Anda di halaman 1dari 16

1

INFASI DALAM PERSPEKTIF KONVENSIONAL DAN ISLAM


Abstrak
Kengkeng Vebriadi, NI M : 13810176, I nflasi Dalam Perspektif Konvensional
Dan Islam. Makalah, Jurusan Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan
Bisnis I slam Universitas I slam Negeri Sunan Kalijaga 2014.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi kepentingan pembelajaran Bahasa
Indonesia dengan mengangkat judul pembahasan berupa Inflasi Dalam
Perspektif Konvensional Dan Islam. Metode yang digunakan dalam
pengumpulan data adalah studi pustaka. Studi pustaka dilakukan dengan mencari
dan menelaah buku-buku yang berkaitan dengan judul pembahasan.
Dari studi pustaka yang dilakukan diperoleh berbagai aspek mengenai
inflasi, seperti: pengertian, jenis serta dampak, yang masing-masing dari aspek
tersebut dibahas dari dua segi yaitu konvensional dan Islam dengan pemaparan-
pemaparan serta pendapat-pendapat para pakar ekonom di bidang masing-
masing.
Pemaparan-peamparan dari dua segi yang berbeda merupakan salah satu
hal yang ditonjolkan dalam kajian ini. Hal ini bermaksud mencari sebuah solusi
dari permasalahan yang ada pada satu segi, yang mungkin dapat ditemukan pada
segi yang lain.
Kata Kunci: Inflasi dan Perspektif

A. Pendahuluan
Kenaikan harga makanan dan bahan bakunya di waktu Idul Fitri,
kenaikan harga tiket pesawat, tiket bus dan alat transportasi lainnya ketika
waktu iburan sekolah adalah hal yanng biasa terjadi. Namun setelah hari
tersebut harga berangsur turun pada tingkat semula.
2

Berbeda dengan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM),
kenaikan pada BBM ini memicu kenaikan harga pada hampir seluruh
produk, mulai dari kenaikan ongkos transportasi, makanan dan bahan
bakunya, hingga pakaian. Kenaikan pada produk tersebut, umumnya tidak
akan mengalami penurunan kembali (konstan).
Peristiwa naiknya harga BBM inilah yang disebut Penyebab iflasi,
karena naiknya harga pada produk, akan menjadi harga umum yang
menggantikan harga umum sebelumnya, dan harga umum yang baru ini
akan mengalami kenaikan lagi pada suatu periode tertentu meski dengan
sebab yang tidak sama.
Untuk mengetahui inflasi lebih jelas, makalah ini akan membahas
mengenai apa itu inflasi, bagimana penggolongan iflasi serta apa saja
dampak inflasi dalam perspektif konvensional dan perspektif Islam.

B. Definisi, Jenis, Dan Dampak Inflasi Dalam Perspektif Ekonomi
Konvensional.

1. Definisi Inflasi
Beberapa pakar ekonomi mengemukakan pendapatnya mengenai
definisi inflasi, berikut pendapat mereka secara personal mengenai
definisi inflasi:
a. Menurut Raharja dan Manarung (2004: 155) sebagaimana yang
dikutip oleh Nurul Huda dkk. (2009: 175)
Inflasi adalah kenaikan harga barang-barang secara umum
dan terus menerus.
b. Menurut Sukirno (2004: 333)
Inflasi adalah kenaikan dalam harga barang dan jasa, yang
terjadi karena permintaan bertambah lebih besar di bandingkan
dengan penawaran di pasar.
c. Menurut Ismail Nawawi
3

Inflasi adalah suatu proses kenaikan harga-harga yang
berlaku dalam suatu perekonomian.
1

Dari pendapat mereka dapat diperoleh definisi inflasi secara global.
Adapun definisi inflasi secara global adalah suatu proses
meningkatnya harga secara umum dan terus menerus (kontinu)
berkaitan dengan mekanisme pasar dapat disebabkan oleh beberapa
faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat atau adanya
ketidaklancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga
merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi
adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat
harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu
menunjukan inflasi. Inflasi dianggap terjadi jika proses kenaikan
harga berlangsung terus menerus dan saling mempengaruhi. Istilah
inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan
uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga.
2


2. Jenis-jenis Inflasi
Salah satu kajian yang paling menarik dalam materi inflasi yaitu
jenis-jenis mengenai inflasi. Adanya berbagai pendapat dari para pakar
ekonomi dengan berbagai pemaparannya yang tidak lain sebagai titik
terungkapnya masalah dan titik tolak menuju cara pengendalian inflasi
disinyalir sebagai daya tarik mengenai materi ini. Berikut pendapat
pakar ekonomi mengenai jenis-jenis inflasi.
a. Menurut Paul A. Samuelson (1992: 592)

1
Ismail Nawawi, Ekonomi Islam: Perspektif Teori, Sistem, dan Aspek Hukum, (Surabaya: CV. Putra
Media Kencana, 2009), hal. 20.

2
Makalah Inflasi dan Deflasi.
http://www.docstoc.com/docs/120915477/Makalah-Inflasi-dan-Deflasi
diakses tagggal 2 Desember 2013
4

Beliau mengemukakan pendapatnya bahwa inflasi seperti
sebuah penyakit yang dapat digolongkan menurut tingkat
keparahannya. Berikut jenis (penggolongan) inflasi berdasarkan
tingkat keparahannnya menurut Paul A. Samuelson.
Moderate Inflation
Karakteristiknya adalah kenaikan tingkat harga yang
lambat. Umumnya disebut sebagai inflasi satu digit. Pada
tingkat inflasi seperti ini orang-orang masih mau untuk
memegang uang dan menyimpan kekayaannya dalam bentuk
uang daripada dalam bentuk aset riil.
Galloping Inflation
Inflasi pada tingkat ini terjadi pada tingkatan 20% sampai
200% per tahun. Pada tingkat inflasi seperti ini orang hanya
mau memegang uang seperlunya saja, sedangkan kekayaan
disimpan dalam bentuk aset-aset riil. Orang akan menumpuk
barang-barang, membeli rumah dan tanah. Pasar uang akan
mengalami penyusutan dan pendapatan akan dialokasikan
melalui cara-cara selain dari tingkat bunga serta orang tidak
akan memberikan pinjaman kecuali pada tingkat yang sangat
tinggi. Banyak perekonomian yang mengalami tingkat inflasi
seperti ini tetap berhasil selamat walaupun sistem harganya
berlaku sangat buruk. Perekonomian seperti ini cenderung
mengakibatkan gangguan-gangguan besar pada perekonomian
karena orang-orang cenderung akan mengirimkan dananya
untuk berinvestasi di luar negeri daripada berinvestasi di dalam
negeri (capital outflow).
Hyper Inflation
Inflasi ini terjadi pada tingkatan yang sangat tinggi yaitu
jutaan sampai trilyunan persen per tahun. Walaupun sepertinya
banyak pemerintahan yang perekonomiannya dapat bertahan
menagalami galloping inflation, akan tetapi tidak akan ada
5

pemerintahan yang dapat bertahan menghadapi inflasi jenis
ketiga ini yang amat mematikan ini. Contohnya adalah
Weimar Republic di Jerman pada tahun 1920-an.
3

b. Menurut Adiwarman A. Karim
Jika Paul A. Samuelson menggolongkan inflasi pada tingkat
keparahannya, berbeda dengan Adiwarman A. Karim yang
menggolongkan inflasi berdasar pada penyebabnya.
Adapun penyebab-penyebab inflasi yang dikemukakan oleh
Adiwarman A. Karim antara lain:
Natural Inflation dan Human Error Inflation
Sesuai dengan namanya Natural Inflation adalah inflasi
yang terjadi karena sebab-sebab alamiah yang manusia tidak
mempuyai kekuasaan dalam mencegahnya. Human Error
Inflation adalah inflasi yang terjadi karena kesalahan-kesalahan
yang dilakukan oleh manusia sendiri.
Actual/Anticipated/Expected Inflation dan
Unanticipated/Unexpected Inflation
Pada Expected Inflation tingkat suku bunga pinjaman riil
akan sama dengan tingkat suku bunga pinjaman nominal
dikurangi inflasi atau secara notasi, r
e
t


R
t

e
t
sedangkan
pada Unexpected Inflation tingkat suku bunga pinjaman
nominal belum atau tidak merefleksikan kompensasi terhadap
efek inflasi.
Demand Pull dan Cosh Push Inflation
Demand Pull Inflation diakibatkan oleh perubahan-
perubahan yag terjadi pada sisi Permintaaan Agregatif (AD)
dari barang dan jasa pada suatu perekonomian. Cosh Push
Inflation adalah inflasi yang terjadi karena adanya perubahan-
perubahan pada sisi Penawaran Agregatif (AS) dari barang dan
jasa pada suatu perekonomian.

3
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 2013), hal. 137-138.
6

Spiralling Inflation
Inflasi jenis ini adalah inflasi yang diakibatkan oleh inflasi
yang terjadi sebelumnya itu terjadi yang mana inflasi yang
sebelumnya itu terjadi sebagai akibat dari inflasi yang terjadi
sebelumnya lagi dan begitu seterusnya.
Imported Inflation dan Domestic Inflation
Imported Inflation bisa dikatakan adalah inflasi di negara
lain yang ikut dialami oleh suatu negara karena harus menjadi
price taker dalam pasar perdagangan internasional. Domestic
Inflation bisa dikatakan inflasi yang hanya terjadi di dalam
negeri suatu negara yang tidak begitu mempengaruhi negara-
negara lainnya.
4

c. Menurut Sukirno (2004: 333) sebagaimana yang dikutip oleh Nurul
Huda dkk. (2009: 177)
Beliau mengemukakan pendapat bahwa berdasarkan pada
sumber atau penyebab kenaikan harga-harga yang berlaku, inflasi
biasanya dibedakan kedalam tiga bentuk, yaitu:
Inflasi tarikan permintaan
Inflasi ini biasanya terjadi pada masa perekonomian
berkembang pesat. Kesempatan kerja yang tinggi menciptakan
pendapatan yang tinggi dan selanjutnya menimbulkan
pengeluaran yang melebihi kemampuan ekonomi
mengeluarkan barang dan jasa. Pengeluaran yang berlebihan
ini yang akan menimbulkan inflasi.
Inflasi desakan biaya
Inflasi ini juga terjadi pada saat perekonomian berkembang
dengan pesat ketika tingkat pengangguran sangat rendah.
Inflasi diimpor

4
Ibid., hlm. 138-139
7

Inflasi ini terjadi apabila barang-barang impor yang
mengalami kenaikan harga mempunyai peranan yang penting
dalam kegiatan pengeluaran di perusahaan-parusahaan.
Contohnya kenaikan harga minyak.
Pendapat Sukirno ini sekaligus menguatkan pendapat dari
Adiwarman A.Karim dengan persamaan penggolongan inflasi
berdasar pada penyebabnya. Menelaah lebih jauh juga ditemukan
beberapa aspek yang sama dari penyebab inflasi yang
dikemukakan Sukirno dengan penyebab inflasi yang dikemukakan
oleh Adiwarman A. Karim. Berikut aspek atau poin-poin yang
sama antara penyebab inflasi yang dikemukakan Sukirno dengan
Adiwarman A. Karim.
Pendapat Sukirno
Pendapat Adiwarman A.
Karim
a. Inflasi tarikan
permintaan
a. Demand pull inflation
b. Inflasi desakan harga b. Cost push inflation
c. Inflasi impor c. Imported inflation

3. Dampak Inflasi
Inflasi atau kenaikan harga-harga yang tinggi dan terus menerus
telah menimbulkan beberapa dampak buruk kepada individu dan
masyarakat, para penabung, krediur/debitur dan produsen, atau pada
kegiatan perekonomian secara keseluruhan. Dampak inflasi terhadap
individu dan masyarakat menurut Pratham Rahardja dan Manurung
(2004: 169) sebagaimana yang dikutip oleh Nurul Huda dkk. (2009:
180) misalnya:
a. Menurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat
8

Inflasi menyebabkan daya beli masyarakat menjadi berkurang
atau malah semakin rendah, apalagi bagi orang yang
berpendapatan tetap, kenaikan upah tidak secepat kenaikan harga-
harga, maka inflasi ini akan menurunkan upah riil setiap individu
yang berpendapatan tetap.
b. Memperburuk distribusi pendapatan
Bagi masyarakat yang berpendapatan tetap akan menghadapi
kemerosotan nilai riil dari penndapatannya dan pemilik kekayaan
dalam bentuk uang akan mengalami penurunan juga. Akan tetapi,
bagi pemilik kekayaan tetap seperti tanah atau bangunan dapat
mempertahankan atau justru menambah nilai riil kekayaannya.
Dengan demikian inflasi akan menyebabkan pembagian
pendapatan diantara golongan yang berpendapatan tetap dengan
para pemilik kekayaan tetap akan semakin menjadi tidak merata.
Dampak lainnya dirasakan pula oleh para penabung, oleh kreditur
atau debitur, dan oleh produsen. Dampak inflasi bagi para penabung
ini menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata
uang semakin menurun. Tabungan memang mengahasilkan bunga,
tetapi jika inflasi diatas bunga, tetap saja nilai mata uang akan
menurun. Bila orang sudah enggan menabung, maka dunia usaha dan
investasi akan sulit untuk berkembang, karena berkembangnnya dunia
usaha membutuhkan dana dari masyarakat yang disimpann di bank.
Adapun dampak inflasi bagi debitur atau yang meminjamkan uang
kepada bank, inflasi ini justru menguntungkan karena pada saat
pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah
dibandingkan pada saat meminjam, tetapi sebaliknya bagi kreditur
atau pihak yang meminjamkan uang akan mengalami kerugian karena
nilai pengembalian uang lebih rendah dibandingkan pada saat
peminjaman. Begitu pun bagi produsen, inflasi bisa menguntungkan
bila pendapatan yang diperoleh lebih tinnggi daripada kenaikan biaya
9

produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan terdorong untuk
melipatgandakan produksinya. Namun, bila inflasi menyebabkan
naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan produsen,
maka produsen enggan untuk meneruskan produksinya.
Sedangkan dampak inflasi bagi perekonomian secara keseluruhan,
misalnya prospek ekonomi jangka panjang akan semakin memburuk,
inflasi mengganggu stabilitas ekonomi dengan merusak rencana
jangka panjang para pelaku ekonomi. Inflasi jika tida secara cepat
ditangani, maka akan susah untuk dikendalikan, inflasi cenderung
akan bertambah cepat. Dampak inflasi bagi perekonomian diantaranya
a. Investasi berkurang
b. Mendorong tingkat bunga
c. Mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif
d. Menimbulkan kegagalan pelaksanaan pembangunan
e. Menimbulkan ketidakpastian keadaan ekonomi dimasa yang akan
datang
f. Menyebabkan daya saing produk nasional berkurang
g. Menimbulkan defisit neraca pemmbayaran
h. Merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat dan
i. Meningkatnya jumlah pengangguran


C. Inflasi Dalam Perspektif Islam
Dalam Islam tidak dikenal dengan inflasi, karena mata uang yang
dipakai adalah dinar atau dirham, yang mana mempunyai nilai yang stabil
dan dibenarkan oleh Islam.
5
Jika menengok kembali pada masa
Rosulullah, defisit anggaranpun pernah terjadi tetapi hanya satu kali, yaitu

5
Nurul Huda dkk.,Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoretis, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2009) hal. 189.
10

sebelum Perang Hunain, itupun dibayar lunas setelah perang usai.
6
Jikalau
setelah masa Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin terjadi inflasi itupun
disebabkan karena kesalahan manusia (human error inflation) yang
mengabaikan hukum Allah SWT seperti korupsi, hal ini akan dijelaskan
lebih lanjut dalam inflasi dalam pandangan Al-Maqrizi.
7


1. Inflasi dalam pandangan Al-Maqrizi
Beliau menggolongkan infasi dalam dua golongan yaitu: Natural
Inflation dan Human Error Infaltion
Natural Inflation
Inflasi jenis ini diakibatkan oleh sebab-sebab alamiah,
dimana orang tidak mempuyai kendali atasnya (dalam hal
mencegah). Ibn- al-Maqrazi mengatakan bahwa inflasi ini
adalah inflasi yag diakibatkan oleh turunnya Penawaran
Agregatif (AS) atau naiknya Pemintaan Agregatif (AD).
Human Error Inflation
Human Error Inflation dikatakan sebagai inflasi yang
diakibatkan oleh manusia itu sendiri (sesuai dengan QS Ar-
Rum [30]: 41)
Human Error Infation dapat dikelompokan menurut
penyebab-penyebabnya sebagai berikut:
a. Korupsi dan Administrasi yang buruk (Corruption and Bad
Administration)
Korupsi dan Administrasi yang buruk menyebabkan
inefisiensi alokasi sumber daya dan ekonomi biaya tinnggi.

6
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Islam: Suatu Kajian Kotemporer, (Jakarta: Gema Insani Press,
2001), hal. 67.
7
Nama lengkap Taqiyuddin Abu Al Abbas bin Abdul Qadir al-Husaini (1364-1441M), lebih dikenal
dengan nama Taqiyuddin Ahmad bin Ali al-Maqrizi atau Al-Maqrizi karena keluarganya berasal
dari Maqarizah, sebuah kota yang terletak di kota Balabak. Beliau adalah seorang murid Ibnu
Khaldun yang terkemuka. Spesialisasi beliau adalah uang dan inflasi. Lihat Nur Chamid, Jejak
Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hal. 288 dan
Adiwarman A. Karim, loc.cit
11

Selain itu korupsi dan administrasi yang buruk apabila terus
dibiarkan akan mmenyebabkan kanker yang amat
membahayakan perekonomian yang akan membawa
perekonomian pada keterpurukkan spiralling inflation
dan atau hyper inflation.
b. Pajak yang berlebihan (Excessive Tax)
Efek yang ditimbulkan oleh pajak yang berlebihan pada
perekonomian hampir sama dengan efek yang ditimbulkan
oleh korupsi dan administrasi yaitu kontraksi pada kurva
Penawaran Agregatif (AD). Namun jika dilihat lebih jauh,
excessive tax tersebut menyebabkan apa yang dinamakan
oleh para ekonom dengan efficiency loss atau
deadweight loss.
8

c. Percetakan uang dengan maksud menarik keuntungan yang
berlebihan (Excessive Seignorage)
Seignorage arti tradisionalnya adalah keuntungan dari
pencetakan koin yang didapat oleh percetakannya di mana
biasanya percetakan-percetakan tersebut dimiliki oleh pihak
penguasa atau kerajaan. Tindakan seignorage ini juga salah
satu penyebab inflasi, menurut Milton Friedman, seorang
ekonom moneterist terkemuka, dikatakannya dengan:
inflation is always and everywhere a monetary
phenomenon. Para otoritas di negara-negara Barat
umumnnya meyakini bahwa percetakan uang akan
menghasilkan keuntungan bagi pemerintah (inflation tax).
9


8
Deadweight loss (kerugian bobot mati) adalah biaya untuk masyarakat yang diciptakan oleh
inefisiensi pasar. Terutama digunakan dalam ilmu ekonomi, kerugian bobot mati dapat
diterapkan untuk setiap kekurangan yang disebabkan oleh alokasi inefisiensi sumber daya.
Ceilling Price (seperti kontrol harga dan kontrol sewa), Floor Price (seperti upah minimum dan
upah hidup hukum) dan perpajakan semua mengatakan untuk menciptakan kerugian bobot
mati. Deadweight loss (kerugianb obot mati) terjadi ketika pasokan dan permintaan tidak dalam
keseimmbangan. Lihat http://www.investopedia.com/terms/d/deadweightloss.asp
di akses 27 Desember 2013
9
Adiwarman A. Karim, op.cit.,hlm. 140-150
12


2. Dampak Buruk Inflasi Pada Perekonomian
Menurut para ekonom Islam, inflasi sangat berdampak buruk bagi
perekonomian karena:
a. Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama terhadap
fungsi tabungan (niai simpan), fungsi dari pebayaran di muka,
dann fungsi dari unit perhitungan. Orang harus melepaskan diri
dari uang dan aset keuangan akibat dari beban inflasi tersebut.
Inflasi juga telah mengakibatkan inflasi kembali, atau dengan kata
lain self feeding inflation
b. Melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap menabung
dari masyarakat (turunnya Marginal Propensity to Save)
c. Meningkatkan kecendrungan untuk berbelanja terutama untuk
non-primer dan barang-barang mewah (naiknya Propensity to
Consume)
d. Mengarahkan investasi pada hal-hal yang non-produktif yaitu
penumpukan kekayaan (hoarding) seperti: tanah, bangunan, logam
mulia, mata uang asing dengan mengorbankan investasi ke arah
produktif seperti: pertanian, industrial, perdagangan, transportasi,
dan lainnya.
Selain itu, inflasi juga mengakibatkan masalah-masalah yang
berhubungan dengan akuntansi seperti:
a. Apakah penilaian terhadap aset tetap dan aset lancar dilakukan
metode biaya historis atau metode biaya aktual?
b. Pemeliharaan modal riil dengan melakukan isolasi keuntungan
inflasioner;
13

c. Inflasi menyebabkan dibutuhkannya koreksi dan rekonsiliasi
operasi (index) untuk mmendapatkan kebutuhan perbandingan
waktu dan tempat.
10



D. Kesimpulan dan Penutup
1. Beberapa pakar ekonom seperti yang tercantum diatas mengemukakan
pendapatnya tentang inflasi, tetapi dari sekian pendapat mereka tetap
memiliki inti yang sama yaitu kenaikan harga, yang membedakan
hanyalah variabel penyebab inflasi yang di ungkapkan oleh para
ekonom tersebut.
2. Dalam sub bab jenis-jenis inflasi disebutkan beberapa jenis inflasi oleh
para ekonom menurut penggolongannya, seperti:
a. Menurut Paul A. Samuelson yang menggolongkan inflasi
berdasarkan keparahannya, membagi jenis inflasi menjadi 3 (tiga)
macam yaitu Moderate Inflation, Galloping Inflation dan Hyper
Inflation.
b. Menurut Adiwarman A. Karim yang menggolongkan inflasi
berdasarkan penyebabnya, membagi inflasi menjadi 5 (lima)
macam yaitu,
Natural Iflation dan Human Error Inflation
Inflasi jenis ini diprakarsai pendapat oleh Al-Maqrizi
Actual/Anticipated/Expected Inflation dan
Unanticipated/Unexpected Inflation
Demand Pull dan Cosh Push Inflation
Spiralling Inflation
Imported Inflation dan Domestic Inflation

10
Ibid.,hlm. 139.
14

c. Menurut Sukirno (2004: 333) yang menggolongkan inflasi
bedasarkan pada sumber atau penyebab kenaikan harga-harga yang
berlaku, membedakan inflasi kedalam tiga bentuk;
Inflasi tarikan permintaan
Inflasi desakan biaya
Inflasi diimpor
3. Pratham Rahardja dan Manurung menyebutkan ada 2 (dua) dampak
inflasi dalam kaitannya dengan individu dan masyarakat
Menurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat
Inflasi akan menyebabkan berkurangnya daya beli
konsumen. Selain itu inflasi akan menyebabkan menurunnya
upah riil bagi setiap inndividu yang berpendapatan tetap.
Memperburuk tingkat pendapatan
Yang menyebabkan hal ini diantaranya: Inflasi
menyebabkan orang enggan menabung karena nilai mata uang
semakin menurun, bila orang sudah enggan maka dunia usaha
dan investasi sulit untuk berkembang. Inflasi menyebabkan
produsen mmengurangi bahkan menghentikan produksinya.
Inflasi mengganggu stabilitas ekonomi, dengan merusak
rencana jangka panjang para pelaku ekonomi. Adapun dampak
innflasi bagi perekonomian diantaranya: investasi berkurang,
mendorong tingkat bunga, mendorong penanaman modal yang
bersifat spekulatif, menimbulkan kegagalan pelaksanaan
pemmbangunan, menimbulkan ketidakpastian keadaan eknomi
dimasa yang akan datang, menyebabkan daya saing produk
nasional berkurang, menimbukan defisit neraca pembayaran,
merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat
serta meninngkatnya jumlah pengangguran.
4. Al-Maqrizi menggolongkan inflasi menjadi dua golongan yaitu
Natural Inflation dan Human Error Inflation. Natural Inflation
merupakan inflasi yang tidak tidak dapat dikendalikan. Inflasi ini
15

diakibatkan oleh turunnya Penawaran Agregaif dan naiknya
Permintaan Agregatif. Human Error Inflation adalah inflasi yang
disebabkan oleh kesalahan manusia. Human Error Inflation meliputi
tiga hal yaitu administrasi yang buruk dan korupsi, pajak yang
berlebihan dan percetakan uang dengan maksud menarik kentungan
yang berlebihan.
5. Pandangan para ekonom Islam dengan pandangan para ekonom
kovensional mengenai dampak inflasi memiliki inti yanng sama,
namun para ekonom Islam dapat menjelaskan secara lebih rinci dan
mendalam mengenai dampak tersebut, salah satu buktinya adalah
pengkajian dampak inflasi pada bidang akuntansi.














16

Anda mungkin juga menyukai