Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

INFLASI & PENGANGGURAN DALAM ISLAM

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK IV :

FIRDAYANTI F (90500119085)

NURUL IZZA RAHMADANI (90500119069)

IRFANDI PRATAMA (90500119092)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH

2021
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “INFLASI DAN PENGANGGURAN DALAM
ISLAM” ini tepat pada waktunya. Tidak lupa pula shalawat serta salam senantiasa tercurahkan bagi
Baginda Agung Rasulullah SAW yang syafaatnya akan kita nantikan kelak.

Adapun penulisan makalah berjudul “INFLASI DAN PENGANGGURAN DALAM ISLAM” ini
dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Makro Syariah.

Dengan kerendahan hati, kami memohon maaf apabila ada ketidaksesuaian kalimat dan kesalahan
dalam makalah ini. Kami menyadari, makalah yang kami susun ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua dan menjadi sarana untuk
menambah ilmu,wawasan serta pemahaman kita, Aamiin.

Wassalamu‟alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Makassar, April 2021

Kelompok IV
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………..i

DAFTAR ISI………….……………………………………………………….ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………………………...……………………...................................……1

B. Rumusan Masalah…………………………………............................….......................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Inflasi ……………………………………………………….2

B. Teori Inflasi..............……………………………………....................……3

C. Faktor faktor yang menyebabkan inflasi....................................………………...............…4

D. Dampak Inflasi...........................................................…………………...........................…7

E. Cara Mengatasi Inflasi......................................................................................................…8

F. Pengertian Pengangguran……………………………………….........................................9

G. Pengangguran Menurut Pandangan Islam................................................................................10

H. Sebab Terjadinya Pengangguran...............................................................................................12

I. Dampak Pengangguran.............................................................................................................13

J. Cara Mengatasi Pengangguran.................................................................................................14

K. Hubungan Inflasi dan Pengangguran........................................................................................16

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...………………………………………………………........................………18

B. Saran..……………………………………………………………………......................18

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dua indikator kinerja perekonomian yang terus-menerus diamati adalah inflasi dan
pengangguran. Bagaimana kedua ukuran kinerja perekonomian ini dapat saling berkaitan?
Kita melihat bahwa tingkat pengangguran alamiah bergantung pada berbagai ciri pasar tenaga
kerja, seperti peraturan upah minimum, kekuasaan pasar serikat pekerja, peranan upah
efisiensi dan seberapa efektifnya proses pencarian kerja. Sebaliknya tingkat inflasi terutama
sekali bergantung pada jumlah uang yang beredar yang dikendalikan oleh bank sentral, oleh
sebab itu, pada jangka panjang, inflasi dan pengangguran secara garis besar bukanlah dua
masalah yang saling berkaitan.

B. Rumusan Masalah

1.Apa yang dimaksud dengan inflasi?

2.Bagaimana teori inflasi baik dari segi konvensional maupun islam?

3.Faktor apa saja yang menyebabkan adanya inflasi?

4.Apa saja dampak yang ditimbulkan dari adanya inflasi?

5.Langkah apa yang dapat dilakukan untuk mencegah adanya inflasi?

6.Apa yang di maksud dengan pengangguran?

7.Bagaimana pengangguran menurut pandangan islam?

8.Sebab sebab terjadinya pengangguran dan dampak dari pengangguran?

9. Apa saja cara mencegah adanya pengangguran?


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian inflasi
Pada awalnya inflasi diartikan sebagai kenaikan jumlah uang beredar atau kenaikan likuiditas
dalam suatu perekonomian. Pengertian tersebut mengacu pada gejala umum yang ditimbulkan oleh
adanya kenaikan jumlah uang beredar yang diduga telah menyebabkan adanya kenaikan harga-
harga. Dalam perkembangan lebih lanjut inflasi secara singkat dapat diartikan sebagai suatu
kecenderungan meningkatnya harga-harga barang dan jasa secara umum dan terus-menerus.
Dalam pengertian tersebut, terdapat dua pengertian penting yang merupakan kunci dalam
memahami inflasi. Yang pertama adalah kenaikan harga secara umum dan yang kedua adalah terus-
menerus. Dalam inflasi harus terkandung unsur kenaikan harga, dan selanjutnya kenaikan harga
tersebut adalah harga secara umum. Hanya kenaikan harga yang terjadi secara umum yang dapat
disebut sebagai inflasi. Hal ini penting untuk membedakan kenaikan harga atas barang dan jasa
tertentu. Misalnya, meningkatnya harga beras atau harga cabe merah saja belum dapat dikatakan
sebagai inflasi. Inflasi adalah kenaikan harga-harga secara umum, artinya inflasi harus
menggambarkan kenaikan harga sejumlah besar barang dan jasa yang dipergunakan (atau
dikonsumsi) dalam suatu perekonomian. Kata kunci kedua adalah terus menerus, kenaikan harga
yang terjadi karena faktor musiman, misalnya, menjelang hari-hari besar atau kenaikan harga sekali
saja dan tidak mempunyai pengaruh lanjutan juga tidak dapat disebut inflasi karena kenaikan harga
tersebut bukan masalah kronis ekonomi.
Berhubung inflasi merupakan kenaikan harga barang dan jasa secara umum, maka untuk
mengukur perubahan inflasi dari waktu ke waktu pada umumnya dipergunakan suatu angka indeks.
Angka indeks tersebut disusun dengan memperhitungkan sejumlah barang dan jasa yang akan
dipergunakan untuk menghitung besarnya angka inflasi. Perubahan angka indeks dari satu waktu ke
waktu yang lain, yang dinyatakan dalam angka persentase, adalah besarnya angka inflasi dalam
periode tersebut. Perkembangan kenaikan harga sejumlah barang dan jasa secara umum dalam suatu
periode waktu ke waktu tersebut disebut sebagai laju inflasi (inflation rate). Laju inflasi pada
umumnya dinyatakan dalam angka persentase (%). Laju inflasi dapat terjadi pada tingkat yang
ringan, sedang, berat, dan hiperinflasi. Menurut Wikipedia, inflasi ringan terjadi apabila kenaikan
harga berada di bawah 10%; inflasi sedang antara 10 - 30%; dan inflasi berat antara 30 -100% per
tahun; dan hiperinflasi atau inflasi tidak terkendali terjadi apabila kenaikan harga berada di atas
100% setahun. Namun demikian, angka-angka inflasi tersebut pada umumnya bersifat relatif dan
tidak ada suatu standar yang umum. Di Indonesia, misalnya, apabila angka inflasi masih berupa
angka satu digit, misalnya 6 -7%, maka tingkat inflasi tersebut masih dianggap sebagai inflasi yang
relatif wajar meskipun tingkat inflasi tersebut relatif lebih tinggi daripada tingkat inflasi negara-
negara di kawasan regional. Sedangkan tingkat inflasi untuk negara maju berkisar antara 2 - 3%.
Sebaliknya suatu laju inflasi juga dapat terjadi pada suatu angka yang negatif, yang berarti
perkembangan harga barang dan jasa secara umum dalam suatu perekonomian mengalami
penurunan dari waktu ke waktu atau disebut deflasi.

B. Teori Inflasi
a) Teori Inflasi Konvensional
Secara umum inflasi berarti kenaikan tingkat harga secara umum dari barang komoditas dan jasa
selama suatu periode waktu tertentu. Inflasi dapat dianggap sebagai fenomena moneter karena
terjadinya penurunan nilai unit perhitungan moneter terhadap suatu komoditas. Definisi inflasi oleh
para ekonom modern adalah kenaikan yang menyeluruh dari jumlah uang yang harus dibayarkan
(nilai unit perhitungan moneter) terhadap barang-barang/komoditas dan jasa.13 Sebaliknya jika yang
terjadi adalah penurunan nilai unit perhitungan moneter terhadap barang-barang/komoditas dan jasa
didefinisikan sebagai deflasi (deflation). Para ekonom cenderung lebih senang menggunakan
Implicit Gross DomesticProduct Deflator’ atau GDP Deflator untuk melakukan pengukuran tingkat
inflasi. GDP Deflator adalah rata-rata harga dari seluruh barang tertimbang dengan kuantitas barang-
barang tersebut yang betul-betul dibeli.

b) Teori InflasiIslam
Menurut Al-Maqrizi peristiwa inflasi merupakan sebuah fenomena alam yang menimpa
kehidupan masyarakat di seluruh dunia sejak masa dahulu hingga sekarang. Inflasi, menurutnya,
terjadi ketik harga-harga secara umum mengalami kenaikan dan berlangsung terus-menerus. Pada
saat ini, persediaan barang dan jasa mengalami kelangkaan dan konsumen, karena sangat
membutuhkannya, harus mengeluarkan lebih banyak uang untuk sejumlah barang dan jasa yang
sama.
Dalam uraian berikutnya, Al-Maqrizi membahas permasalahan inflasi secara lebih mendetail. Ia
mengklarifikasikan inflasi berdasarkan faktor penyebabnya ke dalam dua hal, yaitu inflasi yang
disebabkan oleh faktor alamiah dan inflasi yang disebabkan oleh kesalahan manusia.
➢ Inflasi Alamiah
Sesuai dengan namanya, inflasi ini disebabkan oleh berbagai macam faktor alamiah yang tidak bisa
dihindari umat manusia. Menurut Al-Maqrizi, ketika suatu bencana alam terjadi, berbagai bahan
makanan dan hasil bumi lainnya mengalami gagal panen, sehingga persediaan barang-barang
tersebut mengalami penurunan yang sangat drastis dan terjadi kelangkaan. Ketika terjadi kelangkaan
otomatis harga-harga melambung tinggi. Akibatnya, transaksi ekonomi mengalami kemacetan,
bahkan berhenti sama sekali, yang pada akhirnya menimbulkan bencana kelaparan, wabah penyakit
dan kematian dikalangan masyarakat. Keadaan yang semakin memburuk tersebut memaksa rakyat
untuk menekan pemerintah agar segera memperhatikan keadaan mereka. Untuk menanggulangi
bencana itu, pemerintah dana yang mengakibatkan perbendaharaan negara mengalami mengeluarkan
sejumlah besar penurunan drastis karena, di sisi lain, pemerintah tidak memperoleh pemasukan yang
berarti. Dengan kata lain, pemerintah mengalami defisit anggaran dan negara, baik secara politik,
ekonomi, maupun sosial, menjadi tidak stabil yang kemudian menyebabkan keruntuhan
sebuahpemerintahan.
➢ Inflasi oleh Kesalahan Manusia
Dapat dibedakan berdasarkan penyebabnya menjadi dua golongan yaitu sebagai berikut:
Akibat uang yang masuk dari luar negeri terlalu banyak, dimana nilai ekspor (X) naik sedangkan
nilai impor (M) turun, sehingga net export nilainya sangat besar, maka mengakibatkan naiknya
Permintaan Agregatif(AD).
Akibat dari turunnya tingkat produksi (AS) karena terjadi paceklik, perang, ataupun embargo dan
boycott. Secara grafis, hal ini dapat digrafikan sebagai berikut:
Selain faktor alam, Al-Maqrizi juga menyatakan bahwa inflasi dapat terjadi akibat kesalahan
manusia. Ia telah mengidentifikasi tiga hal yang baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama
menyebabkan terjadinya inflasi ini. Ketiga hal tersebut adlah korupsi dan administrasi yang buruk,
pajak yang berlebihan dan peningkatan sirkulasi mata uang fulus

C. Faktor Faktor yang Menyebabkan Inflasi

Dilihat dari faktor-faktor utama yang menyebabkan inflasi, inflasi dapat disebabkan dari sisi
permintaan, sisi penawaran, maupun ekspektasi. Faktor yang juga menyebabkan inflasi tersebut
dapat merupakan gabungan dari ketiga faktor tersebut.
➢ Permintaan

Dalam ilmu ekonomi, terdapat dua variabel penting yang selalu dijadikan piranti dalam melakukan
berbagai analisis ekonomi, termasuk dalam menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan inflasi.
Dua variabel tersebut adalah permintaan dan penawaran agregat. Permintaan agregat pada dasarnya
merupakan jumlah seluruh kebutuhan konsumsi dan investasi dalam suatu perekonomian.
Sedangkan penawaran agregat adalah seluruh potensi yang dimiliki oleh suatu perekonomian untuk
menghasilkan barang dan jasa yang diperlukan oleh perekonomian yang bersangkutan. Penawaran
agregat, secara umum, mencerminkan seluruh kapasitas produksi yang dimiliki suatu perekonomian,
dan pada umumnya dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi yang tersedia, teknologi, dan
produktivitas. Pada tingkat keseimbangan ekonomi, besarnya permintaan dan penawaran agregat
tersebut akan sama. Inflasi permintaan adalah inflasi yang timbul sebagai hasil interaksi antara
permintaan dan penawaran domestik dalam jangka panjang. Tekanan inflasi dari sisi permintaan
akan timbul apabila permintaan agregat berbeda dengan penawaran agregat atau potensi output yang
tersedia. Yang dimaksud dengan permintaan agregat adalah total permintaan barang dan jasa untuk
keperluan konsumsi dan investasi dalam suatu perekonomian. Jumlah barang dan jasa yang
dikonsumsi dan diinvestasikan tersebut digambarkan oleh Produksi Domestik Bruto (PDB)
perekonomian yang bersangkutan. Sementara itu, yang dimaksud dengan penawaran agregat adalah
seluruh potensi yang dimiliki oleh suatu perekonomian untuk dapat memenuhi permintaan agregat.
Perbedaan antara permintaan dan penawaran agregat disebut output gap. Apabila permintaan agregat
lebih besar dibanding potensi output yang tersedia, maka tekanan terhadap inflasi akan semakin
besar, dan sebaliknya. Berdasarkan hal tersebut, output gap dapat dipergunakan sebagai indikator
apakah terdapat tekanan terhadap laju inflasi. Namun, perlu dicatat bahwa output gap tersebut hanya
dapat digunakan dalam kondisi ekonomi yang normal. Dalam keadaan tertentu, output gap tidak
dapat dipergunakan sebagai indikator yang baik. Misalnya, dalam keadaan ekonomi setelah
terjadinya krisis, atau suatu perekonomian yang mengalami stagnasi yang disertai inflasi (stagflasi).
➢ Penawaran

Faktor kedua yang menyebabkan inflasi adalah faktor penawaran, dan inflasi yang ditimbulkan
sering disebut sebagai cost push atau supply shock inflation. Jenis inflasi ini disebabkan oleh
kenaikan biaya produksi atau biaya pengadaan barang dan jasa. Termasuk dalam jenis inflasi ini
adalah inflasi yang disebabkan faktor penawaran lainnya yang memicu kenaikan harga penawaran
atas suatu barang (termasuk barang-barang yang harus diimpor), serta harga barang-barang yang
dikendalikan oleh Pemerintah. Contoh : adanya kenaikan harga minyak dunia, harga Bahan Bakar
Minyak (BBM), dan Tarif Dasar Listrik (TDL). Di samping itu, inflasi juga disebabkan oleh faktor
alam misalnya, gagalnya panen atau panen yang berlebih, faktor- faktor sosial ekonomi, misalnya,
adanya masalah atau hambatan dalam distribusi suatu barang, atau faktor-faktor yang timbul karena
kebijakan tertentu, misalnya, karena adanya kebijakan tarif, pajak, pembatasan impor, atau
kebijakan lainnya Inflasi yang disebabkan oleh interaksi antara permintaan dan penawaran agregat
tersebut pada dasarnya mengatakan bahwa apabila jumlah permintaan agregat melebihi penawaran
agregat (yang merupakan potensi yang tersedia), maka harga-harga akan meningkat. Inflasi yang
disebabkan oleh sisi permintaan maupun penawaran mempunyai kesamaan dalam hal menaikkan
tingkat harga output (kenaikan harga secara umum-inflasi). Akan tetapi, kedua faktor tersebut
mempunyai dampak yang berbeda terhadap volume output (PDB riil). Dalam hal inflasi yang lebih
disebabkan oleh sisi permintaan, ada kecenderungan output akan meningkat sejalan dengan
kenaikan harga. Besaran kenaikan output tersebut sejalan dengan elastisitas penawaran agregat.
Sebaliknya, pada inflasi yang disebabkan oleh sisi penawaran, kenaikan harga seringkali justru
diikuti dengan penurunan barang yang tersedia.

➢ Ekspektasi

Faktor ketiga yang menyebabkan inflasi adalah ekspektasi. Faktor yang menyebabkan
inflasi tidak hanya oleh faktor permintaan dan penawaran. Inflasi juga dapat disebabkan oleh
ekspektasi para pelaku ekonomi atau yang sering disebut inflasi ekspektasi (Gordon, 2007) .
Inflasi ekspektasi sangat berperan dalam pembentukan harga dan juga upah tenaga kerja.
Pembentukan inflasi ekspektasi yang bersifat adaptif(backward expectation) ini dipengaruhi
oleh berbagai hal yang antara lain sebagai berikut:

i) inflasi permintaan yang persisten di masa lalu,

ii) inflasi penawaran yang besar atau sering terjadi, dan iii) inflasi penawaran yang d
Ekspektasi inflasi juga dapat disebabkan oleh ekspektasi pelaku ekonomi yang didasarkan pada
perkiraan yang akan datang akibat adanya kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah pada saat ini.
Misalnya, dengan adanya kebijakan moneter ketat yang dilakukan oleh otoritas moneter pada saat
ini, pelaku usaha akan mengambil keputusan usahanya didasarkan ekspektasi mereka terhadap
dampak kebijakan moneter ketat tersebut pada masa yang akan datang. Jika masyarakat
memperkirakan bahwa dengan adanya kebijakan moneter ketat dan inflasi akan menurun, maka
mereka akan mengambil keputusan usahanya berdasarkan perkiraan tingkat inflasi yang akan datang
yang diperkirakan akan menurun. Dalam hal ini pelaku usaha mempunyai ekspektasi inflasi yang
didasarkan atas kebijakan yang telah dilakukan otoritas moneter pada saat sekarang. Perilaku pelaku
ekonomi yang berdasarkan adanya ekspektasi yang terbentuk dan didasarkan pada perkiraan yang
akan datang tersebut disebut ekspektasi yang forward looking. Bank sentral mempunyai peran yang
besar untuk membentuk ekspektasi tersebut. Kebijakan bank sentral yang kredibel dan konsisten
dapat mengarahkan pembentukan ekspektasi inflasi ke depan yang rendah.
D. Dampak Inflasi

• DAMPAK NEGATIF

1. Bila harga secara umum naik terus-menerus maka masyarakat akan panik, sehingga
perekonomian tidak berjalan normal, karena disatu sisi ada masyarakat yang berlebihan uang
memborong sementara yang kekurangan uang tidak bisa membeli barang akibatnya negara
rentan terhadap segala macam kekacauan yang ditimbulkannya.
2. Sebagai akibat dari kepanikan tersebut maka masyarakat cenderung untuk menarik tabungan
guna membeli dan menumpuk barang sehingga banyak bank di rush akibatnya bank
kekurangan dana berdampak pada tutup (bangkrut ) atau rendahnya dana investasi yang
tersedia.
3. Produsen cenderung memanfaatkan kesempatan kenaikan harga untuk memperbesar
keuntungan dengan cara mempermainkan harga di pasaran.
4. Distribusi barang relative tidak adil karena adanya penumpukan dan konsentrasi produk pada
daerah yang masyarakatnya dekat dengan sumber produksi dan yang masyarakatnya memiliki
banyak uang.
5. Bila inflasi berkepanjanagn produsen banyak yang bangkrut karena produknya relatif akan
semakin mahal sehingga tidak ada yang mampu membeli.
6. Jurang antara kemiskinan dan kekayaan masyarakat semakin nyata yang mengarah pada
sentimen dan kecemburuan ekonomi yang dapat berakhir pada penjarahan dan perampasan.

• DAMPAK POSITIF

1. Masyarakat akan semakin selektif dalam mengkonsumsi, produksi akan diusahakan seefisien
mungkin dan konsumtifme dapat ditekan.
2. Inflasi yang berkepanjangan dapat menumbuhkan industri kecil dalam negeri menjadi
semakin dipercaya dan tangguh.
3. Tingkat pengangguran cenderung akan menurun karena masyarakat akan tergerak untuk
melakukan kegiatan produksi dengan cara mendirikan atau membuka usaha.

E. Cara Mencegah Inflasi


• Kebijakan Moneter

Sasaran kebijakan moneter dicapai melalui pengaturan jumlah uang beredar. Bank
Sentral dapat mengatur uang giral melalui peralatan moneter yaitu :
a.Pelaksanaan Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation) dimana pengendalian jumlah uang
beredar oleh Bank Sentral dengan cara menjual atau membeli surat-surat berharga. Untuk
meningkatkan jumlah uang beredar, Bank Sentral menjual surat-surat berharga. Sedangkan untuk
menurunkan jumlah uang beredar, Bank Sentral membeli surat-surat berharga ; (2) Penetapan
Tingkat Diskonto (Discount Rate Policy) yang merupakan tingkat bunga yang ditetapkan Bank
Sentral sebagai pinjaman yang diberikan kepada Bank Umum;
(3) Penetapan Rasio Cadangan Wajib Minimum (Reserve Requirement) yaitu proporsi
cadangan minimum yang harus dipegang Bank umum atas simpanan masyarakat yang
dimiliki. Untuk menekan laju inflasi cadangan minimum ini dinaikkan sehingga jumlah uang
menjadi lebih kecil.
• Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal menyangkut pengaturan tentang pengeluaran pemerintah serta


perpajakan yang secara langsung dapat mempengaruhi permintaan total
dan dengan demikian akan mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui penurunan
permintaan total. Kebijakan fiskal yang berupa pengurangan pengeluaran pemerintah serta
kenaikan pajak akan dapat mengurangi permintaan total, sehingga inflasi dapat ditekan.
• Kebijakan yang Berkaitan dengan Output

Kenaikan output dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah output ini dapat dicapai
misalnya dengan kebijaksanaan penurunan bea masuk sehingga impor cenderung meningkat.
Bertambahnya jumlah barang dalam negeri cenderung menurunkan harga.
• Kebijakan Penentuan Harga dan Indexing

Ini dilakukan dengan penentuan harga, serta didasarkan pada indeks harga tertentu untuk
gaji ataupun upah (gaji/upah secara riil tetap). Kalau indeks harga naik,gaji atu upah juga
dinaikkan.

F. Pengertian Pengangguran

Pengangguran atau orang yang menganggur adalah mereka yang tidak mempunyai pekerjaan
dan sedang tidak aktif mencari pekerjaan Kategori orang yang menganggur biasanya adalah
mereka yang tidak memiliki pekerjaan pada usia kerja dan masa kerja. Usia kerja biasanya usia
yang tidak dalam masa sekolah tetapi di atas usia anak- anak (relatif di atas 6 – 18 tahun, yaitu
masa pendidikan dari SD – tamat SMU). Sedangkan di atas usia 18, namun masih sekolah dapatlah
dikategorikan sebagai penganggur, meski untuk hal ini masih banyak yang memperdebatkannya.

Pengangguran pada dasarnya tidak bisa dihilangkan sepenuhnya, karena bagaimanapun baik
dan hebatnya kemampuan suatu bangsa dalam menangani perekonomiannya, tetap saja
pengangguran itu ada. Akan tetapi mashab klasik
dengan salah satu teorinya yang terkenal sebagai hukum “Say” dari Jean Baptiste Say yang
mengatakan bahwa “Supply creats its own demand” atau penawaran menciptakan
permintaannya sendiri menjelaskan bahwa bila ini benar terjadi, maka pengangguran tidak
aka nada, dan bila pun ada tidak akan berlangsung lama, karena akan pulih kembali. Cara
kerjanya sederhana, bahwa apabila produsen menghasilkan barang dalam jumlah tertentu
maka akan segera habis dikonsumsi masyarakat. Pada saat yang sama misalkan terdapat
para pencari kerja, oleh karena produsen akan lebih baik menghasilkan barang dalam jumlah
banyak untuk memperbesar keuntungan tanpa takut risiko gagal dalam penjualan, maka
semua pencari kerja itu akan terserap untuk mengisi lowongan baru yang disediakan oleh
produsen / perusahaan, dan ini berlangsung terus. Akan tetapi pada kenyataannya tidak satu
negara pun di dunia ini yang bisa menerapkan teori ini, alasannya salah satu asumsi yaitu
pasar persaingan sempurna tidak akan bisa dan tidak akan pernah terjadi, dikarenakan
syaratnya yang tidak mungkin bisa dipenuhi.

Pengangguran selalu menjadi masalah, bukan saja karena pengangguran berarti


pemborosan dana. Akan tetapi, juga memberikan dampak social yang tidak baik misalkan
akan semakin meningkatnya tindakan kriminal dan pelanggaran moral. Akan tetapi, di sisi
lain pengangguran atau menganggur umumnya dilakukan dengan suka rela, baik karena
memilih pekerjaan, menunggur pekerjaan yang sesuai, keluar dari pekerjaan lama untuk
mencari pekerjaan baru karena alasan jenuh, bosan atau tidak cocok dengan pekerjaan dan
perusahaan, dan berbagai macam alasan lainnya.

G. Pengangguran Menurut Pandangan Islam


Islam telah memperingatkan agar umatnya jangan sampai ada yang menganggur dan
terpeleset kejurang kemiskinan, karena ditakutkan dengan kemiskinan tersebut seseorang
akan berbuat apa saja termasuk yang merugikan orang lain demi terpenuhinya kebutuhan
pribadinya. Ada sebuah hadis yang mengatakan :
“Kemiskinan akan mendapatkan kepada kekufuran”
Namun kenyataannya, tingkat pengangguran di negara-negara yang mayoritas berpenduduk
muslim relatif tinggi. Meningkatnya pemahaman masyarakat tentang buruknya
pengangguran, baik bagi individu, masyarakat ataupun negara, akan meningkatkan motivasi
untuk bekerja lebih serius. Walaupun Allah SWT telah berjanji akan menanggung rizqi kita
semua, namun hal itu bukan berarti tanpa ada persyaratan yang perlu untuk dipenuhi. Syarat
yang paling utama adalah kita harus berusaha mencari rizki yang dijanjikan itu, karena Allah
SWT telah menciptakan “sistem” yaitu siapa yang bekerja maka dialah yang akan
mendapatkan rizki dan barang siapa yang berpangku tangan maka dia akan kehilangan rizki.
Artinya, ada suatu proses yang harus dilalui untuk mendapatkan rizki tersebut.
Oleh karena itu, semua potensi yang ada harus dapat dimanfaatkan untuk mencari,
menciptakan dan menekuni pekerjaan. Muhammad Al Bahi, sebagaimana yang telah dikutip
oleh Mursi (1997:34) mengatakan bahwa ada tiga unsur penting untuk menciptakan
kehidupan yang positif dan produktif, yaitu :
1. Mendayagunakan seluruh potensi yang telah dianugerahkan oleh Allah SWT kepada kita
untuk bekerja, melaksanakan gagasan dan memproduksi
2. Bertawakal kepada Allah SWT, berlindung dan meminta pertolongan kepada-Nya ketika
melakukan suatu pekerjaan
3. Percaya kepada Allah SWT bahwa Dia mampu menolak bahaya, kesombongan dan
kediktatoran yang memasuki lapangan pekerjaan.
Dalam kaitannya dengan bidang pekerjaan yang harus dipilih, Islam mendorong umatnya
untuk berproduksi dan menekuni aktivitas ekonomi dalam segala bentuk seperti : pertanian,
pengembalaan, berburu, industri, perdagangan dan lain-lain. Islam semata-mata hanya
memerintahkan untuk bekerja tetapi harus bekerja dengan lebih baik (insan), penuh
ketekunan danprofesional.
Ihsan dalam bekerja bukanlah suatu perkara yang sepele tetapi merupakan suatu kewajiban
agama yang harus dipatuhi oleh setiap muslim. “Sesungguhnya Allah mencintai jika
seseorang melakukan pekerjaan yang dilakukan secara itqan (profesional)”. (H.R Baihaqi)
Allah SWT juga berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Jumu’ah ayat 10
‫فاذا قضيت الصلوة فانتشروا فى االرض وابتغوا من فضل هللا واذ كروا هللا كثيرا لعلكم تفلحون‬.

Artinya: “Apabila sholat telah dilaksanakan , maka bertebarlah kamu di bumi; carilah karunia
Alloh , dan banyaklah mengingat Alloh, agar kamu beruntung.”(QS. Al Jumu’ah:10).
Dari ayat tersebut dapat di jelaskan bahwa bekerja merupakan tugas yang sangat mulia.

Ayat lain yaitu Surat Huud ayat 6

‫وما من دابة فى االرض اال على هللا رزقها ويعلم مستقرها ومستودعها كل فى كتب مبين‬.
Artinya: “Dan tidak ada satu hewan melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi
rizkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya.
Semua tertulis dalam kitab yang nyata (laukhil mahfuzd).” (QS. Huud ayat 6).

Menurut Qardhawi, pengangguran dapat dibagi menjadi dua yaitu :


a. Pengangguran Jabariyah (terpaksa)
Suatu pengangguran dimana seseorang tidak mempunyai hak sedikit pun memilih status ini
dan terpaksa menerimanya. Pengangguran seperti ini umumnya terjadi karena seseorang tidak
mempunyai keterampilan sedikitpun, yang sebenarnya bisa dipelajari sejak kecil sebagai
modal untuk masa depannya atau seseorang telah mempunyai suatu keterampilan tetapi
keterampilan ini tidak berguna sedikitpun karena adanya perubahan lingkungan dan
perkembangan zaman.
b.Pengangguran Khiyariyah (pilihan)
Seseorang yang memilih untuk menganggur padahal dia pada dasarnya adalah orang yang
mampu untuk bekerja, namun pada kenyataannya dia memilih untuk berpangku tangan dan
bermalas-malasan hingga menjadi beban bagi orang lain. Dia memilih hancur dengan potensi
yang dimiliki dibandingkan menggunakannya untuk bekerja. Dia tidak pernah mengusahakan
suatu pekerjaan dan mempunyai pribadi yang lemah hingga menjadi sampah masyarakat.
Adanya pembagian kedua kelompok ini mempunyai kaitan erat dengan solusi yang menurut
islam untuk mengatasi suatu pengangguran. Kelompok pengangguran jabariyah perlu
mendapatkan perhatian dari pemerintah agar mereka dapat bekerja. Sebaliknya, Islam tidak
mengalokasikan dana dan bantuan untuk pengangguran khiyariyah karena pada prinsipnya
mereka memang tidak memerlukan bantuan, karena pada dasarnya mereka mampu untuk
bekerja hanya saja mereka malas untuk memanfaatkan potensinya dan lebih memilih menjadi
beban bagi orang lain.

H. Sebab Terjadinya Pengangguran


Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pengangguran adalah sebagai berikut :
1. Besarnya angkatan kerja tidak seimbang dengan kesempatan kerja. Ketidakseimbangan
terjadi apabila jumlah angkatan kerja lebih besar daripada kesempatan kerja yang tersedia.
Kondisi sebaliknya sangat jarang.
2. Struktur lapangan kerja tidak seimbang
3. Kebutuhan jumlah dan jenis tenaga terdidik dan penyediaan tenaga terdidik tidak
seimbang. Apabila kesempatan kerja jumlahnya sama atau lebih besar daripada angkatan
kerja, pengangguran belum tentu tidak terjadi. Alasannya, belum tentu terjadi kesesuaian
antara tingkat pedidikan yang dibutuhkan dan yang tersedia. Ketidakseimbangan tersebut
mengakibatkan sebagian tenaga kerja yang ada tidak dapat mengisi kesempatan kerja yang
tersedia.
4. Meningkatnya peranan dan aspirasi angkatan kerja wanita dalam seluruh struktur angkatan
kerja Indonesia
5. Penyediaan dan pemanfaatan tenaga kerja antar daerah tidak seimbang. Jumlah angkatan
kerja disuatu daerah mungkin saja lebih besar dari kesempatan kerja, sedangkan di daerah
lainnya dapat terjadi keadaan sebaliknya. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan perpindahan
tenaga kerja dari suatu daerah ke daerahh lain, bahkan dari suatu negara ke negara lainnya.

I. Dampak-dampak Pengangguran
Untuk mengetahui dampak pengangguran terhadap perekonomian, kita perlu
mengelompokkan pengaruh pengangguran terhadap dua aspek ekonomi yaitu :
1. Dampak pengangguran terhadap Perekonomian suatu Negara
Tujuan akhir pembangunan ekonomi suatu negara pada dasarnya adalah meningkatkan
kemakmuran masyarakat dan pertumbuhan ekonomi agar stabil dan dalam keadaan naik
terus. Jika tingkat pengangguran di suatu negara relatif tinggi, hal tersebut akan menghambat
pencapaian tujuan pembangunan ekonomi yang telah di cita-citakan. Hal ini terjadi karena
pengangguran berdampak negatif terhadap kegiatan perekonomian yaitu :
a. Pengangguran bisa menyebabkan masyarakat tidak dapat memaksimalkan tingkat
kemakmuran yang dicapainya. Hal ini terjadi karena pengangguran bisa menyebabkan
pendapatan nasional riil yang dicapai masyarakat akan lebih rendah daripada pendapatan
potensial (pendapatan yang seharusnya). Oleh karena itu, kemakmuran yang dicapai oleh
masyarakat pun akan lebih rendah.
b. Pengangguran akan menyebabkan pendapatan nasional yang berasal dari sektor pajak
berkurang. Hal ini terjadi karena pengangguran yang tinggi akan menyebabkan kegiatan
perekonomian menurun sehingga pendapatan masyarakat pun akan menurun. Dengan
demikian, pajak yang harus dibayar dari masyarakat pun akan menurun. Jika penerimaan
pajak menurun, dana untuk kegiatan ekonomi pemerintah juga akan berkurang sehingga
kegiatan pembangunan pun akan terus menurun.
c. Pengangguran tidak menggalakkan pertumbuhan ekonomi. Adanya pengangguran akan
menyebabkan daya beli masyarakat akan berkurang sehingga permintaan terhadap barang-
barang hasil produksi akan berkurang. Keadaan demikian tidak merangsang kalangan
Investor (pengusaha) untuk melakukan perluasan atau pendirian industri baru. Dengan
demikian tingkat investasi menurun sehingga pertumbuhan ekonomi pun tidak akan terpacu.

J. Cara Mengatasi Pengangguran

Untuk mengatasi pengangguran, ada beberapa cara yang seharusnya dilakukan oleh
pemerintah, dalam hal ini diantaranya :

1. Peningkatan mobilitas modal dan tenaga kerja

2. Segera memindahkan kelebihan tenaga kerja dari tempat dan sektor yang kelebihan ke
tempat dan sektor ekonomi yang kekurangan

3. Mengadakan pelatihan tenaga kerja untuk mengisi formasi kesempatan (lowongan) kerja
yang kosong

4. Segera mendirikan industri padat karya di wilayah yang mengalami pengangguran

5. Perluasan kesempatan kerja dengan cara mendirikan industri-industri baru, terutama yang
bersifat padat karya

6. Menggalakkan pengembangan sektor informal, seperti home industri

7. Menggalakkan program transmigrasi untuk menyerap tenaga kerja di sektor agraris dan
sektor formal lainnya

8. Pembukaan proyek-proyek umum oleh pemerintah, seperti pembangunan jembatan, jalan


raya, PLTU, PLTA, dan lain-lain. Sehingga bisa menyerap tenaga kerja secara langsung
maupun untuk merangsang investasi baru dari kalangan swasta

9. Pemberian informasi yang cepat jika ada lowongan kerja di sektor lain

10. Melakukan pelatihan di bidang keterampilan lain untuk memanfaatkan waktu ketika
menunggu musim tertentu

11. Mengarahkan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa


12. Meningkatkan daya beli masyarakat

Islam dalam mengatasi pengangguran yaitu penyediaan lapangan pekerjaan merupakan


kewajiban bagi pemerintah. Berdasarkan dalil yaitu :

“Seseorang imam (pemimpin) adalah bagaikan penggembala, dan dia akan diminta
pertanggungjawaban atas gembalaannya (rakyatnya)”. (HR. Bukhari dan Muslim).

Islam telah mengajarkan cara yang paling ideal dalam mengatasi pengangguran. Suatu
ketika datang Rasulullah dari kalangan Anshar untuk meminta-minta (pengemis). Lalu
Rasulullah bertanya kepada pengemis tersebut, “Apakah kamu mempunyai sesuatu di
rumahmu?” Pengemis itu menjawab, “Saya mempunyai pakaian dan cangkir”. Kemudian
Rasulullah mengambil sebagian pakaian dan cangkir tersebut untuk dijual kepada para
sahabat. Salah seorang sahabat sanggup membeli barang-barang tersebut seharga dua
dirham. Selanjutnya Rasulullah membagi uang yang di dapat tersebut untuk sebagian
dibelikan keperluan kebutuhan keluarga pengemis tersebut dan sebagian lagi dibelikan
kapak sebagai sarana untuk berusaha mencari kayu bakar. Akhirnya dengan usahanya, sang
pengemis mendapatkan uang sebanyak sepuluh dirham.

Kisah ini mungkin sering kita dengar tetapi jarang kita mau mengambil hikmah untuk
menganalisa suatu permasalahan hidup. Khusus dalam permasalahan pengangguran. Hal ini
dapat menjadi cara yang ideal untuk diterapkan. Kita juga sering mendengar ini, “Berikan
pancing, jangan memberi umpan” tetapi ini adalah kebijakan yang lemah. Coba kita
bayangkan orang yang sedang memancing, mengharapkan ikan akan tersangkut di mata kail
dengan penuh ketidakpastian. Jika dapat syukur, jika tidak dapat maka pemancing
(pengangguran) akan mati kelaparan.

Bagaimana dengan teladan Rasulullah yang ditunjukan oleh pengemis tadi? Rasulullah tidak
langsung memerintahkan pada pengemis itu untuk membeli kapak, tetapi Rasulullah
membelikan kebutuhan pokok (primer) terlebih dahulu. Setelah kebutuhan pokoknya
terpenuhi maka barulah Rasulullah memerintahkan untuk membeli kapak. Dimana
perbedaannya? Perbedaannya jelas sangat jauh, Rasulullah memikirkan kebutuhan hidup
sang pengangguran kemudian membantunya dalam melihat peluang usaha. Jika pada hari
pertama pengemis tadi tidak mendapatkan penghasilan dari berjualan kayu bakar, ia tidak
perlu terlalu susah hati karena sebagian uang telah dibelikan kebutuhan pokoknya.
Teladan tersebut layak untuk dijadikan acuan berfikir oleh pemerintah bagaimana membuat
sebuah kebijakan yang benar dan baik untuk mengatasi tingkat pengangguran yang semakin
hari semakin meningkat ini. Tidak lagi sekedar umpan, atau sekedar pancing tetapi harus
berjalan keduanya sekaligus.

K. Hubungan Inflasi Dan Pengangguran

Arti inflasi dan pengangguran telah dijelaskan secara singkat di atas, sebagaimana diketahui
bahwa manakala inflasi terlalu tinggi, maka masyarakat cenderung tidak ingin menyimpan
uangnya lagi, tetapi akan diubah dalam bentuk barang, baik barang yang siap dipakai atau
harus melalui proses produksi (membuat rumah misalnya). Sementara pengangguran adalah
orang yang tidak bekerja dan sedang mencari pekerjaan.

Dalam kondisi tingkat inflasi yang relatif tinggi, maka secara teoritis para pengangguran
akan banyak memperoleh pekerjaan, bukan saja karena banyak masyarakat membutuhkan
tenaganya, tetapi juga para produsen seharusnya akan memanfaatkan momentum kenaikan
harga barang dengan menambah produksinya yang tentu saja harus membuka kapasitas
produksi baru dan ini tentu memerlukan tenaga kerja baru sampai pada tingkat full
employment.

Sampai sebegitu jauh agaknya inflasi yang tinggi banyak memberikan dampak yang negatif
daripada positif bagi suatu bangsa dalam perekonomiannya. Alasannya, sederhana saja
karena banyak negara yang mengelola ekonominya tidak efisien, hambatan investasi, dan
masih tergantung sangat besar (baik dari segi kualitas maupun kuantitas) pada bahan baku
impor.

Kenyataannya inflasi yang relatif tinggi membuat masyarakat hidup berhemat, banyak PHK
dan penurunan jumlah produksi sehingga terjadi kelangkaan barang di pasar, dan ini justru
akan menjadi inflasi yang sudah tinggi menjadi lebih tinggi.

Prof. A. W Phillips dari London School of Economic (tahun 1958), Inggris meneliti data
dari berbagai negara mengenai tingkat pengangguran dan inflasi. Secara empiris tanpa
didasari teori yang kuat ditemukan suatu bukti bahwa ada hubungan yang terbalik antara
tingkat inflasi dan pengangguran, dalam arti apabila inflasi naik, maka pengangguran turun,
sebaliknya apabila inflasi turun, maka pengangguran naik.
Secara teori, Lipsey (tahun 1997) menerangkan hubungan antara tingkat inflasi dengan
pengangguran melalui teori pasar tenaga kerja. Menurutnya, upah tenaga kerja akan
cenderung turun bila pengangguran relatif banyak, karena banyaknya tingkat pengangguran
mencerminkan adanya kelebihan penawaran tenaga kerja. Sebaliknya upah tenaga kerja naik
bila tingkat pengangguran relatif rendah, karena adanya kelebihan permintaan tenaga kerja.
Namun, meskipun pada suatu kondisi terdapat keseimbangan anatara permintaan dan
penawaran tenaga kerja yang memberikan tingkat upah tertentu, pengangguran masih saja
tetap ada, hal ini dikarenakan informasi yang kurang keahlian yang tidak sesuai dengan
lowongan dan sebagainya. Jadi menurut Lipsey, sehubungan dengan teori Phillips,
penawaran dan permintaan itu menentukan tingkat upah dan perubahan tingkat upah
tergantung dari adanya kelebihan permintaan tenaga kerja. Dengan demikian, makin besar
kelebihan permintaaan tenaga kerja, maka tingkat upah akan semakin besar, ini berarti
tingkat pengangguran akan semakin kecil/rendah. Karena hubungan antara kelebihan
permintaan tenaga kerja sebanding dengan kenaikan upah, maka berarti bila tingkat upah
tinggi maka pengangguran rendah, sebaliknya bila tingkat upah rendah, maka pengangguran
tinggi. Namun, bila dibalik pernyataannya menjadi bila tingkat pengangguran tinggi, maka
upah rendah dan bila pengangguran rendah, maka upah tinggi. Perlu diingat bahwa asumsi
dasar dari teori ini adalah bahwa bila upah riil sama dengan upah nominal, dimana upah riil
adalah upah nominal dibagi dengan harga yang berlaku.

Yang menjadi pertanyaan adalah dimanakah hubungan antara tingkat upah dengan inflasi
sehubungan dengan penjelasan teoritis. Lihatlah kembali salah satu penyebab inflasi yang
dijelaskan di atas, yaitu cost push inflation, dimana salah satu penyebab naiknya harga
barang adalah adanya tuntutan kenaikan upah, sehingga untuk mengatasi biaya produksi dan
operasi, maka harga produk dijual dengan harga relatif mahal dari sebelumnya (artinya
manakala upah tinggi, maka tingkat inflasi tinggi, dan sebaliknya
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam perekonomian tertutup, dan dalam jangka pendek, pengangguran dan inflasi
merupakan masalah ekonomi yang perlu di hadapi dan di atasi. Dalam sistem pasar bebas,
kdua masalah ini tidak dapat dengan sendirinya diatasi. Kebijakan pemerintah perlu
dijalankan apabila salah satu kedua masalah tersebut timbul. Sesuai dengan keperluan ini
dalam analisis makro ekonomi perlu diperhatikan dengan lebih baik mengenai kdua masalah
tersebut dan bentuk – bentuk kebijakan pemerintah yang dapat digunakan untuk mengatasi
kedua masalah. Ada dua cara yg di gunakan untuk melihat masalah pengangguran. Yang
pertama adalah dengan melihar sumber dari wujud masalah tersebut dan yang kedua adalah
berdasarkan ciri – cirinya. Berdasarkan sumbernya pengangguran dibedakan kepada :
pengangguran normal/friksional, pengangguran siklikal (kunjungtur), pengangguran
berstruktur dan pengangguran teknologi. Berdasarkan ciri – cirinya pengangguran
dibedakan kepada : pengangguran terbuka, pengangguran tersembunyi, pengangguran
bermusim dan setengah menganggur. mengatasi pengangguran didorong oleh tujuan bersifat
ekonomi dan tujuan bersifat sosial dan politik. Dari segi ekonomi tujuan mengatasi
pengangguran adalah : Menyediakan kesempatan kerja, meningkatkan taraf kemakmuran
masyarakat dan memperbaiki distribusi pendapatan.

B. Saran

Menurut kami sebaiknya pemerintah dapat mengatasi pengangguran yang terjadi di


Indonesia yaitu dengan membuka lapangan kerja atau menyediakan lapangan kerja. Dalam
menghadapi kemiskinan di zaman global diperlukan usaha-usaha yang lebih kreatif,
inovatif, dan eksploratif. Selain itu, globalisasi membuka peluang untuk meningkatkan
partisipasi masyarakat Indonesia yang unggul untuk lebih eksploratif. Di dalam menghadapi
zaman globalisasi ke depan mau tidak mau dengan meningkatkan kualitas SDM dalam
pengetahuan, wawasan, skill, mentalitas, dan moralitas yang standarnya adalah standar
global.
Daftar Pustaka

Boediono. Ekonomi Moneter. Penerbit BPFE-YOGYAKARTA. Yogyakarta: 2001.

Christopher Pass & Bryan Lowes. Kamus Lengkap Ekonomi Edisi Kedua.

Collins. Penerbit Erlangga : 1997.

Manullang. Pengantar Teori Ekonomi Moneter. Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta: 1993.

Nopirin. Ekonomi Moneter Buku II. Penerbit BPFE-


YOGYAKARTA. Yogyakarta: 2000.

Rudiger Dombusch, Stanley Fischer, J. mulyadi. Makro ekonomi. Penerbit Erlangga: 1992.

Sukirno, Sadono. Makro Ekonomi Teori Pengantar. Penerbit PT. RajaGrafindo Persada.
Jakarta: 2011.

Waluya Harry. Ekonomi Moneter Uang dan Perbankan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta: 1993.

Yanuar. (2016). ekonomi makro:suatu analisis konteks indonesia.


https://doi.org/10.17605/OSF.IO/CTMGP

http://repository.uinbanten.ac.id/3507/4/BAB%20II.pdf

https://http300581940.wordpress.com/2018/02/22/makalah-pengangguran-dalam-islam/

Anda mungkin juga menyukai