Anda di halaman 1dari 29

Nama : Muhammad Arya Crisnanda

NIM : 02011381924472
Kelas :B
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya Kampus Bukit 2019

Inflasi

Inflasi adalah suatu keadaan perekonomian di suatu negara dimana terjadi kecenderungan kenaikan harga-
harga barang dan jasa secara umum dalam waktu yang panjang (kontinu) disebabkan karena tidak
seimbangnya arus uang dan barang. Kenaikan harga yang sifatnya sementara tidak termasuk dalam
inflasi, misalnya kenaikan harga-harga menjelang hari raya Idul Fitri. Pada umumnya inflasi terjadi ketika
jumlah uang yang beredar di masyarakat lebih banyak daripada yang dibutuhkan.

Inflasi adalah gejala ekonomi yang tidak mungkin dihilangkan secara tuntas. Berbagai upaya yang
dilakukan biasanya hanya sebatas pengendalian inflasi saja.

Penyebab Inflasi

Menurut pengertian yang sudah dibahas di atas, tentu saja inflasi tidak terjadi begitu saja. Ada beberapa
faktor yang memengaruhi terjadinya inflasi. Secara umum, penyebab inflasi adalah karena terjadinya
kenaikan permintaan dan biaya produksi. Secara rincinya, berikut adalah beberapa penyebab inflasi:

Meningkatnya Permintaan (Demand Pull Inflation)


Inflasi yang terjadi disebabkan karena peningkatan permintaan untuk jenis barang/jasa tertentu. Dalam hal
ini, peningkatan permintaan jenis barang/jasa tersebut terjadi secara menyeluruh (agregat demand).
Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya:

 Meningkatnya belanja pemerintah


 Meningkatnya permintaan barang untuk diekspor
 Meningkatnya permintaan barang untuk swasta

Meningkatnya Biaya Produksi (Cost Pull Inflation)


Inflasi yang terjadi karena meningkatnya biaya produksi. Adapun peningkatan biaya produksi disebabkan
oleh kenaikan harga bahan-bahan baku, misalnya:

 Harga bahan bakar naik


 Upah buruh naik

Tingginya Peredaran Uang


Inflasi yang terjadi karena uang yang beredar di masyarakat lebih banyak dibanding yang dibutuhkan.
Ketika jumlah barang tetap, sedangkan uang yang beredar meningkat dua kali lipat, maka bisa terjadi
kenaikan harga-harga hingga 100%.

Jenis-Jenis Inflasi

Bukan hanya faktor-faktor penyebabnya saja yang berbeda-beda, inflasi pun ada beragam jenisnya.
Utamanya, jenis-jenis inflasi dapat dibagi berdasarkan 3 hal, yakni tingkat keparahan, penyebab dan
sumbernya. Berikut ini kita lihat pembagian secara detilnya:

Jenis Inflasi Berdasarkan Tingkat Keparahannya


Berdasarkan tingkat keparahannya, inflasi dibagi menjadi 4 yaitu:

 Inflasi Ringan, yaitu inflasi yang mudah untuk dikendalikan dan belum begitu menganggu
perekonomian suatu negara. Terjadi kenaikan harga barang/jasa secara umum, yaitu di bawah 10% per
tahun dan dapat dikendalikan.
 Inflasi Sedang, yaitu inflasi yang dapat menurunkan tingkat kesejahteraan masyarakat
berpenghasilan tetap, namun belum membahayakan aktivitas perekonomian suatu negara. Inflasi ini
berada di kisaran 10% – 30% per tahun.
 Inflasi Berat, yaitu inflasi yang mengakibatkan kekacauan perekonomian di suatu negara. Pada
kondisi ini umumnya masyarakat lebih memilih menyimpan barang dan tidak mau menabung karena
bunganya jauh lebih rendah ketimbang nilai inflasi. Inflasi ini berada di kisaran 30% – 100% per tahun.
 Inflasi Sangat Berat (Hyperinflation), yaitu inflasi yang telah mengacaukan perekonomian
suatu negara dan sangat sulit untuk dikendalikan meskipun dilakukan kebijakan moneter dan fiskal.
Inflasi ini berada di kisaran 100% ke atas per tahun.

Jenis Inflasi Berdasarkan Penyebabnya


Berdasarkan penyebabnya, inflasi dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:

 Demand pull inflation, yaitu inflasi yang terjadi karena permintaan akan barang/ jasa lebih tinggi
dari yang bisa dipenuhi oleh produsen.
 Cost push inflation, yaitu inflasi yang terjadi karena terjadi kenaikan biaya produksi sehingga
harga penawaran barang naik.
 Bottle neck inflation, yaitu inflasi campuran yang disebabkan oleh faktor penawaran atau faktor
permintaan.

Jenis Inflasi Berdasarkan Sumbernya


Berdasarkan sumbernya, inflasi dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:

 Domestic inflation, yaitu inflasi yang bersumber dari dalam negeri. Inflasi ini terjadi karena
jumlah uang di masyarakat lebih banyak daripada yang dibutuhkan. Inflasi jenis ini juga dapat terjadi
ketika jumlah barang/ jasa tertentu berkurang sedangkan permintaan tetap sehingga harga-harga naik.
 Imported inflation, yaitu inflasi yang bersumber dari luar negeri. Inflasi ini terjadi pada negara
yang melakukan perdagangan bebas dimana ada kenaikan harga di luar negeri. Contoh, Indonesia
melakukan impor barang modal dari negara lain. Ternyata harga barang-barang modal di negara tersebut
naik, kenaikan harga tersebut berdampak bagi Indonesia sehingga mengakibatkan inflasi.
Hal ini bisa terjadi ketika pemerintah menerapkan sistem anggaran defisit, dimana kekurangan anggaran
tersebut diatasi dengan mencetak uang baru. Namun, hal tersebut membuat jumlah uang yang beredar di
masyarakat semakin bertambah dan mengakibatkan inflasi.

Dampak Inflasi

Mengingat pengertian inflasi yang sudah kita bahas di atas, kondisi ekonomi seperti ini tentu memiliki
dampak positif dan negatif bagi suatu negara—maupun rakyatnya. Dampak-dampak ini dapat kita lihat
melalui beberapa aspek kehidupan masyarakat. Berikut adalah beberapa dampak inflasi secara umum:

Dampak Inflasi Terhadap Pendapatan


Inflasi dapat memberikan dampak positif dan negatif terhadap pendapatan masyarakat. Pada kondisi
tertentu, misalnya inflasi lunak, justru akan mendorong para pengusaha untuk memperluas produksi
sehingga meningkatkan perekonomian. Namun, inflasi akan berdampak buruk bagi mereka yang
berpenghasilan tetap karena nilai uangnya tetap, sedangkan harga barang/ jasa naik.

Dampak Inflasi Terhadap Ekspor


Kemampuan ekspor suatu negara akan berkurang ketika mengalami inflasi, karena biaya ekspor akan
lebih mahal. Selain itu, daya saing barang ekspor juga mengalami penurunan, yang pada akhirnya
pendapatan dari devisa pun berkurang.

Dampak Inflasi Terhadap Minat Menabung


Seperti yang telah disebutkan pada pengertian inflasi di atas, pada kondisi inflasi, minat menabung
sebagian besar orang akan berkurang. Alasannya, karena pendapatan dari bunga tabungan jauh lebih
kecil, sedangkan penabung harus membayar biaya administrasi tabungannya.

Dampak Inflasi Terhadap Kalkulasi Harga Pokok


Kondisi inflasi akan mengakibatkan perhitungan penetapan harga pokok menjadi sulit, karena bisa
menjadi terlalu kecil atau terlalu besar. Persentase inflasi yang terjadi di masa depan seringkali tidak
dapat diprediksi dengan akurat.

Hal ini kemudian akan membuat proses penetapan harga pokok dan harga jual menjadi tidak akurat. Pada
kondisi tertentu, inflasi akan membuat para produsen kesulitan dan mengakibatkan kekacauan
perekonomian.
Teori Inflasi

Inflasi kerap terjadi secara tiba-tiba, tanpa peringatan apa pun. Tidak heran jika fenomena ini sering
membuat khalayak publik kebingungan dan ingin mengetahui apa penyebabnya. Untuk itu, terdapat 3
teori inflasi yang digunakan, yakni:

Teori Kuantitas
Seperti yang disebutkan pada pengertian inflasi di atas, semakin banyak uang yang beredar maka harga-
harga akan naik.

Teori Keynes
Menurut Teori Keynes, inflasi bisa terjadi ketika suatu golongan masyarakat ingin hidup melebihi batas
kemampuan ekonominya, dengan membeli barang dan jasa secara berlebihan. Sesuai hukum ekonomi,
semakin banyak permintaan sedangkan penawaran tetap, maka harga-harga akan naik.

Teori Struktural
Inflasi juga dapat terjadi ketika produsen tidak bisa mengantisipasi dengan cepat terjadinya kenaikan
permintaan akibat pertambahan penduduk

Cara Mengatasi Inflasi

Karena terjadi secara alamiah, inflasi bukanlah fenomena ekonomi yang dapat dihindari, hanya dapat
diatasi. Untuk melakukan hal ini, perlu penanganan yang serius dalam pengerjaannya. Cara-cara yang
dapat diambil adalah dengan memberlakukan kebijakan-kebijakan tertentu. Kebijakan yang bisa diambil
untuk mengatasi masalah inflasi adalah:

Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal adalah langkah mengatasi inflasi untuk memengaruhi penerimaan dan pengeluaran
pemerintah, yang memiliki beberapa keuntungan antara lain:

Menghemat Pengeluaran Pemerintah

Untuk mengurangi permintaan akan barang dan jasa yang dapat menurunkan harga, pemerintah harus
menekan inflasi dengan cara mengurangi pengeluaran. Cara mengatasi inflasi tersebut terbukti efektif
untuk mengatasi inflasi.
Menaikkan Tarif Pajak
Jika tarif pajak untuk rumah tangga dan perusahaan dinaikkan, hal ini dapat mengurangi tingkat
konsumsi, sehingga harga dapat turun.

Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter bertujuan menjaga kestabilan moneter, agar dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Berikut adalah beberapa cara untuk mencapai hal tersebut:

Kebijakan Penetapan Persediaan Kas

Dengan mengurangi jumlah uang beredar, inflasi dapat ditekan. Bank sentral dapat mengambil keputusan
untuk mengurangi uang yang beredar dengan jalan menetapkan persediaan uang yang beredar dan
menetapkan persediaan uang kas pada bank-bank.

Kebijakan Diskonto

Meningkatkan nilai suku bunga, agar masyarakat bersemangat untuk menabung.

Kebijakan Operasi Pasar Terbuka

Mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara menjual surat-surat berharga.

Kebijakan Lainnya

Di samping kedua jenis kebijakan di atas, ada pula kebijakan-kebijakan lain yang dapat ditetapkan oleh
pemerintah untuk mengendalikan atau mengatasi inflasi, yakni:

Meningkatkan Produksi & Menambah Jumlah Barang di Pasar

Pemerintah dapat melonggarkan keran impor dengan cara menurunkan bea masuk barang impor,
seperti membuka keran import beras.

Menetapkan Harga Maksimum untuk Beberapa Jenis Barang

Penetapan harga tersebut akan mengendalikan harga yang ada, sehingga inflasi dapat dikendalikan. Tetapi
harus realistis. Kalau tidak, akan menjadi pasar gelap (black market).
Neraca Pembayaran

Pengertian Neraca Pembayaran


Neraca pembayaran adalah suatu neraca pembukuan yang menggambarkan nilai suatu jenis transaksi
keuangan atau ekonomi yang dilaksanakan oleh suatu negara dengan negara lain didalam rentang waktu
satu tahun yang diwujudkan dalam bentuk uang.

Pengertian lain dari neraca pembayaran yaitu suatu pandangan yang ringkas tentang suatu transaksi-
transaksi antara penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain dalam jangka waktu tertentu yang
umumnya adalah satu tahun.

Dalam neraca pembayaran terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian passiva dan aktiva. Bagian passiva
atau debet (-) mencatat transaksi-transaksi yang menjadikan negara melakukan pembayaran kepada
negara lain.
Sedangkan pada bagian aktiva atau kredit (+) mencatat transaksi-transaksi yang menjadikan negara
menerima pembayaran dari negara lain.

Pada umumnya neraca pembayaran dibagi atas negara transaksi berjalan (yang terdiri dari neraca
perdagangan, neraca jasa, dan transfer payment dan neraca lalu lintas modal dan finansial, dan item
finansial.

Transaksi neraca pembayaran bisa dibedakan menjadi dua macam transaksi, yaitu:

 Transaksi debit: Adalah transaksi yang menjadikan mengalirnya arus uang (devisa) dari dalam
negeri ke luar negeri.
 Transaksi kredit: Adalah transaksi yang menjadikan mengalirnya arus uang (devisa) dari luar
negeri ke dalam negeri.

Komponen-Komponen Neraca Pembayaran


Neraca pembayaran dapat dibagi menjadi lima neraca bagian yang saling berkaitan, yaitu sebagai berikut:

1. Neraca Perdagangan (Balance of Trade)


Neraca perdagangan yaitu berisi daftar atau neraca yang berisi perbandingan antara besarnya
jumlah eksport dengan jumlah impor suatu negara dalam jangka waktu satu tahun. Apabila nilai
ekspor lebih tinggi dari impor maka negara mengalami surplus dalam neraca perdagangan. Tetapi
jika nilai ekspor lebih turun atau lebih kecil dari nilai impor maka negara mengalami defisit
dalam neraca perdagangan. Neraca perdagangan surplus disebut juga dengan neraca perdaganan
aktif. Lalu neraca perdagangan difisit disebut juga dengan neraca perdagangan pasif.

2. Neraca Jasa
Neraca jasa adalah suatu neraca yang mencatat jasa yang diselenggarakan dan ditermia sebuah
negara terhadap negara lain selama jangka waktu satu tahun. Contohnya jasa pengangkutan,
asuansi, pariwisata, jasa perdagangan dan jasa perbankan.

3. Neraca Hasil Modal


Neraca hasil modal adalah suatu neraca yang menulis seluruh pembayaran dan penerimaan
bunga, deviden, upah tenaga kerja asing, dan juga hadiah-hadian yang berasal dari luar negeri.

4. Neraca Lalu Lintas Moneter (Monetery Account)


Neraca lalu litas moneter adalah neraca yang menulis dan memperlihatkan perkembangan atau
perubahan cadangan divisa sebuah negara. Cadangan yang dimaksud adalah terdiri dari emas dan
devisa.

Macam-Macam Neraca Pembayaran


Adapun macam-macam atau jenis-jenis dari neraca pembayaran adalah sebagai berikut:

 Neraca Pembayaran Defisit


Neraca pembayaran defisit yakni neraca pembayaran yang menggambarkan jumlah transaksi
pembayaran luar negeri (transaksi debet) lebih besar daripada transaksi penerimaan yang asalnya
dari luar negeri (transaksi kredit).
 Neraca Pembayaran Surplus
Neraca pembayaran surplus adalah neraca pembayaran yang menggambarkan transaksi debet
lebih kecil.
 Neraca Pembayaran Seimbang
Adalah neraca pembayaran yang menggambarkan transaksi debet sama dengan transaksi kredit.

Fungsi Neraca Pembayaran


Fungsi dari neraca pembayaran sangat dibutuhkan oleh suatu negara untuk itu perlu dibuat. Berikut ini
adalah fungsi neraca pembayaran sebagai berikut:

 Suatu alat pembukuan agar pemerintah dapat mengambil keputusan yang tepat, tentang jumlah
barang dan jasa yang seharusnya keluar atau masuk dalam batas wilayah suatu negara dan juga
untuk memperoleh suatu keterangan-keterangan tentang anggaran alat-alat pembayaran dari luar
negara.
 Suatu alat untuk mengukur keadaan ekonomi yang berhubungan dengan perdagangan
internasional dari suatu negara. Sebagai alat untuk menunjukkan gambaran pengaruh transaksi
luar negeri terhadap pendapatan nasional negara yang bersangkutan.
 Mempunyai fungsi untuk memperoleh informasi secara detail berhubungan dengan perdagangan
luar negeri
 Memiliki fungsi pembanding pos-pos dalam neraca pembayaran negara tersebut dengan negara
tertentu
 Memiliki fungsi untuk mengambil kebijakan moneter yang akan dilakukan oleh suatu negara.

Kesenjangan Pendapatan

Definisi Kesenjangan Pendapatan


Ketimpangan pendapatan yang terjadi di Indonesia sangat terlihat jelas, dari istilah yang kayak
semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Hal ini sangat berdampak pada pendapatan tersebut tidak
cukup hanya bicara mengenai subsidi modal terhadap kelompok miskin maupun peningkatan pendidikan
( ketrampilan ) tenaga kerja di Indonesia. Lebih penting dari itu ,persoalan yang terjadinya sesungguhnya
adalah akibat kebijakan pembangunan ekonomi yang kurang tepat dan bersifat struktural. Maksudnya
kebijakan masa lalu yang begitu menyokong sektor industri dengan mengorbankan sektor lainnya patut
direvisi karena telah mendorong munculnya ketimpangan sektoral yang berujung kepada kesenjangan
pendapatan. Dari perspektif ini agenda mendesak bagi Indonesia adalah memikirkan kembali secara
serius model pembangunan ekonomi yang secara serius model pembangunan ekonomi yang secara
serentak bisa memajukan semua sektor dengan melibatkan seluruh rakyat sebagai partisipan. Sebagian
besar ekonom meyakini bahwa strategi pembangunan itu adalah modernisasi pertanian dengan melibatkan
sektor industri sebagai unit pengolahnya.
Ketimpangan atau kesenjangan pendapatan adalah menggambarkan distribusi pendapatan
masyarakat di suatu daerah atau wilayah pada waktu tertentu. Kaitan kemiskinan dengan ketimpangan
pendapatan ada beberapa pola yaitu :
a)      Semua anggota masyarakat mempunyai income tinggi ( tak ada miskin) tetapi ketimpangan
pendapatannya tinggi.
b)      Semua anggota masyarakat mempunyai income tinggi ( tak ada miskin) tetapi ketimpangan
pendapatannya rendah ( ini yang paling baik).
c)      Semua anggota masyarakat mempunyai income rendah ( semuanya miskin) tetapi ketimpangan
pendapatannya tinggi.
d)     Semua anggota masyarakat mempunyai income yang rendah (semuanya miskin) tetapi ketimpangan
pendapatannya rendah.
e)      Tingkat income masyaraka bervariasi ( sebagian miskin,sebagian tidak miskin)tetapi ketimpangan
pendapatannya tinggi.
f)       Tingkat income masyarakat bervariasi (sebagian miskin, sebagian tidak miskin)tetapi ketimpangan 
pendapatannya rendah.

2.2 Masalah Dasar

           Di Indonesia pada awal pemerintahan Orde Baru, pemerintah menetapkan kebijaksanaan
pembangunan yang disebut dengan “TRICKLE DOWN EFFECTS” yaitu bagaimana mencapai laju
pertumbuhan ekonomi yang tinggi dalam suatu periode yang relatif singkat. Pembangunan ekonomi
nasional dimulai dari Pulau Jawa (khususnya jawa Barat), dengan alasan bahwa di Pulau Jawa sudah
tersedia infrastruktur, dengan harapan bahwa hasil-hasil pembangunan itu akan menetes ke sektor dan
wilayah lain di Indonesia. Akan tetapi sejarah menunjukkan bahwa setelah 10 tahun berlalu sejak Pelita I
(1969) ternyata efek tersebut tidak tepat. Perekonomian Indonesia pada 2010 tumbuh 6,1 persen,
melampaui target 5,8 persen. Nilai produk domestik bruto naik dari Rp 5.603,9 triliun pada 2009 menjadi
Rp 6.422,9 triliun tahun lalu. Namun, pertumbuhan ekonomi ini menimbulkan kesenjangan di
masyarakat. Pengamat ekonomi mengatakan, kelompok masyarakat yang sangat kaya masih menjadi
penyokong utama pertumbuhan ekonomi melalui konsumsi rumah tangga mereka.  Hal ini sangat jelas
bahwa orang yang sangat kaya memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia.
Pengentasan kesenjangan pendapatan  tetap merupakan salah satu masalah yang paling mendesak
di  Indonesia. Jumlah penduduk Indonesia yang hidup dengan penghasilan kurang dari AS$2-per hari
hampir sama dengan jumlah total penduduk yang hidup dengan penghasilan kurang dari AS$2- per hari
dari semua negara di kawasan Asia Timur kecuali Cina. Komitmen pemerintah untuk mengentaskan
kemiskinan tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2005-2009 yang disusun
berdasarkan Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan (SNPK).  Di samping turut menandatangani
Tujuan Pembangunan Milenium (atau Millennium Development Goals) untuk tahun 2015, dalam RPJM-
nya pemerintah telah menyusun tujuan-tujuan pokok dalam pengentasan kemiskinan untuk tahun 2009,
termasuk target ambisius untuk mengurangi angka kemiskinan dari 18,2 persen pada tahun 2002 menjadi
8,2 persen pada tahun 2009.  Walaupun angka kesenjangan pendapatan nasional mendekati kondisi
sebelum krisis, hal ini tetap berarti bahwa sekitar 40  juta orang saat  ini hidup di bawah garis kemiskinan.
Lagi pula, walaupun Indonesia sekarang merupakan negara berpenghasilan menengah, proporsi penduduk
yang hidup dengan penghasilan kurang dari AS$2-per hari sama dengan negara-negara berpenghasilan
rendah di kawasan ini, misalnya Vietnam.
Ada  tiga ciri yang menonjol dari kesenjangan pendapatan di  Indonesia.
1.      Banyak  rumah  tangga   yang berada di sekitar garis kemiskinan nasional, yang setara dengan PPP
AS$1,55-per hari, sehingga banyak penduduk yang meskipun tergolong tidak miskin tetapi rentan
terhadap kemiskinan.
2.      Ukuran kemiskinan didasarkan pada pendapatan, sehingga tidak menggambarkan batas kemiskinan
yang sebenarnya. Banyak orang yang mungkin tidak tergolong  (miskin dari segi pendapatan) dapat
dikategorikan sebagai miskin atas dasar kurangnya akses terhadap pelayanan dasar serta rendahnya
indikator-indikator pembangunan  manusia.
3.      Perbedaan antar daerah merupakan ciri mendasar dari kemiskinan di Indonesia.
Banyak penduduk Indonesia rentan terhadap kemiskinan. Angka kemiskinan nasional
sejumlah besar penduduk yang hidup sedikit saja di atas garis kemiskinan nasional. Hampir 42 persen
dari seluruh rakyat.
Kemiskinan  dari  segi  non-pendapatan  adalah  masalah  yang  lebih  serius  dibandingkan  dari
kemiskinan dari segi pendapatan. Bidang-bidang khusus yang patut diwaspadai adalah:
·    Angka gizi buruk (malnutrisi) yang tinggi dan bahkan meningkat pada tahun-tahun terakhir: seperempat
anak di bawah usia lima tahun menderita gizi buruk di  Indonesia,  dengan angka gizi buruk tetap sama
dalam tahun- tahun terakhir kendati telah terjadi penurunan angka kemiskinan.
·    Kesehatan ibu yang jauh lebih buruk dibandingkan dengan negara-negara di kawasan yang sama, angka
kematian ibu di Indonesia adalah 307 (untuk 100.000 kelahiran hidup), tiga kali lebih besar dari Vietnam
dan enam kali lebih besar dari Cina dan Malaysia hanya sekitar 72 persen persalinan dibantu oleh bidan
terlatih.
·    Lemahnya  hasil  pendidikan. Angka melanjutkan  dari  sekolah  dasar  ke  sekolah menengah masih 
rendah, khususnya di antara penduduk miskin: di antara kelompok umur 16-18 tahun pada kuintil
termiskin, hanya 55 persen yang lulus SMP, sedangkan angka untuk kuintil terkaya adalah 89 persen
untuk kohor yang sama.
·    Rendahnya akses  terhadap air bersih, khususnya di antara penduduk miskin.   Untuk kuintil paling 
rendah, hanya 48 persen yang memiliki akses air bersih di daerah pedesaan, sedangkan untuk perkotaan,
78 persen.
·    Akses terhadap sanitasi merupakan masalah sangat penting.  Delapan puluh persen  penduduk miskin di
pedesaan dan 59 persen penduduk miskin di perkotaan tidak memiliki akses terhadap tangki septik,
sementara itu hanya kurang dari satu persen dari seluruh penduduk  Indonesia yang  terlayani oleh saluran
pembuangan kotoran berpipa.
Perbedaan antar daerah yang besar di bidang kemiskinan. Keragaman antar daerah merupakan
ciri khas Indonesia, di antaranya tercerminkan dengan adanya perbedaan antara daerah pedesaan dan
perkotaan. Di pedesaan, terdapat sekitar 57 persen dari orang miskin di Indonesia yang juga seringkali
tidak memiliki akses terhadap pelayanan infrastruktur dasar hanya sekitar 50 persen masyarakat miskin di
pedesaan mempunyai akses terhadap sumber air bersih, dibandingkan dengan 80 persen bagi masyarakat
miskin di perkotaan.  Tetapi yang penting, dengan melintasi kepulauan Indonesia yang sangat luas, akan
ditemui perbedaan dalam kantong-kantong kemiskinan di dalam daerah itu sendiri.
Studi-studi mengenai distribusi pendapatan di Indonesia pada umumnya menggunakan data BPS
mengenai pengeluaran konsumsi rumah tangga dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas).
Demikian pula pengertian pendapatan yang artinya pembayaran yang di dapat karena bekerja atau
menjual jasa tidak sama dengan pengertian kekayaan. Kekayaan seseorang bisa jauh lebih besar dari pada
pendapatannya.
Boleh dikatakan bahwa baru sejak akhir 1970-an pemerintah Indonesia ulai memperlihatkan
kesungguhan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sejak saat itu aspek pemerataan
dalam trilogi pembangunan semakin di tekankan dan ini diidentifikasikan dalam delapan jalur
pemerataan, sudah banyak program-program dari pemerintah pusat hingga saat ini mencerminkan upaya
tersebut seperti:
a)      Program serta kebijakan yang mendukung pembangunan industri kecil
b)      Rumah tangga dan koperasi
c)      IDT
d)     Program keluarga sejahtera
e)      Program keluarga berencana (kb)
f)       Program makanan tambahan bagi anak sekolah dasar
g)      Program transmigrasi
h)      Peningkatan UMR atau provinsi (UMP)
i)        Jaringan pengamana sosial yang di sponsori bank dunia

2.3 Faktor Penyebab Kesenjangan Pendapatan

Secara teoritis perubahan pola distribusi pendapatan di perdesaan di sebabkan oleh faktor-faktor
berikut:
1. Akibat arus penduduk/L dari perdesaan ke perkotaaan yang selama Orde Baru berlansung sangat pesat.
2. Struktur pasar dan besarnya distoris yang berbeda di perdesaan dengan perkotaan.
3. Dampak positif dari proses pembanguan ekonomi nasional diantaranya:
a.  Semakin banyaknya kegiatan-kegiatan ekonomi di perdesaan di luar sektor pertanian seperti industri
manufaktur.
b. Tingkat produktivitas dan pendapatan (dalam nilai riil) L di sektor pertanian meningkat.
c.  Potensi SDA ( sumber daya alam) yang ada di perdesaan semakin baik karena di manfaatkan oleh
penduduk desa (pemakain semakin optimal)
Tingkat kesenjangan distribusi pendapatan diIndonesia dapat juga di ukur dengan metode Bank
Dunia, yakni membagi jumlah populasi ke dalam tiga kelompok yakni:
a.    40% berpedapatan rendah
b.    40%  berpendapatan menengah
c.    20 %  berpendapatan tinggi
            Kelompok pertama adalah bagian dari populasi terkaya sedangkan kelompok ke tiga adalah
bagian dari populasi termiskin dan kelompok kedua sering di sebut/ dikatakan sebagai masyarakat kelas
menengah.
            Di Indonesia kemiskinan dan kesenjangan pendapatan merupakan salah satu masalah besar.
Terutama melihat kenyataan bahwa laju penguranag jumlah orang miskin di tanah air bedasarkan garis
kemiskinan yang berlaku jauh lebih lambat dibandingkan laju perekonomian  pertumbuhan ekonomi
dalam kurun waktu sejak PELITA I hingga 1997( sebelum krisi ekonomi).
Adapun indikator – indikator kesenjangan pendapatan antara lain sebagai beikut :
1.      UMR yang ditentukan pemerintah antara pegawai swasta dan pegawai Pemerintah yang berbeda.
2.       PNS ( golongan atas ) lebih sejahtera dibandingkan petani.
3.       Pertanian kalah jauh dalam menyuplai Produk Domestik Bruto ( PDB ) yang hanya sekitar 9.3 % di
tahun 2011, padahal Indonesia merupakan Negara agraris.
Selain itu,penyebab kesenjangan pendapatan di negara Indonesia adalah :
a.       Laju Pertumbuhan Penduduk.
Pertumbuhan penduduk Indonesia terus menigkat di setiap 10 tahun menurut hasil sensus
penduduk.Meningkatnya jumlah penduduk membuat Indonesia semakin terpuruk dengan keadaan
ekonomi yang belum mapan. Jumlah penduduk yang bekerja tidak sebanding dengan jumlah beban
ketergantungan. Penghasilan yang minim ditambah dengan banyaknya beban ketergantungan yang harud
ditanggung membuat penduduk hidup di bawah garis kemiskinan.
b.      Angkatan Kerja, Penduduk yang Bekerja dan Pengangguran.
Secara garis besar penduduk suatu negara dibagi menjadi dua yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja.
Yang tergolong tenaga kerja ialah penduduk yang berumur didalam batas usia kerja. Batasan usia kerja
berbeda-beda disetiap negara yang satu dengan yang lain. Batas usia kerja yang dianut oleh Indonesia
ialah minimum 10 tahun tanpa batas umur maksimum. Jadi setiap orang atau semua penduduk
kesenjangan dikatakan lunak,distribusi pendapatan nasional dikatakan cukup merata.
c.       Tingkat pendidikan yang rendah.
Rendahnya kualitas penduduk juga merupakan salah satu penyebab kemiskinan di suatu negara. Ini
disebabkan karena rendahnya tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan tenaga kerja. Untuk adanya
perkembangan ekonomi terutama industry, jelas sekali dibutuhkan lebih banyak tenaga kerja yang
mempunyai skill atau paling tidak dapat membaca dan menulis.
d.      Kurangnya perhatian dari pemerintah.
Pemerintah yang kurang peka terhadap laju pertumbuhan masyarakat miskin dapat menjadi salah satu
faktor kemiskinan. Pemerintah tidak dapat memutuskan kebijakan yang mampu mengendalikan tingkat
kemiskinan di negaranya. Faktor lain yang masih memperlambat pencapaian penurunan kemiskinan
sebagai berikut :
1.      Belum meratanya program pembangunan,khususnya di pedesaan,luar Pulau Jawa,daerah terpencil,dan
daerah perbatasan. Sekitar 63.5% penduduk miskin hidup di daerah pedesaan. Kemiskinan diluar  Pulau
Jawa termasuk Nusa Tenggara, Maluku dan Papua juga lebih tinggi dibandingkan di Pulau Jawa. Oleh
karena itu, upaya penanganan kemiskinan seharusnya lebih difokuskan di daerah-daerah tersebut.
2.      Masih terbatasnya akses masyarakat miskin terhadap pelayanan dasar.
3.      Masih besarnya jumlah penduduk yang rentan untuk jatuh miskin,baik karena guncangan
ekonomi,bencana alam,dan juga akibat kurangnya akses terhadap pelayanan dasar dan sosial.
4.      Kondisi kemiskinan sangat dipengaruhi oleh fluktuasi harga kebutuhan pokok. Sehubungan dengan
itu ,upaya penanggulangan kemiskinan melalui stabilitas harga kebutuhan pokok harus dilakukan secara
komprehensif dan terpadu. Hal ini bertujuan agar penanggulangan kemiskinan,baik di perdesaan maupun
perkotaan dapat berjalan secara efektif dan efisien.

2.4  Dampak Kemiskinan dan Cara Mengatasinya.

Kemiskinan merupakan suatu fenomena yang sering ditemui, entah itu di negara maju atau pun di negara
berkembang seperti Indonesia. Banyaknya masalah kemiskinan di Indonesia itu tentunya disebabkan oleh
beberapa faktor pemicu. Dari faktor pemicu inilah akan tercipta suatu dampak kemiskinan.

Dampak dari kesenjangan pendapatan terhadap masyarakat umumnya begitu banyak dan kompleks yaitu :
-          Pengangguran
Karena tidak bekerja dan tidak memiliki penghasilan yang sesuai dengan usahanya mereka tidak mampu
memenuhi kebutuhan pangannya. Secara otomatis pengangguran telah menurunkan daya saing dan beli
masyarakat. Sehingga,akan memberikan dampak secara langsung terhadap tingkat pendapatan,nutrisi,dan
tingakt pengeluaraan rata-rata.
-          Kekerasan
Sesungguhnya kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini efek dari pengangguran. Karena seseorang tidak
mampu lagi mencari nafkah melalui jalan yang benar dan halal. Ketika tidak ada lagi jaminan bagi
seseorang dapat bertahan dan menjaga keberlangsungan hidupnya maka jalan pintas pun dilakukan,seperti
merampok,menodong,mencuri atau menipu ( dengan cara mengintimidasi orang lain) didalam kendaraan
umum.
-          Pendidikan
Tingkat putus sekolah yang tinggi merupakan fenomena yang terjadi dewasa ini.Mahalnya biaya
pendidikan membuat masyarakat miskin tidak dapat lagi menjangkau dunia sekolah atau pendidikan.
Mereka tidak dapat menjangkau dunia pendidikan yang sangat mahal itu. Sebab mereka begitu miskin.
Untuk makan satu kali sehari saja mereka sudah kesulitan. Tingginya tingkat putus sekolah berdampak
pada rendahnya tingkat pendidikan seseorang. Dengan begitu akan mengurangi kesempatan seseorang
mendapatkan pekerjaan  yang lebih layak.
-          Kesehatan
Seperti kita ketahui,biaya pengobatan sekarang sangat mahal. Hampir setiap klinik pengobatan apalagi
rumah sakit swasta besar menerapkan tarif atau ongkos pengobatan yang biayanya melangit. Sehingga
,biayanya tak terjangkau oleh kalangan miskin.
-          Konflik sosial bernuasa SARA
Tanpa bersikap munafik konflik SARA muncul akibat ketidakpuasan dan kekecewaan atas kondisi miskin
yang akut. Hal ini menjadi bukti lain dari kemiskinan yang kita alami. M Yudhi Haryono menyebut
akibat ketiadaan jaminan keadilan”keamanan” dan perlindungan hukum dari negara,persoalan ekonomi-
politik yang obyektif disublimasikan ke dalam bentrokan identitas yang subjtektif.
Terlebih lagi fenomena bencana alam yang kerap melanda negeri ini yang berdampak langsung terhadap
meningkatnya jumlah orang miskin. Kesemuanya menambah deret panjang daftar kemiskinan. Dan,
semuanya terjadi hampir merata di setiap daerah di Indonesia ,baik di pedesaan maupun di perkotaan.
Pada prinsipnya, pemerintah dalam program pembangunannya telah menjadikan kemiskinan sebagai
salah satu fokus utamanya. Program umum pemerintah sendiri adalah program pembangunan yang
berfokus pada pengentasan kemiskinan, peningkatan pertumbuhan ekonomi dan perluasan lapangan kerja.
Banyak kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk dapat mengatasi berbagai macam masalah
kemiskinan dan kesenjangan pendapatan, antara lain adalah sebagai berikut :
1.    Kebijaksanaan tidak langsung
Kebijaksanaan tidak langsung diarahkan pada penciptaan kondisi yang menjamin kelangsungan setiap
upaya penanggulangan kemiskinan. Kondisi yang dimaksudkan antara lain adalah suasana sosial politik
yang tentram, ekonomi yang stabil dan budaya yang berkembang.
2.    Kebijaksanaan langsung
Kebijaksanaan langsung diarahkan kepada peningkatan peran serta dan produktifitas sumber daya
manusia ,khususnya golongan masyarakat berpendapatan rendah. Melalui penyediaan kebutuhan dasar
seperti sandang,pangan dan papan, kesehatan dan pendidikan, serta pengembangan kegiatan – kegiaatan
sosial ekonomi yang berkelanjutan untuk mendorong kemandirian golongan masyarakat yang
berpendapatan rendah.
Selain dari pihak pemerintah, dari pihak masyarakaat yang bersangkutan pun juga mengatasi
kemiskinan dan kesenjangan pendapatan di negeri ini ,langkah-langkah tersebut adalah :
1.    Usaha individu
Seseorang boleh berusaha untuk menyelesaikan maslah kemiskinan yang dihadapinya oleh dirinya. Pada
lazimnya seseorang itu dapat mengatasi kemiskinan dirinya dengan cara penerusan pendidikan ke jenjang
yang tinggi.
2.    Penyedekahan
Penyedekahan merupakan saru cara yang baik untuk membantu golongan termiskin dalam masyarakat
.Tetapi ia tidak dapat mengatasi masalah kemiskinan  secara keseluruhan.
3.    Pembangunan Ekonomi
Pembangunan ekonomi dengan cara penambahan barang-barang dan perkhidmatan yang ditawarkan
dalam pasaran di sebuah negara, pembangunan ekonomi merupakan cara yang paling berkesan untuk
mengatasi masalah kemiskinan.
4.    Pembangunan Masyarakat
5.    Pasaran Bebas
Jika ada pembangunan ekonomi ada pula pengurangan kemiskinan. Jika KDNK tumbuh dengan 1%
kemiskinan akan dikurangi dengan lebih kurang 1%.
Selain dengan cara –cara diatas , kemiskinan dan kesenjangan pendapatan  juga dapat diatasi dengan cara
sebagai berikut :
1.    Bantuan kemiskinan atau membantu secara langsung kepada orang miskin. Ini telah menjadi bagian
pendekatan dari masyarakat Eropa sejak zaman pertengahan.
2.    Bantuan terhadap keadaan individu. Banyak macam kebijakan yang dijalankan untuk mengubah
situasi orang miskin berdasarkan perorangan termasuk hukuman,pendidikan,kerja sosial,pencarian
krja,dan lain-lain.
3.    Persiapan bagi yang lemah . daripada memaberikan bantuan secara langsung kepada orang miskin
,banyak negara sejahtera menyediakan bantuan untuk orang yang dikategorikan sebagai oran g yang lebih
miskin, seperti orang tua atau orang dengan ketidakmampuan , atau keasdaan yang membuat orang
miskin, seperti kebutuhan akan perawatan kesehatan.

Pengangguran

1. Pengertian Pengangguran

     Pengangguran (unemployment) terjadi apabila jumlah tenaga kerja yang ditawarkan lebih besar
daripada jumlah tenaga kerja yang diminta. Dengan kata lain, jumlah yang mencari pekerjaan lebih
banyak daripada kesempatan kerja yang tersedia. Selain itu pengangguran dapat juga diartikan orang yang
termasuk dalam angkatan kerja yang sedang berusaha menemukan atau mencari pekerjaan dan belum
mendapatkan pekerjaan tersebut. Yang termasuk dalam angkatan kerja yaitu 15 sampai 64 tahun yang
merupakan golongan angkatan kerja.
      Dalam pengertian ekonomi, yang disebut sebagai pengangguran adalah mereka berusaha mencari
pekerjaan, tetapi tidak atau belum mendapatkan pekerjaan pada tingkat upah yang berlaku. Kondisi
kesempatan kerja penuh (full employment) tercapai bila semua tenaga kerja yang mencari pekerjaan telah
mendapatkan pekerjaan kerja pada tingkat upah yang berlaku.

2. Jenis-Jenis Pengangguran

a. Berdasarkan Sebab terjadinya      

      Jenis pengangguran dibedakan berdasarkan sebab terjadinya, terdiri atas 4 jenis yaitu sebagai berikut.
1) Pengangguran Siklikal (Cyclical Unemployment)
    Pengangguran Siklikal ini terjadi sebagai akibat maju mundurnya perekonomian di suatu negara. Pada
saat perekonomian mengalami kemunduran, daya beli masyarakat menurun, akibatnya barang berhenti di
gudang karena penjualan merosot dan perusahaan mengurangi kegiatan produksinya. Dampak dari
pengurangan kegiatan produksi adalah para pekerja turut diberhentikan dari pekerjaannya.
2) Pengangguran Struktural
    Pengangguran struktural terjadi karena perubahan struktur perekonomian. perubahan struktur tersebut
memerlukan keterampilan baru agar dapat menyesuaikan diri dengan kondisi tersebut. Contohnya yaitu
awalnya merupakan sektor pertanian mengalami peralihan menjadi sektor industri sehingga banyak
tenaga kerja yang semula bekerja di sektor pertanian terpaksa menganggur. Peralihan tenaga kerja dari
sektor pertanian menjadi tenaga kerja di sektor industri memerlukan penyesuaian keterampilan dan
keahlian sehingga tenaga kerja yang berasal dari sektor pertanian harus dididik terlebih dahulu.
3) Pengangguran Friksional
    Pengangguran friksional merupakan perekonomian yang mencapai kondisi full employment saat jumlah
penganggur yang ada tidak melebihi 4%. Pengangguran ini terjadi karena adanya kesulitan temporer
dalam mempertemukan pemberi kerja dengan pencari kerja. Pengangguran friksional juga terjadi karena
faktor jarak dan kurangnya informasi. Pelamar tidak mengetahui di mana lowongan dan pengusaha juga
tidak mengetahui di mana tersedia tenaga kerja yang memenuhi syarat. Secara umum penganggurang
friksional tidak dapat dihindari. Namun, waktu pengangguran dapat dipersingkat dengan penyediaan
informasi kerja yang lengkap.
4) Pengangguran Teknologi
   Pengangguran ini disebabkan oleh adanya penggantian tenaga kerja manusia dengan mesin/peralatan
canggih sebagai akibat dari kemajuan teknologi sehingga mengakibatkan penerimaan tenaga kerja
manusia semakin menurun akibat didominasi oleh penggunaan mesin atau peralatan yang canggih dalam
menjalankan proses produksi.
    Munculnya berbagai peralatan canggih sangat membantu manusia dalam menyelesaikan berbagai
pekerjaannya. Misalnya, penggunaan forklift di suatu pabrik. Keberadaan alat ini dapat menyelesaikan
pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh beberapa tenaga kerja sekaligus sehingga dampak yang timbul
adalah berkurangnya jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan dan digantikan oleh  alat tersebut.
Selanjutnya, bila tidak tersedia cukup lapangan kerja maka tenaga kerja yang tergantikan tersebut akan
menganggur.

b. Menurut Lama Waktu Kerja


  1) Pengangguran Terbuka
      Pengangguran terbuka adalah keadaan orang yang sama sekali tidak bekerja dan sedang berusaha
mencari pekerjaan. Tenaga kerja yang sepenuhnya menganggur ini biasanya memiliki produktivitas
marginal sama dengan nol, bahkan dapat pula negatif. Kondisi ini terjadi karena beberapa hal berikut ini:
a) Lapangan kerja tidak tersedia.
b) Ketidakcocokan antara kesempatan kerja dengan latar belakang pendidikan.
    Data berikut ini menampilkan jumlah penganggur terbuka menurut pulau, kota, dan desa, menurut
golongan umur di kota dan desa, serta menurut penduduk pendidikan dan jenis kelamin.
2) Pengangguran tidak sepenuh waktu
    Negara berkembang seringkali tidak hanya memiliki tenaga yang menganggur sepenuhnya, tetapi juga
memiliki tenaga kerja yang tidak sepenuh waktu menganggur atau disebut setengah menganggur.
Pengangguran semacam ini dapat diketahui bila kita memindahkan sejumlah tenaga kerja dari suatu
pekerjaan (misalnya dari sektor pertanian) ke pekerjaan yang lain, (misalnya sektor industri), dan ternyata
pemindahan tenaga kerja itu tidak mengurangi produksi dari sektor pertanian tersebut. Ini  berarti pada
sektor pertanian terdapat pengangguran yang tidak sepenuhnya waktu (under employment).
3) Pengangguran Terselubung (Disguised Unemployment)
   Salah satu bentuk dari under employment adalah yang disebut pengangguran terselubung.
Pengangguran ini dapat terjadi karena ketidaksesuaian antara pekerjaan dengan potensi dan bakat serta
kemampuan. Ketidakcocokan ini akan berpengaruh terhadap produktivitas kerja yang rendah.
4) Pengangguran Musiman 
    Pergantian musim dapat berperan sebagai salah satu faktor penyebab pengangguran. Misalnya, di
sektor pertanian setelah habis panen sampai musim tanam berikutnya tidak ada pekerjaan. Petani ini
disebut penganggur musiman. Juga pada saat tidak boleh menangkap ikan di wilayah Maluku dan Papua
para nelayan banyak yang menganggur.

3. Dampak Pengangguran Terhadap Ekonomi Masyarakat 

   Tingginya tingkat pengangguran dalam sebuah perekonomian  akan mengakibatkan kelesuan ekonomi
dan merosotnya tingkat kesejahteraan masyarakat sebagai akibat penurunan prndapatan masyarakat.
Dampak pengangguran terhadap ekonomi masyarakat meliputi hal-hal berikut ini.

a. Pendapatan per kapita


    Orang yang menganggur berarti tidak memiliki penghasilan sehingga hidupnya akan membebani orang
lain yang bekerja. Dampaknya adalah terjadinya penurunan pendapatan per kapita. Dengan kata lain, bila
tingkat pengangguran tinggi maka pendapatan per kapita akan menurun dan sebaliknya bila tingkat
pendapatan rendah pendapatan per kapita akan meningkat dengan catatan pendapatan mereka yang masih
bekerja tetap.

b. Pendapatan Negara
    Orang yang bekerja mendapatkan balas jasa berupa upah/gaji. Upah/gaji tersebut sebelum sampai di
tangan penerima dipotong pajak penghasilan terlebih dahulu. Pajak ini merupakan salah satu sumber
pendapatan negara sehingga bila tidak banyak orang yang bekerja maka pendapatan negara dari
pemasukan pajak penghasilan cenderung berkurang.

c. Beban Psikologis
   Semakin lama seseorang menganggur semakin besar beban psikologis yang ditanggungnya. Orang yang
memiliki pekerjaan berarti ia memiliki status sosial di tengah-tengah masyarakat. Seseorang yang tidak
memiliki pekerjaan dalam jangka waktu lama akan merasa rendah diri (minder) karena statusnya yang
tidak jelas.

d. Munculnya Biaya Sosial


   Tingginya tingkat pengangguran akan menimbulkan pengeluaran biaya-biaya seperti biaya pengadaan
penyuluhan, biaya pelatihan, dan biaya keamanan sebagai akibat kecenderungan meningkatnya tindak
kriminalitas.

4. Cara-Cara Mengatasi Pengangguran

       Sebelumnya telah dijelaskan berbagai dampak negatif dari pengangguran bagi seseorang, masyarakat,
dan negara. Untuk mengatasi beberapa dampak tersebut, perlu ada upaya terpadu dalam bidang
kesempatan kerja.

a. Cara Mengatasi Pengangguran Siklis


   Pengangguran siklis adalah pengangguran yang diakibatkan oleh menurunnya kegiatan perekonomian
karena resesi. Penurunan kegiatan perekonomian umumnya dimulai dengan melemahnya permintaan akan
barang. Akibat penurunan permintaan, produksi barang juga akan berkurang. Dampak pengurangan
produksi adalah terjadinya penurunan investasi. Jika keadaan ini berlangsung lama, maka perusahaan
akan mengurangi pekerja dengan jalan pemutusan hubungan kerja (PHK) atau menghentikan usahanya
sama sekali.
    Untuk mengatasi pengangguran siklis diperlukan beberapa langkah-langkah antara lain peningkatan
daya beli masyarakat. Daya beli masyarakat dapat meningkat apabila mereka mendapat tambahan
penghasilan. Pemerintah harus membuka proyek yang bersifat umum, seperti membangun jalan,
jembatan, irigasi, dan kegiatan lainnya. Cara lai adalah dengan mengarahkan permintaan masyarakat
untuk membeli barang dan jasa, serta memperluas pasar barang dan jasa. Pasar yang sudah ada harus
terus dipertahankan. Namun, diusahakan membuka peluang lain dalam rangka memasuki pasar yang baru.
Misalnya, dengan membuka pasar baru di luar negeri yang dapat menambah permintaan.

b. Cara Mengatasi Pengangguran Struktur


   Pengangguran struktural adalah pengangguran yang diakibatkan perubahan struktur ekonomi, misalnya
dari ekonomi yang bersifat agraris bergeser ke ekonomi industri. Pergeseran ini lebih menitikberatkan
penyesuaian karakter dan budaya pekerja sektor industri. Untuk mengatasi pengangguran struktural
diperlukan berbagai langkah seperti pengadaan pendidikan dan pelatihan sebagai persiapan untuk
berkarier pada pekerjaan yang baru, memindahkan tenaga kerja dari tempat yang tidak membutuhkan ke
tempat yang membutuhkan, meningkatkan mobilitas tenaga kerja dan modal yang ada, dan mendirikan
industri padat karya, sehingga mampu menanggung tenaga kerja yang menganggur.

c. Cara Mengatasi Pengangguran Friksional


   Pada dasarnya, pengangguran friksional tidak dapat dihilangkan sama sekali dan hanya dapat dikurangi.
Cara mengatasi pengangguran friksional adalah mengusahakan informasi yang lengkap tentang
permintaan dan penawaran tenaga kerja, sehingga proses pelamaran, seleksi, dan pengambilan keputusan
menerima atau tidak berlangsung lebih cepat. Cara lain adalah menyusun rencana penggunaan tenaga
kerja sebaik mungkin.

d. Cara Mengatasi Pengangguran Musiman


   Pengangguran musiman adalah pengangguran yang terjadi pada musim-musim tertentu, seperti petani
yang menganggur setelah musim tanam. Pengangguran seperti ini dapat diatasi dengan pemberian
informasi yang jelas tentang adanya lowongan kerja pada bidang lain dan melatih seseorang agar
memiliki keterampilan untuk dapat bekerja pada "masa menunggu" musim tertentu.

Kurs

Pengertian Kurs Valuta Asing

Kurs
Kurs ialah harga atau nilai mata uang suatu negara yang diukur dengan mata uang luar negeri ketika
berbelanja atau membeli barang di luar negeri.

Hal yang perlu diperhatikan dan dijadikan hal terpenting adalah nilai tukar, karena kurs akan
menginformasikan harga dari berbagai negara ke mata uang negara kita.

Valuta Asing
Valuta asing adalah mata uang negara lain. Mata uang yang dipertukarkan dengan mata uang lain
disebut transaksi valas (foreign exchange / forex), yaitu nilai mata uang dibandingkan dengan mata uang
lain disebut nilai tukar atau nilai tukar mata uang.

Forex adalah mata uang suatu negara yang dikeluarkan dan ditukar menjadi instrumen pembayaran
yang sah di negara lain.

Jika suatu mata uang dapat ditukar dengan mata uang lain tanpa batas, pertukaran mata uang asing akan
memiliki nilai.

Tempat pertemuan antara penawaran dan permintaan valuta asing disebut Bursa Valuta Asing (Foreign
Exchange Market).

Harga mata uang yang akan ditukar dengan mata uang lain disebut nilai tukar mata uang asing.

Jadi Kurs Valuta Asing adalah perbandingan nilai atau harga antara mata uang asing yang dinyatakan
atau ditukar dengan nilai mata uang domestik.

Sistem Kurs Valuta Asing

Ada beberapa jenis cara yang dilakukan pemerintah dalam menentukan nilai tukar mata uang asing.
Metode-metode ini meliputi:

1. Sistem Kurs Tetap (fixed exchange rate)


Ini adalah kondisi di mana nilai tukar mata uang domestik ditentukan oleh pemerintah. Dalam jenis ini,
pemerintah melakukan berbagai langkah dan kebijakan untuk mengatur nilai mata uangnya pada harga
tertentu.

Fluktuasi pergerakan harga yang terjadi akan diredam oleh pemerintah / intervensi.

Jika ada kelebihan pasokan, pemerintah akan membelinya. Sebaliknya, jika ada permintaan berlebih
untuk mata uang asing tertentu, pemerintah akan menjual persediaan mata uangnya.

Sistem ini memang mampu memberikan kepastian tentang nilai tukar mata uang, tetapi kelemahannya
adalah bahwa pemerintah harus memiliki cadangan devisa yang sangat besar untuk mempertahankan nilai
mata uangnya.

2. Sistem Kurs Bebas/Mengambang (floating exchange rate)


Dalam sistem ini, besarnya nilai tukar diserahkan kepada mekanisme pasar tanpa campur tangan
pemerintah. Tinggi dan rendah dari mata uang ditentukan oleh tingkat permintaan dan penawaran mata
uang itu sendiri.

3. Sistem Tingkat Mengambang Terkendali (Managed Floating Rate)


Ini adalah kombinasi dari dua sistem di atas. Nilai tukar dapat bergerak bebas naik atau turun, tetapi
pemerintah akan melakukan intervensi untuk menghindari gejolak yang terlalu tajam.
Kemiskinan

Kemiskinan adalah suatu kondisi ketidakmampuan secara ekonomi untuk memenuhi standar hidup
rata-rata masyarakat di suatu daerah. Kondisi ketidakmampuan ini ditandai dengan rendahnya
kemampuan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan pokok baik berupa pangan, sandang, maupun
papan. Kemampuan pendapatan yang rendah ini juga akan berdampak berkurangnya kemampuan
untuk memenuhi standar hidup rata-rata seperti standar kesehatan masyarakat dan standar pendidikan.
Kondisi masyarakat yang disebut miskin dapat diketahui berdasarkan kemampuan pendapatan dalam
memenuhi standar hidup (Nugroho, 1995). Pada prinsipnya, standar hidup di suatu masyarakat tidak
sekedar tercukupinya kebutuhan akan pangan, akan tetapi juga tercukupinya kebutuhan akan
kesehatan maupun pendidikan. Tempat tinggal ataupun pemukiman yang layak merupakan salah satu
dari standar hidup atau standar kesejahteraan masyarakat di suatu daerah. Berdasarkan kondisi ini,
suatu masyarakat disebut miskin apabila memiliki pendapatan jauh lebih rendah dari rata-rata
pendapatan sehingga tidak banyak memiliki kesempatan untuk mensejahterakan dirinya (Suryawati,
2004). Pengertian kemiskinan yang saat ini populer dijadikan studi pembangunan adalah kemiskinan
yang seringkali dijumpai di negara-negara berkembang dan 22 negara-negara dunia ketiga. Persoalan
kemiskinan masyarakat di negara-negara ini tidak hanya sekedar bentuk ketidakmampuan
pendapatan, akan tetapi telah meluas pada bentuk ketidakberdayaan secara sosial maupun politik
(Suryawati, 2004). Kemiskinan juga dianggap sebagai bentuk permasalahan pembangunan yang
diakibatkan adanya dampak negatif dari pertumbuhan ekonomi yang tidak seimbang sehingga
memperlebar kesenjangan pendapatan antar masyarakat maupun kesenjangan pendapatan antar
daerah (inter region income gap) (Harahap, 2006). Studi pembangunan saat ini tidak hanya
memfokuskan kajiannya pada faktor-faktor yang menyebabkan kemiskinan, akan tetapi juga mulai
mengindintifikasikan segala aspek yang dapat menjadikan miskin. Definisi Kemiskinan Secara
Umum Definisi mengenai kemiskinan dibentuk berdasarkan identifikasi dan pengukuran terhadap
sekelompok masyarakat/golongan yang selanjutnya disebut miskin (Nugroho, 1995). Pada umumnya,
setiap negara termasuk Indonesia memiliki sendiri definisi seseorang atau suatu masyarakat
dikategorikan miskin. Hal ini dikarenakan kondisi yang disebut miskin bersifat relatif untuk setiap
negara misalnya kondisi perekonomian, standar kesejahteraan, dan kondisi sosial. Setiap definisi
ditentukan menurut kriteria atau ukuran-ukuran berdasarkan kondisi tertentu, yaitu pendapatan rata-
rata, daya beli atau kemampuan konsumsi rata-rata, status kependidikan, dan kondisi kesehatan.
Secara umum, kemiskinan diartikan sebagai kondisi ketidakmampuan pendapatan dalam mencukupi
kebutuhan pokok sehingga kurang mampu untuk 23 menjamin kelangsungan hidup (Suryawati, 2004:
122). Kemampuan pendapatan untuk mencukupi kebutuhan pokok berdasarkan standar harga tertentu
adalah rendah sehingga kurang menjamin terpenuhinya standar kualitas hidup pada umumnya.
Berdasarkan pengertian ini, maka kemiskinan secara umum didefinisikan sebagai suatu kondisi
ketidakmampuan pendapatan dalam memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan lainnya yang dapat
menjamin terpenuhinya standar kualitas hidup. Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2004,
kemiskinan adalah kondisi sosial ekonomi seseorang atau sekelompok orang yang tidak terpenuhinya
hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat.
Kebutuhan dasar yang menjadi hak seseorang atau sekelompok orang meliputi kebutuhan pangan,
kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumber daya alam, lingkungan
hidup, rasa aman dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan, dan hak untuk berpartisipasi dalam
penyelenggaraan kehidupan sosial dan politik. Laporan Bidang Kesejahteraan Rakyat yang
dikeluarkan oleh Kementrian Bidang Kesejahteraan (Kesra) tahun 2004 menerangkan pula bahwa
kondisi yang disebut miskin ini juga berlaku pada mereka yang bekerja akan tetapi pendapatannya
tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan pokok/dasar. Definisi kemiskinan kemudian dikaji
kembali dan diperluas berdasarkan permasalahan-permasalahan kemiskinan dan faktor-faktor yang
selanjutnya menyebabkan menjadi miskin. Definisi kemiskinan yang dikemukakan oleh Chambers
adalah definisi yang saat ini mendapatkan perhatian dalam setiap 24 program pengentasan
kemiskinan di berbagai negara-negara berkembang dan dunia ketiga. Pandangan yang dikemukakan
dalam definisi kemiskinan dari Chambers menerangkan bahwa kemiskinan adalah suatu kesatuan
konsep (integrated concept) yang memiliki lima dimensi, yaitu: 1) Kemiskinan (Proper)
Permasalahan kemiskinan seperti halnya pada pandangan semula adalah kondisi ketidakmampuan
pendapatan untuk mencukupi kebutuhankebutuhan pokok. Konsep atau pandangan ini berlaku tidak
hanya pada kelompok yang tidak memiliki pendapatan, akan tetapi dapat berlaku pula pada kelompok
yang telah memiliki pendapatan. 2) Ketidakberdayaan (Powerless) Pada umumnya, rendahnya
kemampuan pendapatan akan berdampak pada kekuatan sosial (social power) dari seseorang atau
sekelompok orang terutama dalam memperoleh keadilan ataupun persamaan hak untuk mendapatkan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. 3) Kerentanan menghadapi situasi darurat (State of
emergency) Seseorang atau sekelompok orang yang disebut miskin tidak memiliki atau kemampuan
untuk menghadapi situasi yang tidak terduga di mana situasi ini membutuhkan alokasi pendapatan
untuk menyelesaikannya. Misalnya, situasi rentan berupa bencana alam, kondisi kesehatan yang
membutuhkan biaya pengobatan yang relatif mahal, dan situasi-situasi darurat lainnya yang
membutuhkan kemampuan pendapatan yang dapat 25 mencukupinya. Kondisi dalam kemiskinan
dianggap tidak mampu untuk menghadapi situasi ini. 4) Ketergantungan (dependency) Keterbatasan
kemampuan pendapatan ataupun kekuatan sosial dari seseorang atau sekelompok orang yang disebut
miskin tadi menyebabkan tingkat ketergantungan terhadap pihak lain adalah sangat tinggi. Mereka
tidak memiliki kemampuan atau kekuatan untuk menciptakan solusi atau penyelesaian masalah
terutama yang berkaitan dengan penciptaan pendapatan baru. Bantuan pihak lain sangat diperlukan
untuk mengatasi persoalan-persoalan terutama yang berkaitan dengan kebutuhan akan sumber
pendapatan. 5) Keterasingan (Isolation) Dimensi keterasingan seperti yang dimaksudkan oleh
Chambers adalah faktor lokasi yang menyebabkan seseorang atau sekelompok orang menjadi miskin.
Pada umumnya, masyarakat yang disebut miskin ini berada pada daerah yang jauh dari pusat-pusat
pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan sebagian besar fasilitas kesejahteraan lebih banyak
terkonsentrasi di pusat-pusat pertumbuhan ekonomi seperti di perkotaan atau kota-kota besar.
Masyarakat yang tinggal di daerah terpencil atau sulit dijangkau oleh fasilitas-fasilitas kesejahteraan
relatif memiliki taraf hidup yang rendah sehingga kondisi ini menjadi penyebab adanya kemiskinan.
Skema Terbentuknya Perangkap Kemiskinan Skema terbentuknya kemiskinan yang didasarkan pada
konsep yang dikemukakan oleh Chambers menerangkan bagaimana kondisi yang disebut miskin di
sebagian besar negara-negara berkembang dan dunia ketiga adalah kondisi yang disebut
memiskinkan. Kondisi yang sebagian besar ditemukan bahwa kemiskinan selalu diukur/diketahui
berdasarkan rendahnya kemampuan pendapatan dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok
berupa pangan, kesehatan, perumahan atau pemukiman, dan pendidikan. Rendahnya kemampuan
pendapatan diartikan pula sebagai rendahnya daya beli atau kemampuan untuk mengkonsumsi.
Kemampuan pendapatan yang relatif terbatas atau rendah menyebabkan daya beli seseorang atau
sekelompok orang terutama untuk memenuhi kebutuhan pokok menjadi rendah (Nugroho, 1995: 17).
Konsumsi ini terutama ditujukan untuk memenuhi kebutuhan akan gizi dan kesehatan standar.
Akibatnya, kemampuan untuk mencapai standar kesejahteraan menjadi rendah seperti: 1)
Ketersediaan pangan tidak sesuai atau tidak mencukupi standar gizi yang disyaratkan sehingga
beresiko mengalami mal gizi atau kondisi gizi rendah yang selanjutnya sangat rentan terhadap resiko
penyaki menular. 2) Kesehatan relatif kurang terjamin sehingga rentan terhadap serangan penyakit
dan kemampuan untuk menutupi penyakit juga relatif terbatas sehingga sangat rentan terhadap resiko
kematian 3) Perumahan atau pemukiman yang kurang/tidak layak huni sebagai akibat keterbatasan
pendapatan untuk memiliki/mendapatkan lahan untuk tempat 27 tinggal atau mendapatkan tempat
tinggal yang layak. Kondisi ini akan berdampak mengganggu kesehatan. 4) Taraf pendidikan yang
rendah. Kondisi ini disebabkan karena keterbatasan pendapatan untuk mendapatkan pendidikan yang
diinginkan atau sesuai dengan standar pendidikan. Kondisi-kondisi akibat keterbatasan atau
rendahnya pendapatan di atas menyebabkan terbentuknya status kesehatan masyarakat yang
dikatakan rendah (morbiditas) atau berada dalam kondisi gizi rendah. Kondisi seperti ini sangat
rentan terhadap serangan penyakit dan kekurangan gizi yang selanjutnya disertai tingginya tingkat
kematian (mortalitas). Angka mortalitas yang tinggi dan keadaan kesehatan masyarakat yang rendah
akan berdampak pada partisipasi sosial yang rendah, ketidakhadiran yang semakin tinggi, kecerdasan
yang rendah, dan ketrampilan yang relatif rendah. Berikut ini adalah penjelasan mengenai masing-
masing keadaan yang disebabkan oleh adanya mortalitas maupun morbiditas yang tinggi. 1) Tingkat
Partisipasi Sosial Yang Rendah Kondisi kesehatan maupun gizi yang rendah menyebabkan ketahanan
fisik atau modal fisik yang diperlukan untuk partisipasi sosial menjadi rendah. Hal ini dikarenakan
kesehatan yang terganggu tidak dapat menunjang partisipasi secara penuh baik di lingkungan
kemasyarakatan maupun di lingkungan kerja. Sebagian besar golongan masyarakat miskin relatif
jarang terlibat secara aktif dalam aktivitas sosial . Absensi Meningkat Faktor kualitas kesehatan yang
rendah tidak mendukung adanya aspek kehadiran dalam aktivitas kemasyarakatan baik di lingkungan
sosial, pendidikan, maupun pekerjaan. Akibatnya, ketidakhadiran atau absensi dalam segala aktivitas
menjadi semakin meningkat sehingga tidak memiliki kesempatan untuk berperan secara aktif dalam
lingkungan sosial tersebut. 3) Tingkat Kecerdasan Yang Rendah Faktor gizi buruk ataupun kualitas
kesehatan yang rendah akan berdampak pada menurunnya kualitas intelektual. Seperti diketahui
bahwa kinerja otak manusia yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu masalah memerlukan gizi
yang memadai atau ideal. Kekurangan gizi termasuk faktor yang paling utama terhadap adanya
penurunan kualitas intelektual. 4) Ketrampilan Yang Rendah Pada prinsipnya, ketrampilan
merupakan salah satu bentuk dari adanya kreativitas. Aktivitas ini harus ditunjang dengan kondisi
kesehatan yang mencukupi dan tentunya adalah kualitas intelektual yang memadai. Masyarakat yang
mengalami kekurangan gizi ataupun rentan terhadap gangguan kesehatan relatif sulit untuk
mengembangkan ketrampilannya. Hal ini dikarenakan dukungan kesehatan untuk menjunjang
pengembangan kreativitas kerja relatif rendah sehingga tidak memiliki banyak kesempatan untuk
meningkatkan kualitas ketrampilannya. Bentuk dan Jenis Kemiskinan Dimensi kemiskinan yang
dikemukakan oleh Chambers memberikan penjelasan mengenai bentuk persoalan dalam kemiskinan
dan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kondisi yang disebut memiskinkan. Konsep
kemiskinan tersebut memperluas pandangan ilmu sosial terhadap kemiskinan yang tidak hanya
sekedar kondisi ketidakmampuan pendapatan dalam memenuhi kebutuhankebutuhan pokok, akan
tetapi juga kondisi ketidakberdayaan sebagai akibat rendahnya kualitas kesehatan dan pendidikan,
rendahnya perlakuan hukum, kerentanan terhadap tindak kejahatan (kriminal), resiko mendapatkan
perlakuan negatif secara politik, dan terutama ketidakberdayaan dalam meningkatkan kualitas
kesejahteraannya sendiri. Berdasarkan kondisi kemiskinan yang dipandang sebagai bentuk
permasalahan multidimensional, kemiskinan memiliki 4 bentuk. Adapun keempat bentuk kemiskinan
tersebut adalah (Suryawati, 2004): 1) Kemiskinan Absolut Kemiskinan absolut adalah suatu kondisi
di mana pendapatan seseorang atau sekelompok orang berada di bawah garis kemiskinan sehingga
kurang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan standar untuk pangan, sandang, kesehatan,
perumahan, dan pendidikan yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup. Garis kemiskinan
diartikan sebagai pengeluaran rata-rata atau konsumsi rata-rata untuk kebutuhan pokok berkaitan
dengan pemenuhan standar kesejahteraan. Bentuk kemiskinan absolut ini paling banyak dipakai
sebagai konsep untuk menentukan atau 30 mendefinisikan kriteria seseorang atau sekelompok orang
yang disebut miskin. 2) Kemiskinan Relatif Kemiskinan relatif diartikan sebagai bentuk kemiskinan
yang terjadi karena adanya pengaruh kebijakan pembangunan yang belum menjangkau ke seluruh
lapisan masyarakat sehingga menyebabkan adanya ketimpangan pendapatan atau ketimpangan
standar kesejahteraan. Daerahdaerah yang belum terjangkau oleh program-program pembangunan
seperti ini umumnya dikenal dengan istilah daerah tertinggal. 3) Kemiskinan Kultural Kemiskinan
kultural adalah bentuk kemiskinan yang terjadi sebagai akibat adanya sikap dan kebiasaan seseorang
atau masyarakat yang umumnya berasal dari budaya atau adat istiadat yang relatif tidak mau untuk
memperbaiki taraf hidup dengan tata cara moderen. Kebiasaan seperti ini dapat berupa sikap malas,
pemboros atau tidak pernah hemat, kurang kreatif, dan relatif pula bergantung pada pihak lain. 4)
Kemiskinan Struktural Kemiskinan struktural adalah bentuk kemiskinan yang disebabkan karena
rendahnya akses terhadap sumber daya yang pada umumnya terjadi pada suatu tatanan sosial budaya
ataupun sosial politik yang kurang mendukung adanya pembebasan kemiskinan. Bentuk kemiskinan
seperti ini juga terkadang memiliki unsur diskriminatif. 31 Bentuk kemiskinan struktural adalah
bentuk kemiskinan yang paling banyak mendapatkan perhatian di bidang ilmu sosial terutama di
kalangan negaranegara pemberi bantuan/pinjaman seperti Bank Dunia, IMF, dan Bank Pembangunan
Asia. Bentuk kemiskinan struktural juga dianggap paling banyak menimbulkan adanya ketiga bentuk
kemiskinan yang telah disebutkan sebelumnya (Jarnasy, 2004: 8-9). Setelah dikenal bentuk
kemiskinan, dikenal pula dengan jenis kemiskinan berdasarkan sifatnya. Adapun jenis kemiskinan
berdasarkan sifatnya adalah: 1) Kemiskinan Alamiah Kemiskinan alamiah adalah kemiskinan yang
terbentuk sebagai akibat adanya kelangkaan sumber daya alam dan minimnya atau ketiadaan pra
sarana umum (jalan raya, listrik, dan air bersih), dan keadaan tanah yang kurang subur. Daerah-
daerah dengan karakteristik tersebut pada umumnya adalah daerah yang belum terjangkau oleh
kebijakan pembangunan sehingga menjadi daerah tertinggal. 2) Kemiskinan Buatan Kemiskinan
buatan adalah kemiskinan yang diakibatkan oleh sistem moderenisasi atau pembangunan yang
menyebabkan masyarakat tidak memiliki banyak kesempatan untuk menguasai sumber daya, sarana,
dan fasilitas ekonomi secara merata. Kemiskinan seperti ini adalah dampak negatif dari pelaksanaan
konsep pembangunan (developmentalism) yang umumnya dijalankan di negara-negara sedang
berkembang. Sasaran untuk mengejar target pertumbuhan ekonomi tinggi mengakibatkan tidak 32
meratanya pembagian hasil-hasil pembangunan di mana sektor industri misalnya lebih menikmati
tingkat keuntungan dibandingkan mereka yang bekerja di sektor pertanian. Kedua jenis kemiskinan di
atas seringkali masih dikaitkan dengan konsep pembangunan yang sejak lama telah dijalankan di
negara-negara sedang berkembang pada dekade 1970an dan 1980an (Jarnasy, 2004: 8). Persoalan
kemiskinan dan pembahasan mengenai penyebab kemiskinan hingga saat ini masih menjadi
perdebatan baik di lingkungan akademik maupun pada tingkat penyusun kebijakan pembangunan
(Suryawati, 2004: 123). Salah satu perdebatan tersebut adalah menetapkan definisi terhadap
seseorang atau sekelompok orang yang disebut miskin. Pada umumnya, identifikasi kemiskinan
hanya dilakukan pada indikator-indikator yang relatif terukur seperti pendapatan per kapita dan
pengeluaran/konsumsi rata-rata. Ciri-ciri kemiskinan yang hingga saat ini masih dipakai untuk
menentukan kondisi miskin adalah: 1) Tidak memiliki faktor produksi sendiri seperti tanah, modal,
peralatan kerja, dan ketrampilan yang memadai. 2) Tingkat pendidikan yang relatif rendah 3) Bekerja
dalam lingkup kecil dan modal kecil atau disebut juga bekerja di lingkungan sektor informal sehingga
mereka ini terkadang disebut juga setengah menganggur 4) Berada di kawasan pedesaan atau di
kawasan yang jauh dari pusat-pusat pertumbuhan regional atau berada pada kawasan tertentu di
perkotaan (slum area) 33 5) Memiliki kesempatan yang relatif rendah dalam memperoleh bahan
kebutuhan pokok yang mencukupi termasuk dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dan pendidikan
sesuai dengan standar kesejahteraan pada umumnya. Seperti yang telah disampaikan sebelumnya
bahwa ciri-ciri kemiskinan di atas tidak memiliki sifat mutlak (absolut) untuk dijadikan kebenaran
universal terutama dalam menerangkan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kemiskinan
ataupun terbentuknya kemiskinan. Sifat-sifat kemiskinan di atas hanya merupakan temuan lapangan
yang paling banyak diidentifikasikan atau diukur. Indikator-Indikator Mengenai Kemiskinan
Pengukuran mengenai kemiskinan yang selama ini banyak dipergunakan didasarkan pada ukuran atas
rata-rata pendapatan dan rata-rata pengeluaran masyarakat dalam suatu daerah. Perluasan pengukuran
dengan menyertakan pandangan mengenai dimensi permasalahan dalam kemiskinan mengukur
banyaknya individu dalam sekelompok masyarakat yang mendapatkan pelayanan atau fasilitas untuk
kesehatan dan pendidikan. Beberapa perluasan pengukuran lainnya adalah menyertakan dimensi
sosial politik sebagai referensi untuk menerangkan terbentuknya kemiskinan. Keseluruhan hasil
pengukuran ini selanjutnya dikatakan sebagai indikator-indikator kemiskinan yang digolongkan
sebagai indikator-indikator sosial dalam pembangunan. Adapun mengenai 34 beberapa indikator-
indikator kemiskinan akan diuraikan pada sub sub bab berikut ini. Indikator Kemiskinan Berdasarkan
Dimensi Ekonomi Berdasarkan sudut pandang ekonomi, kemiskinan adalah bentuk ketidakmampuan
dari pendapatan seseorang maupun sekelompok orang untuk mencukupi kebutuhan pokok atau
kebutuhan dasar. Dimensi ekonomi dari kemiskinan diartikan sebagai kekurangan sumber daya yang
dapat digunakan atau dimanfaatkan untuk meningkatkan taraf kesejahteraan seseorang baik secara
finansial maupun jenis kekayaan lainnya yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat (Suryawati, 2004: 123). Dari pengertian ini, dimensi ekonomi untuk kemiskinan memiliki
dua aspek, yaitu aspek pendapatan dan aspek konsumsi atau pengeluaran. Aspek pendapatan yang
dapat dijadikan sebagai indikator kemiskinan adalah pendapatan per kapita, sedangkan untuk aspek
konsumsi yang dapat digunakan sebagai indikator kemiskinan adalah garis kemiskinan. 1)
Pendapatan Per Kapita Pendapatan per kapita menyatakan besarnya rata-rata pendapatan masyarakat
di suatu daerah selama kurun waktu 1 tahun. Besarnya pendapatan per kapita (income per capita)
dihitung dari besarnya output dibagi oleh jumlah penduduk di suatu daerah untuk kurun waktu 1
tahun (Todaro, 1997: 437). Indikator pendapatan per kapita menerangkan terbentuknya pemerataan
pendapatan yang merupakan salah satu indikasi 35 terbentuknya kondisi yang disebut miskin.
Pendapatan per kapita dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Todaro, 1997:
437- 438): t Per Kapita t Y Y = Pop di mana: YPer Kapita = Pendapatan per kapita Yt = Pendapatan
pada tahun t Popt = Jumlah penduduk pada tahun t. Variabel pendapatan dapat dinyatakan sebagai
Produk Domestik Bruto (PDB), Pendapatan Nasional, atau Produk Domestik Regional Bruto,
sedangkan jumlah penduduk menyatakan banyaknya penduduk pada periode t di suatu daerah yang
diukur pendapatan per kapitanya. 2) Garis Kemiskinan Garis kemiskinan merupakan salah satu
indikator kemiskinan yang menyatakan rata-rata pengeluaran makanan dan non-makanan per kapita
pada kelompok referensi (reference population) yang telah ditetapkan (BPS, 2004). Kelompok
referensi ini didefinisikan sebagai penduduk kelas marjinal, yaitu mereka yang hidupnya
dikategorikan berada sedikit di atas garis kemiskinan. Berdasarkan definisi dari BPS, garis
kemiskinan dapat diartikan sebagai batas konsumsi minimum dari kelompok masyarakat marjinal
yang berada pada referensi pendapatan sedikit lebih besar daripada pendapatan terendah. Pada
prinsipnya, indikator garis kemiskinan mengukur kemampuan pendapatan dalam memenuhi 36
kebutuhan pokok/dasar atau mengukur daya beli minimum masyarakat di suatu daerah. Konsumsi
yang dimaksudkan dalam garis kemiskinan ini meliputi konsumsi untuk sandang, pangan, perumahan,
kesehatan, dan pendidikan (Suryawati, 2004: 123). Indikator Kemiskinan Berdasarkan Dimensi Peran
Pemerintah Pemerintah sebagai regulator sekaligus dinamisator dalam suatu perekonomian
merupakan salah satu pihak yang memiliki peran sentral dalam upaya untuk menanggulangi
permasalahan kemiskinan. Di Indonesia, pelaksanaan penanggulangan permasalahan kemiskinan
dikoordinasikan oleh Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan yang bekerja sama dengan
Departemen Kesehatan dan Departemen Sosial. Program penanggulangan masalah kemiskinan ini
dibiayai melalui Anggaran Pembangunan dan Belanja Nasional (APBN) melalui pos pengeluaran
untuk Program Pembangunan. Prinsip yang digunakan untuk program ini bahwa penanggulangan
kemiskinan dilakukan melalui upaya untuk meningkatkan pembangunan di bidang sumber daya
manusia dan pemenuhan sarana maupun pra sarana fisik. Kedua bentuk pelaksanaan dalam APBN ini
disebut juga investasi pemerintah untuk sumber daya manusia dan investasi pemerintah di bidang
fisik. Indikator Kemiskinan Berdasarkan Dimensi Kesehatan Dari berbagai data kemiskinan yang
dihimpun menyebutkan adanya keterkaitan antara kemiskinan dan kualitas kesehatan masyarakat.
Rendahnya kemampuan pendapatan dalam mencukupi/memenuhi kebutuhan pokok menyebabkan
keterbatasan kemampuan untuk menjangkau atau memperoleh standar kesehatan yang ideal/layak
baik dalam bentuk gizi maupun pelayanan kesehatan yang memadai. Dampak dari kondisi seperti ini
adalah tingginya resiko terhadap kondisi kekurangan gizi dan kerentanan atau resiko terserang
penyakit menular. Kelompok masyarakat yang disebut miskin juga memiliki keterbatasan untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan/pengobatan yang memadai sehingga akan menyebabkan resiko
kematian yang tinggi. Indikator pelayanan air bersih atau air minum merupakan salah satu
persyaratan terpenuhinya standar hidup yang ideal di suatu daerah. Ketersediaan air bersih akan
mendukung masyarakat untuk mewujudkan standar hidup sehat 39 yang layak. Dalam hal ini,
ketersediaan air bersih akan mengurangi resiko terserang penyakit yang diakibatkan kondisi sanitasi
air yang buruk. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka terdapat keterkaitan/hubungan antara
ketersediaan pelayanan air bersih dan jumlah penduduk miskin di suatu daerah. Pada sisi
permasalahan lain, ketersediaan air bersih sangat ditentukan oleh kemampuan pembangunan pra
sarana air bersih dalam menjangkau lingkungan atau pemukiman masyarakat. Masyarakat yang
kurang terjangkau oleh pelayanan air bersih/minum relatif lebih rendah kualitas kesehatannya
dibandingkan masyarakat yang telah mendapatkan pelayanan air bersih. Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Jumlah Penduduk Miskin Pada sub bab sebelumnya telah dibahas mengenai
terbentuknya kemiskinan dan faktor-faktor yang menyebabkan seseorang ataupun sekelompok orang
(masyarakat) menjadi miskin. Pemikiran sosial saat ini lebih banyak memfokuskan penyebab
kemiskinan pada faktor-faktor yang dianggap dapat mempengaruhi jumlah penduduk miskin yang
terdapat di suatu daerah. Faktorfaktor tersebut merupakan dimensi dari kesejahteraan atau kemiskinan
yang selanjutnya dijadikan sebagai faktor yang menciptakan besarnya penduduk miskin (Saleh, 2002:
88-89). Dalam penelitian ini, faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah penduduk miskin di suatu
daerah diterangkan sebagai berikut. 1) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita Pada
prinsipnya, PDRB per kapita merupakan konsep dari pendapatan per kapita yang diimplementasikan
penjelasannya pada lingkup 40 regional/daerah. Besarnya pendapatan per kapita di suatu daerah
mencerminkan aspek pemerataan pendapatan dengan menggunakan besarnya nilai rata-rata
keseluruhan pendapatan rumah tangga dalam perekonomian daerah. Pendapatan per kapita
menggambarkan kemampuan rata-rata pendapatan masyarakat di suatu daerah. Konsep pendapatan
per kapita seperti ini dianggap masih relevan untuk menerangkan terbentuknya jumlah penduduk
miskin di daerah tersebut. Apabila pendapatan per kapita meningkat, maka kemampuan rata-rata
pendapatan masyarakat di suatu daerah akan semakin meningkat. Ini berarti kemampuan pendapatan
dalam memenuhi kebutuhan pokok di daerah tersebut juga akan semakin meningkat. Jika kemampuan
untuk memenuhi kebutuhan pokok meningkat, maka jumlah penduduk miskin di daerah tersebut akan
berkurang. Sebaliknya, apabila pendapatan per kapita di daerah berkurang/menurun, maka akan
menurun pula kemampuan pendapatan rata-rata masyarakat di daerah tersebut. Jika kemampuan
pendapatan untuk memenuhi kebutuhan pokok menurun, maka jumlah penduduk miskin di daerah
tersebut akan meningkat. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka PDRB per kapita berpengaruh
negatif terhadap jumlah penduduk miskin. 2) Pengeluaran Pemerintah Untuk Pembangunan
Pengeluaran pemerintah untuk pembangunan merupakan faktor penentu jumlah penduduk miskin
yang berasal dari sisi pendekatan anggaran pemerintah (Saleh, 2002). Pengeluaran tersebut meliputi
keseluruhan 41 pengeluaran untuk program pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf
kesejahteraan penduduk di suatu daerah. Semakin tinggi pengeluaran pemerintah untuk
pembangunan, maka akan semakin tinggi pula taraf kesejahteraan yang dapat dicapai atau diperoleh
penduduk di suatu daerah. 3) Angka Melek Huruf (AMH) Salah satu indikator kesejahteraan di
bidang pendidikan adalah indikator jumlah penduduk yang dinyatakan melek huruf. Indikator ini
mencerminkan kemampuan penduduk di suatu daerah untuk mengakses fasilitas, layanan
pemerintahan, dan sarana lainnya yang membutuhkan kemampuan untuk bisa membaca dan menulis,
termasuk di antaranya adalah persyaratan dalam mencari kerja (Suryawati, 2004). Semakin tinggi
jumlah penduduk yang melek huruf, maka akan semakin tinggi pula kemampuan masyarakat untuk
mengakses fasilitas maupun sarana untuk dapat meningkatkan taraf kesejahteraannya. 4) Jumlah
Penduduk Yang Tidak Mendapatkan Akses Air Bersih (RPA) Air bersih atau air minum merupakan
salah satu sarana publik yang cukup vital, sehubungan dengan manfaatnya untuk memenuhi
kebutuhan dasar, baik individu maupun keluarga (Harahap, 2006). Akses terhadap air bersih atau air
minum akan menentukan kemampuan penduduk untuk mencukupi kebutuhan pokoknya yang terdiri
atas kebutuhan atas makanan dan minuman, serta kebutuhan lain yang berhubungan dengan
peningkatan kesejahteraan. Semakin tinggi jumlah penduduk yang tidak mendapatkan 42 akses atas
air bersih, maka akan semkin tinggi pula jumlah penduduk miskin di daerah tersebut. 5) Jumlah
Penduduk Yang Tidak Mendapatkan Akses Fasiliats Kesehatan Fasilitas kesehatan merupakan salah
satu fasilitas publik yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan (Saleh, 2002). Fasilitas kesehatan
sekarang ini tidak hanya berfungsi untuk memberikan layanan kesehatan, akan tetapi berperan pula
untuk memberikan perbaikan gizi keluarga. Layanan kesehatan akan memberikan pencegahan dan
pengobatan atas penyakit atau gangguan medis, sehingga akan mampu meningkatkan kualitas
kesehatan masyarakat. Semakin tinggi jumlah penduduk yang tidak mendapatkan akses fasilitas
kesehatan, maka akan semakin tinggi resiko penularan penyakit ataupun gizi buruk yang selanjutnya
akan menjadi penyebab tingginya angka kematian dan buruknya kesehatan ibu dan bayi. Mengenai
daerah pemekaran baru dan keterkaitannya dengan jumlah penduduk miskin dijelaskan sebagai faktor
kesejahteraan yang disebabkan adanya perubahan pada pengembangan administrasi wilayah (TMPK,
2005). Daerah pemekaran baru akan mengubah struktur administrasi atas pengaturan wilayah dan
jumlah penduduk yang menempati suatu wilayah lama dan wilayah pemekaran baru. Ada dua
pandangan, terkait dampak dari pemekaran wilayah baru terhadap jumlah penduduk miskin, yaitu
(Suwandi, 2002): 43 1) Perubahan Struktur Kependudukan Pemekeran wilayah baru akan
menyebabkan terjadinya perubahan pada jumlah penduduk yang menempati di masing-masing
wilayah tingkat kecamatan. Perubahan pada jumlah penduduk akan berdampak pula pada komposisi
jumlah penduduk berdasarkan indikator sosialnya, seperti jumlah penduduk miskin, jumlah penduduk
usia sekolah, jumlah penduduk yang tidak mendapatkan akses air bersih, dan jumlah penduduk yang
tidak mendapatkan fasilitas kesehatan. Saleh (2002) menerangkan bahwa konsentrasi kemiskinan di
suatu daerah ditentukan pula oleh aspek regional seperti pemusatan jumlah penduduk miskin yang
tidak menyebar di suatu daerah (tingkat kecamatan). 2) Perubahan Pada Kebijakan Kesejahteraan
Setiap daerah pemekaran di tingkat kabupaten/kota akan mendapatkan fasilitas dan kewenangan yang
sama dengan daerah lainnya di tingkat kabupaten/kota. Salah satu kewenangan adalah pelimpahan
wewenang untuk mengelola kebijakan, terutama kebijakan yang berorientasi untuk meningkatkan
taraf kesejahteraan (Suwandi, 2002). Pelimpahan wewenang ini termasuk salah satunya adalah
adanya tambahan alokasi dana dari pemerintah pusat yang berkaitan dengan pelaksanaan kebijakan
pengentasan kemiskinan. Daerah pemekaran baru memiliki kemampuan yang lebih tinggi dalam
menjalankan program pengentasan kemiskinan, dibandingkan dengan daerah lain yang tidak
mengalami pemekaran.

Pertumbuhan Ekonomi
A. Konsep Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi (Economic Growth) adalah perkembangan kegiatan dalam perekonomian


yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran
masyarakat meningkat. Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makro ekonomi
dalam jangka panjang. Perkembangan kemampuan memproduksi barang dan jasa sebagai akibat
pertambahan faktor-faktor produksi pada umumnya tidak selalu diikuti oleh pertambahan produksi barang
dan jasa yang sama besarnya.

Pertambahan potensi memproduksi sering kali lebih besar dari pertambahan produksi yang
sebenarnya. Dengan demikian perkembangan ekonomi adalah lebih lambat dari potensinya. ( Sadono
Sukirno;10).

Prof. Simon Kuznets mendefinisikan pertumbuhan ekonomi itu adalah kenaikan jangka panjang
dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak barang barang ekonomi kepada
penduduknya. Kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, penyesuaian kelembagaan, dan
ideologi yang diperlukannya

Definisi ini memiliki tiga komponen :


1. Pertumbuhan ekonomi suatu bangsa terlihat dari meningkatnya secara terus-menerus persediaan
barang.
2. Teknologi maju merupakan faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang menentukan derajat kemampuan
dalam penyediaan aneka macam barang kepada penduduk; dan kepada penduduk
3. Penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan penyesuaan di bidang kelembagaan dan
ideologi sehingga inovasi yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan dapat dimanfaatkan secara tepat
dimanfaatkan
4. Teori pertumbuhan ekonomi sebagai penjelasan mengenai faktor mengenai faktor – faktor apa yang
menentukan kenaikan ouput per kapita dalam jangka panjang, dan mengenai bagaimana faktor mengenai
bagaimana faktor – faktor tersebut berinteraksi faktor satu sama lain sehingga terjadi proses pertumbuhan.

Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan
kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama
periode tertentu.
B. Perbedaan dan Persamaan Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu
perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Sedangkan pembangunan
ekonomi adalah suatu proses kenaikkan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan
memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam
struktur ekonomi suatu negara dan pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu negara.

Pembangunan ekonomi tidak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi, pembangunan ekonomi
mendorong pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya pertumbuhan ekonomi memperlancar proses
pembangunan ekonomi.

Perbedaan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi yaitu :

Pertumbuhan ekonomi :

1. Merupakan proses naiknya produk per kapita dalam jangka panjang

2. Tidak memperhatikan pemerataan pendapatan

3. Tidak memperhatikan pertambahan penduduk

4. Belum tentu dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat

5. Pertumbuhan ekonomi belum tentu disertai dengan pembangunan ekonomi

Pembangunan ekonomi:

1.    Merupakan proses perubahan yang terus menerus menuju perbaikan termasuk usaha meningkatkan
produk per kapita

2. Memperhatikan pemerataan pendapatan termasuk pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya

3. Memperhatikan pertambahan penduduk

4. Memperhatikan pertambahan penduduk


5. Pembangunan ekonomi selalu dibarengi dengan pertumbuhan ekonomi

Pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi memiliki persamaan yaitu :

1. Kedua-duanya merupakan kecenderungan di bidang ekonomi

2. Pokok permasalahan akhir adalah besarnya pendapatan per kapita

3. Kedua-duanya menjadi tanggung jawab pemerintah dan memerlukan dukungan rakyat

4.Kedua-duanya berdampak pada kesejahteraan rakyat

Indikator yang digunakan untuk menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi yaitu :

1. Produk Domestik Bruto (PDB),yaitu nilai barang dan jasa dalam suatu negara yang diproduksikan oleh
faktor-faktor produksi milik warga negara tersebut dan negara asing.

2. Produk Nasional Bruto (PNB), yaitu nilai barang dan jasa yang dihitung hanyalah barang dan jasa yang
diproduksikan oleh faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh warga negara dari negara yang pendapatan
nasionalnya dihitung.

C. Teori-Teori Pertumbuhan Ekonomi

1. Teori Pertumbuhan Klasik


Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi Klasik ada empat faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi, yaitu jumlah penduduk, jumlah stock barang-barang modal, luas tanah, dan
kekayaan alam, serta tingkat teknologi yang digunakan. Walaupun menyadari bahwa pertumbuhan
ekonomi tergantung kepada banyak faktor, ahli-ahli ekonomi Klasik terutama menitikberatkan
perhatiannya kepada pengaruh pertambahan penduduk kepada pertumbuhan ekonomi.
Dalam teori pertumbuhan mereka, dikemukanan suatu teori yang menjelaskan perkaitan antara
pendapatan per kapita penduduk dan jumlah penduduk. Teori tersebut dinamakan teori penduduk
optimum. Apabila terdapat kekurangan penduduk, produksi marjinal adalah lebih tinggi daripada
pendapatan per kapita. Maka pertambahan penduduk akan menaikkan pendapatan per kapita. Akan tetapi
jika penduduk semakin banyak maka akan berlaku hukum hasil lebih yang semakin berkurang,yaitu
produksi marjinal akan mulai mengalami penurunan.

2. Teori Schumpeter
Teori Schumpeter menekankan tentang pentingnya peranan pengusaha di dalam mewujudkan
pertumbuhan ekonomi. Dalam teori ini ditunjukkan bahwa para pengusaha merupakan golongan yang
akan terus menerus membuat pembaharuan atau inovasi dalam kegiatan ekonomi. Inovasi tersebut
meliputi : memperkenalkan barang baru, mempertinggi efisien cara memproduksi dalam menghasilkan
sesuatu barang, memperluas pasar suatu barang ke pasaran yang baru, mengembangkan sumber bahan
mentah yang baru dan mengadakan perubahan dalam organisasi dengan tujuan mempertinggi efisiensi
kegiatan perusahaan. Berbagai kegiatan inovasi ini akan memerlukan investasi baru
3. Teori Harrod-Domar
Teori Harrod-Donar dalam analisisnya bertujuan menerangkan syarat yang harus dipenuhi
supaya suatu perekonomian dapat mencapai pertumbuhan yang teguh atau steady growth dalam jangka
panjang. Teori ini beranggapan bahwa modal harus dipakai secara efektif, karena pertumbuhan ekonomi
sangat dipengaruhi oleh peranan pembentukan modal tersebut.

4. Teori Pertumbuhan Neo Klasik


Abramovits dan Solow dalan teori pertumbuhan Neo Klasik mengemukakan bahwa faktor
terpenting dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi bukanlah pertambahan modal dan pertambahan
tenaga kerja. Faktor yang paling penting adalah kemajuan teknologi dan pertambahan kemahiran dan
kepakaran tenaga kerja. ( Sadono Sukirno ; 433 )
D. Faktor-Faktor Pertumbuhan Ekonomi

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah:

1.      Faktor Sumber Daya Manusia

Sama halnya dengan proses pembangunan, pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi oleh SDM.
Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam proses pembangunan, cepat lambatnya proses
pembangunan tergantung kepada sejauhmana sumber daya manusianya selaku subjek pembangunan
memiliki kompetensi yang memadai untuk melaksanakan proses pembangunan.

2.  Faktor Sumber Daya Alam

Sebagian besar negara berkembang bertumpu kepada sumber daya alam dalam melaksanakan
proses pembangunannya. Namun demikian, sumber daya alam saja tidak menjamin keberhasilan proses
pembanguan ekonomi, apabila tidak didukung oleh kemampaun sumber daya manusianya dalam
mengelola sumber daya alam yang tersedia. Sumber daya alam yang dimaksud dinataranya kesuburan
tanah, kekayaan mineral, tambang, kekayaan hasil hutan dan kekayaan laut.

3.  Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat mendorong adanya
percepatan proses pembangunan, pergantian pola kerja yang semula menggunakan tangan manusia
digantikan oleh mesin-mesin canggih berdampak kepada aspek efisiensi, kualitas dan kuantitas
serangkaian aktivitas pembangunan ekonomi yang dilakukan dan pada akhirnya berakibat pada
percepatan laju pertumbuhan perekonomian.

4. Faktor Budaya

Faktor budaya memberikan dampak tersendiri terhadap pembangunan ekonomi yang dilakukan,
faktor ini dapat berfungsi sebagai pembangkit atau pendorong proses pembangunan tetapi dapat juga
menjadi penghambat pembangunan. Budaya yang dapat mendorong pembangunan diantaranya sikap
kerja keras dan kerja cerdas, jujur, ulet dan sebagainya. Adapun budaya yang dapat menghambat proses
pembangunan diantaranya sikap anarkis, egois, boros, KKN, dan sebagainya.

5. Sumber Daya Modal


Sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah SDA dan meningkatkan kualitas
IPTEK. Sumber daya modal berupa barang-barang modal sangat penting bagi perkembangan dan
kelancaran pembangunan ekonomi karena barang-barang modal juga dapat meningkatkan produktivitas.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Pertumbuhan_ekonomi )

Faktor-faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi diantaranya adalah :

1.         Korupsi

     Korupsi akan mempersulit pembangunan karena akan membuat kekacauan dan ketidakefisienan  

     dalam pembelanjaan.

2.         Laju inflasi

Inflasi akan berdampak pada menurunnya indeks kepercayaan konsumen karena masyarakat
cenderung mengurangi belanja karena berhati-hati terhadap resiko kenaikkan harga tinggi.

3.         Tingkat suku bunga

     Tingkat suku bungan akan mempengaruhi investasi.

4. Kenaikkan harga bahan bakar minyak

     Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) mempengaruhi pertumbuhan ekonomi nasional karena
dampak kebijakan tersebut menimbulkan "multiplayer effect" menyeluruh terhadap perekonomian.

5. Situasi keamanan yang tidak kondusif

     Ada beberapa pandangan untuk menciptakan kondisi ekonomi yang kokoh dibutuhkan stabilitas
politik dan keamanan. Investor yang pada saat ini dianggap sebagai salah satu yang berperan dalam
pertumbuhan ekonomi suatu negara tidak akan mau menanamkan modalnya (investasi jangka pendek
maupun jangka panjang) jika keamanan tidak stabil

Anda mungkin juga menyukai