Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sebuah Negara tidak akan pernah lepas dari berbagai macam masalah yang
pastinya berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada Negara – Negara
yang memiliki jumlah penduduk tinggi seperti Indonesia. Masalah perekonomian
sudah tidak lazim lagi di Indonesia salah satunya adalah masalah ekonomi terkait
inflasi. Masalah tersebut mewujudkan beberapa efek buruk yang bersifat ekonomi,
politik dan sosial yang sangat membutuhkan solusi yang tepat untuk menyelesaikan
masalah tersebut agar tidak menghambat langkah Negara Indonesia untuk menjadi
Negara yang lebih maju.

Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga – harga
secara umum dan terus menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang
dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang
meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi bahkan
spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang.
Selain itu terdapat juga deflasi yang merupakan kebalikan dari inflasi. Deflasi
merupakan penurunan harga barang dan jasa secara umum. Hal ini dapat
menyebabkan kelesuan dalam dunia ekonomi.

1.2 Rumusan Masalah

a. Bagaimana konsep inflasi ?


b. Bagaimana dampak inflasi bagi perekonomian ?

1.3 Tujuan Penulisan Paper

a. Untuk mengetahui konsep inflasi


b. Untuk mengetahui dampak inflasi bagi perekonomian

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Inflasi

2.1.1. Pengertian Inflasi

Jika mengamati harga-harga barang atau jasa, tidak ada harga yang
tetap atau konstan dari waktu ke waktu, bahkan cenderung naik hal tersebut
diakibatkan oleh ketidakseimbangan antara arus uang dan arus barang.
Dimana arus barang harus mengalir dari hasil produksi perusahaan ke pasar
barang dan bertemu dengan arus yang berasal dari pembelanjaan pemerintah
dan rumah tangga atau konsumen.

Pada keadaan seperti ini, harga akan tercipta. Jika arus uang dan arus
barang berada dalam keseimbangan, maka harga akan stabil, jumlah
penawaran sama dengan jumlah permintaan. Begitu pula jumlah uang yang
tersedia di masyarakat. Jika terjadi ketidakseimbangan antara penawaran
dan permintaan barang, serta arus uang dan arus barang saat itulah yang
dinamakan inflasi. Untuk lebih tepatnya, pengertian inflasi adalah ”suatu
proses atau peristiwa dalam perekonomian yang diakibatkan karena
terganggunya keseimbangan antara arus uang dan arus barang. ” Atau inflasi
adalah suatu gejala dimana tingkat harga umum mengalami kenaikan secara
terus menerus.

Ada 3 unsur dalam pengertian inflasi :

1. Adanya kenaikan harga secara umum

2. Terjadinya kenaikan harga secara terus menerus

3. Kenaikan harga berlangsung dalam jangka waktu lama.

Bila kenaikan yang terjadi hanya sekali, walaupun persentasi yang


cukup besar belum dapat dikatakan sebagai inflasi karena tidak mempunyai
pengaruh lanjutan. Sebagai contoh, kenaikan harga-harga menjelang bulan

2
Ramadan ataupun pada hari besar lainnya belum dapat dikatakan sebagai
inflasi karena tidak mempunyai pengaruh lebih lanjut. Kejadian seperti
contoh diatas, diistilahkan sebagai kenaikan tingkat harga dan setiap
peristiwa yang cenderung mendorong naiknya tingkat harga disebut sebagai
gejolak inflasi. Sedangkan tingkat persentase kenaikan tingkat harga dan
beberapa indeks harga dari suatu periode ke periode lain disebut dengan laju
inflasi.

2.1.2 Teori tentang Inflasi

1. Teori Kuantitas
Teori ini adalah teori yang tertua yang membahas tentang inflasi,
tetapi dalam perkembangannya teori ini mengalami penyempurnaan oleh
para ahli ekonomi Universitas Chicago, sehingga teori ini juga dikenal
sebagai model kaum moneteris (monetarist models). Teori ini menekankan
pada peranan jumlah uang beredar dan harapan (ekspektasi) masyarakat
mengenai kenaikan harga terhadap timbulnya inflasi.
Inti dari teori ini adalah sebagai berikut :
1. Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan volume uang
beredar, baik uang kartal maupun giral.
2. Laju inflasi juga ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang
beredar dan oleh harapan (ekspektasi) masyarakat mengenai kenaikan harga
di masa mendatang.
2. Keynesian Model
Dasar pemikiran model inflasi dari Keynes ini, bahwa inflasi terjadi
karena masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan ekonomisnya,
sehingga menyebabkan permintaan efektif masyarakat terhadap barang-
barang (permintaan agregat) melebihi jumlah barang-barang yang tersedia
(penawaran agregat), akibatnya akan terjadi inflationary gap. Keterbatasan
jumlah persediaan barang (penawaran agregat) ini terjadi karena dalam
jangka pendek kapasitas produksi tidak dapat dikembangkan untuk
mengimbangi kenaikan permintaan agregat. Oleh karenanya sama seperti

3
pandangan kaum monetarist, Keynesian models ini lebih banyak dipakai
untuk menerangkan fenomena inflasi dalam jangka pendek.
Dengan keadaan daya beli antara golongan yang ada di masyarakat
tidak sama (heretogen), maka selanjutnya akan terjadi realokasi barang-
barang yang tersedia dari golongan masyarakat yang memiliki daya beli
yang relatif rendah kepada golongan masyarakat yang memiliki daya beli
yang lebih besar. Kejadian ini akan terus terjadi di masyarakat. Sehingga,
laju inflasi akan berhenti hanya apabila salah satu golongan masyarakat
tidak bisa lagi memperoleh dana (tidak lagi memiliki daya beli) untuk
membiayai pembelian barang pada tingkat harga yang berlaku, sehingga
permintaan efektif masyarakat secara keseluruhan tidak lagi melebihi
supply barang (inflationary gap menghilang).
3. Mark-up Model
Pada teori ini dasar pemikiran model inflasi ditentukan oleh dua
komponen, yaitu cost of production dan profit margin. Relasi antara
perubahan kedua komponen ini dengan perubahan harga dapat dirumuskan
sebagai berikut :
Price = Cost + Profit Margin
Karena besarnya profit margin ini biasanya telah ditentukan sebagai
suatu prosentase tertentu dari jumlah cost of production, maka rumus
tersebut dapat dijabarkan menjadi :
Price = Cost + ( a% x Cost )
Dengan demikian, apabila terjadi kenaikan harga pada komponen-
komponen yang menyusun cost of production dan atau penaikan pada profit
margin akan menyebabkan terjadinya kenaikan pada harga jual komoditi di
pasar.
4. Teori Struktural : Model Inflasi di Negara Berkembang
Banyak study mengenai inflasi di negara-negara berkembang,
menunjukan bahwa inflasi bukan semata-mata merupakan fenomena
moneter, tetapi juga merupakan fenomena struktural atau cost push
inflation. Hal ini disebabkan karena struktur ekonomi negara-negara

4
berkembang pada umumnya yang masih bercorak agraris. Sehingga,
goncangan ekonomi yang bersumber dari dalam negeri, misalnya gagal
panen (akibat faktor eksternal pergantian musim yang terlalu cepat, bencana
alam, dan sebagainya), atau hal-hal yang memiliki kaitan dengan hubungan
luar negeri, misalnya memburuknya term of trade; utang luar negeri; dan
kurs valuta asing, dapat menimbulkan fluktuasi harga di pasar domestik.
Fenomena struktural yang disebabkan oleh kesenjangan atau kendala
struktural dalam perekonomian di negara berkembang, sering disebut
dengan structural bottlenecks. Strucktural bottleneck terutama terjadi dalam
tiga hal, yaitu :
1. Supply dari sektor pertanian (pangan) tidak elastis. Hal ini
dikarenakan pengelolaan dan pengerjaan sektor pertanian yang
masih menggunakan metode dan teknologi yang sederhana,
sehingga seringkali terjadi supply dari sektor pertanian domestik
tidak mampu mengimbangi pertumbuhan permintaannya.
2. Cadangan valuta asing yang terbatas (kecil) akibat dari pendapatan
ekspor yang lebih kecil daripada pembiayaan impor. Keterbatasan
cadangan valuta asing ini menyebabkan kemampuan untuk
mengimpor barangbarang baik bahan baku; input antara; maupun
barang modal yang sangat dibutuhkan untuk pembangunan sektor
industri menjadi terbatas pula. Belum lagi ditambah dengan adanya
demonstration effect yang dapat menyebabkan perubahan pola
konsumsi masyarakat. Akibat dari lambatnya laju pembangunan
sektor industri, seringkali menyebabkan laju pertumbuhan supply
barang tidak dapat mengimbangi laju pertumbuhan permintaan.
3. Pengeluaran pemerintah terbatas. Hal ini disebabkan oleh sektor
penerimaan rutin yang terbatas, yang tidak cukup untuk membiayai
pembangunan, akibatnya timbul defisit anggaran belanja, sehingga
seringkali menyebabkan dibutuhkannya pinjaman dari luar negeri
ataupun mungkin pada umumnya dibiayai dengan pencetakan uang
(printing of money).

5
Dengan adanya structural bottlenecks ini, dapat memperparah inflasi
di negara berkembang dalam jangka panjang, oleh karenanya fenomena
inflasi di negaranegara yang sedang berkembang kadangkala menjadi suatu
fenomena jangka panjang, yang tidak dapat diselesaikan dalam jangka
waktu yang pendek.
Berbeda dengan kaum monetaris yang memandang inflasi sebagai
fenomena moneter, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan dalam sektor
moneter akibat dari ekspansi jumlah uang beredar, kaum neo-structuralist
menekankan pada struktur sektor keuangan. Dasar pemikiran kaum neo-
structuralist ini adalah pengaruh uang terhadap perekonomian terutama
ditransmisikan dari supply side atau produksi. Menurut pemikiran kaum
neo-structuralist, uang merupakan salah satu faktor penentu investasi dan
produksi. Bila jumlah uang yang tersedia untuk investasi melimpah,
menyebabkan harga uang (suku bunga) akan murah, maka volume investasi
akan meningkat. Dengan meningkatnya volume investasi, volume produksi
juga akan meningkat. Sehingga, penawaran barang meningkat, yang pada
gilirannya akan menekan tingkat inflasi. Dengan dasar pemikiran yang
seperti ini, timbul pendapat bahwa deregulasi di sektor finansial dan
peningkatan jumlah uang beredar akan mendorong laju pertumbuhan
ekonomi seraya menekan inflasi.
Kaum strukturalis berpendapat, bahwa selain harga komoditi
pangan, penyebab utama terjadinya inflasi di negara-negara berkembang
adalah akibat inflasi dari luar negeri (imported inflation). Hal ini disebabkan
antara lain oleh harga barangbarang impor yang meningkat di daerah
asalnya, atau terjadinya devaluasi atau depresiasi mata uang di negara
pengimpor. Menurut kesimpulan dari penelitian M.N. Dalal dan G.
Schachter (1988), bila kontribusi impor terhadap pembentukan output
domestik sangat besar, yang artinya sifat barang impor tersebut sangat
penting terhadap price behaviour di negara importir, maka kenaikan harga
barang impor akan menyebabkan tekanan inflasi di dalam negeri yang
cukup besar. Selain itu, semakin rendah derajat kompetisi yang dimiliki oleh

6
barang impor (price inelastic) terhadap produk dalam negeri, akan semakin
besar pula dampak perubahan harga barang impor tersebut terhadap inflasi
domestik.

2.1.3 Jenis – Jenis dari Inflasi

Ada berbagai cara untuk menggolongkan macam – macam inflasi, dan


penggolongkan yang akan dipilih tergantung pada tujuan kita.

a. Berdasarkan Tingkat Keparahan Inflasi


1. Inflasi ringan ( dibawah 10% setahun )
2. Inflasi sedang ( antara 10 – 30% setahun )
3. Inflasi berat ( antara 30 – 100% setahun )
4. Hipertensi ( diatas 100% setahun )

Penentuan tingkat keparahan inflasi tidak bisa hanya dari sudut laju inflasi saja,
tanpa mempertimbangkan siapa - siapa yang menanggung beban atau yang
memperoleh keuntungan dari inflasi tersebut.

b. Berdasarkan Penyebab Terjadinya Inflasi


1. Inflasi timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai barang
terlalu kuat. Inflasi semacam ini disebut demand inflation.
2. Inflasi yang timbul karena kenaikan biaya produksi. Ini disebut cost
inflation.

Perbedaan dari kedua proses inflasi ini terletak pada urutan dari kenaikan
harga. Dalam demand inflation kenaikan harga barang akhir ( output ) mendahului
kenaikan harga barang – barang input dan harga – harga faktor produksi ( upah dan
sebagainya ). Sebaliknya, dalam cost inflation kita melihat kenaikan harga barang
– barang input dan harga – harga faktor produksi mendahului kenaikan harga
barang – barang akhir ( output ).

Kedua macam inflasi ini jarang sekali dijumpai dalam praktek dalam bentuk
yang murni. Pada umumnya, inflasi yang terjadi adalah kombinasi dari kedua
macam inflasi tersebut, dan seringkali keduanya saling memperkuat satu sama lain.

7
c. Berdasarkan Asal dari Inflasi
1. Inflasi yang berasal dari dalam negeri ( domestic inflation )
Inflasi yang berasal dari dalam negeri timbul misalnya karena defisit
anggaran belanja yang dibiayai dengan pencetakan uang baru, panenan
gagal dan sebagainya.
2. Inflasi yang berasal dari luar negeri ( imported inflation )
Inflasi yang berasal dari luar negeri adalah inflasi yang timbul karena
kenaikan harga – harga ( yaitu inflasi ) di luar negeri atau di Negara –
Negara langganan berdagang kita.

“ Penularan “ inflasi dari luar negeri ke dalam negeri bisa pula lewat
kenaikan harga barang – barang ekspor, dan saluran – salurannya hanya sedikit
berbeda dengan penularan lewat kenaikan harga barang – barang impor. Penularan
inflasi dari luar negeri ke dalam negeri ini jelas lebih mudah terjadi pada Negara-
negara yang perekonomiannya terbuka, yaitu sektor perdagangan luar negerinya
penting. Namun beberapa jauh penularan tersebut terjadi juga tergantung kepada
kebijaksanaan pemerintah yang diambil. Dengan kebijaksanaan – kebijaksanaan
moneter dan perpajakan tertentu pemerintah bisa menetralisir kecenderungan
inflasi yang berasal dari luar negeri tersebut.

2.1.4 Sebab – Sebab Terjadinya Infasi

1. Inflasi Karena Permintaan (Demand Pull inflation)

Inflasi ini bisa terjadi karena permintaan atau daya tarik masyarakat yang
kuat terhadap suatu barang. Inflasi terjadi karena munculnya keinginan berlebihan
dari suatu kelompok masyarakat yang ingin memanfaatkan lebih banyak barang dan
jasa yang tersedia di pasaran. Karena keinginan yang terlalu berlebihan itu,
permintaan menjadi bertambah, sedangkan penawaran masih tetap yang akhirnya
mengakibatkan harga menjadi naik.

2. Inflasi Karena Bertambahnya Uang yang Beredar (Quantity Theory


Inflation)

8
Inflasi disebabkan karena bertambahnya uang yang beredar dikemukakan
oleh kaum klasik yang menyatakan bahwa ada keterkaitan antara jumlah uang yang
beredar dengan harga-harga. Apabila jumlah barang tetap namun jumlah uang yang
beredar lebih besar dua kali lipat, maka harga barang pun menjadi lebih mahal dua
kali lipat.

3. Inflasi Karena Kenaikan Biaya Produksi (Cost Push Inflation)

Inflasi ini disebabkan karena adanya dorongan kenaikan biaya produksi


dalam jangka waktu tertentu secara terus menerus. Secara umum inflasi kenaikan
biaya produksi ini disebabkan karena desakan biaya faktor produksi yang terus
naik.

4. Inflasi Campuran (Mixed Inflation)

Inflasi campuran ini terjadi karena adanya kenaikan penawaran dan


permintaan. Hal ini terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara penawaran dan
permintaan. Ketika permintaan terhadap suatu barang atau jasa bertambah,
kemudian mengakibatkan penyediaan barang dan faktor produksi menjadi turun.
Sementara itu, pengganti atau substitusi untuk barang dan jasa tersebut terbatas atau
tidak ada. Keadaan yang tidak seimbang ini akan menyebabkan harga barang dan
jasa menjadi naik. Inflasi jenis ini akan sangat sulit diatasi atau dikendalikan ketika
kenaikan supply akan suatu barang atau jasa lebih tinggi atau setidaknya setara
dengan permintaan.

5. Inflasi Karena Struktural Ekonomi yang Kaku (Structural Theory Inflation)

Menjelaskan penyebab inflasi dari segi struktural ekonomi yang kaku.


Produsen tidak bisa mencegah dengan cepat kenaikan permintaan yang diakibatkan
oleh pertumbuhan penduduk. Akhirnya permintaan sulit dipenuhi saat ada
pertumbuhan jumlah penduduk.

Secara umum penyebab inflasi adalah sebagai berikut ;

1. Jumlah uang yang beredar terlalu berlebihan sehingga melebihi keuntungan


2. Tradisi masyarakat yang bersifat konsumtif sering mengimpor barang

9
3. Terjadinya bencana alam
4. Terjadinya defisit pada APBN
5. Terjadinya eksparsi kredit
6. Terjadi pemberontakan
7. Pengenaan pajak pada konsumen
8. Kenaikan harga BBM
2.2 Dampak Inflasi Bagi Perekonomian
1. Dampak Inflasi terhadap Perekonomian secara Umum.
a. Mendorong penanaman modal spekulatif
Pemilik modal lebih cenderung menanamkan modalnya
dalam bentuk tanah atau emas dari pada ditanamkan pada investasi
yang produktif
b. Tingkat bunga meningkat
Jika tingkat bunga meningkat karena terjadi inflasi maka
para pemilik modal akan cenderung menyimpan uangnya,
akibatnya investasi akan berkurang.
c. Adanya ketidakpastian keadaan ekonomi dimasa yang akan datang
d. Timbulnya masalah dalam neraca pembayaran
Hal tersebut diakibatkan karena harga impor lebih mudah
dari pada barang dalam negeri, akibatnya nilai ekspor lebih kecil
dari nilai impor. Hal ini akan menyebabkan neraca pembayaran
defisit serta nilai rupiah makin turun.
e. Daya beli masyarkat turun dikarenakan nilai mata uang turun
2. Dampak Inflasi terhadap Perekonomian secara khusus.
a. Dampak inflasi terhadap pendapatan (equity effect)
Efek inflasi terhadap pendapatan bersifat tidak merata, ada
yang mengalami kerugian terutama mereka yang berpenghasilan
tetap dan ada pula kelompok yang mengalami keuntungan dengan
adanya inflasi. Inflasi menguntungkan masyarakat yang
pendapatannya ikut naik dengan adanya kenaikan harga, tetapi
merugikan golongan masyarakat yang mempunyai pendapatan

10
tetap. Hal ini disebabkan pada masa inflasi harga barang-barang dan
jasa-jasa naik yang berarti turunnya nilai uang. Pihak-pihak yang
mendapatkan keuntungan dengan adanya inflasi adalah mereka
yang memperoleh kenaikan pendapatan dengan persentase yang
lebih besar dari laju inflasi, atau mereka yang mempunyai kekayaan
bukan uang dimana nilainya naik dengan persentase lebih besar dari
laju inflasi.
 Inflasi akan merugikan bagi mereka yang berpendapatan
tetap, seperti; pegawai negeri. Contoh, amir seorang
pegawai negeri memperoleh gaji Rp. 60.000.000 setahun
dan laju inflasi 10%. Bila penghasilan Amir tidak
mengalami perubahan, maka ia akan mengalami penurunan
pendapatan riil sebesar 10% x Rp. 60.000.000 = Rp.
6.000.000.
 Kerugian akan dialami bagi mereka yang menyimpan
kekayaan dalam bentuk uang tunai.
 Kerugian akan dialami para kreditur, bila bunga pinjaman
yang diberikan lebih rendah dari inflasi.
 Di lain pihak ada yang diuntungkan dengan adanya inflasi:
1. Orang yang persentase pendapatannya melebihi
persentase kenaikan inflasi.
2. Mereka yang memiliki kekayaan bukan dalam
bentuk uang tunai, tetapi dalam bentuk barang
atau emas.
b. Dampak inflasi terhadap efisiensi (efficiency effect)

Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor


produksi. Perubahan ini dapat terjadi melalui kenaikan permintaan
akan berbagai macam barang yang kemudian dapat mendorong
terjadinya perubahan dalam produksi beberapa barang tertentu.
Dengan adanya inflasi permintaan akan barang tertentu mengalami

11
kenaikan yang lebih besar dari barang lain, yang kemudian
mendorong kenaikan produksi barang tersebut. Kenaikan produksi
barang ini pada gilirannya akan merubah pola alokasi faktor
produksi yang sudah ada.

 Proses produksi dalam penggunaan faktor-faktor


produksi menjadi tidak efisien pada saat terjadi
inflasi.
 Perubahan daya beli masyarakat yang berdampak
terhadap struktur permintaan masyarakat terhadap
beberapa jenis barang.
c. Dampak inflasi terhadap output (output effect)

Apabila laju inflasi sangat tinggi (hyper inflation) dapat


menyebabkan penurunan output. Dalam keadaan inflasi yang
tinggi, nilai uang riil turun dengan drastis, masyarakat cenderung
tidak menyukai uang kas, transaksi mengarah ke barter, yang
biasanya diikuti dengan turunnya produksi barang.

 Inflasi bisa menyebabkan kenaikan produksi.


Biasanya dalam keadaan inflasi kenaikan harga
barang akan mendahului kenaikan gaji, hal ini yang
menguntungkan produsen.
 Bila laju inflasi terlalu tinggi akan berakibat turunnya
jumlah hasil produksi, dikarenakan nilai riil uang
akan turun dan masyarakat tidak senang memiliki
uang tunai, akibatnya pertukaran dilakukan antara
barang dengan barang.

BAB III

12
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari analisa dan pembahasan pada bab – bab sebelumnya dapat kita
simpulkan bahwa inflasi adalah kecenderungan dari harga – harga untuk naik secara
umum dan terus – menerus. Terdapat 4 teori mengenai inflasi yaitu Teori Kuantitas,
Keynesian Model, Mark up Model dan Teori Struktural. Adapun jenis-jenis inflasi
yaitu berdasarkan tingkat keparahan inflasi, penyebab terjadinya inflasi, dan asal
dari inflasi. Sebab terjadinya inflasi karena beberapa faktor yaitu inflasi karena
permintaan (demand pull inflation), inflasi karena bertambahnya uang yang beredar
(quantity theory inflation), inflasi karena kenaikan biaya produksi (cost push
inflation), inflasi campuran (mixed inflation), dan inflasi karena struktural ekonomi
yang kaku (structural theory inflation). Dampak inflasi bagi perekonomian ada
dampak secara umum dan khusus. Secara umum dampak inflasi adalah mendorong
penanaman modal spekulatif, tingkat bunga meningkat, adanya ketidakpastian
keadaan ekonomi dimasa yang akan datang, dan timbulnya masalah dalam neraca
pembayaran. Sedangkan secara khusus dampak inflasi bagi perekonomian adalah
dampak inflasi terhadap pendapatan (equity effect), dampak inflasi terhadap
efisiensi (efficiency effect), dan dampak inflasi terhadap output (output effect).

DAFTAR PUSTAKA

13
Boediono 2001, Edisi 3, Cetakan ke sebelas, seri sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi
No.5 Ekonomi Moneter, BPFE UGM.Yogyakarta

Atmadja, Adwin S. “ Inflasi di Indonesia : Sumber-Sumber Penyebab Dan


Pengendaliannya”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol.1 No.1 dalam
(https://media.neliti.com/media/publications/73378-ID-inflasi-di-indonesia-
sumber-sumber-penye.pdf) diakses pada 21 Februari 2019

14

Anda mungkin juga menyukai