BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN INFLASI
a. Kebijakan Moneter
b. Kebijakan Fiskal
c. Kebijakan Lainnya
4. DAMPAK INFLASI
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
REFERENSI
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Banyak masalah ekonomi yang dihadapi oleh masyarakat salah satunya adalah inflasi. Suatu cara
untuk menghadapi masalah itu dibutuhkan peran pemerintah untuk membuat suatu kebijakan
ekonomi. Karena inflasi di ekonomi modern sangat memberatkan masyarakat, inflasi dapat
menyebabkan emahnya efisiensi dan produktifitas ekonomi investasi, kenaikan biaya modal, dan
ketidakjelasan ongkos serta pendapatan di masa yang akan datang. Pada setiap tahunnya otoritas
moneter selalu menargetkan dalam menjaga suatu tingkat inflasi dan juga senantiasa menargetkan
bahwa suatu angka dan tingkat inflasi harus diturunkan menjadi satu digit atau inflasi moderat.
Untuk mengatasi inflasi adalah dengan melakukan kebijakan-kebijkan, yaitu kebijakan moneter dan
kebijakan fiskal. Dimana inflasi adalah target utama pada kebijakan moneter. Inflasi sendiri
merupakan pengaruh yang besar pada kehidupan ekonomi,karena inflasi adalah masalah yang
banyak menarik perhatian ekonom, pemerintah, dan masyarakat umum. Beberapa teori,
pendekatan dan kebijakan banyak dikembangkan agar inflasi dapat dikendalikan.
2. Rumusan Masalah
e. Apa itu kebijakan moneter dan kebijakan fiskal dalam ekonomi islam?
3. Tujuan
e. Untuk mengetahui kebijakan moneter dan kebijakan fiskal dalam ekonomi islam.
BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN INFLASI
Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-
menerus (continue) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor,
antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu
konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi
barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu.
Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat
harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat
tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-
menerus dan saling pengaruh-memengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan
peningkatan persediaanuangyang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga.
b. Peningkatan harga dalam inflasi terjadi terus menerus (kontinu) bukan hanya sekali atau dua
kali saja dalam suatu waktu saja.
c. Berhubungan dengan pengertian tingkat harga umum, tidak terbatas pada beberapa
komoditas saja ataupun pada satu waktu saja.
Dapat dibahasakan dengan sederhana bahwa pengertian inflasi adalah jumlah barang yang kamu
beli dengan uang hari ini atau kedepannya tidak akan sama banyaknya dengan kemarin. Pengertian
Inflasi menurut Investopedia bahwa inflasi adalah rasio peningkatan tingkat harga umum terhadap
barang dan jasa dan kemudian daya beli yang menurun.
Pengertian Inflasi menurut Kamus Lengkap Webster’s New Universal (1983)bahwa inflasi
adalah peningkatan jumlah mata uang yang beredar yang mengakibatkan penurunan nila mata uang
yang tajam dan tiba tiba serta kenaikan harga: Hal ini dapat disebabkan oleh peningkatan jumlah
uang kertas yang dikeluarkan atau emas yang ditambang atau peningkatan pengeluaran relatif
seperti saat pasokan barang gagal memenuhi permintaan. Dalam pengertian inflasi ini dijelaskan
tentang apa itu inflasi akan tetapi diarahkan bahwa inflasi adalah sebuah sebab bukan sebuah
akibat. Hal ini terlihat dari sebab inflasi itu sendiri diindikasikan pertama kali sebagai terjadinya
kelebihan jumlah uang kertas yang beredar bukan kenaikan harga barang yang pertama.
Kamus Bahasa Inggris American Heritage edisi Ke-IV bahwa inflasi adalah peningkatan terus-
menerus di tingkat harga konsumen atau penurunan terus-menerus dalam daya beli uang,
disebabkan oleh peningkatan mata uang yang tersedia dan kredit di luar proporsi barang dan jasa
yang tersedia. Dalam pengertian inflasi ini inflasi didefinisikan sebagai sebuah akibat bukan sebagai
sebab.
Jenis jenis inflasi yang terjadi dapat dikelompokkan berdasarkan sifat, sebab terjadinya, dan
berdasarkan asalnya. Seperti di bawah ini :
Jenis jenis inflasi berdasarkan sifatnya terbagi menjadi empat kelompok utama yaitu inflasi sangat
tinggi, inflasi berat, inflasi menengah dan inflasi rendah. Seperti di bawah ini :
Pengertian inflasi rendah atau creeping inflation adalah inflasi yang besarnya kurang dari 10 %
tahun. Inflasi seperti ini terkesan dibutuhkan dalam perekonomian untuk mendorong produsen agar
memproduksi lebih banyak barang dan jasa.
Pengertian inflasi menengah adalah inflasi yang besarnya berkisar antara 10-30 % setiap tahun.
Inflasi menengah terjadi saat harga-harga barang dan jasa naik secara cepat dan besar. Dalam
perekonomian, inflasi ini disebut inflasi dua digit.
Pengertian inflasi berat atau high inflation adalah sebuah inflasi yang berada dalam kisaran 30-100%
setiap tahunnya.
Jenis jenis inflasi berdasarkan sebabnya dapat dibagi menjadi tiga yaitu demand pull inflation, cost
pull inflation dan bottle neck inflation. Seperti di bawah ini :
Pengertian Demand pull inflation adalah inflasi yang terjadi akibat pengaruh permintaan (demand)
yang tidak diimbangi dengan peningkatan jumlah penawaran produksi. Hal ini mengakibatkan
kenaikan harga barang sesuai dengan hukum permintaan yaitu apabila permintaan tinggi sedangkan
penawaran tetap maka harga akan naik.Apabila hal tersebut berlangsung terus menerus, akan
terjadi inflasi berkepanjangan.
Pengertian cost inflation adalah inflasi yang disebabkan oleh kenaikan biaya produksi yang
disebabkan oleh kenaikan biaya input atau biaya faktor produksi.
Pengertian bottle neck inflasi adalah inflasi yang disebabkan oleh faktor penawaran atau faktor
permintaan.
Jenis jenis inflasi berdasarkan asalnya dapat dibagi menjadi dua yaitu inflasi domestik dan inflasi
diimpor atau imported inflasi, seperti di bawah ini:
1. Inflasi Domestik
Pengertian inflasi domestik adalah inflasi yang terjadi akibat adanya defisit dalam pembiayaan dan
belanja negara yang terlihat pada anggaran belanja negara (APBN).
2. Inflasi diimpor
Pengertian inflasi diimpor adalah inflasi yang berasal dari luar negeri yang timbul karena negara
negara yang menjadi mitra dagang negara tertentu mengalami inflasi yang tinggi. Kenaikan harga
harga di luar negeri yang menjadi mitra dagang utama yang secara langsung ataupun tidak langsung
akan menaikkan biaya produksi dalam negeri. Kenaikan ini akan menaikkan harga harga barang.
Mengingat pentingnya mengatasi masalah inflasi, maka perlu penanganan yang serius dalam
pengerjaannya. Untuk mengatasi hal tersebut, hal pertama yang harus dilakukan adalah mengetahui
penyebab terjadinya inflasi agar jalan untuk mengatasinya dapat diketahui. Beberapa ahli ekonomi
sepakat bahwa inflasi tidak hanya berhubungan dengan jumlah uang yang beredar, akan tetapi juga
berhubungan dengan jumlah barang dan jasa yang tersedia di masyarakat. Oleh sebab itu, untuk
mengatasi masalah inflasi dibutuhkan kebijakan yang tepat. Kebijakan yang bisa diambil untuk
mengatasi masalah inflasi ada tiga yaitu kebijakan moneter, kebijakan fiskal, dan kebijakan lainnya.
a. Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah segala bentuk kebijakan yang diambil pemerintah di bidang moneter
(keuangan) yang tujuannya untuk menjaga kestabilan moneter agar dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Kebijakan moneter meliputi.
Bank sentral dapat mengambil kebijakan untuk mengurangi uang yang beredar dengan jalan
menetapkan persediaan uang yang beredar dan menetapkan persediaan uang kas pada bank-bank.
Dengan mengurangi jumlah uang beredar, inflasi dapat ditekan.
Kebijakan Diskonto
Untuk mengatasi inflasi, bank sentral dapat menerapkan kebijakan diskonto dengan cara
meningkatkan nilai suku bunga. Tujuannya adalah agar masyarakat terdorong untuk menabung.
Dengan demikian, diharapkan jumlah uang yang beredar dapat berkurang sehingga tingkat inflasi
dapat ditekan.
b. Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal adalah langkah untuk memengaruhi penerimaan dan pengeluaran pemerintah.
Kebijakan itu dapat memengaruhi tingkat inflasi. Kebijakan fiskal antara lain sebagai berikut.
Pemerintah dapat menekan inflasi dengan cara mengurangi pengeluaran, sehingga permintaan akan
barang dan jasa berkurang yang pada akhirnya dapat menurunkan harga.
Untuk menekan inflasi, pemerintah dapat menaikkan tarif pajak. Naiknya tarif pajak untuk rumah
tangga dan perusahaan akan mengurangi tingkat konsumsi. Pengurangan tingkat konsumsi dapat
mengurangi permintaan barang dan jasa, sehingga harga dapat turun.
c. Kebijakan Lainnya
Untuk memperbaiki dampak yang diakibatkan inflasi, pemerintah menerapkan kebijakan moneter
dan kebijakan fiskal. Tetapi selain kebijakan moneter dan fiskal, pemerintah masih mempunyai cara
lain. Cara lain dalam mengendalikan inflasi adalah sebagai berikut.
Untuk menambah jumlah barang, pemerintah dapat mengeluarkan perintah untuk meningkatkan
produksi. Hal itu dapat ditempuh dengan memberi premi atau subsidi pada perusahaan yang dapat
memenuhi target tertentu. Selain itu, untuk menambah jumlah barang yang beredar, pemerintah
juga dapat melonggarkan keran impor. Misalnya, dengan menurunkan bea masuk barang impor.
Penetapan harga tersebut akan mengendalikan harga yang ada sehingga inflasi dapat dikendalikan.
Tetapi penetapan itu harus realistis. Kalau penetapan itu tidak realistis, dapat berakibat terjadi pasar
gelap (black market).
4. DAMPAK INFLASI
Sayangnya tetap ada dampak negatif yang ditimbulkannya inflasi diantaranya adalah inflasi dapat
merugikan masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, alasannya apabila jumlah uang penghasilan
tetap tersebut jika ditukarkan dengan barang maka hanya mendapatkan sedikit.
Sebelum inflasi orang yang menerima pendapatan 100 ribu dapat membeli 100 kg beras seharga
1000 per KG. Karena inflasi maka beras yang harganya semula 1000 per kg menjadi 1250 per kg.
Akhirnya kini 100 ribu hanya dapat 80 kg yang semula 100 kg.
Dapat kita simpulkan bahwasanya ada penurunan nilai tukar sebesar 20 kg (100 kg dikurangi 80 kg).
Sebaliknya orang yang berutang beruntung karena dia membayar dengan harga beda sebelumnya.
Anggaplah ada petani mempunyai utang ke orang 100 ribu. Sebelum inflasi petani harus menjual
beras 100 kg untuk bisa lunasi utangnya. Akan tetapi karena inflasi terjadi sesudahnya, maka harga
beras naik menjadi 1250 rupiah per kg. Maka petani tersebut untung karena dia cukup menjual 80 kg
untuk membayar utangnya tersebut sebesar 100 ribu.
Pada keadaan inflasi, daya saing untuk barang ekspor berkurang, penyebabnya dikarenakan harga
barang ekspor mahal dari waktu ke waktu. Inflasi dapat menyulitkan para eksportir dan negara.
Negara mengalami kerugian karena daya saing barang ekspor berkurang, yang mengakibatkan
jumlah penjualan berkurang. Devisa negara yang diperoleh juga semakin kecil.
Pada masa inflasi, laju inflasi menyebabkan berkurangnya pendapatan riil para penabung akibat
hanya sedikitnya berkurangnya jumlah bunga yang diterima. Misalnya bulan januari tahun 2006
seseorang menyetor uangnya ke bank dalam bentuk deposito 1 tahun.
Deposito tersebut menghasilkan bunga sebesar misalnya 15 % pertahun. Apabila tingkat inflasi
sepanjang januari 2006 – januari 2007 cukup tinggi, katakanlah 11% maka pendapatan dari uang
yang didepositokan tinggal 4% minat orang untuk menabung akan berkurang.
Keadaan inflasi menyebabkan penghitungan untuk menetapkan harga pokok dapat terlalu kecil atau
bahkan terlalu besar. Oleh karena persentase dari inflasi tidak teratur, kita dapat memastikan
berapa persen inflasi untuk masa tertentu. Akibatnya penetapan harga pokok dan harga jual sering
tidak tetap. Keadaan inflasi ini dapat mengacaukan perekonomian terutama untuk produsen.
a. Volatile Foods
Kategori yang tergolong dalam volatile foods ialah harga-harga barang yang ter-refleksi dari Indeks
Harga Konsumen (IHK). Untuk saat ini IHK meliputi 7 kategori yang terdiri dari, yaitu:
d. Sandang
e. Kesehatan
Jadi, apabila terjadi kenaikan harga terhadap ketujuh kategori di atas, maka komponen volatile foods
akan bergerak naik dan memicu laju inflasi dalam negeri.
Kenaikan harga bahan makanan ini juga dikenal dengan istilah Agflasi atau Agriculture Inflation, ialah
inflasi yang disebabkan oleh naiknya harga-harga pada produk pertanian.
b. Administered Price
Adapun untuk administered price, terdapat beberapa contoh yang sering terjadi di Indonesia, seperti
kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.
Oleh sebab itu, ketika harga BBM bersubsidi harganya dinaikkan oleh pemerintah, maka akan
memicu inflasi di dalam negeri.
Namun, saat ini masyarakat nampaknya sudah mulai menyesuaikan diri terhadap kebutuhannya dan
beradaptasi dengan kenaikkan BBM itu sendiri sehingga kenaikan inflasi akibat BBM cenderung
berangsur turun.
Maka, inflasi yang terjadi pada bulan-bulan berikutnya cenderung menjadi lebih rendah
dibandingkan pada bulan pertama dan kedua diterapkannya harga baru untuk BBM bersubsidi.
Di samping itu, contoh lain misalnya juga terjadi ketika ada kebijakan pemerintah untuk menaikkan
tarif dasar listrik, maupun kenaikkan tarif tol, biasanya akan juga memicu terjadinya inflasi.
c. Core Inflation
Berikutnya yaitu core inflation atau disebut juga dengan underflying inflation merupakan inflasi yang
cenderung tetap dalam setiap pergerakan laju inflasinya. Inflasi ini cenderung mampu dipengaruhi
atau dikendalikan oleh Bank Sentral atau BI karena pada umumnya bersifat demand pull inflation
atau terjadi karena naiknya permintaan pada momen tertentu.
Artinya, bila inflasi inti cenderung naik, maka daya beli masyarakat juga akan turun dikarenakan
kenaikan suku bunga acuan, sehingga inflasi akan mereda dengan sendirinya secara keseluruhan.
d. Imported Inflation
Laju inflasi yang terjadi pada komponen ini cenderung dipengaruhi oleh kebutuhan masyarakat
terhadap barang-barang impor yang semakin banyak.
Kebijakan stabilitas nilai tukar rupiah merupakan cara cepat yang biasa dilakukan dalam menangani
inflasi jenis ini. Menguatnya nilai tukar rupiah akan menekan laju imported inflation seperti yang
pernah terjadi pada tahun 2011 lalu.
Namun juga terjadi sebaliknya apabila rupiah mengalami depresiasi, maka tingkat inflasi pada
barang-barang impor juga berpotensi menalami kenaikan.
Faktor lainnya yang juga sangat penting dalam mempengaruhi tingginya inflasi di dalam negeri ialah
kondisi geografis Indonesia yang merupakan Negara kepulauan. Dibandingkan Negara lain di
kawasan Asia, inflasi Indonesia cenderung tinggi.
Sebab, kondisi geografis Indonesia yang berupa Negara kepulauan ini mengakibatkan munculnya
tambahan ongkos transportasi (distribusi) antar pulau yang biasanya juga mempengaruhi tingginya
harga jual barang-barang, khususnya untuk daerah-daerah yang terletak di wilayah Indonesia timur.
Dari uraian singkat di atas, tentunya kita sudah dapat melihat dan mengetahui tentang faktor apa
saja yang menjadi penyebab inflasi di Indonesia.
Namun, perlu juga diketahui bahwa adanya inflasi merupakan hal yang baik untuk kondisi
perekonomian suatu Negara dibandingkan bila terjadi deflasi.
Sebab, adanya inflasi terutama yang dipicu oleh demand pull inflation adalah sebagai indikasi
tingginya permintaan yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Maka, di setiap Negara pun biasanya memiliki kebijakan terhadap target laju inflasi yang masih
dianggap nyaman dan membuktikan terjadinya pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
6. KEBIJAKAN MONETER DAN FISKAL DALAM PERSPEKTIF ISLAM
Umer Capra menyebutkan tujuan utama dan fungsi kebijakan moneter dalam kerangka ekonomi
yang Islami adalah untuk mencapai :
Kesejehtaraan ekonomi yang diperluas dengan kesempatan kerja penuh dan laju pertumbuhan
ekonomi yang optimal.
Keadilan sosial ekonomi dan distribusi kekayaan, serta pendapatan yang merata.
Stabilitas nilai mata uang untuk memungkinkan alat tukar sebagai suatu unit yang dapat diandalkan,
standar yang adil bagi pembayaran masa depan, serta penyimpanan nilai yang stabil.
Mobilitas dana tabungan – investasi untuk pembangunan ekonomi dalam suatu cara yang adil
sehingga pengembalian keuntungan dapat dijamin bagi semua pihak yang bersangkutan.
Memberikan semua bentuk pelayanan yang efektif yang secara normal diharapkam dari sistem
perbankan.
Penghapusan bunga dan penerapan LPS dalam sistem moneter dalam islam akam membawa
implikasi yang fundamental terhadap instrumen kebijakan yang digunakan.
Kebijakan Moneter adalah kebijakan yang digunakan untuk mengontrol jumlah uang yang beredar
oleh Bank Sentral. Tujuan kebijakan moneter adalah memelihara kestabilan nilai uang secara
internal maupun eksternal. Stabilitas nilai uang mencerminkan stabilitas harga yang mempengaruhi
realisasi tujuan pembangunan suatu Negara, seperti pemenuhan kebutuhan dasar, pemerataan
distribusi, perluasan kesempatan kerja, pertumbuhan ekonomi riil yang optimum dan stabilitas
ekonomi.
Tujuan kebijakan moneter islam tidak berbeda dengan tujuan kebijakan moneter konvensional yaitu
menjaga stabilitas, sehingga pertumbuhan ekonomi yang merata yang diharapkan dapat tercapai.
Stabilitas dalam nilai uang tidak terlepas dari tujuan ketulusan dan keterbukaan dalam berhubungan
dengan manusia.
b. Instrument Kebijakan Moneter Islam
Adapun instrumen moneter syariah adalah hukum syariah. Hampir semua instrumen moneter
pelaksanaan kebijakan moneter konvensional maupun surat berharga yang menjadi underlying-nya
mengandung unsur bunga. Oleh karena itu instrumen-instrumen konvensional yang mengandung
unsur bunga (bank rates, discount rate, open market operation dengan sekuritas bunga yang
ditetapkan didepan) tidak dapat digunakan pada pelaksanaan kebijakan moneter berbasis Islam.
Tetapi sejumlah instrumen kebijakan moneter konvensional menurut sejumlah pakar ekonomi Islam
masih dapat digunakan untuk mengontrol uang dan kredit, seperti Reserve Requirement, overall and
selecting credit ceiling, moral suasion and change in monetary base.
Dalam ekonomi Islam, tidak ada sistem bunga sehingga bank sentral tidak dapat menerapkan
kebijakan discount rate tersebut. Bank Sentral Islam memerlukan instrumen yang bebas bunga
untuk mengontrol kebijakan ekonomi moneter dalam ekonomi Islam. Dalam hal ini, terdapat
beberapa instrumen bebas bunga yang dapat digunakan oleh bank sentral untuk meningkatkan atau
menurunkan uang beredar. Penghapusan sistem bunga, tidak menghambat untuk mengontrol
jumlah uang beredar dalam ekonomi.
Secara mendasar, terdapat beberapa instrumen kebijakan moneter dalam ekonomi Islam, antara
lain:
Kebijakan Dorongan Moral (Moral Suasion) : kebijakan yang berisikan sebuah pengumuman kepada
seluruh bank umum untuk mengajak atau melarang untuk memberikan pinjaman tabungan ataupun
pinjaman tabungan.
Lending ratio : kebijakan untuk memberikan pinjaman, Lending Ratio dalam hal ini yang artinya
Qardhul Hasan (pinjaman kebaikan). Profit Sharing : Ratio bagi untung yang harus ditentukan
sebelum memulai bisnis. Bank Sentral menggunakan kebijakan dalam kebijakan moneter. Dimana
ketika bank sentral menaikan jumlah uang yang beredar, maka keuntungan untuk nasabah juga ikut
meningkat
Islamic Sukuk : pemerintah mengeluarkan obligasi, dimana ketika inflasi pemerintah akan
mengeluarka sukuk lebih banya agar uang yang beredar tereduksi. Jadi sukuk berguna untuk
mengurangi atau menambah uang yang beredar
Reserve Ratio : Adalah suatu presentase tertentu dari simpanan bank yang harus dipegang oleh bank
sentral, misalnya 5 %. Jika bank sentral ingin mengontrol jumlah uang beredar, dapat menaikkan
Reserve Ratio misalnya dari 5 persen menjadi 20 % yang dampaknya sisa uang yang ada pada
komersial bank menjadi lebih sedikit, begitu sebaliknya.
Refinance Ratio: Adalah sejumlah proporsi dari pinjaman bebas bunga. Ketika refinance ratio
meningkat, pembiayaan yang diberikan meningkat, dan ketika refinance ratio turun, bank komersial
harus hati-hati karena mereka tidak di dorong untuk memberikan pinjaman.
Penjualan atau pembelian sertipikat bank sentral dalam kerangka komersial, disebut sebagai
Treasury Bills. Instrumen ini dikeluarkan oleh Menteri Keuangan dan dijual oleh bank sentral kepada
broker dalam jumlah besar, dalam jangka pendek dan berbunga meskipun kecil. Treasury Bills ini
tidak bisa di terima dalam Islam, maka sebagai penggantinya diterbitkan pemerintah dengan sistem
bebas bunga, yang disebut GIC (Government Instrument Certificate).
Instrument yang di perlukan dalam kebijakan moneter Islam diharapkan tidak hanya akan
membantu mengatur penawaran uang seirama terhadap permintaan rill terhadap uang, tetapi juga
memenuhi kebutuhan untuk membiyayai defisit pemerintah yang benar-benar rill dan mencapai
sasaran sosioekonomi masyarakat Islam lainnya. Terdapat sejumlah elemen untuk mengatur hal ini
diantaranya (chapra, 2000):
Pembatas kredit
Instrumen factory (anjak piutang) yang baru populer tahun 1980-an telah dikenal dengan nama al-
hiwalah, hanya bedanya al-hiwalah tidak menggunakan instrumen bunga.
a. Peranan moneter relatif lebih terbatas dalam ekonomi Islam dibanding dalam ekonomi
konvensioanal yang tidak bebas bunga.
b. Dalam ekonomi Islam, pemerintah harus memungut zakat dari setiap muslim yang memiliki
kekayaan melebihi jumlah tertentu (nisab) dan digunakan untuk tujuan-tujuan sebagaimana
tercantum dalam QS Al-Taubah: 60.
c. Ada perbedaaan substansial antara ekonomi Islam dan non-Islam dalam peranan pengelolaan
utang publik. Hal ini karena utang dalam Islam adalah bebas bunga, sebagian besar pengeluaran
pemerintah dibiayai dari pajak atau berdasarkan atas bagi hasil. Dengan demikian, ukuran utang
publik jauh lebih sedikit dalam ekonomi Islam dibanding ekonomi konvensioanal (Istanto, 2013: 1).
Menurut Metwally, setidaknya ada 3 tujuan yang hendak dicapai kebijakan fiskal dalam ekonomi
islam.
a. Islam mendirikan tingkat kesetaraan ekonomi dan demokrasi yang lebih tinggi, ada prinsip
bahwa “ kekayaan seharusnya tidak boleh hanya beredar di antara orang-orang kaya saja. “ Prinsip
ini menegaskan bahwa setiap anggota masyarakat seharusnya dapat memperoleh akses yang sama
terhadap kekayaan melalui kerja keras dan usaha yang jujur.
b. Islam melarang pembayaran bunga dalam berbagai bentuk pinjaman. Hal ini berarti bahwa
ekonomi Islam tidak dapat memanipulasi tingkat suku bunga untuk mencapai keseimbangan
(equiblirium) dalam pasar uang (yaitu anatara penawaran dan permintaan terhadap uang). Dengan
demikian, pemerintahan harus menemukan alat alternatif untuk mencapai equilibrium ini.
c. Ekonomi Islam mempunyai komitmen untuk membantu ekonomi masyarakat yang kurang
berkembang dan untuk menyebarkan pesan dan ajaran Islam seluas mungkin. Oleh karena itu,
sebagaian dari pengeluaran pemerintah seharusnya digunakan untuk berbagai aktivitas yang
mempromosikan Islam dan meningkatkan kesejahtaraan muslim di negara-negara yang kurang
berkembang (Istanto, 2013: 1).
Jika melihat praktek kebijakan fiskal yang pernah diterapakn oleh Rasulullahndan Khulafaurrasyidin,
maka kebijakan fiskal dalam ekonomi Islam dapat dibagi dalam 3 hal, yaitu:
1) Zakat, yaitu salah satu dari dasar ketetapan Islam yang menjadi sumber utama pendapatan di
dalam suatu pemerintahan Islam pada periode klasik.
2) Ushr, yaitu bea impor yang dikenakan kepada semua pedagang dimana pembayarannya hanya
sekali dalam satu tahun dan hanya berlaku terhadap barang yang nilainya lebih dari 200 dirham.
Yang menarik dari kebijakan Rasulullah adalah dengan menghapuskan semua bea impor dengan
tujuan agar perdagangan lancar dan arus ekonomi dalam perdangan cepat mengalir sehingga
perekonomian di negara yang beliau pimpin menjadi lancar. Beliau mengatakan bahwa barang-
barang milik utusan dibebaskan dari bea impor di wilayah muslim, bila sebelumya telah terjadi tukar
menukar barang.
3) Wakaf adalah harta benda yang didedikasikan kepada umat Islam yang disebabkan karena
Allah SWT dan pendapatannya akan didepositokan di baitul maal.
4) Amwal Fadhla berasal dari harta benda kaum muslimin yang meninggal tanpa ahli waris, atau
berasal dari barang-barang seorang muslim yang meninggalkan negerinya.
5) Nawaib yaitu pajak yang jumlahnya cukup besar yang dibebankan kepada kaum muslimin yang
kaya dalam rangka menutupi pengeluaran negara selama masa darurat dan ini pernah terjadi pada
masa perang tabuk.
6) Khumus adalah harta karun/temuan. Khumus sudah berlaku pada periode sebelum Islam.
7) Kafarat adalah denda atas kesalahan yang dilakukan seorang muslim pada acara keagamaan
seperti berburu di musim haji. Kafarat juga biasa terjadi pada orang-orang muslim yang tidak
sanggup melaksanakan kewajiban seperti seorang yang sedang hamil dan tidak memungkin jika
melaksanakan puasa maka dikenai kafarat sebagai penggantinya (Sirojuddin, 2013: 1).
1) Jizyah (tribute capitis/ pajak kekayaan) adalah pajak yang dibayarkan oleh orang non muslim
khususnya ahli kitab sebagai jaminan perlindungan jiwa, properti, ibadah, bebas dari nilai-nilai dan
tidak wajib militer.
2) Kharaj (tribute soil/pajak, upeti atas tanah) adalah pajak tanah yang dipungut dari kaum
nonmuslim ketika khaibar ditaklukkan. Tanahnya diambil alih oleh orang muslim dan pemilik
lamanya menawarkan untuk mengolah tanah tersebut sebagai pengganti sewa tanah dan bersedia
memberikan sebagian hasil produksi kepada negara. Prosedur yang sama juga diterapkan di daerah
lain. Kharaj ini menjadi sumber pendapatan yang penting.
3) ‘Ushr adalah bea impor yang dikenakan kepada semua pedagang, dibayar hanya sekali dalam
setahun dan hanya berlaku terhadap barang yang nilainya lebih dari 200 dirham (Sirojuddin, 2013:
1).
c. Kebijakan Pengeluaran
Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-
pengurus zakat, para Mu'allaf yang dibujuk hatinya,untuk (memerdekaan) budak, orang yang
berhutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu
ketetapan yang diwajibkan Allah; Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Biajaksana. (QS. 9:60)
Orang-orang yang berhak menerima harta zakat ini terkenal dengan sebutan delapan ashnaf.
Delapan asnab ini langsung mendapat rekomendasi dari Allah S.W.T sehingga tidak ada yang bisa
membatahnya. Ini artinya kreteria dalam al-Qur;an terhadap orang-orang yang berhak mendapatkan
atas kekayaan negara lebih rinci dibandingkan dengan kreteria yang tetapkan oleh pemerintah kita
yang secara umum di-inklud-kan kepada orang-orang miskin saja (Sirojuddin, 2013: 1).
Kebijakan moneter dan kebijakan fiskal merupakan kebijakan yang menjadi alat dalam
perencanaan ekonomi di Indonesia agar dapat mengendalikan perekonomian makro. Kedua kebijkan
tersebut berhubungan erat dengan empat sector yaitu sector rumanh tangga, sector perusahaan
sector pemerintah dan sector internasional yang memiliki interaksi masing-masing dalam upaya
menciptakan pendapatan serta pengeluaran pemerintah. Yang mempengaruhi kebijakan fiskal ialah
pengeluaran serta pajak sedangkan yang mempengaruhi kebijakan moneter diantaranya GDP, inflasi,
kurs, dan suku bunga.
Kebijakan fiskal berdampak pada perekonomian dengan penerimaan Negara serta pengeluaran
Negara, sedangkan kebijakan moneter akan berdampak pada pasar uang dan pasar suat berharga,
pasar uang serta pasar surat berharga akan menentukan tinggi rendahnya tingkat bunga, dan tingkat
bunga akan mempengaruhi tingkat agregat. Kebijakan fiskal akan berpengaruh terhadap permintaan
serta penawaran agregat, yang pada giliran permintaan dan penawaran agregat itu akan
menentukan keadaan di pasar barang serta jasa.
Kondisi di pasar barang serta jasa ini akan menentukan tingkat harga dan kesempatan
kerja akan menentukan tingkat pendapatan serta tingkat upah yang diharapkan. Keduanya akan
memiliki umpan balik yaitu pendapatan akan memberikan umpan balik terhadap permintaan
agregat serta upah harapan memiliki umpan balik terhadap penawaran agregat serta pasar uang dan
surat berharga
Dalam perjalanan perekonomian tentu tidak lepas dari berbagai masalah karena perekonomian
memiliki peran vital dalam kelangsungan hidup manusia atau menyangkut hajat hidup banyak orang.
Ada beberapa permasalahan seputar perekonomian antara lain inflasi dan deflasi. Dua istilah ini
mungkin sudah sering kita dengarkan baik dari media cetak, elektronik, face to face dan lain
sebagainya. Untuk inflasi diartikan sebagai suatu kondisi dimana semua harga mengalami kenaikan
karena ada permasalahan di beberapa aspek, bisa jadi karena bahan baku yang meningkat,
banyaknya saingan, dan lain sebagainya. Sedangkan untuk deflasi akan kita bahan bersama pada
artikel kali ini.
Tentu bukan hal yang asing bagi kita tentang deflasi, yakni kondisi dimana harga-harga secara
keseluruhan jatuh atau menurun dan nilai uang yang beredar di sekitar masyarakat bertambah.
Mudahnya deflasi merupakan kondisi kebalikan dari inflasi.
Di sisi lain deflasi juga diartikan sebagai kondisi dimana jumlah permintaan terhadap uang naik
dengan signifikan sehingga jumlah uang yang beredar di masyarakat membludak. Dengan adanya
kondisi deflasi ini maka perjalanan ekonomi suatu negara akan terganggu. Tentu kurang lengkap
ketika kita tidak mengetahui lebih dalam tentang deflasi, kita perlu tahu tentang penyebab
terjadinya deflasi, dampak yang diberikan oleh deflasi itu sendiri, dan cara mengatasi deflasi ini agar
kondisi perekonomian tetap stabil.
Deflasi bisa terjadi karena disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :
Penyebab pertama adalah minimnya jumlah uang yang beredar di masyarakat. Hal ini terjadi karena
banyak orang yang tergiur akan hasil yang besar atau bunga yang tinggi dari Bank, untuk itulah
mereka mengambil peluang tersebut dengan cara menabungkannya ke dalam Bank.