Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TEORI EKONOMI MAKRO

TEORI INFLASI KUANTITAS

DOSEN PENGAMPU : ELVINA SAFITRI, SE.M.Si

DI SUSUN OLEH :

ELSI AFRIANI
NPM . 20020511011

YAYASAN PENDIDIKAN MERANGIN UM-YPM


UNIVERSITAS MERANGIN
TAHUN 2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Berkat rahmat dan
karunia-Nya, penulis menyusun makalah yang berjudul “Teori Inflasi Kuantitas”

Penulis menyadari bahwa penyusunan ini masih jauh dari sempurna karena
pengalaman dan pengetahuan penulis yang terbatas. Oleh karena itu, saran dan kritik dari
semua pihak sangat diharapkan demi perbaikan di masa mendatang.

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………….2

DAFTAR ISI………………………………………………………………...…3

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………..….4

A. Latar Belakang………………………….………………………......…..…. 4
B. Rumusan Masalah……………………………………………….......…...…4
C. Tujuan Penulisan……………………..……………..…………….......….... 4

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………….……. 5

A. Pengertian Inflasi ........................................………....….………….…………. 5


B. Penyebab Terjadinya Inflasi .............................................................................. 9
C. Dampak Terjadinya Inflasi ............................................……………………… 10

BAB III PENUTUP…………………………………………………………... 12

A. Kesimpulan……………………………………………………….…… ....... 12
B. Saran ………………………………………………………………….......... 12

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Inflasi dapat diartikan sebagai proses meningkatnya harga secara umum dan terus
menerus atau dengan kata lain merupakan proses turunnya nilai mata uang secara kontinu.
Inflasi juga menjadi momok bagi perekonomian berbagai negara berkembang di dunia.
Bukan hanya harga BBM yang melambung namun harga barang-barang pokok pun
ikut melambung. Hal ini cukup membuat beban masyarakat Indonesia semakin berat. Yang
pada akhirnya kembali menambah beban yang sangat berat bagi rakyat. Semua itu
disebabkan oleh inflasi.
Oleh karena itu, dalam pembahasan kali ini penulis akan membahas tentang
pengertian “Inflasi” dan semua yang berhubungan dengan Inflasi tersebut.

B. RUMUSAN MASALAH
Berkaitan dengan latar belakang masalah diatas. Maka masalah yang dapat kami
rumuskan dalam makalah ini yaitu :
1. Apakah Inflasi itu?
2. Apa penyebab terjadinya Inflasi?
3. Apa dampak terjadinya Inflasi?
4. Bagaimana cara mengatasi Inflasi?

C. TUJUAN
Tujuan penyusunan makalah ini yaitu untuk memaparkan hasil tinjauan penulis
tentang pengertian Inflasi, agar para pembaca dapat memahami Inflasi.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. INFLASI
Inflasi adalah suatu proses naiknya harga secara umum dan terus-menerus (continue)
dalam jangka waktu yang lama. Dari pengertian tersebut dapat diartikan kalau Inflasi adalah
sebuah proses dan bukanlah tinggi-rendahnya harga. Maksudnya tingkat harga yang tinggi
itu belum tentu Inflasi.
Inflasi dapat digolongkan menjadi 4 golongan, yaitu Inflasi ringan, sedang, berat dan
hiperinflasi. Inflasi ringan terjadi apabila kenaikan harga berada di bawah angka 10%
setahun; inflasi sedang antara 10%-30% setahun; berat antara 30%-100% setahun; dan
hiperinflasi atau inflasi tak terkendali terjadi apabila kenaikan harga berada di atas 100%
setahun.
Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang terjadinya Inflasi, yaitu :
1. Teori Kuantitas
Teori ini menyoroti hal-hal yang berperan dalam proses inflasi, yaitu jumlah uang
yang beredar dan anggapan masyarakat mengenai kenaikan harga-harga. Inti dari teori
kuantitas adalah sebagai berikut : Inflasi hanya bisa terjadi apabila ada penambahan
volume uang yang beredar. Tanpa ada kenaikan jumlah uang yang beredar, gagal panen
misalnya hanya akan menaikan harga-harga untuk sementara waktu saja. Penambahan
jumlah uang ibarat” bahan bakar” bagi api inflasi. Apabila jumlah uang bertambah,
inflasi akan berhenti dengan sendirinnya.

Laju inflasi disebabkan oleh laju pertambahan jumlah uang beredar dan anggapan
masyarakat mengenai harga-harga. Teori kuantitas ini di kemukankan oleh Irving
Fisher. Di setiap transaksi, jumlah yang dibayarkan oleh pembeli sama dengan jumlah
uang yang diterima penjual. Hal ini berlaku untuk seluruh perekonomian.

Dalam periode tertentu nilai barang dan jasa yang dibeli harus sama dengan nilai
barang dan jasa yang dijual. Nilai barang yang dijual sama dengan volume transaksi di
kalikan harga rata-rata barang tersebut.
2. Teori Keynes
Menurut John Maynard Keynes, Inflasi terjadi karena suatu masyarakat ingin
hidup di luar batas kemampuan ekonominya sehingga menyebabkan permintaan efektif
masyarakat terhadap barang-barang (permintaan agregat)

5
melebihi jumlah barang-barang yang tersedia (penawaran agregat), akibatnya akan
terjadi inflationary gap atau celah inflasi.
Celah inflasi ini timbul karena golongan-golongan masyarakat berhasil
menerjemahkan aspirasi mereka menjadi permintaan yng efektif terhadap barang.
Golongan-golongan masyarakat yang dimaksud yaitu pemerintah, pengusaha, dan
serikat buruh. Pemerintah berusaha memperoleh bagian lebih besar dari output
masyarakat dengan cara mencetak uang baru. Pengusaha melakukan investasi dengan
modal yang diperoleh dari kredit bank, serikat buruh atau pekerja memperoleh kenaikan
harga. Hal ini terjadi karena permintaan total melebihi jumlah barang yang tersedia,
maka harga-harga akan naik. Adanya kenaikan harga-harga ini menunjukan sebagian
dari rencana-rencana pembelian barang dari golongan-golongan tersebut bisa dipenuhi.
Proses inflasi akan terus berlangsung selama jumlah pemintaan efektif dari semua
golongan masyarakat melebihi jumlah output yang dihasilkan. Namun apabila
permintaan efektif total tidak melebihi harg-harga yang berlaku dari jumlah output
yang tersedia, maka inflasi akan berhenti.
3. Teori Struktural
Teori ini didasarkan pada hasil dari studi yang dilakukan terhadap negara
berkembang. Hasilnya menunjukkan bahwa inflasi bukan semata-mata merupakan
fenomena moneter, tetapi juga merupakan fenomena struktural atau cost push inflation.
Hal ini disebabkan karena struktur ekonomi negara-negara berkembang yang pada
umumnya masih bercorak agraris. Sehingga, goncangan ekonomi yang bersumber dari
dalam negeri, misalnya gagal panen (akibat faktor eksternal pergantian musim yang
terlalu cepat, bencana alam, dan sebagainya), atau hal-hal yang memiliki kaitan dengan
hubungan luar negeri, misalnya memburuknya term of trade; utang luar negeri; dan kurs
valuta asing, dapat menimbulkan fluktuasi harga di pasar domestik.
Fenomena struktural yang disebabkan oleh kesenjangan atau kendala struktural
dalam perekonomian di negara berkembang, sering disebut dengan structural
bottlenecks. Strucktural bottleneck terutama terjadi dalam tiga hal, yaitu :
a. Supply dari sektor pertanian (pangan) tidak elastis
Hal ini dikarenakan pengelolaan dan pengerjaan sektor pertanian yang masih
menggunakan metode dan teknologi yang sederhana,

6
sehingga seringkali terjadi supply dari sector pertanian domestik tidak mampu
mengimbangi pertumbuhan permintaannya.
b. Cadangan valuta asing yang terbatas (kecil) akibat dari pendapatan ekspor yang
lebih kecil daripada pembiayaan impor
Keterbatasan cadangan valuta asing ini menyebabkan kemampuan untuk
mengimpor barangbarang baik bahan baku; input antara; maupun barang modal
yang sangat dibutuhkan untuk pembangunan sektor industri menjadi terbatas pula.
Belum lagi ditambah dengan adanya demonstration effect yang dapat menyebabkan
perubahan pola konsumsi masyarakat. Akibat dari lambatnya laju pembangunan
sektor industri, seringkali menyebabkan laju pertumbuhan supply barang tidak
dapat mengimbangi laju pertumbuhan permintaan.
c. Pengeluaran pemerintah terbatas
Hal ini disebabkan oleh sektor penerimaan rutin yang terbatas, yang tidak
cukup untuk membiayai pembangunan, akibatnya timbul defisit anggaran belanja,
sehingga seringkali menyebabkan dibutuhkannya pinjaman dari luar negeri ataupun
mungkin pada umumnya dibiayai dengan pencetakan uang (printing of money).

Dengan adanya structural bottlenecks ini, dapat memperparah inflasi di


Negara berkembang dalam jangka panjang, oleh karenanya fenomena inflasi di
negaranegara yang sedang berkembang kadangkala menjadi suatu fenomena
jangka panjang, yang tidak dapat diselesaikan dalam jangka waktu yang pendek.
Berbeda dengan kaum monetaris yang memandang inflasi sebagai fenomena
moneter, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan dalam sektor moneter akibat
dari ekspansi jumlah uang beredar, kaum neo-structuralist menekankan pada
struktur sektor keuangan. Dasar pemikiran kaum neo-structuralist ini adalah
pengaruh uang terhadap perekonomian terutama ditransmisikan dari supply
side atau roduksi. Menurut pemikiran kaum neo-structuralist, uang merupakan
salah satu factor penentu investasi dan produksi. Bila jumlah uang yang tersedia
untuk investasi melimpah, menyebabkan harga uang (suku bunga) akan murah,
maka volume investasi akan meningkat. Dengan meningkatnya volume investasi,
volume produksi juga akan meningkat. Sehingga, penawaran barang meningkat,
yang pada gilirannya akan menekan tingkat inflasi. Dengan dasar pemikiran yang
seperti ini, timbul pendapat bahwa deregulasi di sektor finansial dan peningkatan

7
jumlah uang beredar akan mendorong laju pertumbuhan ekonomi seraya menekan
inflasi.
Kaum strukturalis berpendapat, bahwa selain harga komoditi pangan,
penyebab utama terjadinya inflasi di negara-negara berkembang adalah akibat
inflasi dari luar negeri (imported inflation). Hal ini disebabkan antara lain oleh
harga barangbarang impor yang meningkat di daerah asalnya, atau terjadinya
devaluasi atau depresiasi mata uang di negara pengimpor. Menurut kesimpulan
dari penelitian M.N. Dalal dan G. Schachter (1988), bila kontribusi impor terhadap
pembentukan output domestik sangat besar, yang artinya sifat barang impor
tersebut sangat penting terhadap price behaviour di negara importir, maka
kenaikan harga barang impor akan menyebabkan tekanan inflasi di dalam negeri
yang cukup besar. Selain itu, semakin rendah derajat kompetisi yang dimiliki oleh
barang impor (price inelastic) terhadap produk dalam negeri, akan semakin besar
pula dampak perubahan harga barang impor tersebut terhadap inflasi domestik.
4. Mark-up Model
Pada teori ini dasar pemikiran model inflasi ditentukan oleh dua komponen,
yaitu cost of production dan profit margin. Relasi antara perubahan kedua
komponen ini dengan perubahan harga dapat dirumuskan sebagai berikut :
Price = Cost + Profit Margin
Karena besarnya profit margin ini biasanya telah ditentukan sebagai
suatu prosentase tertentu dari jumlah cost of production, maka rumus tersebut
dapat dijabarkan menjadi :
Price = Cost + ( a% x Cost )
Dengan demikian, apabila terjadi kenaikan harga pada komponen-komponen
yang menyusun cost of production dan atau penaikan pada profit margin akan
menyebabkan terjadinya kenaikan pada harga jual komoditi di pasar.

B. PENYEBAB TERJADINYA INFLASI


Inflasi dapat disebabkan oleh 3 hal, yaitu tarikan permintaan (kelebihan
likuiditas/uang/alat tukar), desakan (tekanan) produksi dan/atau distribusi (kurangnya
produksi (product or service) dan/atau juga termasuk kurangnya distribusi), dan yang
terakhir naiknya harga-harga barang yang diimpor.
1. Inflasi Tarikan Permintaan
Inflasi tarikan permintaan terjadi akibat adanya permintaan total yang
berlebihan dimana biasanya dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar sehingga
8
terjadi permintaan yang tinggi dan memicu perubahan pada tingkat harga.
Bertambahnya volume alat tukar atau likuiditas yang terkait dengan permintaan
terhadap barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap
faktor-faktor produksi tersebut. Meningkatnya permintaan terhadap faktor
produksi itu kemudian menyebabkan harga faktor produksi meningkat.
Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu
perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment dimanana
biasanya lebih disebabkan oleh rangsangan volume likuiditas dipasar yang
berlebihan. Membanjirnya likuiditas di pasar juga disebabkan oleh banyak faktor
selain yang utama tentunya kemampuan bank sentral dalam mengatur peredaran
jumlah uang, kebijakan suku bunga bank sentral, sampai dengan aksi spekulasi
yang terjadi di sektor industri keuangan.
2. Inflasi Desakan Biaya
Inflasi desakan biaya terjadi akibat adanya kelangkaan produksi dan/atau
juga termasuk adanya kelangkaan distribusi, walau permintaan secara umum tidak
ada perubahan yang meningkat secara signifikan. Adanya ketidak-lancaran aliran
distribusi ini atau berkurangnya produksi yang tersedia dari rata-rata permintaan
normal dapat memicu kenaikan harga sesuai dengan berlakunya hukum
permintaan-penawaran, atau juga karena terbentuknya posisi nilai keekonomian
yang baru terhadap produk tersebut akibat pola atau skala distribusi yang baru.
Berkurangnya produksi sendiri bisa terjadi akibat berbagai hal seperti
adanya masalah teknis di sumber produksi (pabrik, perkebunan, dll), bencana
alam, cuaca, atau kelangkaan bahan baku untuk menghasilkan produksi tsb, aksi
spekulasi (penimbunan), dll, sehingga memicu kelangkaan produksi yang terkait
tersebut di pasaran. Begitu juga hal yang sama dapat terjadi pada distribusi,
dimana dalam hal ini faktor infrastruktur memainkan peranan yang sangat penting.
Meningkatnya biaya produksi dapat disebabkan 2 hal, yaitu : kenaikan
harga, misalnya bahan baku dan kenaikan upah/gaji, misalnya kenaikan gaji PNS
akan mengakibatkan usaha-usaha swasta menaikkan harga barang-barang.
3. Inflasi Diimpor
Inflasi ini terjadi apabila barang-barang impor yang mengalami kenaikan harga
mempunyai peranan penting dalam kegiatan pengeluaran perusahaan-perusahaan.
Contohnya yaitu, efek kenaikan minyak dalam tahun 1970an kepada
perekonomian negara-negara barat dan pengimpor minyak lain.

9
C. DAMPAK TERJADINYA INFLASI
Inflasi dengan demikian dapat memberikan dampak yang buruk bagi kegiatan
ekonomi. Selain itu, inflasi juga memberikan dampak kepada kemakmuran individu dan
masyarakat.
1. Inflasi dan Perkembangan Ekonomi
Inflasi yang tinggi tingkatnya tidak akan menggalakkan perkembangan
ekonomi. Biaya yang terus menerus naik menyebabkan kegiatan produktif sangat
tidak menguntungkan. Maka pemilik modal biasanya lebih suka menggunakan
uangnya untuk tujuan spekulasi. Antara lain yaitu membeli harta-harta tetap
seperti tanah, rumah dan bangunan oleh karena pengusaha lebih suka menjalankan
kegiatan investasi yang bersifat seperti ini, maka investasi produktif akan
berkurang dan tingkat kegiatan ekonomi menurun. Sebagai akibatnya lebih banyak
pengangguran akan tercipta.
Kenaikan harga-harga menimbulkan efek yang buruk pula ke atas
perdagangan. Kenaikan harga menyebabkan barang-barang negara itu tidak dapat
bersaing di pasaran internasional. Maka ekspor akan menurun. Sebaliknya, harga-
harga produksi dalam negeri yang semakin tinggi sebagai akibat inflasi
menyebabkan barang-barang impor relatif lebih murah. Maka lebih banyak impor
akan dilakukan. Ekspor yang menurun dan diikuti pula oleh impor yang bertambah
menyebabkan ketidakseimbangan dalam aliran mata uang asing. Kedudukan
neraca pembayaran akan memburuk.
2. Inflasi dan Kemakmuran Masyarakat
Di samping menimbulkan efek buruk ke atas kegiatan ekonomi negara,
inflasi juga akan menimbulkan efek-efek berikut kepada individu dan masyarakat :
a. Inflasi akan menurunkan pendapatan riil orang-orang yang
berpendapatan tetap. Pada umumnya kenaikan upah tidaklah secepat
kenaikan harga-harga. Maka inflasi akan menurunkan upah riil individu-
individu yang berpendapatan tetap.
b. Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang. Sebagian
kekayaan masyarakat disimpan dalam bentuk uang. Simpanan di bank,
simpanan tunai dan simpanan dalam institusi-institusi keuangan lain
merupakan simpanan keuangan. Nilai riilnya akan menurun apabila
inflasi berlaku.
c. Memperburuk pembagian kekayaan. Telah ditunjukkan bahwa penerima
pendapatan tetap akan menjadi kemerosotan dalam nilai riil
10
kekayaannya. Akan tetapi pemilik harta-harta tetap dapat
mempertahankan atau menambah nilai riil kekayaannya. Juga sebagian
penjual/pedagang dapat mempertahankan nilai riil pendapatannya.
Dengan demikian inflasi menyebabkan pembagian pendapatan diantara
golongan berpendapatan tetap dengan pemilik-pemilik harta tetap dan
penjual/pedagang akan menjadi semakin tidak merata.

D. CARA MENGATASI INFLASI


Mewujudkan inflasi nol persen atau “zero inflation” secara terus menerus dalam
perekonomian yang berkembang adalah sukar dicapai. Oleh sebab itu dalam jangka panjang
yang perlu diusahakan adalah menjaga agar tingkat inflasi berada pada tingkat yang sangat
rendah. Usaha untuk mencapai tujuan ini merupakan salah satu tugas utama dari bank
sentral. Langkah-langkah pemerintah yang dapat digolongkan sebagai kebijakan
“diskresioner” barulah dilaksanakan apabila inflasi yang berlaku adalah lebih serius dari
inflasi merayap. Pemerintah dapat menggunakan 2 cara untuk mengatasi inflasi, yaitu :
1. Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal yang akan dilaksanakan adalah dalam bentuk mengurangi
pengeluaran pemerintah. Langkah ini menimbulkan efek cepat dalam mengurangi
pengeluaran dalam perekonomian.
2. Kebijakan Moneter
Apabila menjalankan kebijakan ini maka yang akan dilakukan pemerintah adalah
menurunkan penawaran uang. Perubahan ini akan menaikkan suku bunga. Sebagai
akibatnya, pertama-tama langkah ini akan menyebabkan perusahaan-perusahaan
dan penanam modalbaru mengurangi kegiatan investasinya. Yang kedua, kenaikan
suku bunga akan mengurangi keinginan rumah tangga untuk membeli rumah baru.
Seterusnya efek yang ketiga, rumah lama masih bisa diangsur, harus membayar
bayaran bulanan yang lebih tinggi. Berkurangnya keinginan menanam modal dan
membeli rumah baru akan mengurangi investasi perusahaan. Disamping itu
pembayaran angsuran rumah yang lebih tinggi akan mengurangi pengeluaran
konsumen. Berbagai efek tersebut akan menurunkan agregat permintaan. Dengan
demikian kesempatan kerja penuh tercapaidan tingkat inflasi dapat dikendalikan.
Kedua kebijakan pemerintah tersebut harus dijalankan secara bersama dan langkah-
langkah yang dijalankan haruslah saling memperkuat. Keduanya dijalankan oleh pihak yang
berbeda. Kebijakan fiskal dilaksanakan oleh Kementrian Keuangan dan kebijakan moneter
dijalankan oleh Bank Sentral.
11
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus
(continue). Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi tingkat harga. Artinya,
tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukkan inflasi. Inflasi dianggap
terjadi jika proses kenaikan harga belangsung secara terus-menerus dan saling
mempengaruhi.
Inflasi disebabkan oleh adanya permintaan total yang berlebihan dimana biasanya
dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar, adanya kelangkaan produksi dan/atau juga
termasuk adanya kelangkaan distribusi dan adanya kenaikan harga pada barang-barang
impor yang mempunyai peranan penting dalam kegiatan pengeluaran perusahaan-
perusahaan.
Dampaknya Inflasi cukup luas dan umumnya selalu buruk yaitu : Inflasi akan
menurunkan pendapatan riil orang-orang yang berpendapatan tetap; Inflasi akan mengurangi
nilai kekayaan yang berbentuk uang dan memperburuk pembagian kekayaan. Selain itu
inflasi juga menyebabkan naiknya harga barang dan menurunnya kegiatan ekonomi
produktif.
Cara mengatasi inflasi tersebut, pemerintah dapat menggunakan 2 cara yaitu
memberlakukan kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Dengan kerjasama dari Bank
Sentral dan Kementrian Keuangan.

B. SARAN
Mengingat dampak buruk dari Inflasi tersebut, maka penulis menyarankan adanya
koordinasi antara dinas terkait yang ada di pemerintahan. Masyarakat juga harus turut
membantu dalam setiap kebijakan pemerintah untuk menanggulangi inflasi tersebut.

12
DAFTAR PUSTAKA

Sukirno, Sadono. 1994. MAKRO EKONOMI TEORI PENGANTAR EDISI


KETIGA.Jakarta: Rajawali Pers.

Herlambang, Tedy dkk. 2006.Teori Ekonomi dan Kebijakan. Jakarta: PT.Gramedia


Pustaka

UtamaToni Hartono. Dr. 2006.


Mekanisme Ekonomi Dalam Konteks Ekonomi Indonesia. Bandung: PT remaja
Rosdakarya

13

Anda mungkin juga menyukai