Disusun
Oleh : Muh. Shapri
Nim :0910580620006
Prodi : Peternakan
Saat ini kita seringkali mendengar kata inflasi. Akan tetapi apa benar kita sudah
mengetahui apa inflasi itu. Kebanyakan dari kita tidak mengetahuinya. Padahal sangat
penting bagi kita untuk mengetahui inflasi. Hal ini disebabkan inflasi tidak bisa
dilepaskan dari masalah perekonomian.
Dengan mengetahui secara benar tentang masalah inflasi, tentu saja kita berharap
dapat mengatasi atau bahkan mencegahnya. Kita tidak bisa memungkiri akan besarnya
kemungkinan dinegara kita akan menghadapi masalah inflasi. Sebagai seorang mahasiswa
sudah sepatutnya kita membanntu permasalahan ekonomi yang ada di negara kita
khususnya masalah inflasi. Oleh karena itu saya membuat makalah ini karena masalah
inflasi saat ini bukanlah masalah yang remeh terutama di masa-masa krisis global
seperti yang kita alami sekarang.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
A. Pengertian inflasi
Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus menerus
selama satu periode tertentu. Kenaikan harga ini diukur dengan menggunakan index
harga. Beberapa index harga yang sering digunakan untuk mengkur inflasi antara lain:
indeks biaya hidup mengukur biaya pengeluaran untuk membeli sejumlah barang dan
jasa yang dibeli oleh rumah tangga untuk keperluan hidup. Angka penimbangan
biasanya didasarkan atas besarnya persentase pengeluaran untuk barang tertentu
terhadap pengeluaran secara keseluruhan. Besarnya persentase ini dapat berubah dari
tahun ketahun. Oleh karena itu perlu direvisi apabila ternyata terdapat perubahan.
Misalnya dengan adanya listrik masuk desa, maka persentase pengeluaran untuk minyak
tanah terhadap pengeluaran total menjadi semakin kecil. Dengan perubahan angka
penimbangan ini maka indeks harganya pun akan berubah. Laju inflasi dapat dihitung
dengan cara menghitung persentase kenaikan atau penurunan indek harga ini dari
tahun ke tahun atau bulan ke bulan
c. GNP deflator :
adalah jenis indeks yang lain. Berbeda dengan dua indeks diatas, dalam cakupan
barangnya. GNP deflator mencukp jumlah barang dan jasa yang masuk dalam
perhitungan GNP, jadi lebih banyak jumlahnya bila dibanding dengan dua indeks diatas.
GNP deflator adalah rata rata harga dari seluruh barang tertimbang dengan kuantitas
barang barang tersebut yang betul betul dibeli.
B. Teori Inflasi
a. Teori Kuantitas
Teori ini menyoroti hal-hal yang berperan dalam proses inflasi, yaitu jumlah uang yang
beredar dan anggapan masyarakat mengenai kenaikan harga-harga. Inti dari teori
kuantitas adalah sebagai berikut. Inflasi yang bisa terjadi apabila ada penambahan
volume uang yang beredar. Tanpa ada kenaikan jumlah uang yang beredar, gagal panen
misalnya hanya akan menaikan harga-harga untuk sementara waktu saja. Penambahan
jumlah uang ibarat” bahan bakar” bagi api inflasi. Apabila jumlah uang bertambah,
inflasi akan berhenti dengan sendirinnya.
Laju inflasi disebabkan oleh laju pertambahan jumlah uang beredar dan anggapan
masyarakat mengenai harga-harga. Teori kuantitas ini di kemukankan oleh Irving
Fisher. Adapun rumusnya sebagai berikut :
Keterangan :
P = Tingkat harga
T = Banyaknya transaksi
Di setiap transaksi, jumlah yang dibayarkan oleh pembeli sama dengan jumlah uang
yang diterima penjual. Hal ini berlaku untuk seluruh perekonomian.Dalam periode
tertentu nilai barang dan jasa yang dibeli harus sama dengan nilai barang dan jasa
yang dijual.Nilai barang yang dijual sama dengan volume transaksi (T) di kalikan harga
rata-rata barang tersebut (P).
b. Teori Keynes`
Menurut John Maynard Keynes,. Inflasi terjadi karena suatu masyarakat ingin hidup
di luar batas kemampuan ekonominya. Keynes berpendapat, proses inflasi adalah
proses perebutan bagian rezeki diantara kelompok-kelompok sosial yang menginginkan
bagian yang lebih besar dari yang bisa disediakan oleh masyarakat tersebut. Oleh
keynes proses perebutan ini diterjemahkan menjadi keadaan di mana permintaan
masyarakat terhadap barang selalu melebihi jumlah barang-barang yang tersedia.
Peristiwa tersebut menimbulkan apa yang disebut celah inflasi atau inflationary gap.
Proses inflasi akan terus berlangsung selama jumlah pemintaan efektif dari semua
golongan masyarakat melebihi jumlah output yang dihasilkan. Namun apabila
permintaan efektif total tidak melebihi harg-harga yang berlaku dari jumlah output
yang tersedia, maka inflasi akan berhenti.
c. Teori Strukturalis
Teori ini didasarkan atas pengalaman di Negara-negara amerika latin. Teori ini
memberikan perhatian yang besar terhadap struktur perekonomian Negara-negara
sedang berkembang. Hal ini disebabkan inflasi dikaitkan dengan faktor-faktor struktural
dari perekonomian. Menurut teori ini, ada dua hal penting dalam perekonomian
Negara-negara sedang berkembang yang dapat menimbulkan inflasi, yaitu sebagai
berikut:
C. Jenis-jenis Inflasi
a. Moderate inflation
Karakteristiknya adalah kenaikan tingkat harga yang lambat. Umumnya disebut sebagai
inflansi satu digit. Pada tingkat inflansi seperti ini orang orang masih mau untuk
memegang uang dan menyimpan kekayaannya dalam bentuk uang daripada dalam
bentuk asset riil ;
inflansi pada tingkat ini terjadi pada tingkatan 20% sampai 200% per tahun. Pada
tingkatan inflansi seperti ini orang hanya mau memegang uang seperlunya saja,
sedangkan kekayaan disimpan dalam bentuk aset aset rill.orang akan menumpuk barang
barang, membeli rumah dan tanah. Pasar uang akan mengalami penyusutan dan
pendanaan akan dialokasikan melalui cara cara selain dari tingkat bunga serta orang
tidak akan memberikan pinjaman kecuali dengan tingkat bunga yang amat tinggi.
Banyak perekonomian yang mengalami tingkatinflansi seperti ini “selamat” walaupun
system harganya sangat buruk. Perekonomian seperti ini cenderung mengakibatkan
terjadinya gangguan gangguan besar pada perekonomian karena orang orang akan
cenderung mengirimkan dananya untuk berinvestasi diluar negri dari pada berinvestasi
di dalam negri (capital outflow).
c. Hyper inflation
Inflansi jenis ini terjadi pada tingkatan yang sangat tinggi yaitu jutaan sampai
trilyunan persen per tahun. Walaupin sepertinya banyak pemerintah yang
perekonomiannya dapat bertahan menghadapi inflansi menengah akan tetapi tidak
pernah ada pemerintah yang dapat bertahan menghadapi inflansi jenis ketiga yang
amat “mematikan” ini.
· Demand Inflation, karena permintaan masyarakat akan berbagai barang terlalu kuat
Yang timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai barang bertambah terlalu
kuat akibat tingkat harga umum naik (misalnya karena bertambahnya pengeluaran
perusahaan).
Bermula dengan harga P1 dan output Q1, kenaikan permintaan total dari AD1 ke
AD2 menyebabkan ada sebagian permintaan yang tidak dapat dipenuhi oleh penawaran
yang ada. Akibatnya, harga naik menjadi P2 dan output naik menjadi QFE. Kenaikan
AD2 selanjutnya menjadi AD3 menyebabkan harga naik menjadi P3, sedang output
tetap pada QFE. Kenaikan harga ini disebabkan oleh adanya inflationary gap. Proses
kenaikan harga ini akan berjalan terus sepanjang permintaan total terus naik (misalnya
menjadi AD4).
Inflasi jenis ini timbul karena kenaikan ongkos produksi atau inflansi yang
disebabkan karena peningkatan harga akibat naiknya biaya-biaya[3]. Inflasi ini dikenal
dengan istilah cost-push inflation atau supply inflation. Untuk lebih jelasnya simak
baik-baik kurva di atas. Apabila ongkos produksi ini misalnya disebabkan kenaikan harga
alat-alat produksi yang didatangkan dari luar negeri atau kenaikan bahan mentah
maupun bahan baku. Gambar berikut menjelaskan proses terjadinya cost-push
inflation.
Bermula pada harga P1 dan QFE. Kenaikan biaya produksi (disebabkan baik karena
berhasilnya tuntutan kenaikan upah oleh serikat buruh ataupun kenaikan harga bahan
baku untuk industri) akan menggeser kurva penawaran total dari AS1 menjadi AS2.
konsekuensinya harga naik menjadi P2 dan produksi turun menjadi Q1. Kenaikan harga
selanjutnya akan menggeser kurva AS menjadi AS3, harga naik dan produksi turun
menjadi Q2.
Proses ini akan berhenti apabila AS tidak lagi bergeser ke atas. Proses kenaikan
harga ini (yang sering dibarengi dengan turunnya produksi) disebut dengan cost-push
inflation
c. inflasi campuran
Kedua mmacam inflasi yang telah dijelaskan di atas jarang sekali di jumpai dalam
praktik sehari-hari. Pada umumnya, inflasi yang terjadi di berbagai negara merupakan
campuran dari kedua macam inflasi tersebut. Inflasi campuran merupakan campuran
antara inflasi permintaan (demand-pull inflation) dan inflasi biaya (cost-push
inflation).
4. Supressed Inflation atau Inflasi yang ditutup-tutupi, yaitu inflasi yang pada suatu
waktu akan timbul dan menunjukkan dirinya karena harga-harga resmi semakin tidak
relevan dalam kenyataan.
Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi. Perubahan ini
dapat terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagai macam barang yang kemudian
dapat mendorong terjadinya perubahan dalam produksi beberapa barang tertentu
sehingga mengakibatkan alokasi faktor produksi menjadi tidak efisien.
Dalam menganalisa kedua efek diatas (Equity dan Efficiency Effect) digunakan
suatu anggapan bahwa output tetap. Hal ini dilakukan supaya dapat diketahui efek
inflasi terhadap distribusi pendapatan dan efisiensi dari jumlah output tertentu
tersebut.
Inflasi yang tinggi tingkatnya tidak akan menggalakan perkembangan ekonomi. Biaya
yang terus menerus naik menyebabkan kegiatan produktif sangat tidak
menguntungkan. Maka pemilik modal biasanya lebih suka menggunakan uangnya untuk
tujuan spekulasi. Antara lain tujuan ini dicapai dengan pembeli harta-harta tetap
setiap tanah, rumah dan bangunan. Oleh karena pengusaha lebih suka menjalankan
kegiatan investasi yang bersifat seperti ini, investasi produktif akan berkurang dan
tingkat kegiatan ekonomi menurun. Sebagai akibatnya lebih banyak pengangguran akan
terwujud.
Disamping menimbulkan efek buruk di atas kegiatan ekonomi Negara, inflasi juga
akan menimbulkan efek-efek berikut kepada individu masyarakat :
E. Dampak Inflasi
Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif tergantung pada parah atau
tidaknya tingkat inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang
positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik yaitu meningkatkan
pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan
mengadakan investasi. Sebaliknya dalam masa inflasi yang parah yaitu pada saat
terjadi inflasi tak terkendali (hiper inflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan
perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung,
investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima
pendapatan tetap seperti karyawan swasta serta kaum buruh akan kewalahan
menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka semakin merosot dan
terpuruk dari waktu kewaktu.
Bagi orang meminjam uang kepada bank (debitur), inflasi menguntungkan karena
pada saat pembayaran utang kepada kreditur nilai uang lebih rendah dibandingkan pada
saat meminjam. Sebaliknya kreditur atau pihak yang meminjamkan akan mengalami
kerugian karena nilai uang pengembalian lebih rendah dibanding pada saat peminjaman.
Bagi produsen inflasi dapat menguntungkaan bila pendapatan yang diperoleh lebih
tinggi dari kenaikan biaya produksi. Namun, bila inflasi menyebabkan naiknya biaya
produksi dapat merugikan produsen. Secara umum inflasi dapat mengkibatkan
berkurangnya investasi disuatu negara, mendorong kenaikan suku bunga, mendorong
penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan,
ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat
kehidupan dan kesejahtraan masyarakat.
1. Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter merupakan kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Yaitu ;
BI mengendalikan jumlah uang beredar dengan cara jual beli surat-surat berharga.
BI mempunyai instrumen yaitu Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Apabila jumlah uang
beredar dalam masyarakat terlalu besar, maka BI dapat menjual SBI kepada
masyarakat (bank-bank umum). Apabila bank umum membeli SBI artinya ada uang
yang tersedot ke pemerintah (BI), yang berarti jumlah uang beredar berkurang.
Apabila bank sentral menaikan tingkat diskontonya (yaitu tingkat bunga yang
dikenakanpada bank umum atas pinjaman dana yang diberikan), maka jumlah uang yang
beredar cenderung berkurang. Sebaliknya, bila pemerintah menghendaki jumlah uang
beredar bertambah, suku diskonto bank sentral perlu diturunkan.
Setiap bank umum wajib mempunyai cadangan di BI dan jumlahnya ditetapkan oleh
BI. Istilahnya adalah reserve requirement. Apabila Bank Indonesia menaikkan tingkat
cadangan minimal bank-bank umum, katakanlah dari 10% menjadi 15%, maka hal ini
akan mengurangi jumlah uang beredar, karena semakin besarnya modal bank-bank
umum yang harus disimpan di BI.
Bank sentral umumnya menetukan angka banding minimum antara ung tunai
dengan kewajiban giral bank. Angka banding mana disebut “minimum cash ratio”.Bila
pemerintah menurunkan minimum cash ratio, maka dengan uang tunai yang samabank
dapat menciptakan uang denganjumlah yang lebih banyak dari sebelumnya. Sebaliknya
bila dikehendaki berkurangnya jumlah uang yang beredar, pemerintah dapat menaikan
cash ratio bank.
PENUTUP
Kesimpulan
1. inflasi merupakan suatu gejala dimana banyak terjadi kenaikan harga barang yang
terjadi secara sengaja ataupun secara alami yang terjadi tidak hanya di suatu tempat,
melainkan diseluruh penjuru suatu negara bahkan dunia
3. Efek yang ditimbulkan dari Inflasi yaitu: 1 Efek terhadap pendapatan (Equity
Effect), 2 Efek terhadap efisiensi (Efficiency Effect), 3 Efek terhadap
Output (Output Effect), 4 Inflasi dan Perkembanngan Ekonomi, 5 Inflasi dan
Kemakmuran masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Perlambang,Heru. 2010. Analisis Pengaruh Jumlah uang beredar, suku bunga SBI, nilai
tukar terhadap tingkat inflasi. Univ Trisakti, Media Ekonomi Vol. 19 No 2.