih dan
pernyataan maaf bila kurang berkenan.

Jakarta, April 2014

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Selama ini kita mengenal tiga sistem perekonomian yang
berlaku di dunia yaitu sistem kapitalis, sistem sosialis dan
sistem

campuran.

Salah

satu

dari

tiga

sistem

tersebut

diterapkan di Indonesia yaitu sistem ekonomi campuran. Sistem


campuran adalah sebuah sistem perekonomian dengan adanya
peran pemerintah yang ikut serta menentukan cara-cara
mengatasi masalah ekonomi yang dihadapi masyarakat.
Bentuk-bentuk campur tangan pemerintah antara lain,
melaksanakan kebijakan fiskal yang merujuk pada kebijakan
yang dibuat pemerintah untuk mengarahkan ekonomi suatu
negara melalui penerimaan dan pengeluaran pemerintah.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dapat
menuliskan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Kebijakan Fiskal ?
2. Apa yang dimaksud dengan Politik Anggaran ?
3. Apa saja dampak dari Kebijakan Fiskal ?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI KEBIJAKAN FISKAL
Terdapat beberapa pengertian tentang kebijakan fiskal yang
dapat kita temui. Definisi yang paling populer menyebutkan
bahwa kebijakan fiskal adalah kebijakan yang dilakukan oleh
pemerintah dalam rangka mendapatkan dana dan kebijakan
yang

ditempuh

oleh

pemerintah

untuk

membelanjakan

dananya tersebut dalam rangka melaksanakan pembangunan.


Singkatnya, kebijakan fiskal adalah kebijakan pemerintah yang
terkait dengan penerimaan atau pengeluaran negara.
Samuel

dan

Nordhaus

mendefinisikan

kebijakan

fiskal

sebagai proses pembentukan perpajakan dan pengeluaran


masyarakat dalam upaya menekan fluktuasi siklus bisnis, dan
ikut

berperan

dalam

menjaga

pertumbuhan

ekonomi,

penggunaan tenaga kerja yang tinggi, bebas dari laju inflasi


yang tinggi dan berubah-ubah.
Sementara menurut Tulus TH Tambunan, kebijakan fiskal
memiliki dua prioritas, prioritas pertama adalah mengatasi
defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) dan
masalah-masalah APBN lainnya seperti defisit APBN terjadi
apabila

penerimaan

pengeluarannya,

serta

pemerintah
prioritas

lebih

kedua

untuk

kecil

dari

mengatasi

stabilitas ekonomi makro, yang terkait dengan pertumbuhan

ekonomi,

tingkat

inflasi,

kesempatan

kerja

dan

neraca

pembayaran.
Sedangkan menurut Nopirin, kebijakan fiskal terdiri dari
perubahan pengeluaran pemerintah atau perpajakan dengan
tujuan untuk mempengaruhi besar serta susunan permintaan
agregat. Indikator yang biasa dipakai adalah budget defisit
yakni

selisih

antara

pengeluaran

pemerintah

(dan

juga

pembayaran transfer) dengan penerimaan terutama dari pajak.


Pengertian lainnya menyatakan bahwa kebijakan fiskal
adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan
kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan
mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Dari sisi
pajak jelas jika mengubah tarif pajak yang berlaku akan
berpengaruh

pada

ekonomi.

Jika

pajak

diturunkan

maka

kemampuan daya beli masyarakat akan meningkat dan industri


akan dapat meningkatkan jumlah output. Sebaliknya kenaikan
pajak

akan

menurunkan

daya

beli

masyarakat

serta

menurunkan output industri secara umum.


Tentu di luar beberapa pendapat di atas masih dapat kita
temui berbagai definisi lain tentang kebijakan fiskal, namun
demikian konsep yang harus kita pahami

adalah bahwa

kebijakan fiskal meliputi suatu kebijakan ekonomi dalam rangka


mengarahkan kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik
melalui penerimaan dan pengeluaran pemerintah.
2.2 JENIS KEBIJAKAN FISKAL

Kebijakan Fiskal yang Disengaja (discretionary)

Kebijakan fiskal yang disengaja adalah kebijakan yang


dilakukan oleh pemerintah untuk menanggulangi tingkat naik
turunnya kegiatan ekonomi dari waktu ke waktu (gelombang
konjungtur), dengan memanipulasi anggaran belanja secara
sengaja,

baik

melalui

pengubahan

perpajkaan

atau

pengubahan pengeluaran pemerintah. Dengan usaha ini dapat


terlihat seberapa jauh peranan pemerintah dalam melakukan
campur

tangannya

dalam

pengaturan

jalannya

roda

perekonomian.

Kebijakan Fiskal Pasif (automatic stabilizers atau built-in


stabilizer)

Kebijakan pasif adalah

kebijakan yang erat kaitannya

dengan penerapan berbagai pajak. Dalam realitanya sebagian


besar dari pajak-pajak yang dikenakan pada masyarakat, baik
langsung maupun tak langsung, berhubungan erat dengan
tingginya

arus

pendapatan

nasional.

Semakin

tingi

arus

pendapatan nasional, semakin tinggi pula penerimanan yang


diperoleh

dari

sektor

pajak,

baik

langsung

maupun

tak

langsung. Pajak pendapatan, pajak perseroan, pajak kekayaan


dan sebagainya adalah pajak langsung yang jelas sekali
berhubungan dengan tingkat pendapatan negara.
Dari

sudut

ekonomi

makro,

kebijakan

fiskal

dapat

dibedakan menjadi dua macam yaitu kebijakan fiskal ekspansif


dan kebijakan fiskal kontraktif.

Kebijakan fiskal ekspansif, adalah kebijakan menaikkan


belanja negara dan menurunkan tingkat pajak netto.
Kebijakan

ini

untuk

meningkatkan

daya

beli

masyarakat. Kebijakan fiskal ini dilakukan pada saat


perekonomian

mengalami

resesi/depresi

dan

pengangguran yang tinggi


Kebijakan fiskal kontraktif, adalah kebijakan untuk
menurunkan belanja negara dan menaikkan tingkat
pajak. Kebijakan ini bertujuan untuk menurunkan daya
beli masyarakat dan mengatasi inflasi.

Kebijakan fiskal dapat dinilai dari dua aspek, yaitu :


1. Aspek kuantitatif artinya berhubungan dengan jumlah uang
yang harus ditarik dan dibelanjakan.
2. Aspek kualitatif artinya berhubungan dengan peningkatan
jenis-jenis

pajak,

pembayaran-pembayaran,

dan

subsidi-

subsidi.
2.3 PRAKTEK KEBIJAKAN FISKAL DI INDONESIA
Dalam mengatur perekonomian, pemerintah membuat suatu
daftar anggaran yang disebut APBN, yang memuat sumber
penerimaan

dan

pembayaran.

Agar

penerimaan

dan

jenis-jenis
terjadi
jumlah

pengeluaran
keseimbangan

negara

untuk

antara

jumlah

pengeluaran,

pemerintah

melaksanakan kebijakan fiskal, yaitu kebijakan pemerintah


dalam

memengaruhi

perekonomian

melalui

perubahan

pengeluaran dan penerimaan dalam APBN.


Penerimaan dan pengeluaran pemerintah merupakan faktor
yang memengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat. Perlu
diketahui dalam banyak hal bahwa rumah tangga negara tidak
sama dengan rumah tangga keluarga. Pada rumah tangga
keluarga, jika penerimaan semakin menurun maka tindakan

yang akan dilakukan adalah menekan pengeluaran. Tindakan


demikian dapat menyelamatkan kemunduran ekonomi rumah
tangga keluarga.
Sebaliknya

dalam

rumah

tangga

negara,

penurunan

penerimaan tidak dapat selalu diatasi dengan penurunan


pengeluaran. Jika pengeluaran yang ditekan, maka kegiatan
ekonomi akan menjadi lesu karena rumah tangga negara
berkaitan dengan hajat hidup orang banyak. Salah satu dampak
kelesuan ekonomi yaitu akan terjadinya pengangguran yang
kemudian akan mengakibatkan tingkat penerimaan negara
menjadi menurun.
Adapun tindakan yang akan diambil oleh pemerintah adalah
mengatur pengeluaran agar pengeluaran tersebut berdampak
positif

pada

perbaikan

ekonomi.

Tindakan

memperbaiki

ekonomi juga dapat ditempuh dengan usaha menaikkan


pendapatan. Pemerintah merupakan faktor determinan (yang
menentukan)

dalam

upaya

peningkatan

kesejahteraan

masyarakat.
Pemerintah memiliki perangkat-perangkat kebijakan yang
dapat

digunakan

untuk

meningkatkan

kesejahteraan

masyarakat. Tindakan-tindakan dalam mengatur pengeluaran


dan penerimaan negara disebut sebagai tindakan fiskal.
Sehingga kebijakan fiskal dapat disebut sebagai kebijakan
penyesuaian

di

bidang

pengeluaran

dan

penerimaan

pemerintah untuk memperbaiki keadaan ekonomi.


Praktek yang umum dalam penerapan kebijakan fiskal
adalah

ketika

perekonomian

nasional

mengalami

inflasi,

pemerintah mengurangi kelebihan permintaan masyarakat

dengan cara menekan pembelanjaan (consumption) melalui


peningkatan tarif pajak dan bea agar tercipta kestabilan lagi.
Cara demikian disebut dengan pengelolaan anggaran .
2.3.1 Kebijakan Anggaran
Kebijakan anggaran atau biasa disebut politik anggaran lazim
digunakan

pemerintah

suatu

negara

dalam

menjalankan

kebijakan fiskal. Kebijakan masing-masing negara bisa berbeda


tergantung pada keadaan dan arahyang akan dicapai dalam
jangka pendek maupun jangka panjangnya. Berikut adalah
macam-macam

anggaran yang

biasa

ditempuh beberapa

negara dalam mencapai manfaat tertinggi dalam mengelola


anggaran, antara lain:
Anggaran Berimbang (Balanced Budget)
Anggaran

berimbang

terjadi

bilamana

pemerintah

menetapkan pengeluaran sama besar dengan pemasukan.


Tujuan politik anggaran berimbang yakni terjadinya kepastian
anggaran

serta

meningkatkan

disiplin

anggaran

karena

pengeluaran tidak boleh dilaksanakan melebihi penerimaan.


Pada anggaran berimbang, diusahakan agar pengeluaran
(belanja) dan pendapatan atau penerimaan sama. Keadaan
seperti ini dapat menstabilkan ekonomi dan anggaran. Dalam
hal

ini,

pengeluaran

disesuaikan

dengan

kemampuan

keuangan suatu negara.


Anggaran Defisit (Defisit Budget) / Kebijakan Fiskal Ekspansif

Anggaran

defisit

adalah

anggaran

dengan

pengeluaran

negara lebih besar daripada penerimaan negara. Intinya,


penerimaan

rutin

mencukupi

untuk

dan

penerimaan

membiayai

pembangunan

seluruh

tidak

pengeluaran

pemerintah. Dengan kata lain, defisit APBN terjadi apabila


pemerintah harus meminjam dari bank sentral atau harus
mencetak uang baru untuk membiayai pembangunannya.
Anggaran Surplus (Surplus Budget) / Kebijakan Fiskal Kontraktif
Anggaran surplus adalah anggaran dengan penerimaan
negara lebih besar daripada pengeluaran. Kebijakan ini
dijalankan bila keadaan ekonomi sedang dilanda inflasi
(kenaikan harga secara terus-menerus), sehingga anggaran
harus menyesuaikan kenaikan harga barang atau jasa.
2.4 POKOK-POKOK KEBIJAKAN FISKAL
Pokok-pokok kebijakan fiskal dalam APBN dapat diperinci
berdasarkan arah kebijakan dan strategi kebijakan.
a. Arah Kebijakan Fiskal dalam APBN
1.Kebijakan fiskal dalam APBN diarahkan untuk dapat membiayai
pengeluaran dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan
negara yang efektif namun tetap efisien dan bebas dari
pemborosan maupun korupsi.
2.Kebijakan fiskal diarahkan untuk dapat turut serta dalam
memelihara dan memantapkan stabilitas perekonomian, dan
berperan sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi.

10

3.Kebijakan fiskal diarahkan untuk dapat mengatasi masalahmasalah mendasar yang menjadi prioritas pembangunan,
yaitu:
a) Penanggulangan kemiskinan;
b) Peningkatan kesempatan kerja, investasi, dan ekspor;
c) Revitalisasi pertanian dan pembangunan perdesaan;
d) Peningkatan kualitas dan aksesibilitas terhadap pendidikan
dan pelayanan kesehatan
4. Kebijakan fiskal diarahkan untuk mendukung keberlanjutan
proses

konsolidasi

desentralisasi

fiscal

dalam

rangka

penyelenggaraan otonomi daerah dengan tujuan antara lain


untuk mengurangi kesenjangan fiscal antara pusat dan
daerah, serta antardaerah, dan mengurangi kesenjangan
pelayanan publik antardaerah.
b. Strategi Kebijakan Fiskal dalam APBN
a.

Meningkatkan konsolidasi fiskal untuk mempertahankan

b.

kesinambungan fiskal (fiscal sustainability).


Mengupayakan penurunan beban utang, pembiayaan yang

c.
d.

efisien, dan menjaga kredibilitas pasar modal.


Menurunkan defisit anggaran terhadap PDB.
Meningkatkan penerimaan negara yang bersumber dari

e.

pajak dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP).


Mengendalikan dan meningkatkan efisiensi belanja

f.

negara.
Memberikan

g.

ekonomi yang berkualitas.


Melanjutkan
reformasi

h.

kepabeanan, dan cukai.


Mempertajam
prioritas

stimulus

guna

mendukung
administrasi

alokasi

pertumbuhan
perpajakan,

anggaran

belanja

pemerintah pusat.

11

i.

Mengalokasikan alokasi anggaran belanja ke daerah sesuai

j.

dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.


Mengoptimalkan kebijakan pembiayaan defisit anggaran
dengan biaya dan tingkat risiko yang rendah.

2.1.4 Dampak Kebijakan Fiskal Terhadap Inflasi


Kondisi harga-harga umum yang meningkat terus (inflasi)
juga mempunyai akibat yang tidak baik bagi perekonomian.
Karena penghasilan yang diterima oleh masyarakat tidak cukup
untuk memenuhi kebutuhan hidup yang harganya terus naik.
Inflasi

yang

berkepanjangan

akan

melemahkan

perekonomian karena para memilik modal akan beralih dari


investasi produktif ke investasi dalam bentuk barang-barang
tahan lama seperti rumah, tanah, dan gedung karena hal ini
lebih menguntungkan daripada investasi produktif.
Kedua kondisi tersebut tidak baik bagi iklim makroekonomi
suatu negara, oleh karenanya untuk mengatasi kondisi deflasi
maupun inflasi dilaksanakan kebijakan fiskal sebagai berikut :
Mengubah Pengeluaran Pemerintah.
Dalam kondisi inflasi, uang yang beredar melebihi dari yang
diperlukan dalam perekonomian. Untuk itu pemerintah
mengurangi pengeluaran sehingga mengakibatkan tabungan
(pendapatan lebih besar daripada pengeluaran).
Mengubah Tingkat Pajak.
Menaikkan tarif pajak pendapatan masyarakat sehingga
mengakibatkan turunnya tingkat konsumsi masyarakat.

12

Pinjaman Paksa.
Pemerintah

memotong

gaji

pegawai

negeri

sebagai

pinjaman pemerintah untuk mengurangi jumlah uang yang


beredar.
2.5 TUJUAN KEBIJAKAN FISKAL
Secara umum, tujuan yang ingin dicapai melalui kebijakan
fiskal adalah stabilitas ekonomi yang lebih mantap. Artinya
secara nasional laju pertumbuhan ekonomi yang layak tetap
dapat dipertahankan tanpa adanya angka pengangguran yang
signifikan serta tetap menjaga stabilitas harga.
Kebijakan
ekonomi,

ini

bertujuan

mengusahakan

untuk

memperbaiki

kesempatan

kerja

keadaan

(mengurangi

pengangguran), dan menjaga kestabilan harga-harga secara


umum. Hal ini dilakukan dengan jalan memperbesar dan
memperkecil pengeluaran konsumsi pemerintah (G), jumlah
transfer pemerintah (Tr), dan jumlah pajak (Tx) yang diterima
pemerintah sehingga dapat mempengaruhi tingkat pendapatan
nasional (Y) serta tingkat kesempatan kerja (N).
Kebijakan fiskal juga merupakan salah satu paket tindakan
pemerintah di bidang pengeluaran dan penerimaan keuangan
negara. Dengan kata lain kebijakan fiskal mengusahakan
peningkatan

penerimaan

pemerintah

dalam

rangka

meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan cara menyesuaikan


pengeluaran dan penerimaan pemerintah.
Pencegahan timbulnya pengangguran merupakan tujuan
yang paling utama dari kebijakan fiskal karena perekonomian

13

suatu

negara

dapat

mencapai

laju

pertumbuhan

yang

dikehendaki melalui tingkat penggunaan tenaga kerja penuh


(full employment). Full employment dapat diartikan sebagai
suatu keadaan yang menunjukkan seluruh angkatan kerja
memperoleh pekerjaan.
Kondisi

ini

dapat

terwujud

bila

pemerintah

mampu

menambah lapangan kerja melalui berbagai kebijakan sehingga


dapat

menampung

seluruh

tenaga

kerja

yang

tersedia.

Kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk mencapai kondisi


full employment antara lain dengan mengundang investor asing
untuk berinvestasi di Indonesia.
Dari dalam negeri, pemerintah menambah pengeluaran
untuk membuka lapangan kerja padat karya melalui proyekproyek pembangunan infrastruktur fisik. Sementara di bidang
moneter,

bank

sentral

dapat

menerbitkan

regulasi

yang

memudahkan pengajuan kredit usaha dan penentuan suku


bunga yang kondusif bagi dunia usaha.
2.6 INSTRUMEN KEBIJAKAN FISKAL
Instrumen

kebijakan

fiskal

yang

paling

utama

adalah

penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Pajak merupakan


komponen penting dalam menentukan kondisi makroekonomi
suatu

negara.

berpengaruh

Mengubah tarif

pada

ekonomi,

pajak yang

jika

pajak

berlaku

diturunkan

akan
maka

kemampuan/daya beli masyarakat akan meningkat dan industri


akan dapat meningkatkan jumlah output. Sebaliknya kenaikan
tarif pajak akan menurunkan daya beli masyarakat serta
menurunkan output industri secara umum. Diantara beberapa
pilihan

instrumen

kebijakan

fiskal

yang

lazim

dilakukan

14

pemerintah dalam menjaga stabilitas ekonomi makro antara


lain:

Menaikkan atau menurunkan pajak rumah tangga


Mengatur pengeluaran pemerintah untuk pengusaha

tertentu
Memberikan rangsangan fiskal (insentif atau subsidi)
pada pengusaha tertentu

2.7 HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN FISKAL DAN APBN


Dalam pengertian umum disebutkan bahwa kebijakan fiskal
adalah

kebijakan

yang

dilaksanakan

lewat

Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara. Benarkah kebijakan di bidang


perpajakan sebagai sumber utama pendapatan negara yang
tercantum di dalam APBN ?
Pada bagian selanjutnya kita akan meneliti apakah pengaruh
dari suatu kebijaksanaan fiskal yang dicerminkan oleh suatu
struktur APBN tertentu terhadap perekonomian. Pengaruh
kebijaksanaan fiskal terhadap perekonomian dapat dianalisis
dalam dua tahap yang berurutan yaitu bagaimana suatu
kebijaksanaan fiskal diterjemahkan ke dalam APBN serta
bagaimana APBN tersebut dapat mempengaruhi perekonomian.
Menerjemahkan kebijakan fiskal ke dalam APBN artinya dalam
mengelola sumber pendapatan terutama pajak dan bea
pemerintah

menyatakan

kemampuan

mengumpulkan

pendapatan untuk digunakan mengelola pemerintahan dalam


anggaran

pendapatan

serta

janji/komitmen

pemerintah

menjalankan pemerintahan dan pembangunan dalam anggaran


belanja.

15

APBN mempunyai dua sisi, sisi yang mencatat pengeluaran dan


sisi yang mencatat penerimaan. Sisi pengeluaran mencatat
semua kegiatan pemerintah yang memerlukan uang untuk
pelaksanaannya. Dalam prakteknya, pos-pos yang tercantum
sangat beraneka ragam dan mencerminkan apa yang ingin
dilaksanakan pemerintah dalam programnya. Sebagai contoh
program

pemerintah

dapat

berupa

kegiatan

yang

mengakibatkan adanya pengeluaran untuk belanja pegawai,


belanja barang/jasa, belanja modal maupun transfer serta
berbagai pengeluaran lainnya.
Semua pos pada sisi pengeluaran tersebut memerlukan dana
untuk melaksanakannya. Sehingga diperlukan suatu objek
untuk

memperoleh

pembayaran
menunjukkan

penerimaan

pengeluaran
dari

mana

negara

tersebut.
dana

yang

guna
Sisi

melakukan
penerimaan

diperlukan

tersebut

diperoleh. Ada empat sumber utama untuk memperoleh dana


yaitu dari pajak, pinjaman bank sentral, pinjaman dalam negeri
serta pinjaman luar negeri.
2.8 JENIS PEMBIAYAAN DALAM KEBIJAKAN FISKAL
Banyak kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi
kelesuan ekonomi negara. Dewasa ini pemerintah mengadakan
deregulasi dan debirokratisasi di berbagai bidang dengan
tujuan memperbaiki keadaan ekonomi agar tercapai tingkat
pertumbuhan

yang

tinggi.

debirokratisasi

merupakan

Kebijakan
bagian

dari

deregulasi
kebijakan

dan
fiskal

pemerintah. Secara umum kebijakan fiskal dapat ditempuh


dengan empat jenis pembiayaan, yaitu sebagai berikut:
Pembiayaan Fungsional (functional finance)

16

Kebijakan

anggaran

pembiayaan

fungsional

(functional

finance), adalah kebijakan yang mengatur pengeluaran


pemerintah dengan melihat berbagai akibat tidak langsung
terhadap

pendapatan

nasional

dan

bertujuan

untuk

meningkatkan kesempatan kerja. Pembiayaan pengeuaran


pemerintah ditentukan sedemikian rupa sehingga tidak
berpengaruh langsung terhadap pendapatan nasional.
Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kesempatan
kerja (employement). Penerimaan pemerintah dari sektor
pajak bukan ditujukan untuk meningkatkan penerimaan
pemerintah tetapi bertujuan untuk mengatur pengeluaran
pihak swasta.
Oleh karena itu dalam hal terjadi pengangguran, penerimaan
pajak tidak terlalu diperlukan. Sedangkan untuk menekan
inflasi diatasi dengan kebijakan pinjaman. Jika sektor pajak
dan pinjaman tidak berhasil, tindakan lain yang dapat
dilakukan pemerintah adalah mencetak uang. Jadi dalam hal
ini sektor pajak dengan pengeluaran pemerintah menjadi
satu hal yang terpisah.

Pengelolaan Anggaran (the finance budget approach)


Kebijakan

pengelolaan

anggaran

(the

finance

budget

approach), adalah kebijakan untuk mengatur pengeluaran


pemerintah, perpajakan, dan pinjaman untuk mencapai
stabilitas

ekonomi

yang

mantap.

Penerimaan

dan

pengeluaran pemerintah dari perpajakan dan pinjaman


adalah satu paket yang tidak dapat dipisahkan dalam rangka
menciptakan

kestabilan

ekonomi.

Kemudian

dalam

pengelolaan anggaran dibutuhkan anggaran berimbang

17

dengan perumusan jika terjadi depresi, maka ditempuh


anggaran defisit. Jika terjadi inflasi maka ditempuh anggaran
surplus.

Stabilisasi Anggaran Otomatis (the stabilizing budget)


Kebijakan stabilisasi anggaran otomatis (the stabilizing
budget), adalah kebijakan yang mengatur pengeluaran
pemerintah dengan melihat besarnya biaya dan manfaat
dari berbagai program. Tujuan kebijakan ini adalah agar
terjadi penghematan dalam pengeluaran pemerintah.
Dalam stabilisasi anggaran ini, diharapkan terdapat
keeimbangan antara penerimaan dan pengeluaran tanpa
campur

tangan

pemerintah

yang

disengaja.

Dengan

stabilisasi anggaran ini, pengeluaran pemerintah lebih


ditekan pada asas manfaat dan biaya relatif dari berbagi
program.

Pajak

ditetapkan

sedemikian

rupa

sehingga

terdapat anggaran belanja surplus dalam kesempatan kerja


penuh.
2.9 INSTRUMEN KEBIJAKAN FISKAL
Instrumen utama kebijakan fiskal adalah pengeluaran dan
pajak.
Pengeluaran Pemerintah
Pengeluaran pemerintah bisa disebut sebagai perbelanjaan
pemerintah

atau

negara.

Belanja

negara

adalah

semua

pengeluaran negara yang digunakan untuk membiayai belanja


pemerintah pusat dan belanja untuk daerah. Belanja untuk

18

daerah adalah semua pengeluaran untuk membiayai dana


perimbangan serta dana otonomi khusus dan penyesuaian.
Belanja Pemerintah Pusat:
Belanja Pegawai

Subsidi

Belanja Barang

Belanja Hibah

Belanja Modal

Bantuan Sosial

Pembayaran Bunga

Belanja Lain-lain

Utang

Dana yang dialokasikan ke Daerah :


Dana Perimbangan
Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian
Pengeluaran untuk Pembiayaan
Pengeluaran untuk Obligasi Pemerintah
Pembayaran Pokok Pinjaman Luar Negeri

Pembiayaan lain-lain
Pendapatan dan Penerimaan Pemerintah

Pajak
Pajak

merupakan

pungutan

yang

dilakukan

oleh

pemerintah (pusat/daerah) terhadap wajib pajak tertentu


berdasarkan

undang-undang

(pemungutannya

dapat

dipaksakan) tanpa ada imbalan langsung bagi pembayarnya.


Jenis pajak di Indonesia yakni, pajak usat dan pajak daerah.
Pajak Pusat

19

Pajak Penghasilan
(PPh)
Pajak Pertambahan
Nilai Barang dan Jasa
(PPN)
Pajak Penjualan atas
Barang Mewah (PPnBM)

Pajak Bumi dan


Bangunan (PBB)
Bea Perolehan Hak
atas Tanah dan
Bangunan (BPHTB)
Bea Meterai
Bea Masuk
Cukai
Pajak Ekspor

20

Pajak Daerah
Pajak
Pajak
Pajak
Pajak
Pajak

Kendaraan Bermotor (PKB)


Hotel dan Restoran (PHR)
Reklame
Hiburan
Bahan Bakar

Retribusi
Retribusi merupakan pungutan yang dilakukan oleh
pemerintah

(pusat/daerah)

berdasarkan

undang-undang

(pemungutannya dapat dipaksakan) di mana pemerintah


memberikan imbalan langsung bagi pembayarnya. Contoh,
pelayanan

medis

di

rumah

sakit

milik

pemerintah,

pelayanaan perpakiran oleh pemerintah, pembayaran uang


sekolah, dll.
Keuntungan BUMN/BUMD
Sebagai

pemilik

BUMN,

pemerintah

pusat

berhak

memperoleh bagian laba yang diperoleh BUMN. Demikian


pula dengan BUMD, pemerintah daerah sebagai pemilik
BUMD berhak memperoleh bagian laba BUMD.
Denda dan Sita
Pemerintah berhak memungut denda atau menyita
asset

milik

masyarakat,

(individu/kelompok/organisasi)
peraturan

pemerintah.

apabila

diketahui

Misalnya:

telah

denda

masyarakat
melanggar
pelanggaran

lalulintas, denda ketentuan peraturan perpajakan, penyitaan

barang-barang illegal, penyitaan jaminan atas hutang yang


tidak tertagih, dll.
Pencetakan Uang
Pencetakan

uang

umumnya

dilakukan

pemerintah

dalam rangka menutup defisit anggaran, apabila tidak ada


alternatif lain yang dapat ditempuh pemerintah. Penentuan
besarnya jumlah uang yang dicetak harus dilakukan dengan
cermat, agar pencetakan uang tidak menimbulkan inflasi.
Pinjaman
Pinjaman pemerintah merupakan sumber penerimaan
negara, yang dilakukan apabila terjadi defisit anggaran.
Pinjaman pemerintah dikemudian hari akan menjadi beban
pemerintah, karena pinjaman tersebut harus dibayar kembali,
berikut dengan bunganya. Pinjaman dapat diperoleh dari
dalam maupun luar negeri. Sumber pinjaman bisa berasal
pemerintah, institusi perbankan, institusi non bank, maupun
individu.
Sumbangan, Hadiah, Dan Hibah
Sumbangan,
pemerintah

dari

hadiah,
individu,

dan

hibah

institusi,

dapat
atau

diperoleh

pemerintah.

Sumbangan, hadiah, dan hibah dapat diperoleh dari dalam


maupun luar negeri. Tidak ada kewajiban pemerintah untuk
mengembalikan sumbangan, hadiah, atau hibah. Sumbangan,
hadiah, dan hibah bukan penerimaan pemerintah yang dapat
dipastikan perolehannya. Tergantung kerelaan dari pihak
yang memberi sumbangan, hadiah, atau hibah.

2.10 FUNGSI KEBIJAKAN FISKAL


Fungsi alokasi
Maksudnya adalah untuk mengalokasikan faktor-faktor
produksi yang tersedia dalam masyarakat sedemikian
rupa sehingga kebutuhan masyarakat akan barang dan
jasa dapat terpenuhi. Kelangkaan akan barang dan jasa
dalam

masyarakat

akan

mengundang

berbagai

kerawanan dalam masyarakat. Tanpa adanya prakarsa


pemerintah

kemungkinan

pemenuhan

kebutuhan

masyarakat akan dapat terpenuhi dengan baik.


Fungsi distribusi
Fungsi distribusi, yang pada pokoknya mempunyai
tujuan

berupa

pendapatan

terselenggaranya

nasional

yang

adil.

pembagian

Keadilan

dalam

pembagian pendapatan nasional merupakan unsur


yang sangat asasi yang harus dinikrnati dan dirasakan
oleh seluruh masyarakat Indonesia.
Fungsi stabilisasi
Yaitu terjaminnya stabilisasi dalam pemerintahan suatu
negara, terrnasuk
tingkat

harga

kesempatan kerja yang tinggi,

yang

relatif

stabil

dan

tingkat

pertumbuhan ekonomi yang cukup memadai. Melalui


kebijakan

fiskal

mengusahakan

diharapkan
terhindarnya

pemerintah
perekonomian

dapat
dari

keadaan-keadaan yang tidak diinginkan, seperti inflasi,


neraca pembayaran defisit dan sebagainya (Soediyono,
1997).

2.11 TUJUAN KEBIJAKAN FISKAL


Kebijakan fiskal sebagai

sarana

menggalakan

pembangunan ekonomi bermaksud mencapai tujuan


sebagai berikut :
a. Untuk meningkatkan laju investasi.
Kebijakan fiskal bertujuan meningkatkan dan
memacu laju investasi disektor swasta dan sektor Negara.
Selain itu, kebijakan fiskal juga dapat dipergunakan untuk
mendorong dan menghambat bentuk investasi tertuntu.
Dalam rangka itu pemerintah harus menerapkan kebijaan
investasi

berencana

di

sektor

public,

namun

pada

kenyataannya dibeberapa Negara berkembang dan tertinggal


terjadi suatu problem yaitu dimana langkanya tabungan
sukarela, tingkat konsumsi yang tinggi dan terjadi investasi
dijalur yang tidak produktif dari masyarakat dinegara tersbut.
Hal ini disebabkan tidak tersedianya modal
asing yang cukup, baik swasta maupun pemerintha. Oleh
karena itu kebijakan fiskal memberikan solusi yaitu kebijakan
fiskal dapat meningkatkan rasio tabungan inkremental yang
dapat

dipergunakan

untuk

meningkatkan,

memacu,

mendorong dan menghambat laju investasi.


Menurut Dr. R. N. Tripathy terdapaat 6 metode
yang diterapkan oleh pemerintah dalam rangka menaikkan
rasio tabungan incremental bagi mobilisasi volume keuangan
pembangunan yang diperlukan diantaranya; control fisik
langsung, peningkatan tariff pajak yang ada,penerapan pajak

baru, surplus dari perusahaan Negara, pinjaman pemerintah


yang tidak bersifat inflationer dan keuangan defisit.
b. Untuk

mendorong investasi

optimal

secara

sosial.
Kebijakan fiskal bertujuan untuk mendorong investasi
optimal

secara

sosial,

dikarenakan

investasi

jenis

ini

memerlukan dana yang besar dan cepat yang menjadi


tangunggan Negara secara serentak berupaya memacu laju
pembentukkan modal. Nantinya invesati optimal secara sosial
bermanfaat dalam pembentukkan pasar yang lebih luas,
peningkatan produktivitas dan pengurangan biaya produksi.
c. Untuk meningkatkan kesempatan kerja.
Untuk

merealisasikan

tujuan

ini,

kebijakan

fiskal

berperan dalam hal pengelolan pengeluaran seperti dengan


membentuk anggaran belanja untuk mendirikan perusahaan
Negara

dan

mendorong

perusahaan

swasta

melalui

pemberian subsidi, keringanan dan lain-lainnya sehingga dari


pengupayaan

langkah

ini

tercipta

tambahan

lapangan

pekerjaan. Namun, langkah ini harus juga diiringi dengan


pelaksanaan program pengendalian jumlah penduduk.
d. Untuk meningkatkan stabilitas ekonomi ditengah
ketidakstabilan internasional
Kebijaksanaan fiskal memegang peranan kunci dalam
mempertahankan stabilitas ekonomi menghadapi kekuatankekuatan internal dan eksternal. Dalam rangka mengurangi
dampak internasional fluktuasi siklis pada masa boom, harus
diterapkan pajak ekspor dan impor. Pajak ekspor dapat

menyedot rejeki nomplok yang timbul dari kenaikkan harga


pasar. Sedangkan bea impor yang tinggi pada impor barang
konsumsi dan barang mewah juga perlu untuk menghambat
penggunaan daya beli tambahan.
e. Untuk menanggulangi inflasi.
Kebijakan fiskal bertujuan untuk menanggulangi inflasi
salah satunya adalah dengan cara penetapan pajak langsung
progresif yang dilengkapi dengan pajak komoditi, karena
pajak

seperti

ini

cendrung

menyedot

sebagian

besar

tambahan pendapatan uang yang tercipta dalam proses


inflasi.

f.

Untuk

meningkatkan

dan

mendistribusikan

pendapatan nasional
Kebijakan fiskal yang bertujuan untuk mendistribusikan
pendapatan

nasional

pendapatan

nyata

terdiri

dari

masyarakat

upaya

dan

meningkatkan

mengurangi

tingkat

pendapatan yang lebih tinggi, upaya ini dapat tercipta


apabila adanya investasi dari pemerintah seperti pelancaran
program

pembangunan

regional

yang

berimbang

pada

berbagai sektor perekonomian.


2.12 BENTUK-BENTUK KEBIJAKAN FISKAL
Kebijakan fiskal umumnya dibagi atas tiga kategori,
yaitu:

1. Kebijakan yang menyangkut pembelian pemerintah


atas barang dan jasa.
Pembelian pemerintah atau belanja negara merupakan
unsur di dalam pendapatan nasional yang dilambangkan
dengan

huruf

G.

Pembelian

atas

barang

dan

jasa

pemerintah ini mencakup pemerintah daerah, dan pusat.


Belanja pemerintah ini meliputi pembangunan untuk jalan
raya, jalan tol, bangunan sekolah, gedung pemerintahan,
peralatan kemiliteran, dan gaji guru sekolah.
2. Kebijakan yang menyangkut perpajakan
Pajak merupakan pendapatan yang paling besar di
samping

pendapatan

yang

berasal

dari

migas.

Baik

perusahaan maupun rumah tangga mempunyai kewajiban


melakukan pembayaran pajak atas beberapa bahkan seluruh
kegiatan yang dilakukan. Pajak yang dibayarkan digunakan
semata-mata untuk pembangunan negara tersebut. Kebijakan
pemerintah atas perpajakan mengalami pembaharuan dari
waktu ke waktu, hal ini disebut tax reform (pembaharuan
pajak). Tax reform yang dilakukan pemerintah mengikuti
adanya

perubahan

di

dalam

masyarakat,

seperti

meningkatnya pendapatan, meningkatnya

3. Kebijakan yang menyangkut pembayaran transfer.


Pembayaran

transfer

meliputi

kompensasi

pengangguran, tunjangan keamanan sosial, dan tunjangan


pensiun. Jika dilihat pembayaran transfer merupakan bagian
belanja pemerintah tetapi sebenarnya pembayaran tansfer

tidak masuk dalam komponen G (goverment) di dalam


perhitungan pendapatan nasional.
Alasannya yaitu karena transfer bukan merupakan
pembelian

sesuatu

barang

yang

baru

diproduksi

dan

pembayaran tersebut bukan karena jual beli barang dan


jasa.
rumah

Pembayaran
tangga,

transfer

namun

mempengaruhi

tidak

pendapatan

mencerminkan

produksi

perekonomian. Karena PDB dimaksudkan untuk mengukur


pendapatan dari produksi barang dan jasa serta pengeluaran
atas produksi barang dan jasa, pembayaran transfer tidak
dihitung sebagai bagian dari belanja pemerintah.

BAB III

KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Kebijakan fiskal adalah kebijakan pemerintah
yang terkait dengan

penerimaan atau pengeluaran negara.

Tujuan kebijakan fiskal adalah untuk mencegah pengangguran


dan

menstabilkan

menggerakkan

pos

harga,
penerimaan

implementasinya

untuk

dan

dalam

pengeluaran

anggran pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

DAFTAR PUSTAKA
Rahardja, Pratama. 2005. Teori Ekonomi Makro; Suatu
Pengantar, edisi ketiga. Jakarta: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai