Anda di halaman 1dari 31

TEORI INFLASI

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah: Ekonomi Moneter

Dosen Pengampu: Agung Selamet Sukardi, M.E

Disusun Oleh :

Kelompok 10 – A4 PSR

1. Ika maulia dewi (2020510030)

2. Fikrotul munawaroh (2020510033)

3. Naela Sakinatun Rizkiyah (2020510032)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Dengan menyebut Nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, dengan ini
kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Teori Inflasi".

Dan terimakasih penulis sampaikan kepada dosen pengampu mata kuliah Manajemen
Bank Syariah, Bapak Agung Selamet Sukardi, M.E yang telah mengarahkan dan
membimbing pembuatan makalah dengan baik dan benar.

Dalam makalah ini dibahas tentang beberapa materi yang meliputi pengertian inflasi,
teori inflasi dalam perspektif Islam dan teori inflasi secara konvensional.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan, walaupun penulis telah berusaha menyajikan yang terbaik bagi pembaca. Oleh
karena itu, kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini dengan senang hati penulis
terima. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Aamiin.

Kudus, 1 Juni 2022

Penyusun

1
Daftar Isi

Kata Pengantar.............................................................................................................................i

Daftar Isi.....................................................................................................................................ii

BAB I Pendahuluan
A.     Latar Belakang...................................................................................................................3
B.     Rumusan Masalah..............................................................................................................4
C.     Maksud dan Tujuan Penulisan ..........................................................................................4
BAB II Pembahasan
1. Pengertian Inflasi...................................................................................................................
2. Teori Inflasi dalam perspektif islam......................................................................................
3. Teori inflasi dalam perspektif konvensional.........................................................................
4. Bagaimana manfaat kode etik profesi bagi akutan................................................................
5. Bagaimana mengetahui aturan dan interpretasi etika menurut IAI.......................................
BAB III Penutup
A. Kesimpulan.......................................................................................................................
B. Saran..................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam ekonomi, inflasi adalah peningkatan berkelanjutan pada tingkat harga umum barang
dan jasa dalam suatu ekonomi selama periode waktu tertentu. Ketika tingkat harga umum
naik, setiap unit mata uang membeli lebih sedikit barang dan jasa; akibatnya, inflasi
mencerminkan pengurangan daya beli per unit uang – hilangnya nilai riil dalam medium
pertukaran dan unit akun dalam perekonomian. Kebalikan dari inflasi adalah deflasi,
penurunan berkelanjutan pada tingkat harga umum barang dan jasa. Ukuran umum inflasi
adalah tingkat inflasi, persentase perubahan tahunan dalam indeks harga umum, biasanya
indeks harga konsumen, dari waktu ke waktu. Para ekonom umumnya percaya bahwa tingkat
inflasi dan hiperinflasi yang sangat tinggi disebabkan oleh pertumbuhan jumlah uang beredar
yang berlebihan. Pandangan terhadap faktor-faktor yang menentukan tingkat inflasi rendah
sampai sedang lebih bervariasi. Inflasi yang rendah atau sedang dapat dikaitkan dengan
fluktuasi permintaan riil untuk barang dan jasa, atau perubahan pasokan yang tersedia seperti
selama kelangkaan. Namun, pandangan konsensus adalah bahwa periode inflasi yang panjang
dan berkelanjutan disebabkan oleh jumlah uang beredar yang tumbuh lebih cepat daripada
tingkat pertumbuhan ekonomi. Inflasi memengaruhi ekonomi dengan berbagai cara positif
dan negatif. Efek negatif dari inflasi termasuk peningkatan biaya peluang memegang uang,
ketidakpastian atas inflasi masa depan yang dapat menghambat investasi dan tabungan, dan
jika inflasi cukup cepat, kekurangan barang ketika konsumen mulai menimbun kekhawatiran
bahwa harga akan meningkat di masa depan. Efek positif termasuk mengurangi
pengangguran karena kekakuan upah nominal, memungkinkan bank sentral lebih banyak
kelonggaran dalam melaksanakan kebijakan moneter, mendorong pinjaman dan investasi
daripada menimbun uang, dan menghindari inefisiensi terkait dengan deflasi. Saat ini,
sebagian besar ekonom menyukai tingkat inflasi yang rendah dan stabil. Inflasi rendah
(berlawanan dengan nol atau negatif) mengurangi keparahan resesi ekonomi dengan
memungkinkan pasar tenaga kerja untuk menyesuaikan lebih cepat dalam penurunan, dan
mengurangi risiko perangkap likuiditas yang mencegah kebijakan moneter menstabilkan

3
ekonomi. Tugas menjaga tingkat inflasi rendah dan stabil biasanya diberikan kepada otoritas
moneter. Secara umum, otoritas moneter ini adalah bank sentral yang mengendalikan
kebijakan moneter melalui penetapan suku bunga, melalui operasi pasar terbuka, dan melalui
pengaturan persyaratan cadangan perbankan

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah Inflasi
2. Bagaimana teori inflasi dalam perspektif islam dan konvensional
3. Apa penyebab Inflasi
4. Bagaimana mengatasi inflasi dalam ekonomi islam dan ekonomi konvensional
5. Apa jenis-jenis Inflasi
6. Kebijakan pemerintah dalam mengatasi dampak inflasi

C. Tujuan Penulisan
1. Agar mengetahui sejarah inflasi
2. Agar mengetahui bagaimana teori inflasi dalam perspektif islam dan
konvensional
3. Agar mengetahui apa penyebab inflasi
4. Agar mengetahui bagaimana cara mengatasi inflasi dalam ekonomi islam dan
ekonomi konvensional
5. Agar mengetahui jenis-jenis inflasi
6. Agar mengetahui kebijakan pemerintah dalam mengatasi dampak inflasi

4
BAB II

PEMBAHASAN

1. Sejarah Inflasi
Emas memberikan 'nilai' pada suatu mata uang dan juga akseptabilitas di tempat lain.
Dalam hal ini, sejarah perekonomian Kerajaan Byzantium menarik untuk dipelajari.
Byzantium berusaha keras untuk mengumpulkan emas dengan melakukan ekspor
komoditasnya sebanyak mungkin ke negara-negara lain dan berusaha mencegah
impor dari negara-negara lain agar dapat mengumpulkan uang emas sebanyak-
banyaknya. Tetapi apa yang kemudian terjadi? Pada akhirnya orang-orang harus
makan, membeli pakaian, mengeluarkan biaya untuk transportasi, serta juga
menikmati hidup sehingga mereka akan membelanjakan uang (kekayaan) yang
dikumpulkannya tadi sehingga akhirnya malah menaikkan tingkat harga komodi
tasnya sendiri. Spanyol setelah era 'Conquistadores' juga mengalami hal yang sama,
begitu juga dengan Inggris setelah perang dengan Napoleon (Napoleonic War). Pada
masa kini, terutama setelah era kapitalis dimulai, masalah yang sama tetap menjadi
perdebatan para ekonom dan otoritas keuangan. Nama-nama seperti Adam Smith.
David Ricardo, J. M. Keynes, Andrew Jackson, William Jennings Bryan, Charles de
Gaulle, Milton Friedman, dan Allan Greenspan terlibat dalam masalah yang sama.
Apakah itu Dinar di negara-negara Arab ataupun mata uang negara-negara Eropa
seperti Inggris, Perancis, Spanyol, Italia, Swedia, dan Rusia bahkan juga Amerika,
semuanya mengalami apa yang dinamakan inflasi. Awal inflasi mata uang Dinar
dimulai bahkan pada saat ketika Irak sedang dalam masa puncak jayanya Coinage
debasement dan inflasi ikut mendahului perkembangan yang cepat dan peminjaman
uang (pertumbuhan kredit) serta perbankan, khususnya di Italia, yang merupakan
'motor' pertumbuhan lebih lanjut dari perekonomian Inflasi acap kali berbentuk
kenaikan tingkat harga secara gradual daripada ledakan kekacauan ekonomi.
Revolusi Harga di Eropa terjadi sepanjang beberapa abad, pola kenaikan tingkat harga
pertama kali tampak di Italia dan Jerman sekitar tahun 1470 (mengikuti wabah Black
Death pada tahun 1349). Kemudian, seperti penyakit yang sangat menular, inflasi
menyerang Eropa dalam beberapa tahapan, dimulai dari Inggris dan Perancis pada
tahun 1480-an, meluas ke semenanjung Iberia pada dekade selanjutnya dan
menyerang Eropa Timur pada tahun 1500-an. Kenaikan tingkat harga sangat cepat
pada bahan-bahan mentah terutama makanan. Di Inggris harga kayu, ternak, dan biji-

5
bijian meningkat 5 sampai 7 kali lipat dari tahun 1480 sampai tahun 1650, sementara
itu barang manufaktur harganya meningkat 3 kali lipat. Kenaikan sebesar 700%
selama 170 tahun itu jika dihitung secara compound hanya sebesar 1,2% per
tahunnya, akan tetapi di lain sisi, gaji hanya meningkat kurang dari 1/2-nya, sehingga
masyarakat sangat mengalami goncangan akibat tekanan inflasi. Daya beli uang dan
gaji pekerja menurun dengan tingkat yang dianggap sangat mencemaskan.

Apa yang menyebabkan semua hal di atas? Tidak ada satu sebab utama yang dapat
disalahkan. Semuanya adalah akibat gabungan dari penurunan produksi pertanian,
pajak yang berlebihan, depopulasi, manipulasi pasar, high labor cost, pengangguran,
kemewahan yang amat berlebihan, dan sebab-sebab yang lainnya, seperti perang yang
berkepanjangan, embargo, dan pemogokan pekerja.
Adapun negara Eropa yang dapat dianggap bertahan dengan sukses menghadapi
inflasi adalah Inggris. Akan tetapi, hal itu terjadi pada masa-masa perekonomiannya
dianggap terbelakang dibandingkan dengan negara-negara Eropa yang lainnya. Paham
Financial Rectitude' walaupun banyak dikagumi, tidak pernah menjadi jalan untuk
mencapai kemakmuran. Setelah pertumbuhan pesat uang (pendanaan kredit) dan
simpanan bank akibat kebutuhan pembiayaan perang dengan Napoleon dan kemudian
untuk pembiayaan Perang Dunia I, Inggris terpaksa menghentikan konvertibilitas
antara Sterling dengan emas serta juga obsesinya terhadap penciptaan "superior-
quality money" karena terjadi deflasi yang drastis yang diikuti gangguan sosial yang
sangat serius. Keputusan untuk kembali ke standar emas pada 1925, yang mendahului
beberapa kebijakan yang mencekik' perekonomian, akhirnya diakhiri pada 1931.
Penderitaan dan kesengsaraan yang terjadi cukup buruk, akan tetapi Inggris tidak
pernah kembali ke standar emas dan menciptakan "superior-quality money" yang di
anggap merupakan sumber kemakmuran dan menjadi kebanggan selama beberapa
abad. Lebih baru ketika Inggris memutuskan keluar dari European Monetary Union
(EMU) pada tahun 1992 dan membiarkan mata uangnya mengalami depresiasi,
ekspor melonjak naik dan perekonomian tumbuh sedangkan negara EMU yang
lainnya mengalami stagnasi.
Selain Inggris, Perancis juga mengalami permasalahan antara emas-nilai mata uang-
inflasi. Michel Chevalier (seorang ekonom Perancis pada abad ke-19) dalam
karangannya "On the Probable Fall in the Value of Gold: The Commercial and Social
Conse Which May Ensue, and the Measures Which It Invites" pada tahun 1859

6
menye butkan bahwa pertambahan penawaran emas akibat ditemukannya tambang
tambang emas baru di California, Australia, dan Afrika Selatan akan mengakibatkan
turunnya harga emas relatif dibandingkan perak yang kemudian akan membawa pada
turunnya nilai riil emas (inflasi) atau naiknya ungkat harga seluruh barang kecuali
emas. Diketahui bahwa ada hubungan yang besar antara kenaikan produksi emas
dengan kenaikan tingkat inflasi di Perancis pada tahun 1870. Adam Smith juga
mengemukakan pendapat yang sama tentang hal ini yang memperkuat penelitian Jean
Bodin pada tahun 1568 yang meneliti bahwa meningkatnya jumlah emas dan perak
berhubungan erat dengan meningkatnya tingkat harga-harga secara umum.
Lalu mengapa inflasi terjadi? Pada saat tingkat harga secara umum naik, pem beli
harus mengeluarkan lebih banyak uang untuk jumlah barang dan jasa yang sama
Dengan kata lain, inflasi tidak akan berlanjut jika tidak dibiayai dengan berbagai cara:
Jika konsumen tidak dapat menemukan uang lebih untuk membeli barang demi
mempertahankan tingkat pembelanjaannya, mereka akan membatasi pembelian
dengan membeli lebih sedikit yang kemudian pada akhirnya akan membatasi
kemampuan penjual untuk menaikkan harga. Kaum monetaris berpendapat bahwa
Revolusi Harga tidak akan terjadi jika tidak dibantu oleh kenaikan penawaran uang
yang berasal dari bullion emas dan perak yang diproduksi oleh 'New World (Amerika.
Australia, dan Afrika Selatan) yang walaupun banyak juga emas dan perak tersebut
akhirnya ditumpuk oleh pribadi/institusi sehingga keluar dari sirkulasi, ataupun jadi
perhiasan dan ornamen-ornamen untuk bangunan istana dan katedral serta banyak
juga dari emas tersebut yang akhirnya dikapalkan ke Asia dan tidak pernah kembali
lagi. Bisa dikatakan bahwa inflasi terjadi di mana pun, terhadap mata uang apa pun
dan pada periode kapanpun.
2. Pengertian Inflasi
Inflasi merupakan salah satu masalah dalam perekonomian yang selalu
dihadapi setiap negara. Namun, buruknya masalah inflasi ini akan berbeda dari satu
wilayah ke wilayah lainnya, dan berbeda pula dari negara satu ke Negara lainnya.
Tingkat inflasi biasanya digunakan sebagai ukuran untuk menunjukkan sampai
dimana buruknya masalah ekonomi yang dihadapi suatu negara. Dalam perekonomian
yang sedang tumbuh, inflasi yang rendah tingkatnya biasa baru inflasi yaitu sekitar 2
hingga 4 persen, biasanya tidak dapat dielakkan. Namun tingkat inflasi yang mencaai
10 persen atau lebih akan menjadi suatu masalah yang serius. Bahkan pada kondisi
peperangan atau ketidakstabilan politik, inflasi dapat mencapai tingkat yang sangat

7
tinggi, bisa mencapai beberapa ratus bahkan beberapa ribu persen. Kenaikan harga
seperti ini baru dengan hiper-inflasi, dan ini pernah di alami Indonesia yang
mengalami tingkat inflasi sebesar 600 persen.

Dari pengertian tersebut dapat dianalisis bahwa telah dikatakan inflasi jika:

a. Terjadi kenaikan harga


Inflasi memberikan makna bahwa telah terjadi suatu kenaikan harga bila
dibandingkan dengan tingkat harga pada periode sebelumnya.
b. Bersifat umum
Kenaikan harga pada suatu komoditas tertentu menyebabkan harga-harga
secara umum naik. Misalkan BBM, setiap terjadi kenaikan harga BBM maka
harga-harga komoditas lain turut naik. Karena BBM merupakan komoditas
strategis sebab memiliki efek berantai yang dapat menyebabkan kenaikan
harga pada komoditas lain.
c. Berlangsung terus menerus
Kenaikan harga yang besifat umum juga belum memunculkan inflasi jika
hanya terjadi sesaat, misalkan terjadi kenaikan harga hari ini dibandingkan
hari sebelumnya, namun keesokan hari sudah kembali turun.

1. Dalam banyak literatur disebutkan bahwa inflasi didefinisikan sebagai


kenaikan harga umum secara terus terus menerus dari suatu perekonomian.
Sedangkan menurut Rahardja dan manurung, mengatakan bahwa inflasi
adalah gejala kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan
berlangsung secara terus menerus.
2. Sedangkan menurut Sukrino, inflasi yaitu kenaikan dalam harga barang dan
jasa yang terjadi karena permintaan pasar bertambah lebih besar dibadingkan
dengan penawaran barang di pasar.
3. Dengan kata lain, terlalu banyak uang yang mengejar barang yang terlalu
sedikit. Dari doa definisi di atas inflasi adalah suatukondisi dimana terjadi
kenaikan harga. Sementara kondisi dimana terjadi penurunan harga baru
dengan deflasi.

8
Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi inflasi antara lain:
1. Meningkatnya kegiatan ekonomi sehingga ada peningkatan permintaan
agregat tidak diimbangi dengan meningkatnya penawaran agregat karena
adanya kendala struktural perekonomian.
2. Melemahnya nilai tukar rupiah sehingga harga cenderung naik dan sulit untuk
turun apabila nilai tukar rupiah menguat.
3. Kebijakan pemerintah di bidang harga dan pendapatan seperti kenaikan harga
BBM, listrik, menaikkan upah minimum dan gaji pegawai.
4. Tingginya ekspektasi inflasi masyarakat, ada kecenderungan masyarakat yang
sangat tinggi terhadap konsumsi sehingga memicu kenaikan harga.
Pandangan sekuler menyebutkan bahwa inflasi erat kaitannya dengan tingkat
bunga. Hal ini disebabkan adanya biaya untuk mempengaruhi uang yang beredar.
Padahal sebenarnya inflasi hanya membutuhkan sedikit biaya untuk dikendalikan.
Bahkan inflasi yang rendahpun memiliki pengaruh yang besar terhadap efiseinsi
ekonomi. Karena inflasi erat kaitannya dengan masalah nilai uang. Di Indonesia
kesatabilan ekonomi terus memburuk yang direfleksikan dalam pasar komoditi,
saham dan pertukaran nilai mata uang.
Dalam konsepsi Islam, orientasi ekonomi haruslah memperjuangkan nasib
rakyat kecil serta kesejahteraan rakyat banyak, yang dalam teori ushul fiqh dinamakan
al maslahah al ammah. Sedangkan mekanisme yang digunakan untuk mencapai
kesejahteraan itu tidaklah ditentukan format dan bentuknya.
Penyebaran inflasi yang terjadi di Indonesia tidaklah merata. Daerah yang
paling rendah mengalami inflasi berdekatan dengan daerah yang inflasinya cukup
tinggi. Di Indonesia kesatabilan ekonomi terus memburuk yang direfleksikan dalam
pasar komoditi, saham dan pertukaran nilai mata uang. Dalam konsepsi Islam,
orientasi ekonomi haruslah memperjuangkan nasib rakyat kecil serta kesejahteraan
rakyat banyak, yang dalam teori ushul fiqh dinamakan al maslahah al ammah.
Di Indonesia telah digunakan instrumen moneter syari’ah. Dalam operasi
pasar terbuka, Walaupun pencapaian tujuan akhirnya tidak berbeda, namun dalam
pelaksanaannya secara prinsip, moneter syari’ah berbeda dengan yang konvensional
terutama dalam pemilihan target dan instrumennya. Bank Indonesia sebagai otoritas
moneter tertinggi di Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah.

9
Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 3 tahun 2004 pasal 7
tentang Bank Indonesia. Penelitian ini penting untuk dilakukan untuk melihat
seberapa efektif pengendalian inflasi dengan menggunakan instrumen moneter
syari’ah. Karena inflasi yang dikendalikan dengan menggunakan instrumen
konvensional dirasa belum berhasil. Berdasarkan uraian diatas penelitian ini sangat
penting untuk dilakukan sehingga nantinya akan mengetahui bagaimana
sesungguhnya pengendalian inflasi yang sesuai dengan syari'at Islam dan
pandangannya pada kebijakan moneter yang ada di Indonesia selama ini serta apa
yang dapat di implementasikan pada kebijakan moneter di Indonesia yang dapat
dilihat dalam perspektif ekonomi Islam.

A. Teori Inflasi dalam Perspektif Islam


1. Pengertian Inflasi dalam Perspektif Islam dan Penyebabnya
Dengan mengemukakan berbagai fakta bencana kelaparan yang pernah terjadi
di Mesir, Al-Maqrizi menyatakan bahwa peristiwa inflasi merupakan sebuah
fenomena alam yang menimpa kehidupan seluruh masyarakat diseluruh dunia
sejak masa dahulu hingga sekarang. Menurutnya, Inflasi terjadi karena harga-
harga secara umum mengalami kenaikan dan berlangsung terus-menerus. Pada
saat ini, persediaan barang dan jasa mengalami kelangkaan dan konsumen,
karena sangat membutuhkannya mereka (konsumen) harus mengeluarkan
lebih banyak uang untuk sejumlah barang dan jasa yang sama. Al-Maqrizi
mengungkapkan bahwa sejatinya inflasi tidak terjadi karena faktor alam saja
melainkan karena faktor kesalahan manusia. Sehingga berdasarkan faktor
penyebabnya Al-Maqrizi menegaskan bahwa inflasi terbagi menjadi (dua),
yaitu; Faktor alamiah (Natural inflation) dan inflasi karena kesalahan manusia
(Human Error Inflation).
1. Natural Inflation Sesuai dengan namanya, inflasi jenis ini disebabkan
berbagai faktor alamiah yang tidak bisa dihindari umat manusia. Menurut Al-
Maqrizi ketika suatu bencana alam terjadi, berbagai bahan makanan dan hasil
bumi lainnya mengalami penurunan yang sangat drastis dan terjadi
kelangkaan. Di lain pihak, karena sifatnya yang sangat signifikan dalam
kehidupan, permintaan terhadap berbagai barang itu mengalami peningkatan.
Harga-harga membumbung tinggi jauh melebihi daya beli masyarakat. Al-

10
Maqrizi mengatakan bahwa inflasi ini adalah inflasi yang diakibatkan oleh
turunnya Penawaran Agregatif (AS) atau naiknya Permintaan Agregatif (AD).
Jika memakai perangkat konvensional yaitu persamaan identitas : MV = PT
=Y
Di mana : M = Jumlah uang beredar
V = Kecepatan peredaran uang
P = tingkat harga
T = Jumlah barang dan jasa (Q)
Y = tingkat pendapatan nasional (GDP)
Maka Natural Inflation dapat diartikan sebagai:
 Gangguan terhadap jumlah barang dan jasa yang diproduksi dalam
suatu perekonomian (T). Misalnya T ↓ sedangkan M dan V tetap maka
konsekuensinya P ↑.
 Naiknya daya beli masyarakat secara rill. Misalnya nilai ekspor lebih
besar dari pada nilai impor, sehingga secara netto terjadi impor uang
yang mengakibatkan M ↓ sehingga jika V dan T tetap maka P ↑.
Lebih jauh jika dianalisis dengan persamaan :
AD = AS Dan AS = Y
AD = C + I + G + (X-M)
Di mana : Y = Pendapatan Nasional
C = Konsumsi
I = Investasi
G = Pengeluaran Pemerintah
(X – M) = net export
Maka Natural Inflation akan dapat dibedakan berdasarkan
penyebabnya menjadi dua golongan yaitu sebagai berikut:
 Akibat uang yang masuk dari luar negeri terlalu banyak, di mana
ekspor(X↑) sedangkan impor (M↓) sehingga net export nilainya sangat
besar, maka mengakibatkan naiknya Permintaan Agregatif (AD↑).
 Akibat dari turunnya tingkat produksi (AS ↓) karena terjadinya
pacekelik, perang, ataupun embargo dan boycott.

11
2. Human Error Inflation
Selain karena faktor alam inflasi disebabkan oleh kesalahan-kesalahan yang
dilakukan oleh manusia. Inflasi ini dikenal dengan istilah human error
inflation atau False Inflation.
Hal ini juga terdapat dalam Al-Qur’an surat Ar-Rum : 41 “Telah tampaklah
kerusakan di darat dan di laut disebebabkan kearena perbuatan manusia, Allah
menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan
mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Menurut Al-Maqrizi
inflasi yang terjadi akibat kesalahan manusia antara lain korupsi dan
administrasi yang buruk, pajak yang berlebihan dan peningkatan sirkulasi
mata uang uang fulus.
a. Korupsi dan Administrasi yang Buruk
Al-Maqrizi menyatakan bahwa pengangkatan para pejabat
pemerintahan yang berdasarkan pemberian suap, dan bukan kapabilitas,
akan menempatan orang-orang yang tidak mempunyai kredibilitas pada
berbagai jabatan penting dan terhormat, baik di kalangan legislatif,
yudikatif, maupun eksekutif. Mereka rela menggadaikan seluruh harta
miliknya sebagai kompensasi untuk meraih jabatan yang diinginkan
serta kebutuhan sehari-hari sebagai pejabat. Akibatnya, para pejabat
pemerintahan tidak lagi bebas dari intervensi dan intrik para kroni
istana.
Mereka tidak hanya mungkin disingkirkan setiap saat tetapi justru disita
kekayaannya, bahkan dieksekusi. Kondisi ini, selanjutnya sangat
mempengaruhi moral dan efisiensi administrasi sipil dan militer. Ketika
berkuasa, para pejabat tersebut mulai menyalahgunakan kekuasaan
untuk meraih kepentingan pribadi, baik untuk memenuhi kewajiban
finansialnya maupun untuk kemewahan hidup.
Mereka berusaha untuk mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya
dengan menghalalkan segala cara. Merajalelanya ketidakadilan para
pejabat tersebut telah membuat kondisi rakyat semakin memprihatikan,
sehingga mereka terpaksa meninggalkan kampung halaman dan
pekerjaannya. Akibatnya, terjadi penurunan drastis jumlah penduduk
dan tenaga kerja serta hasil-hasil produksi yang sangat berimplikasi
terhadap penurunan penerimaan pajak dan pendapatan negara. Jika kita

12
merujuk pada persamaan MV = PT, maka korupsi akan mengganggu
tingkat harga (P↑) karena produsen akan menaikan harga jual
produksinya untuk menutupi biaya-biaya “siluman” yang telah mereka
keluarkan tersebut. Jika merujuk pada persamaan AS-AD maka akan
terlihat korupsi dan administrasi pemerintahan yang buruk akan
mengakibatkan kontradiksi pada kurva penawaran agregatif (AS↓).
b. Pajak yang berlebihan
Menurut Al-Maqrizi, akibat dominasi para pejabat bermental korup
dalam suatu pemerintahan, pengeluaran negara mengalami peningkatan
yangn sangat drastis. Sebagai kompensasinya, mereka menerapkan
sistem perpajakan yang menindas rakyat dengan memberlakukan
berbagai pajak baru serta menaikan tingkat pajak yang sudah ada. Hal
ini sangat mempengaruhi kondisi para petani yang merupakan kelomok
mayoritas dalam masyarakat. Para pemilik tanah yang ingin selalu
berada dalam kesenangan akan melimpahkan beban pajak kepada para
petani melalui peningkatan biaya sewa tanah. Karena tertarik dengan
hasil pajak yang sangat menjanjikan, tekanan para pejabat dan pemilik
tanah terhadap para petani menjadi lebih besar dan intensif. Frekuensi
berbagai pajak untuk pemeliharaan bendungan dan pekerjaan-pekerjaan
yang serupa semakin meningkat. Konsekuensinya, biaya-biaya untuk
penggarapan tanah, penaburan benih, pemungutan hasil panen, dan
sebagainya meningkat. Dengan kata lain, panen padi yang dihasilkan
pada kondisi ini membutuhkan biaya yang lebih besar hingga melebihi
jangkauan para petani. Kenaikan harga-harga tersebut, terutama benih
padi, hampir mustahil mengalami penurunan karena sebagian besar
benih padi yang dimiliki oleh para pejabat yang sangat haus kekayaan.
Akibatnya para petani kehilangan motivasi untuk bekerja dan
memproduksi. Mereka lebih memilih meninggalkan tempat tinggal dan
pekerjaannya dari pada selalu hidup dalam penderitaan untuk kemudian
menjadi pengembara di daerah-daerah pedalaman. Dengan demikian,
terjadi penurunan tenaga kerja dan peningkatan lahan tidur yang akan
sangat mempengaruhi tingkat hasil produksi padi serta hasil bumi
lainnya dan pada akhirnya menimbulkan kelangkaan bahan makanan
serta meningkatkan harga-harga.

13
c. Peningkatan sirkulasi Mata Uang Fulus
Pada awalnya uang fulus yang mempunyai nilai instrintik jauh lebih
kecil dibandingkan dengan nilai nominalnya dicetak sebagai alat
transaksi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang tidak
signifikan. Oleh sebab itu, jumlah mata uang ini hanya sedikit yang
terdapat dalam peredaran.
Ketika terjadi defisit anggaran sebagai akibat dari perilaku buruk para
pejabat yang menghabiskan uang negara untuk berbagai kepentingan
pribadi dan kelompoknya, pemerintah melakukan pencetakan uang
fulus secara besar-besaran. Menurut Al-Maqrizi, kegiatan tersebut
semakin meluas pada saat ambisi pemerintah untuk memperoleh
keuntungan yang besar dari percetakan mata uang yang tidak
membutuhkan biaya produksi tinggi yang tidak terkendali. Sebagai
penguasa, mereka mengeluarkan maklumat yang memaksa rakyat untuk
menggunakan mata uang itu. Jumlah fulus yang dimiliki masyarakat
semakin besar dan sirkulasinya mengalami peningkatan sangat tajam,
sehingga fulus menjadi mata uang yang dominan.1Lebih jauh, Al-
Maqrizi mengemukakan bahwa kebijakan pemerintah tersebut
berimplikasi terhadap keberadaan mata uang lainnya. Seiring dengan
keuntungan besar yang diperoleh dari pencetakan fulus, pemerintah
menghentikan pencetakan perak sebagai mata uang. Bahkan, sebagai
salah satu implikasi gaya hidup para penjabat, sejumlah dirham yang
dimiliki masyarakat dilebur menjadi perhiasan. Sebagai hasilnya, mata
uang dirham mengalami kelangkaan dan menghilang dari peredaran.
Sementara itu, mata uang dinar masih terdapat diperedaran meskipun
hanya dimiliki oleh segelintir orang.2 Keadaan ini menempatkan fulus
sebagai standar nilai bagi sebagian besar barang dan jasa. Kebijakan
pencetakan fulus secara besar-besaran, menurut Al-Maqrizi, sangat
mempengaruhi penurunan nilai mata uang secara drastis. Akibatnya,
uang tidak lagi bernilai dan harga-harga membumbung tinggi yang pada
gilirannya menimbulkan kelangkaan bahan makanan. 3Kedua faktor

1
(Al-Ashraf Sha’ban, dalam Al-Maqrizi 1986 : 71 dikutip dalam Adiwarman Azwar Karim, 2007 : 429).
2
(Al-Ashraf Sha’ban, dalam Al-Maqrizi 1986 : 71 dikutip dalam Adiwarman Azwar Karim, 2007 : 429).
3
Ibid. 429.

14
penyebab timbulnya inflasi ini baik natural maupu human error inflation
berawal dari keinginan manusia untuk mendapatkan alat pemuas
kebutuhan dalam jumlah yang melebihi kemampuannya, sehingga pada
akhirnya akan bermuara pada terjadinya ketidakseimbangan,
kelangkaan dan kenaikan harga.4
2. Akibat Inflasi
Menurut ekonomi Islam, inflasi berakibat sangat buruk bagi perekonomian
karena beberapa hal:
a. Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama terhadap fungsi
tabungan, fungsi pembayaran dimuka dan fungsi unit perhitungan.
Akibat dari inflasi itu orang harus melepaskan diri dari uang dan aset
keuangan. Inflasi juga mengakibatkan terjadinya inflasi kembali (self
feeding inflation).
b. Melemahkan semangat masyarakat untuk menabung (turunya MPS)
c. Meningkatkan kecenderungan berbelanj, terutama untuk barang-barang
non premier dan mewah (naiknya MPC)
d. Mengarahkan investasi kepada hal-hal yang tidak produktif seperti
penumpukan kekayaan berupa tanah, bangunan, logam mulia, dan mata
uang asing serta mengorbankan investasi produktif seperti pertanian,
industri, perdagangan, dan transportasi. (Westi, 2003 : 59)
Selain itu inflasi juga mengakibatkan masalah-masalah yang berhubungan
dengan akuntansi seperti:
a. Apakah penilaian terhadap aset tetap dan aset lancar dilakukan metode
biaya historis atau biaya aktual
b. Pemeliharaan modal rill dengan melakukan isolasi keuntungan
inflasioner
c. Inflasi menyebabkan dibutuhkannya koreksi dan rekonsiliasi operasi
untuk mendapatkan kebutuhan waktu dan tempat. (Adiwarman Karim,
2003 : 139).
3. Solusi Mengatasi Inflasi dalam Perspektif Islam

4
Westi, 2003 : 59

15
 Abdul Qodim Zallum dalam bukunya sistem keuangan di negara
khalifah mengungkapkan bahwa “sistem moneter yang berbasis kepada
emas dan perak merupakan satu-satunya sistem moneter yang mampu
menyelesaikan inflasi besarbesaran yang menimpa seluruh dunia, dan
mampu mewujudkan stabilitas mata uang nilai tukar, serta bisa
mendorong kemajuan perdagangan internasional. ( M. Hatta, 2016)
 Pelarangan impor jika memang produksi dalam negeri masih
mencukupi Hal ini pernah terjadi semasa pemerintahan khalifah Umar
ibn Khattab r.a. Pada masa itu kafilah pedagang yang menjual
barangnya di luar negeri membeli dari luar negeri lebih sedikit nilainya
dari pada yang mereka jual (positive net export). Adanya positive net
export akan menjadikan keuntungan, keuntungan yang berupa
kelebihan uang tersebut akan dibawa masuk ke Madinah sehingga
pendapatan dan daya beli masyarakat akan naik. Naiknya permintaan
Agregatif (AD ↑), atau pada grafik dilukiskan sebagai AD yang
bergeser ke kanan, akan mengakibatkan naiknya tingkat harga secara
keseluruhan (P ↑). (Adiwarman Karim, 2003 : 141) Apa yang
dilakukan oleh khalifah Umar ibn Khatab r.a untuk mengatasi hal
permasalahan tersebut? Beliau melarang penduduk Madinah untuk
membeli barangbarang komoditi selama 2 hari berturut-turut.
Akibatnya turunya permintaan agregatif (AD↓) dalam perekonomian.
Setelah pelarangan tersebur berakhir maka tingkat harga kembali
normal. (Adiwarman Karim, 2003 : 14

B. Teori Inflasi Secara Konvensional


1. Pengertian Dasar
Ada beberapa istilah inflasi dalam beberapa buku ekonomi pada umumnya.
Pada buku Nopirin diungkapkan bahwa Inflasi adalah proses kenaikan harga-
harga secara terusmenerus. (Nopirin, 1997 : 174). Inflasi adalah suatu keadaan
di mana terjadi kenaikan harga-harga secara umum. (Ghofur, 2007 : 130)
Friedman mengatakan “Inflation is always and everywhere a monetary
phenomenon”. (Fredic dalam Ghofur, 2007 : 130).
2. Jenis-Jenis Inflasi Ada berbagai jenis inflasi

16
Jenis inflasi dalam terbagi menjadi beberapa macam berdasarkan asal,
sebabnya dan tingkat keparahannya.
 Berdasarkan Sebab
a. Demand-pull inflation
Inflasi ini bermula dari kenaikan penerimaan total (agregate
demand), sedangkan produksi telah berada dalam keadaan
kesempatan kerja penuh atau hampir mendekati kesempatan
kerja penuh. (Nopirin, 1997 : 177).
b. Cost-push Inflation
Berbeda dengan demand pull inlflation, cost-push inflation
biasanya ditandai dengan kanaikan harga serta turunnya
produksi. Jadi inflasi yang dibarengi dengan resesi. (Nopirin,
1997 : 177).
Kenaikan biaya produksi ini dapat timbul karena beberapa
faktor diantaranya:
a) Perjuangan serikat buruh yang berhasil untuk menuntut
kenaikan upah.
b) Suatu industri yang sifatnya monopolistis
c) Kenaikan harga bahan baku industri. (Nopirin, 1997 :
180)
c. Mixed Inflation
Dalam prakteknya, jarang sekali dijumpai inflasi dalam bentuk
murni, yaitu inflasi karena tarikan permintaan dan inflasi
karena penurunan penawaran yang terjadi sendirisendiri. Inflasi
yang terjadi di berbagai negara di dunia ini pada umumnya
adalah campuran dari kedua macam inflasi di atas, atau apa
yang biasa disebut dengan inflasi campuran. (mixed inflation).
Inflasi campuran disebabkan karena adanya campuran antara
inflasi tarikan permintaan dengan inflasi dorongan biaya.
(Sutawijaya, 2012 : 89)
 Berdasarkan Asal
a. Domestik inflation

17
Inflasi ini adalah inflasi yang berasal dari dalam negeri. Inflasi
ini terjadi karena pengaruh kejadian ekonomi yang terjadi di
dalam negeri, misalnya terjadinya defisit anggaran belanja
negara secara terus menerus yang diatasi dengan mencetak
uang. (Ghofur, 2007 : 134)
b. Imported inflation
Inflasi ini adalah inflasi yang tertular dari luar negeri. Inflasi ini
terjadi karena kenaikan harga-harga barang ekspor seperti teh
dan kopi di luar negeri (negara tujuan ekspor). (Ghofur, 2007 :
135)
 Menurut tingkat keparahannya
a. Inflasi ringan Inflasi yang tingkatannya masih di bawah 10%
setahun
b. Inflasi sedang Inflasi yang tingkatannya masih diantara 10% -
30% setahun
c. Inflasi Berat Inflasi yang tingkatannya masih diantara 30% -
100% setahun
d. Hiper Inflasi Inflasi yang tingkat keparahannya berada di atau
100% setahun.

3. Penyebab Inflasi
Menurut Sukirno bahwa berdasarkan pada sumber atau penyebab atas kenaikan
harga-harga yang belaku, inflasi biasanya dibedakan kepada tiga bentuk yaitu:
a. Inflasi tarikan permintaan (demand pull inflation)
Yaitu inflasi yang terjadi karena terjadinya kenaikan permintaan atas suatu komoditas.
Inflasi ini biasanya terjadi pada masa perekonomian yang berkembang pesat.
Kesempatan kerja yang tinggi menciptakan tingkat pendapatan yang tinggi
selanjutnya menimbulkan pengeluaran yang melebihi kemampuan ekonomi dalam
mengeluarkan barang dan jasa. Pengeluaran yang berlebihan ini akan menimbulkan
inflasi, karena terlalu banyak uang yang beredar. Seperti bunyi hukum permintaan,
bahwa apabila jumlah permintaan meningkat , sementara di sisi lain penawaran tetap
maka akan terjadi kenaikan harga.
Kenaikan permintaan inilah yang dapat memicu terjadinya inflasi.

18
Inflasi desakan biaya (cost push inflation)
Yaitu inflasi yang terjadi karena adanya kenaikan biaya produksi. Pada saat krisis
ekonomi 1997, ketika banyak industri di Indonesia bahan bakunya terlalu bergantung
kepada bahan baku impor sehingga ketika terjadi penurunan nilai mata uang rupiah
maka akan berpengaruh terhadap kenaikan biaya produksi. Implikasi selanjutnya dari
kenaikan biaya produksi adalah kenaikan harga kepada konsumen.
Inflasi diimpor (imported inflation)
Yaitu inflasi yang disebabkan oleh terjadinya inflasi di luar negeri. Inflasi ini terjadi
apabila barang-barang impor yang mengalami kenaikan harga memiliki peranan yang
penting dalam kegiatan pengeluaran di perusahaan-perusahaan. Contohnya kenaikan
harga bahan baku bagi industri di dalam negeri yang diimpor dari luar negeri,
sehingga apabila harga bahan baku tersebut naik maka kenaikan harganya dapat
menyebabkan kenaikan harga pula di dalam negeri.
Kemudian ada pula pembagian inflasi berdasarkan penyebabnya
menurut Adiwarman A. Karim, yaitu:
a. Natural Inflation dan Human error inflation
1) Natural Inflation
Adalah inflasi yang terjadi karena sebab-sebab alamiah dan manusia tidak mempunyai
kekuasaan dalam mencegahnya. Ibnu Al-Maqrizi mengatakan bahwa inflasi ini adalah
inflasi yang diakibatkan oleh turunnya Penawaran Agregatif (AS) atau naiknya
Permintaan agregatif (AD). Maka Natural Inflation akan dapat dibedakan berdasarkan
penyebabnya menjadi dua golongan yaitu sebagai berikut:
a) Akibat uang yang masuk dari luar negeri terlalu banyak, dimana ekspor naik
sedangkan impor turun sehingga nilai ekspor bersih sangat besar, maka
mengakibatkan naiknya Permintaan agregatif (AD). Hal ini pernah terjadi pada masa
pemerintahan khalifah Umar bin Khattab r.a. Pada masa itu kafilah pedagang yang
menjual barangnya di luar negeri membeli barang-barang dari luar negeri lebih sedikit
nilainya daripada nilai barang-barang yang mereka jual (positive net export). Adanya
positive net export akan menjadikan keuntungan, keuntungan yang berupa berlebihan
uang tersebut akan dibawa masuk ke Madinah sehingga pendapatan dan daya beli
masyarakat akan naik. Naiknya Permintaan agregatif (AD) tersebut mengakibatkan
naiknya tingkat harga secara keseluruhan.
b) Akibat dari turunnya tingkat produksi (Agregate Supply {AS}) karena terjadinya
paceklik, perang, ataupun embargo dan boikot. Hal ini pernah terjadi pula pada masa

19
pemerintahan khalifah Umar bin Khattab yaitu pada saat terjadi paceklik yang
mengakibatkan kelangkaan gandum, yang kemudian mengakibatkan naiknya tingkat
harga-harga.
2) Human error inflation
Human Error Inflation dikatakan sebagai inflasi yang diakibatkan oleh kesalahan
manusia itu sendiri. Penyebab human error inflation bisa dikelompokkan sebagai
berikut:
a) Korupsi dan administrasi yang buruk
Korupsi akan menaikkan tingkat harga, karena produsen harus menaikkan harga jual
pada produksinya untuk menutupi biaya “siluman” yang telah mereka bayarkan.
Birokrasi perijinan yang berbelit-belit, dimana hanya untuk pengurusan suatu ijin
harus melalui beberapa instansi, hal ini tentu akan menambah biaya produksi dari
produsen dan berakibat pada kenaikan harga.
b) Pajak yang berlebihan (excessive tax)
Efek yang ditimbulkan oleh pengenaan pajak yang berlebihan pada perekonomian
akan memberikan pengaruh yang sama dengan pengaruh yang ditimbulkan oleh
korupsi
dan administrasi yang buruk yaitu terjadinya kontraksi pada kurva penawaran agregat.
c) Pencetakan uang dengan maksud menarik keuntungan yang berlebihan (excessive
seignorege)
Seignorege arti tradisionalnya adalah keuntungan yang didapatkan dari percetakan
koin dimana biasanya percetakan tersebut dimiliki oleh penguasa. Percetakan uang
yang terlalu berlebihan akan mengakibatkan terlalu banyaknya jumlah uang beredar di
masyarakat, hal ini berimplikasi pada penurunan nilai mata uang. Hal ini terbukti di
Indonesia pada masa pemerintahan Presiden Soekarno, dimana kebutuhan anggaran
pemerintah dibiayai oleh percetakan uang. Namun karena berlebihan hal ini
menyebabkan terjadinya inflasi.
b. Actual / anticipated / expected inflation dan unanticipate / unexpected inflation
Pada expected inflation tingkat suku bunga pinjaman nominal riil akan sama dengan
tingkat suku bunga pinjaman nominal dikurangi inflasi. Sedangkan unexpected
inflation tingkat suku bunga pinjaman nominal belum atau tidak merefleksikan
kompensasi terhadap efek inflasi.

20
c. Demand pull inflation dan cost push inflation
Demand pull inflation diakibatkan oleh perubahan-perubahan yang terjadi pada sisi
permintaan agregat dari barang dan jasa pada suatu perekonomian. Cost push inflation
adalah inflasi yang terjadi karena adanya perubahan-perubahan pada sisi penawaran
agregat dari barang dan jasa pada suatu perekonomian.
d. Spiralling inflation
Inflasi ini diakibatkan oleh inflasi yang terjadi sebelumnya dimana inflasi yang
sebelumnya itu terjadi sebagai akibat dari inflasi yang terjadi sebelumnya lagi dan
begitu seterusnya.
e. Imported inflation dan domestic inflation
Imported inflation bisa dikatakan adalah inflasi di negara lain yang ikut dialami oleh
suatu negara karena harus menjadi price-taker (pengikut harga) dalam pasar
perdagangan internasional. Domestic inflation dikatakan inflasi yang hanya terjadi di
dalam negeri suatu negara yang tidak begitu mempengaruhi negara-negara lainnya.
 Indikator Inflasi
Indikator untuk menghitung suatu tingkat inflasi ialah Indeks Harga Konsumen
(IHK), sebuah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang dan jasa yang
dikonsumsi sehari-hari. Penentuan dari barang dan jasa dalam keranjang IHK ini
dilakukan berdasarkan Survei Biaya Hidup (SBH) yang dilaksanakan oleh BPS.
Dalam hal ini, BPS akan memonitor perkembangan dari harga barang jasa secara
bulanan pada beberapa kota, di pasar tradisional dan modern terhadap beberapa jenis
barang atau jasa.
Berbicara mengenai indikator inflasi, bank sentral pernah mengatakan bahwa
indikator inflasi lainnya berdasarkan international best practice yaitu seperti Indeks
Harga Perdagangan Besar, Indeks Harga Besar, Indeks Harga Produsen, Deflator
Produk Domestik Bruto dan Indeks Harga Aset.
 Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB)
 Harga perdagangan besar dari suatu komoditas adalah harga transaksi
yang terjadi diantara penjual atau pedagang besar pertama dan pembeli
atau pedagang besar berikutnya. Transaksi ini terjadi dalam skala besar
pada pasar pertama atas suatu komoditas.
 Indeks Harga Produsen

21
 Indikator ini dapat mengukur perubahan dari rata-rata harga yang
diterima oleh produsen domestik untuk barang yang telah dihasilkan.
 Deflator Produk Domestik Bruto (PDB)
 Indikator ini menunjukkan besaran perubahan dari harga semua barang
baru, barang produksi lokal, barang jadi dan jasa. Deflator PDB juga
dapat menghasilkan dengan membagi PDB atas sebuah dasar harga
nominal dengan PDB atas dasar harga konstan.
 Indeks Harga Aset
Indeks ini dapat mengukur pergerakan harga aset, dimana properti dan saham
adalah aset yang dapat dijadikan indikator dari adanya tekanan terhadap harga
secara menyeluruh.
a) Sebagai tempat menghimpun dana dari masyarakat atau dunia usa-ha dalam
bentuk tabungan (mudharabah), dan giro (wadiah), serta menyalurkannya kepada
sektor riil yang membutuhkan.
b) Sebagai tempat investasi bagi dunia usaha (baik dana modal maupun dana
rekening investasi) dengan menggunakan alat-alat investasi yang sesuai dengan
syariah. Seperti al-murabahah (pembiayaan jual beli barang), al-mudharabah
(pembiayaan bagi hasil), al-musyarakah (pembiayaan penyertaan modal), dan al-
ijarah.
4. Mengatasi inflasi dalam ekonomi konvensional dan ekonomi islam

Mengatasi inflasi dalam ekonomi islam

a. Inflasi dalam Islam


Pada dasarnya didalam islam tidak dikenal dengan Inflasi, karena mata uang yang
digunakan adalah dinar dan dirham yang memiliki nilai yang stabil dan dibenarkan
oleh islam. Kondisi defisit pernah terjadi di zaman Rasulullah dan hanya terjadi
sekali, yaitu sebelum Perang Hunian. Al-Maqrizi membagi Inflasi kedalam dua
macam, yaitu Inflasi akibat berkurangnya persediaan barang dan Inflasi akibat
kesalahan manusia. Di zaman Rasulullah Inflasi terjadi akibat berkurangnya
persediaan barang karena kekeringan dan peperangan.
Inflasi yang disebabkan oleh kesalahan manusia terdapat tiga macam, yaitu korupsi,
administrasi yang buruk dan pajak yang berlebihan, dan juga pencetakan uang yang

22
banyak. Menurut para ekonomi islam Inflasi menyebabkan perekonomian suatu
negara menjadi buruk, yaitu sebagai berikut:
a. Menyebabkan gangguan pada fungsi uang terutama fungsi tabungan (nilai
simpanan), fungsi pembayaran dimuka, dan fungsi unit perhitungan. Inflasi juga
menyebabkan terjadinya Inflasi lagi (self feeding inflation).
b. Menyebabkan masyarakat enggan untuk menabung.
c. Mendorong perilaku masyarakat untuk berbelanja, terutama terhadap barang-
barang yang bukan kebutuhan pokok dan barang tersier.
d. Mengarahkan investasi kepada hal-hal yang nonproduktif, yaitu penumpukan
kekayaan (hoarding), seperti tanah, bangunan, logam mulia, mata uang asing
dengan mengorbankan investasi ke arah produktif seperti pertanian, indutri,
perdagangan, dan transportasi
b. Uang harus dicetak dengan jumlah yang rendah
Al-Maqrizi (Karim, 2007) menyatakan bahwa uang sebaiknya di cetak pada tingkat
minimal yang dibutuhkan untuk bertransaksi dan dalam pecahan yang mempunyai
nilai nominal kecil.
c. Menerapkan strategi Dues Idle Fund (Pajak terhadap dana menganggur)
Ini merupakan Instrumen kebijakan Moneter Islam yang dilakukan Bank Indonesia,
yaitu Giro Wajib Minimum (GWM) pada BI yang besarnya ditetapkan oleh Bl
berdasarkan presentase tertentu dari dana pihak ketiga. Dana pihak ketiga adalah
berbentuk giro wadiah, tabungan mudharabah, deposito investasi mudharabah,
sertifikat investasi mudharabah antarbank syariah (Sertifikat IMA), dan Sertifikat
Wadi'ah Bank Indonesia (SWBI).
d. Menerapkan Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal di Baitul Mal memberikan dampak positif pada investasi,
penawaran agregat, dan memberikan dampak pada tingkat Inflasi dan pertumbuhan
ekonomi. Misalnya adalah sangat jarang sekali terjadi defisit APBN. Ini karena
pengeluaran hanya buruakukan jika ada penerimaan. Besarnya rate kharaj
ditentukan oleh produktivitas lahan bukan pada zona dan perhitungan zakat
perdagangan berdasarkan besarnya keuntungan bukan pada harga jual.

Mengatasi Inflasi dalam Ekonomi Konvensional

Menurut Adiwaman Karim (2007:139), Inflasi dapat diatasi dengan mengurangi M


(jumlah uang yang beredar) dan atau/ V (kecepatan peredaran uang) ayau menaikan T

23
(barang yang diperdagangkan). Untuk itu, terdapat tiga kebijakan yang dapat dilakukan untuk
mengatasi Inflasi yaitu sebagai berikut:

1. Kebijakan Moneter
Kebijakan Moneter ini merupakan kebijakan yang dikeluarkan oleh bank sentral,
dimana yang mengatur jumlah uang yang beredar dimasyarakat agar stabil. Untuk
mengatasi Inflasi kebijakan Moneter sasaran utamanya adalah mengurangi jumlah
uang yang beredar di masyarakat dan mempersulit pemberian kredit. Menurut
Adiwarman Karim (2007:141), ada empat cara yang dilakukan bank sentral untuk
mengatasi Inflasi,yaitu:
a. Politik diskonto, yaitu mengatasi Inflasi dengan menaikkan tingkat suku bunga
sehingga masyarakat gemar menabung dan kemudian peredaran uang
dimasyarakat akan berkurang sehingga Inflasi akan dapat diatasi.
b. Politik pasar terbuka, dengan menjual surat-surat berharga agar jumlah uang
yang beredar di masyarakat menjadi berkurang.
c. Politik cadangan kas dengan menaikkan cash ratio yang digunakaan untuk
mengurangi jumlah pemberian kredit yang disedikan kepada masyarakat.

2. Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang dibuat oleh pemerintah yang berkaitan dengan
pengeluaran dan pendapatan yang berupa pajak pemerintah. Upaya yang ditempuh
untuk mengatasi Inflasi adalah dengan menurunkan pengeluaran pemerintah,
menaikkan pajak, dan mengadakan pinjaman pemerintah, dengan menerbitkan SUN.

3. Kebijakan NonMoneter dan Nonfiskal


Kebijakan ini dlakukan degan menempuh peningkatan hasil produksi, menstabiler gaji
dan upah (tidak sering menaikkan) dan pengendalian harga serta distribusi barang
kebutuhan kepada masyarakat.

5. Jenis-Jenis Inflasi

a. Inflasi menurut sifatnya


Menurut Nopirin (1992:122), ada beberapa jenis Inflasi antara lain sebagai berikut:

24
a. Inflasi merayap (creeping inflation), merupakan laju Inflasi yang rendah yaitu
kurang dari 10% per tahunnya. Kenaikkan harga berjalan secara lambat
dengan presentase kecil dan dalam jangka waktu relatif lama.
b. Inflasi menengah (galloping inflation), yaitu kenaikan harga yang cukup besar,
dan berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta memiliki sifat akselerasi.
Maksudnya adalah, harga-harga minggu/bulan ini lebih tinggi ndari
minggu/bulan lalu dan seterusnya. Inflasi menengah memiliki efek lebih berat
dibandingkan dengan Inflasi merayap.
c. Inflasi tinggi (hyper inflation), Inflasi ini merupakan Inflasi yang paling parah.
Harga-harga menjadi naik sampai tiga atau empak kali lipat dari harga normal.
Masyarakat tidak lagi berkeinginan untuk menyimpan uang. Nilai mata uang
rupiah anjlok dan perputaran uang menjadi lebih cepat. Biasanya keadaan ini
muncul apabila pemerintah mengalami defisit anggaran belanja sehingga
mencetak uang.
b. Inflasi menurut sebab terjadinya
Menurut Boediono (1995:53-55) Inflasi berdasarkan sebab terjadinya dibagi menjadi:
a. Demand Pull Inflation
Inflasi ini berawal dari kenaikan permintaan, sedangkan produksi berada pada
keadaan kesempatan kerja penuh. Jika terjadi kesempatan kerja penuh (full
employement) telah tercapai, penambahan permintaan selanjutnya hanya akan
menaikkan harga. Apabila kenaikan permintaan ini menyebabkan
keseimbangan GNP berada diatas atau melebihi GNP pada kesempatan kerja
penuh, terjadilan inflationary gap. Jika terajadi inflationary gap maka akan
terjadi Inflasi.
2. Cosh Push Inflation
Cosh push inflation ditandai dengannaiknya harga dan turunnya suatu
produksi. Akibatnya, Inflasi disertai dengan resesi, ini akan menimbulkan
dengan adanya penawaran total yang turun sebagai akibat kenaikan biaya
produksi. Kenaikkan produksi akan menaikkan harga dan menurunkan jumlah
produksi.
c. Inflasi menurut asalnya
Inflasi menurut asalnya dibagi menjadi:
a. Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation), Inflasi ini berasal dari
dalam negeri seperti terjadi karen defisit anggaran belanja sehingga melaukan

25
pencetakan uang baru, selain itu gagal panen juga merupakan Inflasi yang terjadi
didalam negeri. Dengan gagal panen maka akan terjadi kelangkaan sehingga
menyebabkan harga barang naik dan akhirnya terjadi Inflasi.
b. Inflasi yang berasal dari luar neger (imported inflation), Inflasi ini terjadi karena
kenaikkan harga-harga diluar negeri sehingga menyebabkan hal-hal berikut:
1) kenaikkan indeks biaya hidup karena sebagian barang-barang yang ada berasal
dari luar negeri
2) kenaikkan indeks harga melaluia kenaikkan biaya produksi dari berbagai
barang yang menggunakan bahan mentah yang diimpor;
3) kenaikkan harga barang-barang impor mengakibatkan kenaikkan pengeluaran
pemerintah/swasta yang berusaha mengimbangi kenaikan harga impor
tersebut.
d. Inflasi menurut harapan masyarakat
Inflasi menurut harapan masyarakat dibagi menjadi sebagai berikut:
a. Expected inflation, merupakan Inflasi yang diharapkan atau diperkirakan akan
terjadi. Contohnya seperti jika Inflasi pada tahun 2009 sampai 2014 konstan atau
tidak berubah-ubah sebesar 5%, maka Inflasi yang ditargetkan pada tahun 2015
adalah sebesar 5,5%.
b. Unexpected inflation, adalah iflasi yang tidak diperkirakan akan terjadi. Seperti
diperkirakan tahun 2014 Inflasi sebesar 5,5% kemungkinan besar Inflasi di tahun
2015 akan menyimpang dari yang diperkirakan 5,5% menjadi 5,7%

6. Kebijakan Pemerintah Dalam Mengatasi Dampak Inflasi


Inflasi tentunya harus diatasi dan untuk mengatasinya dapat dilakukan pemerintah
dengan cara melakukan beberapa kebijakan yang menyangkut bidang moneter , fiskal,
dan non moneter.
1. Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan
pendapatan nasional dengan cara mengubah jumlag uang yang beredar.
(Ghofur, 2007 : 140) Untuk menjalankan kebijakan ini Bank Indonesia
melakukan beberapa kebijakan yaitu :

26
a. Politik Diskonto yang ditujukan untuk menaikan tingkat bunga karena
dengan bunga kredit tinggi maka aktivitas ekonomi menggunakan dana
pinjaman akan tertahan karena modal pinjaman menjadi mahal.
b. Politik pasar terbuka (open market operation), dilakukan dengan cara
menawarkan surat berharga ke pasar modal. (Ghofur, 2007 : 140)
c. Cash Ratio artinya cadangan yang diwajibkan oleh Bank Sentral kepada
bank-bank umum yang besarnya tergantung kepada keputusan dari bank
sentral/pemerintah. (Ghofur, 2007 : 141)
2. Kebijakan Fiskal Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang berhubungan dengan
finansial (penerimaan dan pengeluaran) pemerintah. Bentuk kebijakan ini
antara lain:
a. Pengurangan pengeluaran pemerintah
b. Menaikan pajak (Ghofur, 2007 : 141)
3. Kebijakan Non-moneter Adapun kebijkan moneter dapat dilakukan dengan
beberapa cara antara lain menaikan hasil produksi, kebijakan upah dan pengawasan
harga dan distribusi barang agar harga tidak mengalami kenaikan.
1. Menaikan hasil produksi, cara ini dilakukan pemerintah dengan membuat prioritas
produksi atau memberi bantuan subsidi kepada sektor produksi bahan bakar dan
produksi beras.
2. Kebijakan Upah, kebijakan ini dilakukan tidak lain merupakan upaya menstabilkan
upah/gaji, dalam pengertian upah tidak sering dinaikan karena kenaikan yang relatif
sering dilakukan akan dapat meningkatkan daya beli dan pada akhirnya akan
meningkatkan permintaan terhadap barang-barang secara keseluruhan. (Ghofur,
2007 : 141)

27
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

28
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, Euis, 2005, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam dari Masa Klasik Hingga
Kontemporer, Jakarta: Gramata Publishing

Ghofur, Muhamad, 2007, Pengantar Ekonomi Moneter (Tinjauan Ekonomi Konvensional dan
Islam), Yogyakarta: Biruni Press

Hatta, Muhamad 2016. "Telaah Singkat Pengendalian Inflasi". Jurnal Ekonomi

Karim, Adiwarman Azwar, 2007, Ekonomi Makro Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Nopirin, 1997, Pengantar Ilmu Ekonomi Makro & Mikro, Yogyakarta: BPFE Yogyakarta

Samuelson, Paul dan William D.Nordhaus. 2004. Ilmu Makro Ekonomi. Jakarta : Media
Global Edukasi.

Sipayung, Putri Tista Enistin. 2013.Pengaruh PDB, Nilai Tukar dan jumlah Uang Beredar
Terhadap Inflasi Di Indonesia. E-Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana. 2(7).

Sukirno, Sadono. 2004. Makroekonomi Edisi Ketiga. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Tambunan, Tulus. 2009. Perekonomian Indonesia. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Wassiaturahmah. 2011. Komparasi Efektifitas kebijakan Moneter dan kebijakan Fiskal


Jangka Pendek dan Jangka Panjang Dalam Mempengaruhi Inflasi Indonesia. Jurnal
Akuntansi & Manajemen.22(1) : 23 – 38

Yanuar. 2009. Ekonomi Makro Suatu Analisis Untuk Konteks Indonesia. Jakarta : Yayasan
Mpu Ajar Artha.

29
30

Anda mungkin juga menyukai