Anda di halaman 1dari 27

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

”Penilaian Tingkat Kesehatan Koperasi Syariah, Menghitung Nilai Kesehatan


Koperasi Syariah Serta Menginterpretasikan Hasil Perhitungan Nilai Kesehatan”

Disusun Oleh Kelompok K:

Muhammad Farhan Nim: 2130401088


Putri Andres Nim: 2130401104
Refaldi R. Ihsan Nim: 2130401114

Dosen Pengampu Mata Kuliah:

Husni Sabri, S. Ag., M. Si.


Farid Ahmad Marlion, SE., ME

Program Studi Perbankan Syariah


Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam
Universitas Islam Negeri Mahmud Yunus Batusangkar
2023
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penyusun, sehingga makalah yang
berjudul “Penilaian Tingkat Kesehatan Koperasi Syariah, Menghitung Nilai
Kesehatan Koperasi Syariah Serta Menginterpretasikan Hasil Perhitungan Nilai
Kesehatan” dapat disajikan dengan baik.

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan maupun pengkajiannya masih


banyak kekurangan dan kelemahannya. Oleh karena itu, kritik dan saran dari berbagai
pihak yang sifat-sifatnya membangun penyusun harapkan, demi untuk perbaikan di
masa yang akan datang.

Demi kelancarannya mengerjakan tugas ini penyusun ucapkan terima kasih


kepada Bapak yang telah memberi arahan dalam penulisan makalah ini. Semoga
Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan karunianya kepada kita semua, dan
akhirnya mudah-mudahan makalah ini walaupun sederhana dapat bermanfaat bagi
penyusun khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Amiin ya robbal
„alamin.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Batusangkar, 02 Juni 2023

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 4
A. Pengertian Dan Proses Penilaian Tingkat Kesehatan Koperasi Syariah ........ 4
1. Pengertian Koperasi Syariah ....................................................................... 4
2. Proses Penilaian Tingkat Kesehatan Koperasi Syariah .............................. 4
B. Perhitungan Tingkat Kesehatan Koperasi Syariah Sesuai Dengan Perdep
Kemeterian Koperasi Dan Umk No.07 Tahun 2016 Tentang Penilaian
Kesehatan KSP Syariah .................................................................................. 6
1. Pemodalan ................................................................................................... 6
2. Kualitas Aktiva Produktif ........................................................................... 7
3. Penilaian Efisiensi..................................................................................... 10
4. Likuiditas .................................................................................................. 11
6. Jati Diri Koperasi ...................................................................................... 12
7. Kemandirian dan Pertumbuhan ................................................................ 13
8. Kepatuhan Prinsip syariah ........................................................................ 14
C. Interpretasi Hasil Perhitungan Tingkat Kesehatan Koperasi Syariah .......... 14
1. Kesehatan Modal Koperasi Syariah .......................................................... 14
2. Tingkat Aktiva Produktif .......................................................................... 15
3. Kualitas Manajemen ................................................................................. 15
4. Kualitas Efesiensi ..................................................................................... 16
5. Kesehatan Likuiditas................................................................................. 17
6. Kualitas Jati Diri Koperasi........................................................................ 18

ii
7. Kemandirian dan Pertumbuhan ................................................................ 18
8. Kepatuhan dalam Prinsip Syariah ............................................................. 19
BAB III PENUTUP ................................................................................................... 21
A. Kesimpulan ................................................................................................... 21
B. Saran ............................................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Latar belakang masalah mengenai penilaian tingkat kesehatan koperasi
syariah, menghitung nilai kesehatan koperasi syariah, dan menginterpretasikan
hasil perhitungan nilai kesehatan didasarkan pada kebutuhan untuk mengevaluasi
kinerja dan keberlanjutan koperasi syariah. Koperasi syariah adalah lembaga
ekonomi berbasis syariah yang bertujuan untuk mewujudkan prinsip-prinsip
ekonomi Islam dalam kegiatan bisnisnya. Prinsip-prinsip ini meliputi pembagian
keuntungan dan kerugian secara adil, larangan riba (bunga), dan larangan
spekulasi dan kegiatan yang diharamkan dalam Islam.

Sebagai lembaga keuangan, koperasi syariah juga perlu dipantau dan


dievaluasi secara berkala untuk memastikan keberlanjutan dan kepatuhannya
terhadap prinsip-prinsip syariah. Penilaian tingkat kesehatan koperasi syariah
dilakukan untuk mengukur sejauh mana koperasi tersebut mampu memenuhi
persyaratan keuangan dan kepatuhan syariah.

Dalam penilaian tingkat kesehatan koperasi syariah, beberapa faktor


penting yang dievaluasi antara lain adalah:

1. Aspek keuangan: Meliputi kinerja keuangan koperasi, seperti likuiditas,


solvabilitas, profitabilitas, dan efisiensi operasional.
2. Aspek syariah: Mengukur sejauh mana koperasi mematuhi prinsip-prinsip
syariah, seperti larangan riba, larangan riba an-nasi'ah (bunga berbunga),
larangan riba al-fadl (pertukaran tidak adil), dan pemenuhan keadilan dan
transparansi dalam pembagian keuntungan.
3. Aspek pengelolaan risiko: Menilai kemampuan koperasi dalam mengelola
risiko bisnis, seperti risiko kredit, risiko likuiditas, risiko pasar, dan risiko
operasional.

1
2

Setelah dilakukan penilaian, nilai kesehatan koperasi syariah dapat dihitung


dengan menggunakan metode-metode yang telah ditetapkan. Metode ini
melibatkan penggunaan indikator dan bobot tertentu untuk menghitung skor atau
nilai kesehatan koperasi. Nilai kesehatan ini memberikan gambaran tentang
kinerja koperasi syariah secara keseluruhan dan sejauh mana koperasi tersebut
memenuhi persyaratan keuangan dan kepatuhan syariah.

Interpretasi hasil perhitungan nilai kesehatan koperasi syariah penting


untuk memahami kondisi koperasi secara lebih mendalam. Hasil interpretasi
dapat memberikan informasi tentang kekuatan dan kelemahan koperasi, serta
area-area yang perlu diperbaiki atau diperhatikan lebih lanjut. Dengan
pemahaman ini, langkah-langkah strategis dapat diambil untuk meningkatkan
kesehatan dan keberlanjutan koperasi syariah, baik dari segi keuangan maupun
kepatuhan syariah.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah yang diambil
oleh pemakalah antara lain:

1. Apa pengertian dan bagaimana proses penilaian tingkat kesehatan koperasi


syariah?
2. Bagaimana perhitungan tingkat kesehatan koperasi syariah sesuai dengan
Perdep Kemeterian Koperasi dan UMK No.07 Tahun 2016 tentang Penilaian
Kesehatan KSP Syariah?
3. Bagaimana interpretasi hasil perhitungan tingkat kesehatan koperasi syariah?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas tujuan penulisan makalah ini antara
lain:
3

1. Mengetahui pengertian dan proses penilaian tingkat kesehatan koperasi


syariah.
2. Mengetahui rumus perhitungan tingkat kesehatan koperasi syariah sesuai
dengan Perdep Kemeterian Koperasi dan UMK No.07 Tahun 2016 tentang
Penilaian Kesehatan KSP Syariah.
3. Mengetahui interpretasi hasil perhitungan tingkat kesehatan koperasi syariah.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Dan Proses Penilaian Tingkat Kesehatan Koperasi Syariah

1. Pengertian Koperasi Syariah


Berikut pengertian dari koperasi syariah berdasarkan para ahli,
diantaranya:

a. Koperasi Syariah merupakan bidang usaha ekonomi yang sudah


terorganisir secara baik dan berwatak sosial, dimana dalam kegiatan
operasionalnya menerapkan prinsip-prinsip etika secara moral, harus
memperhatikan halal atau haramnya sebuah usaha yang dijalankan
sebagaimana yang sesuai dengan syariat islam yang diajarkan. (Mas’ula &
Oktafia, 2021: 12)
b. Koperasi syariah adalah koperasi yang menjalankan usaha di bidang
simpan pinjam dan pembiayaan yang berpinsip syariah. Koperasi syariah
identik dengan baitul maal watamwi (BMT). (Apriyana & Hasbi, 2020:
178)
c. Koperasi Syariah merupakan bagian dari Lembaga keuangan syariah
(LKS) yang berlandaskan prinsip syariah dan bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan berorientasikan
keuntungan dan juga falah. (Hamidi et al., 2020: 9)

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa koperasi ialah


Lembaga keuangan syariah (LKS) yang berlandaskan prinsip syariah yang
terorganisir secara baik dan berwatak sosial

2. Proses Penilaian Tingkat Kesehatan Koperasi Syariah


Untuk meningkatkan kinerja koperasi, baik dari segi kinerja keuangan
maupun kelembagaan dan manajemen sangat diperlukan penilaian tingkat

4
5

kesehatan koperasi. Adapun penilaian tingkat kesehatan koperasi dapat


ditinjau dari 6 indikator yaitu: (Mas’ula & Oktafia, 2021: 12)

a. Indikator Badan usaha aktif.


Indikator penilaian manajemen pengawasan, yang dilakukan
selam 3 bulan sekali oleh bidang pengawas koperasi. dimana tujuanya
untuk mengetahui kondisi koperasi sekaligus kinerja kepengurusan.
Berdasarkan hasil pengawasan dalam bidang organisasi, administrasi,
usaha maupun kinerja keuangan pengurus secara umum mengalami
peningkatan, namun ada upaya untuk menjadi lebih baik kedepanya,
dikarenakan masih terdapat permasalahan atau kendala yang ada
b. Indikator kinerja usaha yang semakin sehat.
Indikator penilaian manajemen pengawasan, yang dilakukan
selam 3 bulan sekali oleh bidang pengawas koperasi. dimana tujuanya
untuk mengetahui kondisi koperasi sekaligus kinerja kepengurusan.
Berdasarkan hasil pengawasan dalam bidang organisasi, administrasi,
usaha maupun kinerja keuangan pengurus secara umum mengalami
peningkatan, namun ada upaya untuk menjadi lebih baik kedepanya,
dikarenakan masih terdapat permasalahan atau kendala yang ada
c. Indikator kohesivitas dan partisipasi anggota.
Indikator penilaian lain dapat kita liat dari adanya keterkaitan
anggota terhadap anggota lain sekaligus terhadap organisasi. Adanya
sistem tanggung jawab dapat membantu anggota untuk berbagi risiko
(risk sharing) apabila terjadi sebuah kendala atau permasalahan.
d. Indikator orientasi kepada pelayanan anggota.
Indikator realisasi pelaksanaan program pendidikan dan
pelatihan, dalam pelaksanaan tersebut sudah tertuang pada realisasi
program kerja koperasi yang sudah dijadwalkan masing-masing oleh
pengurus. Adapun program pendidik diantaranya yaitu pelatian
6

manajemen koperasi, diklat manajemen koperasi, pelatian


pengembangan usaha koperasi berbasis online, sosialisasi
perkoperasian bagi pelaku UMKM, dan sebagainya.
e. Indikator pelayanan terhadap masyarakat
Aspek pelayanan terhadap masyarakat adalah berapa lama usaha
yang dijalankan koperasi dapat menyerap tenaga kerja setempat, serta
berapa banyak jumlah layanan koperasi yang dapat dinikmati oleh
masyarakat umum termasuk dalam peran koperasi untuk membantu
pemerintah dalam hal pengentasan kemiskinan masyarakat setempat
f. Indikator terhadap pembangunan daerah.
Dari aspek kontribusi terhadap pembangunan daerah merupakan
proses ketaatan lembaga koperasi dalam membayar pajak sekaligus
berbagai bentuk dukungan sumber daya terhadap kegiatan
pembangunan daerah

B. Perhitungan Tingkat Kesehatan Koperasi Syariah Sesuai Dengan Perdep


Kemeterian Koperasi Dan Umk No.07 Tahun 2016 Tentang Penilaian
Kesehatan KSP Syariah
Dasar penilaian kinerja kesehatan koperasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Peraturan Dupati Bidang Pengawasan Kementrian Negara
Koperasi, Usaha Kecil, dan Menengah No: 07/Per/Dep.6/IV/2016 tentang
pedoman penilaian Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS)
dan Unit Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (USPPS) Koperasi.
Berdasarkan peraturan tersebut penilaian koperasi syariah meliputi 8 aspek yaitu:
(Mirawati et al., 2021: 20-23)

1. Pemodalan
Penilaian tingkat kesehatan pertama ialah dari aspek permodalan,
dimana terdapat dua cara dalam menghitungnya yaitu rasio modal sendiri
terhadap modal total dan rasio kecukupan modal (CAR).
7

a. Rasio Modal Sendiri Terhadap Total Aset

Untuk memperoleh rasio modal sendiri terhadap total aset


ditetapkan sebagai berikut :

1) Untuk rasio pemodalan lebih kecil atau sama dengan 0 diberikan nilai
kredit 0.
2) Setiap kenaikan rasio pemodalan 1% mulai dari 0% nilai kredit
ditambah 5 dengan maksimum nilai 100.
3) Nilai kredit dikalikan bobot sebesar 5% diperoleh skor pemodalan.
b. Rasio Kecukupan Modal Sendiri (CAR)

Keterangan:
ATMR = Aktiva Tertimbang Menurut Resiko
1) Rasio CAR lebih kecil dari 6% diberi nilai kredit 25, untuk kenaikan
rasio CAR 1% nilai kredit ditambah 25 sampai dengan nilai CAR 8%
nilai kredit maksimal 100.
2) Nilai kredit dikalikan dengan bobot 5% diperoleh skor CAR.

2. Kualitas Aktiva Produktif


Penilaian kualitas aktiva produktif didasarkan pada 3 rasio yaitu :
Penilaian Manajemen
a. Rasio tingkat piutang dan pembiayaan bermasalah terhadap jumlah
piutang dan pembiayaan

Keterangan:
JPPB = Jumlah Pembiayaan dan Piutang Bermasalah
8

JPP = Jumlah Pembiayaan dan Piutang


Untuk memperoleh rasio piutang dan Pembiayaan bermasalah
terhadap piutang dan Pembiayaan yang disalurkan, ditetapkan sebagai
berikut:
1) Untuk rasio lebih besar dari 12% sampai dengan 100% diberi nilai
sekor 25.
2) Setiap penurunan rasio 3% nilai kredit ditambah 25 dengan nilai
maksimal 100.
3) Nilai kredit dikalikan bobot 10% diperoleh skor penilaian.

b. Rasio Portofolio terhadap piutang dan pembiayaan berisiko PAR


(Portfolio Asset Risk).

Mengukur rasio portofolio piutang dan pembiayaan berisiko dengan


cara berikut:
1) Mengklasifikasikan tingkat keterlambatan ke dalam kelompok
a) Lambat 1-30 hari (portofolio berisiko 1)
b) Lambat 31 - 60 hari (portofolio berisiko 2)
c) Lambat 61 - 90 hari (portofolio berisiko 3)
d) Lambat > 90 hari (portofolio berisiko 4)
2) Membandingkan piutang dan pembiayaan bermasalah pada periode
tersebut dengan total piutang dan pembiayaan

a) Keterlambatan 1-30 hari


b) Keterlambatan 31-60 hari
c) Keterlambatan 61 - 90 hari
d) Keterlambatan lebih dari 90 hari
9

3) Menghitung rasio total portofolio piutang dan pembiayaan berisiko


Total PAR (Total Portofolio piutang dan pembiayaan berisiko) = (1) +
(2) +(3)+(4) =……%
4) Cara menentukan skor
a) Untuk rasio lebih besar dari 30% sampai 100% diberi nilai kredit
25, untuk setiap penurunan rasio 1% nilai kredit ditambah dengan
5 sampai dengan maksimum 100,
b) Nilai kredit dikalikan bobot 5% diperoleh skor penilaian
c. Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) terhadap
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Yang Wajib Dibentuk
(PPAPWD)

Keterangan:
PPAPWD = Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Wajib Dibentuk

1) Mengklasifikasikan aktiva produktif berdasarkan kolektifitas yaitu


Lancar; kurang lancar; diragukan; dan macet.
2) Menghitung nilai PPAP dari neraca komponen cadangan penghapusan
pembiayaan.
3) Menghitung PPAPWD dengan cara mengalikan komponen persentase
pembentukan PPAPWD dengan kolektibilitas aktiva produktif

Perhitungan PPAPWD, sebagai berikut:

1) 0,5% dari aktiva produktif lancar


2) % dari aktiva produktif kurang lancar dikurangi nilai agunannya
3) 50% dari aktiva produktif diragukan dikurangi nilai agunannya
4) 100% dari aktiva produktif macet dikurangi nilai agunannya.
10

Apabila nilai jaminan tidak dapat ditaksir/diketahui maka nilai


agunan sebagai pengurang adalah sebesar 50% dari baki debet, sebagai
berikut:

1) Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif dapat


diperoleh/dihitung dengan membandingkan nilai PPAP dengan
PPAPWD dikalikan dengan 100%
2) Untuk rasio PPAP sebesar 0% nilai kredit sama dengan 0. Untuk
setiap kenaikan rasio PPAP 1% nilai kredit ditambah 1 sampai dengan
maksimum 100
3) Nilai kredit dikalikan dengan bobot 5%, diperoleh skor tingkat rasio
PPAP.

3. Penilaian Efisiensi
a. Penilaian aspek manajemen KSPPS/USPPS Koperasi meliputi beberapa
komponen yaitu: Manajemen umum, Kelembagaan, Manajemen
permodalan, Manajemen asset, Manajemen likuiditas
b. Perhitungan nilai kredit didasarkan pada hasil penilaian atas jawaban
pertanyaan aspek manajemen terhadap seluruh komponen dengan
komposisi pertanyaan sebagai berikut:
1) Manajemen umum 12 pertanyaan (bobot 3 atau 0,25 nilai kredit untuk
setiap jawaban pertanyaan positif)
2) Kelembagaan 6 pertanyaan (bobot 3 atau 0,5 nilai kredit untuk setiap
jawaban pertanyaan positif)
3) Manajemen permodalan 5 pertanyaan (bobot 3 atau 0,6 nilai kredit
untuk setiap jawaban pertanyaan positif)
4) Manajemen aktiva 10 pertanyaan ( bobot 3 atau 0,3 nilai kredit untuk
setiap jawaban pertanyaan positif)
5) Manajemen likuiditas 5 pertanyaan ( bobot 3 atau 0.6 nilai kredit
untuk setiap jawaban pertanyaan positif).
11

4. Likuiditas
a. Rasio biaya operasional pelayanan terhadap partisipasi bruto

1) Untuk rasio lebih besar dari 100 diperoleh nilai kredit 25 dan untuk
setiap penurunan rasio 15% nilai kredit ditambahkan 25 sampai
dengan maksimum nilai kredit 100
2) Nilai kredit dikalikan dengan bobot sebesar 4% diperoleh skor
penilaian.
b. Rasio aktiva tetap terhadap total asset

1) Untuk rasio lebih besar dari 76% diperoleh nilai kredit 25 dan untuk
setiap penurunan rasio 25% nilai kredit ditambah dengan 25 sampai
dengan maksimum nilai kredit 100.
2) Nilai kredit dikalikan dengan bobot sebesar 4% diperoleh skor
penilain.
c. Rasio efisiensi pelayanan.

1) Untuk rasio kurang dari 50% diberi nilai kredit 25 dan untuk setiap
kenaikan 25 orang nilai skor ditambah dengan 25 sampai dengan
maksimum nilai kredit 100
2) Nilai kredit dikalikan dengan bobot sebesar 2% diperoleh skor
penilaian.
5. Likuiditas
a. Rasio kas.
12

1) Bila rasio kas < dari 14% dan > dari 56% diberi nilai kredit 25, untuk
rasio antara 14% sampai 20% dan antara dan antara 46% sampai 56%
diberi nilai kredit 50, rasio antara 21% sampai 25% dan 35% sampai
45% diberi nilai kredit 75, dan untuk rasio 26% sampai dengan 34%
diberi nilai kredit 100
2) Nilai kredit dikalikan dengan bobot 10% diperoleh skor penilaian.
b. Rasio pembiayaan.

1) Jika rasio kas lebih kecil dari 50% diberi nilai kredit 25 bagi setiap
kenaikan rasio 25% nilai kredit ditambah dengan 25 dengan niali
maksimal 100
2) Nilai kredit dikalikan dengan bobot 5% diperoleh skor penilaian

6. Jati Diri Koperasi


a. Rasio Partisipasi Bruto

Keterangan:
TNA = Transaksi Non Anggota
1) Jika rasio < dari 25% diberi nilai kredit 25 dan untuk setiap kenaikan
rasio 25% nilai kredit ditambah 25 sampai rasio lebih besar dari 75%
nilai kredit maksimum 100
2) Nilai kredit dikalikan dengan bobot 5% diperoleh skor penilaian.
b. Rasio Promosi Ekonomi Anggota

Keterangan:
MEP = Manfaat Ekonomi Partisipasi
13

PEA = Promosi Ekonomi Anggota


TSP = Total Simpanan Pokok
SW = Simpanan Wajib
1) Untuk rasio lebih kecil dari 5% diberi nilai kredit 25 dan setiap
keniakan rasio 3% nilai kredit ditambah dengan 25 sampai dengan
rasio lebih besar dari 12% nilai kredit maksimum 100
2) Nilai kredit dikalikan dengan bobot 5% diperoleh skor penilaian.

7. Kemandirian dan Pertumbuhan


a. Rentabilitas Aset

1) Jika rasio rentabilitas aset lebih kecil dari 5% diberi nilai kredit 25,
untuk setiap keniakan rasio 2,5% nilai kredit ditambah 25 sampai
dengan maksimum 100
2) Nilai kredit dikalikan dengan bobot 3% diperoleh skor penilaian.
b. Rentabilitas Ekuitas

1) Jika rasio rentabilitas ekuitas lebih kecil dari 5% diberi nilai kredit 25,
untuk setiap kenaikan rasio 2,5% nilai kredit ditambah 25 sampai
dengan nilai maksimum 100
2) Nilai kredit dikalikan dengan bobot 3% diperoleh skor penilaian.
c. Kemandirian Operasional Pelayanan

1) Untuk rasio kemandirian operasional lebih kecil dari 100% diberi nilai
kredit 25. Setiap kenaikan rasio 25% nilai kredit ditambah 25 sampai
maksimum 100.
2) Nilai kredit dikalikan dengan bobot 4% diperoleh skor penilaian.
14

8. Kepatuhan Prinsip syariah


Aspek kepatuhan prinsip Syariah dinilai dari penerapan atau kepatuhan
koperasi Syariah baik KSPPS maupun USPPS terhadap prinsip syariah
terutama dalam melaksanakan aktivitasnya sebagai lembaga keuangan yang
berbasis syariah. Ada 10 pertanyaan yang digunakan sebagai Penilaian
kepatuhan prinsip syariah dengan bobot maksimal 10%, artinya setiap
jawaban positif yang diberikan responden maka memperoleh nilai kredit
bobot 1 (satu) dan seterusnya.

C. Interpretasi Hasil Perhitungan Tingkat Kesehatan Koperasi Syariah

1. Kesehatan Modal Koperasi Syariah


Perbandingan Modal Sendiri dengan Total Aset Rasio ini bertujuan
untuk mengukur kemampuan koperasi syariah dalam menghimpun modal
sendiri dibandingkan dengan aset yang dimiliki. Pada koperasi syariah rasio
ini dianggap sehat apabila nilai maksimal mencapai 20%, apbila telah
mencapai rasio yang sesuai ini menunjukkan bahwa koperasi syariah mampu
meningkatkan kepercayaan anggota untuk menghimpun dana. Dalam
memperoleh ukuran kesehatan koperasi syariah melalui perbendingan modal
sendiri dengan total aset, ditetapkan tingkat kesehatan sebagai berikut:

a. Rasio permodalan lebih kecil atau sama dengan 0 diberian nilai kredit 0.
b. Setiap kenaikan rasio permodalan 1% mulai dari 0% nilai kredit ditambah
5 dengan maksimal nilai 100.
c. Nilai kredit diksliksn bobot sebesar 5% maka diperoleh skor permodalan.
15

2. Tingkat Aktiva Produktif


Penilaian tingkat aktiva produktif dinilai dari seberapa besar
kemungkinan kembalinya dana yang ditanamkan perusahaan dan diharapkan
mendatangkan penghasilan untuk perusahaan. Tingkat aktiva produktif
didasarkan pada rasio, yaitu: rasio tingkat utang dan pembiayaan bermasalah
terhadap jumlah piutang dan pembiayaan. Untuk memperoleh tingkat rasio
pembiayaan dan piutang bermasalah terhadap jumlah piutang dan
pembiayaan, ditetapkan sebagai berikut: Rasio yang lebih besar dari 12%
samapai dengan 100% diberi niali skor 25 Setiap penurunan rasio 3% nilai
kredi ditambah dengan 5 sampai maksimal 100 Nilai kredit dikalikan bobot
10% sehingga diperoleh skor penilaian.

3. Kualitas Manajemen
Kualitas manajemen merupakan faktor penunjuk tentang seberapa baik
tingkat pengelolan organisasi dalam mencapai target atau tujuan. Dalam
koperasi syariah pengelola ditunjuk secara mufakat didalam rapat anggota
untuk mengelola koperasi sesuai dengan aturan syariah agar koperasi tidak
pernah menyimpang dari Al-Qur’an dan Sunnah dalam mencapai tujuannya.
Seorang pengelola organisasi akan menanamkan pemahaman untuk para
16

anggotanya bahwa bekerja merupakan salah satu dari bentuk ibadah.


Pemahaman tersebut dimaksudakan agar anggota akan bekerja semaksimal
mungkin dalam koperasi syariah, karena bekerja dan beribadah selalu
beriringan. Seorang manajemen juga harus dapat dijadikan contoh yang baik
agar dapat memotivasi anggotanya bekerja sepenuh hati.

4. Kualitas Efesiensi
Rasio Biaya Operasional Pelayanan terhadap Partisipasi Bruto dengan
formula sebagai berikut, biaya operasional pelayanan X 100% Partisipasi
Bruto Untuk mengukur rasio biaya operasional pelayanan terhadap partisipasi
bruto, ditetapkan sebagai berikut:
a. Rasio yang besar dari 100 maka nilai kreditnya 25, untuk setiap penurunan
rasio 15% nilai kreditnya ditambahkan dengan 25 hingga maksimum 100.
b. Nilai kredit dikalikan dengan bobot sebesar 4% maka diperoleh skor
penilaian
17

5. Kesehatan Likuiditas

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa rasio


pada tahun 2014, rasio diperoleh sebesar 51,38% sehingga mendapat nilai 50
dengan skor 5,00. Tahun 2015 rasio diperoleh sebesar 42,80% sehingga
mendapat nilai 75 dengan skor 7,50. Rasio kas KSPS KIM selama tahun
2014-2015 memperoleh hasil rata-rata rasio 47,09% dengan rerata skor yang
diperoleh yaitu 6,25 dengan skor maksimal 10,00. Hal ini berarti pada tahun
2014 rasio kas KSPS KIM masih kurang likuid, sedangkan pada tahun 2015
rasio kas meningkat dan menajdi cukup likuid. Pada KSPS KIM perbandingan
antara bank dan kas dengan kewajiban lancar tidak seimbang, sehingga dapat
dikatakan bahwa terdapat dana yang menganggur. KSPS KIM sebaiknya
menyeimbangkan kas dan bank dengan kewajiban lancarnya. Nilai kas dan
bank dapat diperkecil dengan cara menyalurkan dana tersebut ke nasabah
18

dalam bentuk pinjaman, sedangkan kewajiban lancar dapat ditingkatkan


dengan cara menarik nasabah untuk menabung di KSPS KIM.

6. Kualitas Jati Diri Koperasi


Untuk mengukur partisipasi bruto ditetapkan sebagai berikut:
a. Untuk rasio yang lebih kecil dari 25% diberi nilai kredit 25,untuk setiap
kenaikan rasio 25% nilai kredit ditambah Sebesar 25 hingga rasio lebih
besar dari 75% nilai kreditMaksimum 100.
b. Nilai kredit dikalikan dengan bobot 5% maka diperoleh 100 penilaian.

7. Kemandirian dan Pertumbuhan


Untuk mempercepat kemandirian dan pertumbuhan, koperasi harus
diberikan kesempatan yang lebih luas dalam mengembangkan lingkup usaha
bisnisnya. Sebenarnya banyak sekali usaha bisnis yang dapat dikelola oleh
koperasi. Namun untuk menjalankan usaha tersebut, koperasi perlu
meningkatkan profesionalisme melalui upaya perbaikan system dan
pengembangan sumberdaya manusia (SDM). Salah satu upaya untuk
memperbaiki system kerja koperasi adalah dengan mengaplikasikan prinsip-
prinsip syariah ke dalam kegiatan operasionalnya. Penilaian kesehatan
koperasi dari aspek kemandirian dan pertumbuhan didasarkan pada tiga rasio,
yaitu rentabilitas aset, rentabilitas ekuitas, dan kemandirian operasional.
19

Untuk mengukur rasio rentabilitas asset ditetapkan sebagai berikut:


a. Untuk rasio rentabilitas assetlebih kecildari 5% diberi nilai kredit 25,
untuk setiap kenaikan rasio sebesar 2,5% nilai kredit ditambah dengan 25
hingga maksimum 100.
b. Nilai kredit dikalikan dengan bobot 3% Maka diperoleh skor penilaian.

8. Kepatuhan dalam Prinsip Syariah


Adapun cara yang digunakan dalam menilai kepatuhan prinsip syariah
yaitu, dengan perhitungan nilai kredit yang didasarkan pada hasil penilaian
atas pertanyaan. Untuk mengukur penilaian kepatuhan prinsip syariah,
ditetapkan sebagai berikut:
20

Berdasarkan hasil perhitungan penilaian terhadap 8 aspek yaitu aspek


permodalan, aspek kualitas aktiva produktif, aspek manajemen, aspek
efesiensi, aspek likuiditas, aspek kemandirian dan pertumbuhan, aspek jatidiri
koperasi dan aspek kepatuhan prinsip syariah maka diperoleh skor secara
keseluruhan. Skor tersebut digunakan untuk menetapkan tingkat kesehatan
yang dibagi dalam 5 (lima) golongan yaitu sehat, cukup sehat, kurang sehat,
tidak sehat, sangat tidaksehat.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan dari materi Penilaian Tingkat Kesehatan Koperasi Syariah dan
Menghitung Nilai Kesehatan Koperasi Syariah serta menginterpretasikan hasil
perhitungan nilai kesehatan adalah sebagai berikut:

1. Penilaian Tingkat Kesehatan Koperasi Syariah adalah proses evaluasi untuk


menentukan sejauh mana koperasi syariah memenuhi kriteria keuangan dan
non-keuangan yang ditetapkan oleh otoritas atau regulator yang berlaku.
Tujuan dari penilaian ini adalah untuk mengukur kinerja dan stabilitas
koperasi syariah.
2. Nilai Kesehatan Koperasi Syariah adalah hasil dari perhitungan yang
dilakukan berdasarkan indikator-indikator keuangan dan non-keuangan yang
relevan dengan koperasi syariah. Indikator keuangan mencakup rasio-rasio
keuangan seperti likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan efisiensi,
sedangkan indikator non-keuangan meliputi aspek-aspek seperti tata kelola,
manajemen risiko, dan pertumbuhan usaha.
3. Perhitungan nilai kesehatan koperasi syariah dilakukan dengan
mengumpulkan data keuangan dan non-keuangan koperasi, kemudian
menghitung dan menganalisis rasio-rasio keuangan serta mengukur tingkat
kepatuhan terhadap prinsip-prinsip syariah. Hasil perhitungan ini akan
memberikan gambaran tentang keadaan kesehatan koperasi syariah.
4. Interpretasi hasil perhitungan nilai kesehatan koperasi syariah dilakukan
dengan membandingkan nilai yang diperoleh dengan standar atau kriteria
yang ditetapkan oleh otoritas atau regulator yang berlaku. Jika nilai kesehatan
koperasi syariah berada di atas standar, maka dapat dikatakan koperasi syariah
tersebut dalam kondisi yang sehat dan stabil. Namun, jika nilai kesehatan
koperasi syariah berada di bawah standar, maka perlu dilakukan evaluasi dan
perbaikan untuk meningkatkan kinerja dan stabilitas koperasi tersebut.
5. Hasil perhitungan nilai kesehatan koperasi syariah juga dapat digunakan
sebagai acuan dalam pengambilan keputusan manajemen, pengendalian risiko,
perencanaan strategis, dan penetapan kebijakan di koperasi syariah. Informasi
mengenai nilai kesehatan koperasi syariah sangat penting bagi para pemangku
kepentingan, termasuk anggota koperasi, pengawas, regulator, dan pihak
terkait lainnya.

21
22

Dengan melakukan penilaian tingkat kesehatan koperasi syariah,


menghitung nilai kesehatan, dan menginterpretasikan hasil perhitungan,
diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang kondisi
keuangan dan non-keuangan koperasi syariah serta membantu dalam pengambilan
keputusan yang tepat guna meningkatkan kesehatan dan kinerja koperasi syariah
tersebut.

B. Saran
Dengan adanya pembahasan tentang “Penilaian Tingkat Kesehatan
Koperasi Syariah, Menghitung Nilai Kesehatan Koperasi Syariah Serta
Menginterpretasikan Hasil Perhitungan Nilai Kesehatan” diharapkan pembaca
dapat memahami lebih lanjut tentang kesehatan koperasi syariah dan dapat
bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Kami menyadari dalam penulisan
makalah ini jauh dari kata sempurna,untuk itu diperlukan kritikan dari para
pembaca untuk makalah ini agar lebih baik lagi kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Apriyana, M., & Hasbi, S. (2020). Preferensi Koperasi Dalam Melakukan Konversi
Menjadi Koperasi Syariah: Studi Kasus Pada Koperasi di Wilayah Bogor.
Journal of Islamic Economics and Finance Studies, 1(2), 173–190.
https://doi.org/10.47700/jiefes.v1i2.2115
Hamidi, I., Bashir, A., Atiyatna, D. P., Sukanto, S., & Mukhlis, M. (2020). Pelatihan
Manajemen Koperasi Syariah di Desa Kerinjing, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera
Selatan. Sricommerce: Journal of Sriwijaya Community Services, 1(1), 9–16.
https://doi.org/10.29259/jscs.v1i1.5
Mas’ula, S., & Oktafia, R. (2021). Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan Koperasi
Syariah Dalam Upaya Meningkatkan Kinerja Di Koperasi As-Sakinah Sidoarjo.
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(2), 7–10. https://doi.org/10.29040/jiei.v7i2.2287
Mirawati, Fitria, N., Putra, M. D., & Putri, M. (2021). Pengukuran Tingkat Kesehatan
pada Koperasi Syariah (Studi di KPN Syariah Kemenag Tanah Datar). Iltizam
Journal of Shariah Economic Research, 5(1), 18–35.

Anda mungkin juga menyukai