Anda di halaman 1dari 13

MANAJEMEN DANA BANK

“Kebijakan Bagi Hasil (Funding-Financing), Mark-Up Dan Ujrah/Sewa”

Oleh Kelompok 6 :
Putri Andres Nim: 2130401104
Refaldi R. Ihsan Nim: 2130401114

Dosen Pengampu:
Farid Ahmad Marlion, SE., ME

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS MAHMUD YUNUS BATUSANGKAR
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
petunjuk, rahmat, dan hidayahnya sehinnga pemakalah dapat menyeleseikan makalah
“Kebijakan Bagi Hasil (Funding-Financing), Mark-Up Dan Ujrah/Sewa” ini
tepat waktu. Tidak lupa pemakalah mengucapkan terimakasih kepada Bapak Farid
Ahmad Marlion, SE., ME. selaku dosen mata kuliah manajemen dana bank yang
telah memberi arahan dan bimbingan kepada pemakalah dalam mengerjakan makalah
ini.

Shalawat serta salam kami ucapkan kepada nabi junjungan kita umat Islam
yakni nabi besar Muhammad SAW yang mana beliau telah membawa kita dari zaman
jahiliyah sampai ke zaman yang berilmu pengetahuan seperti saat ini.

Kami dari kelompok 6 telah menulis satu makalah dengan judul “Kebijakan
Bagi Hasil (Funding-Financing), Mark-Up Dan Ujrah/Sewa” dibawah bimbingan
bapak Farid Ahmad Marlion, SE., ME. Apabila ada dalam penulisan makalah yang
kami susun terdapat kesalahan yang tidak kami sengaja, maka kami kelompok 6
mengharapkan saran dan kritikan dari peserta diskusi semua yang bersifat
membangun demi menyempurnaan makalah kami ini, atas ide dan gagasan audien
kami ucapkan terima kasih.

Batusangkar, 14 September 2022

Pemakalah Kelompok 6

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 1

C. Tujuan Masalah .................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 2

A. Peraturan Kebijakan Bagi Hasil (Funding-Financing), Mark-Up Dan


Ujrah/Sewa ........................................................................................................ 2

B. Penentuan Kebijakan Bagi Hasil (Funding-Financing)..................................... 3

C. Penentuan Kebijakan Mark-Up/Margin ............................................................. 5

D. Penentuan Kebijakan Ujrah/Sewa ..................................................................... 8

BAB III PENUTUP ...................................................................................................... 9

A. Kesimpulan ........................................................................................................ 9

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PPENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang memiliki fungsi sebagai
perantara antara pihak yang kelebihan dana (surplus unit) dengan pihak yang
kekurangan dana (defisit unit), sehingga bank juga disebut sebagai lembaga
kepercayaan (agent of trust). Didalam bank juga terdapat beberapa kebijakan
seperti bagi hasil (funding- financing), mark-up, dan ujrah/sewa.

B. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang masalah diatas, maka permasalahan yang
dapat dibahas antara lain:

1. Bagaimana penentuan kebijakan bagi hasil (funding-financing)?


2. Bagaimana penentuan kebijakan mark-up/margin?
3. Bagaimana penentuan kebijakan ujrah/sewa?

C. Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini
yaitu:

1. Mengetahui proses penentuan kebijakan bagi hasil (funding-financing).


2. Mengetahui proses penentuan kebijakan mark-up/margin
3. Mengetahui proses penentuan kebijakan ujrah/sewa.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Peraturan Kebijakan Bagi Hasil (Funding-Financing), Mark-Up Dan


Ujrah/Sewa
Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 31/ POJK. 05/ 2014 tentang
penyelenggaraan usaha pembiayaan syariah di sebutkan peraturan mengenai
Kebijakan Bagi Hasil (Funding-Financing), Mark-Up Dan Ujrah/Sewa, yaitu:1

1. Pembiayaan Jasa adalah pemberian/penyediaan jasa baik dalam bentuk


pemberian manfaat atas suatu barang, pemberian pinjaman (dana talangan)
dan/atau pemberian pelayanan dengan dan/atau tanpa pembayaran imbal jasa
(ujrah) sesuai dengan perjanjian pembiayaan syariah yang disepakati oleh
para pihak.
2. Murabahah adalah jual beli suatu barang dengan menegaskan harga belinya
(harga perolehan) kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga
lebih (margin) sebagai laba sesuai dengan kesepakatan para pihak.
3. Mudharabah adalah akad kerja sama suatu usaha antara dua pihak di mana
pihak pertama (shahib mal) menyediakan seluruh modal, sedang pihak kedua
(mudharib) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan usaha dibagi di antara
mereka sesuai dengan kesepakatan para pihak.
4. Musyarakah adalah pembiayaan berdasarkan akad kerjasama antara dua pihak
atau lebih untuk suatu usaha tertentu, di mana masing-masing pihak
memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dan risiko
akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan para pihak.
5. Ijarah adalah pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang dalam jangka
waktu tertentu dengan pembayaran sewa (ujrah), tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan barang itu sendiri.

1
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 31/Pojk.05/2014 Tentang Penyelenggaraan Usaha
Pembiayaan Syariah

2
B. Penentuan Kebijakan Bagi Hasil (Funding-Financing)
Produk pembiayaan syariah yang di dasarkan dari bagi hasil, terdiri dari 2
bentuk, yaitu:

1. Pembiayaan Musyarakah

Transaksi musyarakah dilandasi adanya keinginan para pihak yang bekerja


sama untuk meningkatkan nilai aset yang mereka miliki secara bersama-sama.2
Setiap pihak pemilik modal berhak untuk ikut serta dalam menentukan
kebijakan usaha yang dijalankan oleh pelaksana proyek.3 Secara spesifik bentuk
kontribusi dari pihak yang bekerja sama dapat berupa dana, barang
perdagangan (trading asset), kewirausahaan (entrepreneurship), kepandaian
(skill), kepemilikan (property), peralatan (equipment), atau intangible asset
(seperti hak paten atau goodwill), kepercayaan atau reputasi (credit worthiness)
dan barang-barang lainnya yang dapat dinilai dengan uang. Dengan meragkum
seluruh kombinasi dari bentuk kontribusi masing-masing pihak dengan atau
tanpa batasan waktu menjadikan produk ini sangat fleksibel.4

Ketentuan umum Pembiayaan Musyarakah adalah sebagai berikut:5

a. Semua modal disatukan untuk dijadikan modal proyek musyarakah dan


dikelola bersama-sama. Setiap pemilik modal berhak turut serta dalam
menentukan kebijakan usaha yang dijalankan oleh pelaksana proyek.
Pemilik modal dipercaya untuk menjalankan proyek musyarakah dan
tidak boleh melakukan tindakan seperti:

b. Menggabungkan dana proyek dengan harta pribadi.


2
OJK, "Konsep Operasional Perbankan Syariah" https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/tentang-
syariah/pages/konsep-operasional-PBS.aspx (diakses pada 14 september 2022, pukul 16.22).
3
Wahyudi, F. (2015). Penentuan Nisbah Bagi Hasil Pada Pembiayaan Mudharabah Dan
Musyarakah Dan Perlakuan Akuntansinya Pada Bank Syariah Mandiri Cabang Jember.
4
OJK, Op.cit.
5
Ibid.

3
c. Menjalankan proyek musyarakah dengan pihak lain tanpa izin pemilik
modal lainnya.
d. Memberi pinjaman kepada pihak lain
e. Setiap pemilik modal dianggap mengakhiri kerja sama apabila:

1) Menarik diri dari perserikatan


2) Meninggal dunia,
3) Menjadi tidak cakap hukum

f. Biaya yang timbul dalam pelaksanaan proyek dan jangka waktu proyek
harus diketahui bersama. Keuntungan dibagi sesuai porsi kesepakatan
sedangkan kerugian dibagi sesuai dengan porsi kontribusi modal.
g. Proyek yang akan dijalankan harus disebutkan dalam akad. Setelah
proyek selesai nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil
yang telah disepakati untuk bank.

2. Pembiayaan Mudharabah
Mudharabah adalah bentuk kerja sama anatara dua atau lebih pihak di mana
pemilik modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian
pembagian keuntungan. Bentuk ini menegaskan kerja sama dalam paduan
kontribusi 100% modal kas dari shahib al-maal dan keahlian dari mudharib.
Transaksi jenis ini tidak mensyaratkan adanya wakil shahib al-maal dalam
manajemn proyek. Sebagai orang kepercayaan, mudharib harus bertindak hati-
hati dan bertanggung jawab untuk setiap kerugian yang terjadi akibat kelalaian.
Sedangkan sebagai wakil shahib al-maal dia diharapkan untuk mengelola
modal dengan cara tertentu untuk menciptakan laba optimal.6

6
Ibid.

4
Ketentuan umum skema pembiayaan mudharabah adalah sebagai berikut:7

a. Jumlah modal yang diserahkan kepada nasabah selaku pengelola modal


harus diserahkan tunai, dan dapat berupa uang atau barang yang
dinyatakan nilainya dalam satuan uang. Apabila modal diserahkan secara
bertahap harus jelas, tahapannya dan disepakati bersama.
b. Hasil dari pengelolaan modal pembiayaan mudharabah dapat
diperhitungkan dengan cara, yakni:

1) Perhitungan dari pendapatan proyek (revenue sharing)


2) Perhitungan dari keuntungan proyek (profit sharing)

c. Hasil usaha dibagi sesuai dengan persetujuan dalam akad, pada setiap
bulan atau waktu yang disepakati. Bank selaku pemilik modal
menanggung seluruh kerugian kecuali akibat kelalaian dan penyimpangan
pihak nasabah, seperti penyelewengan, kecurangan dan penyalahgunaan
dana.
d. Bank berhak melakukan pengawasan terhadap pekerjaan namun tidak
berhak mencampuri urusan pekerjaan/usaha nasabah. Jika nasabah cidera
janji dengan sengaja, misalnya tidak mau membayar kewajiban atau
menunda pembayaran kewajiban, maka ia dapat dikenakan sanksi
administrasi. Jasa Perbankan Syariah

C. Penentuan Kebijakan Mark-Up/Margin


Margin atau keuntungan murabahah merupakan sebuah nilai yang disepakati
oleh kedua pihak, baik penjual maupun pembeli. Bank syariah dalam menentukan
margin murabahah menggunakan penghitungan persentase dari pembiayaan

7
Ibid.

5
dilakukan.8 Seringkali bank syariah telah menetapkan persentase margin dari
pembiayaan yang dilakukan, dengan demikian bank syariah telah menetapkan
marginnya, meskipun barang belum tersedia.

Pembiayaan murabahah telah diatur dalam Fatwa DSN No. 04/DSN-


MUI/IV/2000. Dalam fatwa tersebut disebutkan ketentuan umum mengenai
murabahah, yaitu sebagai berikut:9

1. Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba.
2. Barang yang diperjual belikan tidak diharamkan oleh syariat Islam
3. Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah
disepakati kualifikasinya.
4. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan
pembelian ini harus sah dan bebas riba.
5. Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian,
misalnya jika pembelian dilakukan secara utang. Bank kemudian menjual
barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan harga jual senilai harga plus
keuntungannya. Dalam kaitan ini bank harus memberitahu secara jujur harga
pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan.
6. Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka
waktu tertentu yang telah disepakati.
7. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut,
pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah.

8
Fakhrina, A. (2015). Pengaruh Suku Bunga Kredit Dan Deposito Bank Konvensional
Terhadap Margin Pembiayaan Murabahah Bank Syariah Di Indonesia. Jurnal
Penelitian, 12(1), 47-48.
9
Agustin, H., & Febria, H. (2019). Analisis Perbedaan Pembiayaan Murabahah Bank Syariah
Mandiri Dan Bmt “X” Di Pekanbaru. Jurnal Tabarru': Islamic Banking and Finance, 2(1), 52-
53.

6
8. Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang kepada
pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara
prinsip menjadi milik bank.

Aturan yang dikenakan kepada nasabah dalam murabahah ini dalam fatwa
adalah sebagai berikut:10

1. Nasabah mengajukan permohonan dan perjanjian pembelian suatu barang atau


asset kepada bank.
2. Jika bank menerima permohonan tersebut ia harus membeli terlebih dahulu
asset yang dipesannya secara sah dengan pedagang.
3. Bank kemudian menawarkan asset tersebut kepada nasabah dan nasabah harus
menerima (membeli)-nya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakatinya,
harus membuat kontrak jual beli.
4. Dalam jual beli ini bank dibolehkan meminta nasabah untuk membayar uang
muka saat menandatangani kesepakatan awal pemesanan.
5. Jika nasabah kemudian menolak membeli barang tersebut, biaya riil bank harus
dibayar dari uang muka tersebut.
6. Jika nilai uang muka kurang dari kerugian yang harus ditanggung oleh bank,
bank dapat meminta kembali sisa kerugiannya kepada nasabah.
7. Jika uang muka memakai kontrak urbun sebagai alternatif dari uang muka,
maka:
a. jika nasabah memutuskan untuk membeli barang tersebut, ia tinggal
membayar sisa harga.
b. jika nasabah batal membeli, uang muka menjadi milik bank maksimal
sebesar kerugian yang ditanggung oleh bank akibat pembatalan tersebut; dan
jika uang muka tidak mencukupi, nasabah wajib melunasi kekurangannya.

10
Ibid.

7
D. Penentuan Kebijakan Ujrah/Sewa
Ketentuan kebijakan ujrah/sewa diatur dalam fatwa dewan syariah nasional
Nomor: 56/DSN-MUI/V/2007 tentang ketentuan review ujrah pada lembaga
keuangan syariah, yaitu:11

1. Review Ujrah boleh dilakukan antara para pihak yang melakukan akad Ijarah
apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Terjadi perubahan periode akad Ijarah;
b. Ada indikasi sangat kuat bahwa bila tidak dilakukan review, maka akan
timbul kerugian bagi salah satu pihak;
c. Disepakati oleh kedua belah pihak.
2. Review atas besaran ujrah setelah periode tertentu :
a. Ujrah yang telah disepakati untuk suatu periode akad Ijarah yang telah
berlalu tidak boleh dinaikkan;
b. Besaran ujrah boleh ditinjau ulang untuk periode berikutnya dengan cara
yang diketahui dengan jelas (formula tertentu) oleh kedua belah pihak;
c. Peninjauan kembali besaran ujrah setelah jangka waktu tertentu harus
disepakati kedua pihak sebelumnya dan disebutkan dalam akad.
d. Dalam keadaan sewa yang berubah-ubah, sewa untuk periode akad pertama
harus dijelaskan jumlahnya. Untuk periode akad berikutnya boleh
berdasarkan rumusan yang jelas dengan ketentuan tidak menimbulkan
perselisihan.

11
Dewan Syariah Nasional Nomor: 56/DSN-MUI/V/2007 Tentang Ketentuan Review
Ujrah Pada Lembaga Keuangan Syariah

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penentuan kebijakan bagi hasil (funding-financing) didasarkan atas prinsip
sebagai berikut:

1. Pembiayaan musyarakah
Bentuk umum dari usaha bagi hasil adalah musyarakah (syirkah atau
syarikah). Transaksi musyarakah dilandasi adanya keinginan para pihak yang
bekerja sama untuk meningkatkan nilai aset yang mereka miliki secara
bersama-sama. Semua bentuk usaha yang melibatkan dua pihak atau lebih di
mana mereka secara bersama-sama memadukan seluruh bentuk sumber daya
baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud.
2. Pembiayaan mudharabah
Mudharabah adalah bentuk kerja sama anatara dua atau lebih pihak di mana
pemilik modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian
pembagian keuntungan. Bentuk ini menegaskan kerja sama dalam paduan
kontribusi 100% modal kas dari shahib al-maal dan keahlian dari mudharib.
3. Penentuan kebijakan mark-up ditetapkan dengan tujuan tersendiri, yakni untuk
menutup biaya tidak langsung serta laba-rugi usaha.

9
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal:

Agustin, H., & Febria, H. (2019). Analisis Perbedaan Pembiayaan Murabahah Bank
Syariah Mandiri Dan Bmt “X” Di Pekanbaru. Jurnal Tabarru': Islamic
Banking and Finance, 2(1), 52-53.

Dewan Syariah Nasional Nomor: 56/DSN-MUI/V/2007 Tentang Ketentuan Review


Ujrah Pada Lembaga Keuangan Syariah

Fakhrina, A. (2015). Pengaruh Suku Bunga Kredit Dan Deposito Bank Konvensional
Terhadap Margin Pembiayaan Murabahah Bank Syariah Di Indonesia.
Jurnal Penelitian, 12(1), 47-48.

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 31/Pojk.05/2014 Tentang Penyelenggaraan


Usaha Pembiayaan Syariah

Wahyudi, F. (2015). Penentuan Nisbah Bagi Hasil Pada Pembiayaan Mudharabah


Dan Musyarakah Dan Perlakuan Akuntansinya Pada Bank Syariah Mandiri
Cabang Jember.

Web:

OJK, "Konsep Operasional Perbankan Syariah"


https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/tentang-syariah/pages/konsep-operasional-
PBS.aspx (diakses pada 14 september 2022, pukul 16.22).

10

Anda mungkin juga menyukai