EKONOMI MAKRO
DOSEN PENGAMPU :
DISUSUN OLEH :
DANDA
2210223037
AGRI B
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2023
A. PENGERTIAN INFLASI
Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus
(kontinu) yang berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh
berbagaifaktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di
pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya
ketidak lancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses
menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan
tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu
menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap
terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-
mempengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan
uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Ada banyak cara untuk
mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah CPI dan GDP Deflator.
Inflasi dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu inflasi ringan, sedang, berat, dan
hiperinflasi. Inflasi ringan terjadi apabila kenaikan harga berada di bawah angka 10%
setahun; inflasi sedang antara 10%—30% setahun; berat antara 30%—100% setahun; dan
hiperinflasi atau inflasi tak terkendali terjadi apabila kenaikan harga berada di atas
100%setahun.
Inflasi merupakan permasalahan ekonomi yang dapat terjadi, baik di negara maju ataupun
di negara berkembang seper ti Indonesia. Dinamika dan perkembangan ekonomi yang
berdampak pada peningkatan permintaan akan barang dan jasa pada kapasitas perekonomian
yang terbatas merupakan salah satu penyebab terjadinya inflasi. Inflasi merupakan kondisi
kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus-menerus. “umum” berar ti kenaikan
harga tidak hanya terjadi pada satu jenis barang saja, tapi kenaikan harga itu meliputi
kelompok barang yang dikonsumsi oleh masyarakat, terlebih lagi kenaikan itu akan
mempengaruhi harga barang lain di pasar. Terus-menerus berar ti bahwa kenaikan harga
terjadi tidak sesaat saja, misalnya kenaikan harga barang menjelang hari raya. Kenaikan
harga pada kondisi ter tentu tidak menjadi permasalahan karena harga akan kembali normal.
Jenis barang yang digolongkan untuk perhitungan inflasi, diantaranya adalah harga barang
kelompok makanan, kelompok perumahan, dan kelompok pakaian.
Jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu perekonomian ditunjukan oleh
kurva AS. Mula-mula Jumlah permintaan barang dan jasa jasa yang dihasilkan
tersebut ditunjukkan oleh kurva permintaan AD, sehingga di pasar terjadi harga
keseimbangan awal (P1) dan jumlah keseimbangan awal (Q1). Karena kapasitas
perekonomian tidak mampu menghasilkan barang dan jasa melebihi penawaran awal
AS dan di sisi lain permintaan meningkat menjadi AD’, maka harga akan naik dari P1
menjadi P2. Kenaikan permintaan inilah yang menyebabkan terjadinya kenaikan
harga, sehingga menyebabkan terjadinya inflasi dari sisi permintaan. Kenaikan
permintaan ini dapat diakibatkan oleh per tambahan jumlah penduduk maupun
semakin ber tambahnya jenis dan jumlah kebutuhan masyarakat.
Bila semua kelompok tersebut bersinergi menjalankan perilakunya, maka yag terjadi
adalah inflationary gap. Inflationary gap adalah permintaan efektif dari seluruh kelompok
masyarakat, pada harga berlaku, melebihi jumlah barang yang mampu dihasilkan oleh
perekonomian. Selain itu, tuntutan kenaikan upah juga akan berakibat pada kenaikan
biaya produksi. Kenaikan biaya produksi ini juga dapat mendorong terjadinya inflasi.
L : indeks Laspeyres
Pn : indeks harga barang tahun perhitungan
P0 : harga barang dan jasa tahun dasar (base year)
Q0 : jumlah barang dan jasa pada tahun dasar
Tahun dasar merupakan tahun basis yang digunakan sebagai dasar perhitungan perubahan
harga, yang biasanya diberi nilai 100. Pada tahun berikutnya, apabila indeksnya lebih besar
dari 100 berarti terjadi kenaikan harga, sebaliknya apabila nilainya kurang dari 100 berarti
terjadi penurunan harga. Penentuan tahun dasar haruslah memiliki alasan yang sangat
rasional karena digunakan sebagai tahun dasar perhitungan. Inflasi diukur dengan
menghitung perubahan tingkat persentase perubahan sebuah indeks harga. Indeks harga
tersebut di antaranya:
a. Indeks harga konsumen (IHK) atau consumer price index (CPI), adalah indeks yang
mengukur harga rata-rata dari barang ter tentu yang dibeli oleh konsumen.
b. Indeks biaya hidup atau cost-of-living index (COLI).
c. Indeks harga produsen adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang-
barang yang dibutuhkan produsen untuk melakukan proses produksi. IHP sering
digunakan untuk meramalkan tingkat IHK di masa depan karena perubahan harga
bahan baku meningkatkan biaya produksi, yang kemudian akan meningkatkan harga
barang-barang konsumsi.
d. Indeks harga komoditas adalah indeks yang mengukur harga dari komoditas-
komoditas ter tentu.
e. Indeks harga barang-barang modal
f. Deflator PDB menunjukkan besarnya perubahan harga dari semua barang baru,
barang produksi lokal, barang jadi, dan jasa.
IHK = (Pn/Po)x100%
Laju Inflasi tahun n = (IHKn-IHK(n-1) )(1/IHK(n-1)) x 100%
D. DAMPAK INFLASI
Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif tergantung parah atau tidaknya
inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat
mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat
orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam
masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan
perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak
bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga
meningkat dengan cepat.
Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum
buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka
menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu. Bagi masyarakat yang memiliki
pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan. Kita ambil contoh seorang pensiunan pegawai
negeri tahun 1990. Pada tahun 1990, uang pensiunnya cukup untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya, namun di tahun 2003- atau tiga belas tahun kemudian, daya beli uangnya mungkin
hanya tinggal setengah. Artinya, uang pensiunnya tidak lagi cukup untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Sebaliknya, orang yang mengandalkan pendapatan berdasarkan
keuntungan, seperti misalnya pengusaha, tidak dirugikan dengan adanya inflasi. Begitu juga
halnya dengan pegawai yang bekerja di perusahaan dengan gaji mengikuti tingkat inflasi.
Inflasi juga menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata uang semakin
menurun. Memang, tabungan menghasilkan bunga, namun jika tingkat inflasi di atas bunga,
nilai uang tetap saja menurun. Bila orang enggan menabung, dunia usaha dan investasi akan
sulit berkembang. Karena, untuk berkembang dunia usaha membutuhkan dana dari bank yang
diperoleh dari tabungan masyarakat. Bagi orang yang meminjam uang dari bank (debitur),
inflasi menguntungkan, karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih
rendah dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak yang
meminjamkan uang akan mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian lebih rendah
jika dibandingkan pada saat peminjaman.
Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi
daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan terdorong untuk
melipatgandakan produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha besar). Namun, bila inflasi
menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan produsen, maka
produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen bisa menghentikan produksinya
untuk sementara waktu. Bahkan, bila tidak sanggup mengikuti laju inflasi, usaha produsen
tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya terjadi pada pengusaha kecil). Secara umum,
inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong kenaikan
suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan
pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, deficit neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat
kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.
1. Kebijakan Moneter
Sasaran kebijakan moneter dicapai melalui pengaturan jumlah uang beredar. Bank
Sentral dapat mengatur uang giral melalui peralatan moneter yaitu: (1) Pelaksanaan
Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation) dimana pengendalian jumlah uang
beredar oleh Bank Sentral dengan cara menjual atau membeli suratsurat berharga. Untuk
meningkatkan jumlah uang beredar, Bank Sentral menjual surat-surat berharga.
Sedangkan untuk menurunkan jumlah uang beredar, Bank Sentral membeli surat-surat
berharga; (2) Penetapan Tingkat Diskonto (Discount Rate Policy) yang merupakan
tingkat bunga yang ditetapkan Bank Sentral sebagai pinjaman yang diberikan kepada
Bank Umum; (3) Penetapan Rasio Cadangan Wajib Minimum (Reserve Requirement)
yaitu proporsi cadangan minimum yang harus dipegang Bank umum atas simpanan
masyarakat yang dimiliki. Untuk menekan laju inflasi cadangan minimum ini dinaikkan
sehingga jumlah uang menjadi lebih kecil.
2. Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal menyangkut pengaturan tentang pengeluaran pemerintahserta
perpajakan yang secara langsung dapat mempengaruhi permintaan total dan dengan
demikian akan mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui penurunan permintaan
total. Kebijakan fiskal yang berupa pengurangan pengeluaran pemerintah serta kenaikan
pajak akan dapat mengurangi permintaan total, sehingga inflasi dapat ditekan.
3. Kebijakan yang Berkaitan dengan Output
Kenaikan output dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah output inidapat
dicapai misalnya dengan kebijaksanaan penurunan bea masuk sehingga impor cenderung
meningkat. Bertambahnya jumlah barang dalam negeri cenderung menurunkan harga.
4. Kebijakan Penentuan Harga dan Indexing
Ini dilakukan dengan penentuan harga, serta didasarkan pada indeks harga tertentu
untuk gaji ataupun upah (gaji/upah secara riil tetap). Kalau indeks harga naik,gaji atu
upah juga dinaikkan.
F. CONTOH SOAL
1. Diketahui:
Diperoleh nilai IHK tahun 2018 adalah 123,62 dan IHK tahun 2017 adalah 118,71,
maka untuk mengetahui besarnya laju inflasi tahun 2018
Ditanyakan:
Hitunglah laju inflasi tahun 2018!
Jawab:
Sebelum menghitung laju inflasi, terlebih dahulu kita harus mengetahui bagaimana
konsep penentuan nilai IHK yang dihasilkan oleh BPS. Nilai IHK merupakan
perbandingan harga antara harga saat ini dengan harga sebelumnya, dan periode ini bisa
dihitung berdasarkan bulan maupun tahun.
IHK = (Pn/Po)x100%
Laju Inflasi tahun n = (IHKn-IHK(n-1) )(1/IHK(n-1)) x 100%
2. Diketahui:
Harga beras pada tahun dasar adalah Rp2.500/kg dan jumlah yang dibeli rata-rata per
bulan 50 kg. Harga beras pada tahun pencatatan adalah Rp3.000/kg,
Ditanya:
Hitunglah indeks harga komoditi beras tersebut.
Jawab:
Dengan menggunakan angka indeks Laspeyres:
3.000 𝑥 50
maka diperoleh: 𝐿 = 2.500 𝑥 50 𝑥100%
Dari hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa sejak tahun dasar harga
beras mengalami kenaikan 20 persen atau (120 – 100).
3. Perhitungan AD-AS
DAFTAR PUSTAKA
Dr. H. Sugiyanto dan Putri Anggun Romadhina,S.E.,M.E. 2020. PENGANTAR ILMU
EKONOMI MIKRO DAN MAKRO. YPSIM. Banten.
D.r. Suparmono, M.Si. 2018. PENGANTAR EKONOMI MAKRO. UPP STIM YKPN.
Yogyakarta.