Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

AKAD DALAM ISLAM

DOSEN PENGAMPU : Dr. MAESYAROH, MA

Muhammad Umar Bahusin

Rifdah luthfiah

Fakultas Agama Islam

Program Studi Ekonomi Syariah

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul " MANAJEMEN PEMBIAYAAN " dengan
tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah Manajemen Perbankan. Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang pembelajaran Manajemen perbankkan
dalam islam, serta macam dan cara mengamalkannya di kehidupan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Syah Amelia Manggala Putri selaku Dosen
pengampu mata kuliah Manajemen Perbankan. Ucapan terima kasih juga disampaikan
kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Indonesia, 5 Juli 2022

Rifdah luthfiah

Muhammad Umar Bahusin


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang

BAB II PEMBAHASAN
Pengertian Akad
Dalil Dan Landasan Hukum Akad
Rukun Dan Syarat Akad
Pembagian Akad
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam dunia perbankan ada dua fungsi yaitu pengumpulan dana dan penyaluran dana.
Pada perbankan konvensional lebih menerapkan penyaluran dana dan perbankan
syariah mempunyai perbedaan yang essensial, baik dalam hal nama, akad maupun
transaksinya.Perbankan konvensional menerapan penyaluran dana yang lebih dikenal
dengan kredit sedangan pada perbankan syariah menerapkan pengumpulan dana yang
dinamakan pembiayaan.

Berbeda dengan pengertian kredit yang mengharuskan debitur mengembalikan


pinjaman dengan pemberian bunga kepada bank, maka pembiayaan berdasarkan
prinsip syariah pengembalian pinjaman dengan bagi hasil berdasarkan kesepakatan
antara bank dan debitur. Misalnya, pembiayaan dengan prinsip jual beli ditujukan
untuk membeli barang, sedangkan yang menggunakan prinsip sewa ditujukan untuk
mendapat jasa. Prinsip bagi hasil digunakan untuk usaha kerjasama yang ditujukan
guna mendapatkan barang dan jasa sekaligus.

Pembiayaan merupakan kegiatan yang sangat penting dengan pembiayaan dapat


diperoleh pendapatan utama dan menjadi penunjang kelangsyngan usaha pada
bank,jika pengelolaannya tidak benar maka akan menimbulkan permaslahan dan
berhentinya usaha bank.
B. Perumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pembiayaan perbankan syariah ?
2. Apa saja jenis pembiayaan dalam perbankan syariah ?
3. Apa landansan hukum pembiayaan dalam perbankan syariah?
4. Bagaimana proses pembiayaan dalam perbankan syariah ?
5. Bagaimana penanganan terhadap pembiayaan yang bermasalah?

C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan pembiayaan perbankan syariah
2. Mengenal jenis – jenis pembiayaan dalam perbankan syariah
3. Mengetahui apa latar hukum pembiayaan dalam perbankan syariah
4. Mengetahui proses pembiayaan dalam perbankan syariah
5. mengetahui cara penanganan terhadap kredit yang bermasalah.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pembiayaan
1. Pengertian Pembiayaan
Merupakan mekanisme ban dalam memberikan fasilitas penyediaan dana dalam
memenuhi kebutuhan pihak – pihak yang termasuk pihak yang mengalami
kekurangan dana.
Menurut sifat penggunaannya, berikut ini adalah pembagian dari pembiayaan
(M. Syaii Antonio).
- Pembiayaan produktif. Jenis pembiayaan ini ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan produksi dalam deinisi yang luas, yaitu untuk peningkatan usaha,
baik usaha produksi, perdagangan, maupun investasi.
- Pembiayaan konsumtif. Jenis pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan saat dipakai untuk memenuhi
kebutuhan.
Kata pembiayaan berasal dari kata “biaya” yang berarti mengeluarkan dana untuk
keperluan sesuatu. Sedangkan pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang
atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. 1
Pengertian lain pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung
investasi yang telah direncanakan.2
Pembiayaan adalah salah satu jenis kegiatan usaha atau tugas pokok bank syariah,
yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak
yang merupakan defisit unit.3 Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank
syariah dan atau UUS dan pihak lain (nasabah penerima fasilitas) yang mewajibkan
pihak lain yang dibiayai dan atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana
tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi
hasil.4
Menurut UU No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan Syariah menyatakan pembiayaan
adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu
tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Penyediaan dana atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu, berupa:
- Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah
- Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk
ijarah muntahiya bittamlik
- Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna’
1
Kasmir, Manajemen Perbankan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011, hlm. 73i
2
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2002, hlm. 260
3
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Jakarta: Gema Insani, 2004, hlm. 160
4
Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2012, hlm.78
- Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh
- Transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah atau UUS dan
pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai atau diberi fasilitas dana
untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan
imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil.5

2. Tujuan Dan Fungsi Pembiayaan


A. Tujuan Pembiayaan
merupakan cara peningkatan kesempataan kerja dan kesejahteraan ekonomi
dengan dasar nilai – nilai islam. Pembiayaan ditujukan untuk menunjang
kesempatan kerja dan menunjang produksi dan distribusi barang-barang dan
jasa-jasa dalam rangka memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun ekspor.
Menurut Kasmir (2002:106) tujuan pembiayaan adalah sebagai berikut:
- Mencari keuntungan dengan mengharapkan suatu nilai tambah atau
menghasilkan laba yang diinginkan.
- Membantu pemerintah dalam upaya peningkatan pembangunan diberbagai
sektor, terutama sector usaha yang nyata. Usaha berkembang akan
meningkatkan penerimaan pajak, memperluas apangan kerja, meningkatkan
jumlah barang dan jasa. Sehingga dengan ini pemerintah akan mendapatkan
devisa yang semakin menguatkan suatu negara itu sendiri.
- Membantu usaha nasabah. Pembiayaan yang dikucurkan lembaga keuangan
diharapkan dapat meningkatkan usaha dan pendapat masyarakat dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dalam hal ini fihak lembaga
keuangan dapat menjadi sarana bagi para nasabah untuk mendapatkan modal
yang diinginkan.6
B. Fungsi Pembiayaan
Berdasarkan Fungsi Pembiayaan, keberadaan bank syariah yang menjalankan
pembiayaan berdasarkan prinsip syariah bukan hanya untuk mencari keuntungan dan
meramaikan bisnis perbankan di Indonesia, tetapi juga untuk menciptakan lingkungan
bisnis yang aman, diantaranya:
1. Memberikan pembiayaan dengan prinsip syariah yang menerapkan sistem bagi
hasil yang tidak memberatkan debitur.
2. Membantu kaum dhuafa yang tidak tersentuh oleh bank konvensional
3. Karena tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh bank
konvensional.

Pembiayaan juga berfungsi sebagai:


- Meningkatkan utility (daya guna) modal dan barang
- Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang
- Menimbulkan gairah usaha masyarakat
- Alat stabilitas ekonomi
5
UU No.21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah
6
Kasmir, op,cit, hlm, 106
- Jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional
- Alat hubungan internasional.7

C. Jenis – Jenis Pembiayaan


Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu
sebagai berikut.
 Pembiayaan modal kerja. Jenis pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan
peningkatan produksi (secara kuantitatif [jumlah hasil produksi] atau secara
kualitatif [peningkatan kualitas atau mutu hasil produksi]) dan untuk
keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu barang.
 Pembiayaan investasi. Jenis pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan barang-
barang modal (capital goods) dan fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan
itu.

1. Pembiayaan Modal Kerja


Unsur-unsur modal kerja terdiri atas komponen-komponen alat likuid (cash),
piutang dagang (receivable), dan persediaan (inventory). Secara umum, unsur-
unsur tersebut terdiri atas persediaan bahan baku (raw material), persediaan
barang dalam proses (work in process), dan persediaan barang jadi (inished
goods). Oleh karena itu, pembiayaan modal kerja merupakan salah satu atau
kombinasi dari pembiayaan likuiditas (cash inancing), pembiayaan piutang
(receivable inancing), dan pembiayaan persediaan (inventory inancing).

a. Pembiayaan Likuiditas
Pembiayaan ini umumnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan yang timbul
akibat terjadinya ketidaksesuaian (mismatched) antara cash inlow dan cash
outlow pada perusahaan atau usaha yang dikelola nasabah. Fasilitas yang
biasanya diberikan oleh bank konvensional adalah fasilitas cerukan (overdrat
facilities) atau yang biasa disebut sebgai kredit rekening koran. Atas
pemberian fasilitas ini, bank memperoleh imbalan manfaat berupa bunga atas
jumlah rata-rata pemakaian dana yang disediakan dalam fasilitas tersebut.
Bank syariah dapat menyediakan fasilitas semacam itu dalam bentuk qardh
timbal balik atau yang disebut compensating balance. Melalui fasilitas ini,
nasabah harus membuka rekening giro dan bank tidak memberikan bonus atas
giro tersebut. Jika nasabah mengalami situasi ketidaksesuaian, nasabah dapat
menarik dana melebihi saldo yang tersedia sehingga saldo menjadi negatif
sampai jumlah maksimum yang disepakati dalam akad. Atas fasilitas ini, bank
tidak dibenarkan meminta imbalan apa pun, kecuali sebatas biaya administrasi
pengelolaan fasilitas tersebut.

b. Pembiayaan piutang
7
19 Ibid, hlm, 8
Pembiayaan ini terjadi pada perusahaan yang menjual baragnya secara kredit,
tetapi jumlah atau jangka waktunya melebihi kapasitas modal kerja yang
dimilikinya. Bank konvensional biasanuya memilii fasilitas berikut:
- Pembiayaan Piutang
Bank memberian dana kepada nasabah untu mengatasi kekurangan dana karena
masih tertanam dalam piutang.
- Anjak piutang
Fasilitas anjak piutang biasanya dipakai oleh bank dalam bentuk
pengambilalihan piutang nasabah. Untuk keperluan tersebut, nasabah
mengeluarkan draf (wesel tagih) yang diaksep oleh pihak yang berutang, atau
promissory notes (promes) yang diterbitkan oleh pihak yang berutang. Berbeda
dalam bank syariah pembiayaan dhanya dilakukan dalam bentuk alqard, yang
mana tidak boleh meminta imbalan kecuali biaya administrasi. Anjak piutang,
bank memberikan fasilitas pengambilalihan piutang yang disebut hilawah akan
tetapi tidak dibenerkan untuk meminta imblan, kecuali biaya administrasi dan
biaya penangihan.

c. Pembiayaan Persediaan
pada bank konvensional, kredit modal kerja yang digunakan untuk mendanai
pengadaan persedian. Yang mana pola ini mendanai modal kerja dengan
memberikan bunga pada pinjaman.
Berbeda dengan bank syariah yang mengunakan kebutuhan pendanaan
persediaan dengan system jual beli ( albai’) ada dua tahapan. Tahap pertama,
bank mengadakan (membeli dari pemasok [supplier] secara tunai) barang-
barang yang dibutuhkan oleh nasabah. Tahap kedua, bank menjual kepada
nasabah pembeli dengan pembayaran tangguh dan dengan mengambil
keuntungan yang disepakati bersama, antara bank dan nasabah. Ada beberapa
skema jual beli yang digunakan dalam pendekatan kebutuhan tersebut, sebagai
berikut.
1. Bai;al Murabahah
Bai’ al murabahah Pembiayaan persediaan dalam usaha produksi terdiri atas
biaya pengadaan bahan baku dan penolong. Melalui proses produksi, bahan
baku tersebut akan menjadi barang setengah jadi, kemudian menjadi barang
jadi yang siap untuk dijual
2. Bai’ al istishna’
Apabila nasabah juga membutuhkan pembiayaan untuk proses produksi
sampai menghasilkan barang jadi, bank dapat memberikan fasilitas bai’ al
istishna’. Melalui fasilitas ini, bank melakukan pemesanan barang dengan
harga yang disepakati oleh kedua belah pihak (biasanya sebesar biaya
produksi ditambah keuntungan bagi produsen/ pembuat, tetapi lebih rendah
dari harga jual).
3. Bai’ as salam
Untuk produksi yang prosesnya tidak dapat diikuti, seperti produksi pertanian,
bank dapat memberikan fasilitas bai’ al salam. Melalui fasilitas ini, bank
melakukan pemesanan barang kepada nasabah dengan pembayaran di muka
secara sekaligus. Nasabah berkewajiban mengirimkan barang tersebut pada
tanggal yang disepakati dalam kontrak. Pada waktu yang bersamaan, bank
dapat mencari pembeli atas produk tersebut. Kombinasi ini disebut sebagai
salam paralel. mudharabah.

2. Pembiayaan investasi
Pembiayaan investasi diberikan kepada para nasabah untuk keperluan
investasi, yaitu keperluan penambahan modal guna mengadakan rehabilitasi,
perluasan usaha, atau pendirian proyek baru.
Berikut ini adalah ciri-ciri pembiayaan investasi.
1. Pengadaan barang-barang modal.
2. Mempunyai perencanaan alokasi dana yang matang dan terarah.
3. Berjangka waktu menengah dan panjang.
Umumnya, pembiayaan investasi diberikan dalam jumlah besar dan
pengendapannya cukup lama. Oleh karena itu, perlu disusun proyeksi arus kas
(projected cash low) yang mencakup semua komponen biaya dan pendapatan
sehingga jumlah dana yang tersedia dapat diketahui setelah semua kewajiban
terpenuhi. Kemudian, barulah jadwal amortisasi disusun yang merupakan
angsuran (pembayaran kembali) pembiayaan.

a. Pembiayaan Konsumtif
Pembiayaan konsumtif diperlukan oleh pengguna dana untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi dan akan habis dipakai untuk memenuhi kebutuhan
tersebut. Kebutuhan konsumsi dapat dibedakan atas kebutuhan primer (pokok
atau dasar) dan kebutuhan sekunder. Kebutuhan primer adalah kebutuhan
pokok, baik berupa barang (makanan, minuman, pakaian, dan tempat tinggal)
maupun berupa jasa (pendidikan dasar dan pengobatan). Sementara itu,
kebutuhan sekunder adalah kebutuhan tambahan, yang secara kuantitatif atau
kualitatif lebih tinggi atau lebih mewah dari kebutuhan primer, baik berupa
barang (makanan dan minuman selain makanan pokok, pakaian/perhiasan
mewah, tempat tinggal tambahan/ mewah, kendaraan, dan lain-lain) maupun
berupa jasa (pendidikan, pelayanan kesehatan, pariwisata, hiburan, dan
sebagainya). Bank konvensional umumnya membatasi pemberian kredit untuk
pemenuhan barang tertentu yang dapat disertai dengan bukti kepemilikan yang
sah, seperti rumah dan kendaraan bermotor, yang kemudian menjadi barang
jaminan utama (main collateral). Sementara untuk pemenuhan kebutuhan jasa,
bank meminta jaminan berupa barang lain yang dapat diikat sebagai barang
jaminan. Sumber pembayaran kembali atas pembiayaan tersebut berasal dari
sumber pendapatan lain, bukan dari eksploitasi barang yang dibiayai melalui
fasilitas ini.
Bank syariah dapat menyediakan pembiayaan komersial untuk pemenuhan
kebutuhan barang konsumsi dengan menggunakan skema:
1) 1al bai’ bi tsaman ajil (salah satu bentuk murabahah) atau jual beli
dengan angsuran;
2) al ijarah al muntahia bit tamlik atau sewa beli;
3) al musyarakah mutanaqhishah (descreasing participation), di mana
secara bertahap bank menurunkan jumlah partisipasinya; serta
4) ar rahn untuk memenuhi kebutuhan jasa.
d. Landasan Hukum
1. Landasan syariah

ِ J‫ر‬Jْ ‫َأْل‬J‫ ا‬J‫ َن‬J‫ ِم‬J‫ ْم‬J‫َ ُك‬J‫ ل‬J‫َ ا‬J‫ ن‬J‫ج‬Jْ J‫ َر‬J‫خ‬Jْ ‫ َأ‬J‫ ا‬J‫ َّم‬J‫َو ِم‬J J‫ ْم‬Jُ‫ ت‬J‫ ْب‬Jَ‫ س‬Jَ‫ ك‬J‫ ا‬J‫ َم‬J‫ت‬
‫ اَل‬J‫ َو‬Jۖ J‫ض‬ ِ J‫َ ا‬J‫ ب‬JِّJ‫َ ي‬J‫ ط‬J‫ن‬Jْ J‫ ِم‬J‫ا‬J‫ و‬Jُ‫ ق‬Jِ‫ ف‬J‫ َأ ْن‬J‫ا‬J‫ و‬Jُ‫ ن‬J‫ َم‬J‫ آ‬J‫ َن‬J‫ ي‬J‫ ِذ‬Jَّ‫ل‬J‫ ا‬J‫َ ا‬J‫ ه‬JُّJ‫ َأ ي‬J‫َ ا‬J‫ي‬
J‫ي‬ َ َ ‫ هَّللا‬J‫ َأ َّن‬J‫ا‬J‫ و‬J‫َ ُم‬J‫ ل‬J‫ ْع‬J‫َو ا‬J Jۚ J‫ ِه‬J‫ ي‬Jِ‫ ف‬J‫ا‬J‫ و‬J‫ض‬
ٌّ Jِ‫ ن‬J‫غ‬ ُ J‫ ِم‬J‫ ْغ‬Jُ‫ ت‬J‫ن‬Jْ ‫ ِإ اَّل َأ‬J‫ ِه‬J‫ ي‬J‫ ِذ‬J‫ ِخ‬J‫ آ‬Jِ‫ ب‬J‫ ْم‬Jُ‫ ت‬J‫َ ْس‬J‫َو ل‬J J‫ َن‬J‫ و‬Jُ‫ ق‬Jِ‫ ف‬J‫ ْن‬Jُ‫ ت‬Jُ‫ ه‬J‫ ْن‬J‫ ِم‬J‫ث‬ َ J‫ ي‬Jِ‫َخ ب‬J J‫ ْل‬J‫ ا‬J‫ا‬J‫ و‬J‫ ُم‬J‫َ َّم‬J‫َ ي‬J‫ت‬
Jٌ‫د‬J‫ ي‬J‫َح ِم‬J
Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan allah) sebagian dari hasil
usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi
untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu
menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya
melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah
Maha Kaya lagi Maha Terpuji.(Qs.Al – Baqarah : 267)
- Q.S. Al Baqarah: 282–283
- Q.S. Al Anfal: 27
- Q.S. An Nisa: 6

e. Hukum positif
Pasal 6 huruf m, UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, sebagaimana telah
diubah dengan UU No. 10 tahun 1998, Pasal 34 Ayat (2).
f. Penyusunan rencana pembiayaan a. Manual kebijakan dan prosedur pembiayaan
 Manual kebijakan dan prosedur pembiayaan merupakan dasar acuan dalam
penyusunan rencana dan proses pembiayaan yang disusun oleh manajemen
(pengurus bank) dalam rangka mengoptimalkan aset, yang memuat:
(1) garis-garis besar kebijakan;
(2) arah pembiayaan. Keduanya menyangkut orientasi pasar, produk, plafon (batas
anggaran tertinggi), penentuan harga (pricing), kewenangan pejabat pembiayaan,
dan sebagainya.
 Penghimpunan dana oleh bank secara rasional Sumber dana yang
dialokasikan pada pembiayaan harus didasarkan pada kondisi target
rasional meliputi: (1) modal; (2) dana masyarakat; (3) pembiayaan atau
penempatan antarbank.
 Kemampuan pasar untuk menyerap dana dalam bentuk pembiayaan
Mengukur kemampuan pasar dalam menyerap dana ini terkait dengan
unsur:
(1) kapasitas sektor usaha yang dibiayai;
(2) tingkat kejenuhan pasar;
(3) faktor persaingan usaha (lembaga keuangan sejenis).
 Potensi daerah setempat Digunakan dalam mempertimbangkan alokasi
portofolio pembiayaan pada sektor usaha atau pembiayaan yang sesuai
dengan potensi daerah yang ada. Memahami potensi daerah akan
mendukung pencapaian tujuan bisnis bank
 Segmentasi dan pasar sasaran
(1) Segmentasi dan pasar sasaran merupakan sarana awal untuk
mengeliminasi risiko pembiayaan sehingga keberadaannya sangatlah
penting.
(2) Segmentasi mengarah pada klasifikasi nasabah dan sektor usaha yang
dibiayai.
(3) Pasar sasaran yang lebih detail mencakup: jenis, wilayah atau radius
yang dapat dilayani, serta sesuai risiko yang dapat diterima bank.
 Rencana anggaran bank yang sudah ditetapkan Rencana anggaran bank
yang sudah ditetapkan harus jelas dan secara terperinci memuat
target/sasaran, baik kuantitatif maupun kualitatif. Rencana anggaran bank
yang ada ini dapat berfungsi sebagai kontrol atas pencapaian kinerja
pembiayaan.
 Strategi pembiayaan
(1) Alokasi pembiayaan Penempatan atau pemilihan alokasi pembiayaan
meliputi segmentasi nasabah, lokasi, dan besaran plafond terhadap masing-
masing nasabah, di mana digunakan untuk meminimalkan risiko yang
timbul dari pembiayaan.
(2) Penentuan harga variatif Penentuan harga (untuk memberikan
kompetisi) di daerah-daerah tertentu yang didasarkan pada kondisi masing-
masing daerah.
(3) Selling: Active selling Sosialisasi yang aktif oleh bagian pemasaran
sehingga mendapatkan nasabah yang terpilih karena sebelumnya telah
dilakukan kunjungan terlebih dahulu.

D. Proses Pembiayaan
1. Dalam hal pembiayaan memiliki kebijakan yang telah ditentukan oleh masing-
masing lembaga keuangan, maka langkah-langkah proses pembiayaan adalah
sebagai berikut:
Inisiasi merupakan langkah awal dalam memilih kriteria persyaratan calon
nasabah pembiayaan untuk memenuhi persyaratan yang diberikan oleh bank.
Dalam inisiasi ini ada 3 hal, yaitu:
b. Permohonan adalah langkah dimana bank mencari calon nasabah yang
memenuhi kriteria kebijakan bank tertulis. yaitu dengan menentukan pasar
yang diinginkan, target bisnis. Sesuai dengan penentuan pelanggan atas
biayanya.
c. Evaluasi adalah proses pendataan nasabah yang dilakukan oleh bank dalam
pembiayaan yang telah diberikan kepadanya. Dengan cara bank mengunjungi
nasabah, dengan membuat laporan kunjungan ke nasabah, mengumpulkan data
(surat lamaran, data lengkap seperti “KTP, KK, NPWP, nomor rekening,
laporan gaji, jaminan, proposal usaha yang dibiayai, proyeksi arus kas”.
setelah itu data akan dimasukkan ke dalam file pembiayaan dan dilakukan
secara bertahap, tahap penilaian lebih lanjut dengan evaluasi kelayakan usaha
yang akan dibiayai, tujuan usaha, latar belakang pelanggan, penjaminan dan
pengecekan.
d. persetujuan merupakan lanjutan dari tahap evaluasi evaluasi dimana pada
tahap ini Account Officer mempresentasikan proposal pembiayaan di depan
komite pembiayaan. Dimana akan diberikan keputusan atas proposal
pembiayaan yaitu diacc atau ditolak, jika ditolak maka file yang sudah
diajukan ke bank akan dikembalikan semua, namun jika diacca maka surat
atau file tersebut akan langsung ditandatangani oleh pihak bank dan pihak
bank akan memberikan penawaran kemudian, yaitu dokumen yang
menyatakan komitmen bank untuk membiayai usaha nasabah.
2. Dokumentasi
Dengan ini, langkah kedua adalah setelah bank menentukan nasabah yang akan
diberikan pembiayaan. Dan juga dokumentasi sebelum penandatanganan
“menyediakan semua berkas yang telah disetujui oleh bank yaitu akad
pembiayaan, jaminan dan dokumen pendukung”, untuk dokumentasi sebelum
pencairan dana “menyediakan surat permohonan realisasi pembiayaan, dan
dokumen tambahan yang dipersyaratkan dengan penawaran nanti "
3. Pemantauan
Monitoring dibagi menjadi 2 yaitu: active monitoring yaitu bank mengunjungi
nasabah secara langsung dan memberikan laporan kunjungan langsung nasabah, dan
passive monitoring yaitu memperhatikan pembayaran yang dilakukan nasabah kepada
bank pada setiap akhir tahun. melakukan restrukturisasi, penjadwalan ulang dan
rekondisi.
E. penanganan terhadap pembiayaan yang bermasalah
Risiko yang terjadi dari peminjaman adalah peminjaman yang tertunda atau
ketidakmampuan peminjam untuk membayar kewajiban yang telah dibebankan,
untuk mengantisipasi hal itu maka bank syariah harus mampu menganalisis penyebab
permasalahannya8

1. analisa sebab kemacetan


a.  aspek internal
1)      peminjam kurang cakap dalam usaha tersebuit
2)      manajemen tidak baik atau kurang rapi
3)      laporan keuangan tidak lengkap
4)      penggunaan dana yang tidak sesuai dengan perencanaan
5)      perencanaan yang kurang matang
6)      dana yang diberikan tidak cukup untuk menjalankan usaha tersebut
b.  aspek eksternal
1)      aspek pasar kurang mendukung
2)      kemampuan daya beli masyarakat kurang
3)      kebijakan pemerintah
4)      pengaruh lain di luar usaha
5)      kenakalan peminjam
2.  Menggali potensi peminjam
Anggota yang mengalami kemacetan dalam memenuhi kewajiban harus dimotivasi
untuk memulai kembali atau membenahi dan mengatisipasi penyebab kemacetan
usaha atau angsuran. Untuk itu perlu digali potensi yang ada pada peminjam agar
dana yang telah digunakan lebih efektif.
3.  melakukan perbaikan akad (remedial)
4.  memberikan pinjaman ulang, mungkin dalam bentuk : pembiayaan al-qardul
hasan; Murabahah atau Mudharabah
5.  Penundaan pembayaran
6.  memperkecil angsuran dengan memperpanjang waktu dan akad dan margin baru
8
Ibid hal.311
(Rescheduling)
7.  Memeperkecil margin keuntungan atau bagi hasil.
Penggolongan Kolektibilitas Pembiayaan
Ketidaklancaran nasabah membayar angsuran pokok maupun bagi hasil pembiayaan
menyebabkan adanya kolektabilitas pembiayaan. Secara
umum kolektabilitas pembiayaan dikategorikan menjadi lima macam yaitu[20]
1)      Lancar atau kolektabilitas 1
2)      Kurang lancar atau kolektabilitas 2
3)      Diragukan atau kolektabilitas 3
4)      Perhatian khusus atau kolektabilitas 4
5)      Macet atau kolektabilitas 5

Anda mungkin juga menyukai