Anda di halaman 1dari 35

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pembiayaan dan Sistem Pembiayaan Syariah

2.1.1. Pengertian pembiayaan

Kegiatan utama sebuah bank adalah menghimpun dana dari masyarakat

luas dalam bentuk simpanan giro, tabungan dan deposito dan menyalurkan

kembali dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkan dana.

Pengalokasian dana tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk pinjaman atau yang

lebih dikenal dengan kredit atau pembiayaan. Pengalokasian dana dapat

diwujudkan dalam bentuk pinjaman atau lebih dikenal dengan kredit atau

pembiayaan. Pengalokasian dana dapat pula dilakukan dengan membelikan

bebagai aset yang dianggap menguntungkan bank.

Tetapi, kegiatan pengalokasian dana yang paling penting dalam perbankan

pinjaman pada nasabah atau yang dikenal dengan istilah kredit pada bank

konvensional dan pembiayaan pada bank yang menjalankan prinsip

operasionalnya berdasarkan prinsip syariah, bukan pembiayaan yang lazim

dilakukan oleh lembaga pembiayaan non bank. Pembiayaan merupakan salah

satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk

memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit.

Menurut Undang-undang Pokok Perbankan No. 10 tahun 1998, pengertian

pembiayaan dapat didefinisikan sebagai berikut:

Pembiayaan adalah penyediaan atau tagihan yang dipersamakan dengan itu

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang

Universitas Sumatera Utara


mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut

setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.

2.1.2. Sistem dan Sistem Pembiayaan Syariah

Menurut Abdul Halim, sistem adalah suatu kegiatan yang telah ditentukan

caranya dan biasanya dilakukan berulang-ulang.

Sedangkan zaki baridwan, mengutip beberapa pendapat antara lain:

a. Sitephen A. Mascope dan Mark G Simkin berpendapat sebagai berikut:

Suatu sistem adalah suatu entity (kesatuan) yang terdiri dari yang saling

berhubungan (disebut subsistem) yang bertujuan untuk mencapai tujuan-tujuan

tertentu.

b. W. Gerold Cole berpendapat sebagai berikut:

Suatu sistem adalah suatu kerangka dari prosedur-prosedur yang saling

barhubungan yang disusun sesuai dengan suatu skema yang menyeluruh, untuk

melaksanakan suatu kegiatan atau fungsi utama dari perusahaan.

c. Robert G. Murdick, bersama kawan-kawan berpendapat sebagai berikut:

Suatu sistem adalah suatu kumpulan elemen-elemen yang dijadikan satu untuk

tujuan umum.

Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sistem terdiri dari

sub-sub atau bagian yang saling terintekrasi untuk mencapai suatu tujuan.

Berdasarkan pengertian diatas penulis dapat memberikan definisi tersendiri dari

pengertian sistem pembiayaan.

Sistem pembiayaan adalah suatu kerangka dari prosedur-prosedur yang

berhubungan dengan proses penyediaan uang atau tagihan, berdasarkan

Universitas Sumatera Utara


persetujuan atau kesepakatan antara pihak bank dengan pihak lain yang

mewajibkan pihak-pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang tagihan

tersebut dalam jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.

Menurut Antonio (2001), pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok

bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan

pihak-pihak yang merupakan defisit unit. Menurut sifat penggunaan, pembiayaan

dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi

kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik usaha

produksi, perdagangan maupun investasi.

2. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi

kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan.

Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi dua:

1. Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan.

a. Peningkatan produksi, baik secara kuantitatif, yaitu jumlah hasil produksi,

maupun secara kualitatif, yaitu peningkatan kuaitas atau mutu hasil

produksi.

b. Untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu

barang.

2. Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal

atau capita goods serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan investasi.

Universitas Sumatera Utara


pembiayaan

konsumtif produktif

Modal kerja investasi

Sumber: Antonio, 2001.


Gambar 2.1.
Jenis-Jenis Pembiayaan

Menurut Laksmana (2009), jenis-jenis pembiayaan baik di perbankan

konvensional maupun di perbankan syariah terbagi menurut tiga macam dilihat

dari pembiayaan, yaitu:

1. Pembiayaan dilihat dari segi tujuan

a. Pembiayaan konsumtif : pembiayaan yang diberikan untuk tujuan konsumtif

yang hanya dinikmati pemohon.

b. Pembiayaan produktif : pembiayaan yang dimanfaatkan untuk kegiatan

produksi yang menghasilkan suatu barang dan jasa.

c. Pembiayaan perdagangan : pembiayaan yang diberikan untuk pembelian

barang sebagai persediaan untuk dijual kembali.

2. Pembiayaan dilihat dari dua jangka waktu

a. Pembiayaan jangka pendek : pembiayaan dengan jangka waktu maksimal

satu tahun.

b. Pembiayaan jangka menengah : pembiayaan degan jangka waktu antara 1-3

tahun.

Universitas Sumatera Utara


c. Pembiayaan jangka panjang : pembiayaan dengan jangka waktu lebih dari

tiga tahun.

3. Pembiayaan dilihat dari tiga penggunaannya

a. Pembiayaan modal kerja

b. Pembiayaan investasi

c. Pembiayaan multiguna

2.1.3. Produk-Produk Sistem Syariah

Dalam lembaga keuangan syariah hubungan antara lembaga dan

nasabahnya atau anggota, bukan hubungan debitur dengan kreditur, melainkan

hubungan kemitraan (partnership) antara penyandang dana (shahibul maal)

dengan pengelola dana (mudharib). Oleh karena itu, tingkat laba lembaga tidak

hanya berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil untuk pemegang saham, tetapi

juga berpengaruh pada bagi hasil yang diberikan kepada nasabah atau anggota

penyimpan dana. Seperti mana dalam perbankan konvensional, perbankan

syariah juga mempunyai banyak produk yang ditawarkan kepada masyarakat.

Berbagai jenis perbankan syariah ini mempunyai kelebihan dan keutamaan

masing-masing sehingga nasabah dapat memilih dan menggunakan produk yang

dianggap paling sesuai atau paling menguntungkan sesuai dengan maksud dan

tujuan nasabah. Berbagai produk dan jasa yang ditawarkan dalam perbankan

syariah dapat digolongkan kepada tiga kelompok produk, yaitu:

1. Produk Penghimpun Dana

Seperti pada perbankan konvensional, dana masyarakat yang dihimpun

perbankan syariah dapat berbentuk tabungan, deposito dan giro. Aktifitas

Universitas Sumatera Utara


penghimpun dana ini dilakukan dengan prinsip wadi’ah dan mudharabah.

Prinsip wadi’ah dilakukan untuk produk berbentuk giro sedangkan prinsip

mudharabah diterapkan untuk produk berbentuk tabungan dan deposito.

Jika wadi’ah tersebut berbentuk wadi’ah amanah, pada prinsipnya

simpanan tersebut tidak boleh dimanfaatkan oleh pihak bank walaupun ia

bertanggung jawab terhadap keutuhan simpanan tersebut. Sebaliknya jika

wadi’ah tersebut jika berbentuk wadi’ah amanah, maka pihak bank dapat

memanfaatkan simpanan tersebut dan tetap terhadap keutuhan simpanan tersebut.

Jika sekiranya pihak bank tetap menyalurkan dana ini, maka ketentuan

umum dalam prinsip wadi’ah adalah keuntungan atau kerugian yang terjadi milik

perbankan. Sedangkan mpemilik dana tidak dijanjikan sebarang imbalan dan

tidak pula menanggung sebarang resiko yang terjadi. Namun demikian, jika

sekiranya pihak bank menyalurkan dana tersebut dan ternyata memperoleh

keuntungan, maka pihak memberikan bonus kepada pemilik dana sebagai insentif

agar masyarakat tertarik untuk menyimpan dananya pada perbankan syariah

dengan syarat hal ini tidak dijanjikan dari awal.

Lain halnya dengan prinsip mudharabah. Pemilik modal dianggap

sebagai shahibul maal sementara pihak perbankan sebagai pihak pengelola atau

mudharib. Prinsip ini, pihak bank dapat menggunakan dana tersebut misalnya

untuk kegiatan jual beli dengan memberitahukan margin keuntungan tertentu

(mudharabah) atau untuk kegiatan sewa (ijarah).

Dalam prinsip mudharabah ini, ada dua jenis kewenangan yang dapat

dipilih oleh pemilik modal atau penyimpan untuk memberikan kepada pihak bank

Universitas Sumatera Utara


yaitu mudharabah mutlaqah dan mudharabah muqayyadah. Mudharabah

mutlaaqah artinya bank dapat menggunakan dana yang dihimpun itu secara bebas

atau luas karena tidak ada batasan yang ditetapkan oleh pemilik modal atau

penyimpan sehingga bank dapat menggunakannya dalam berbagai kegiatan yang

diyakini menguntungkan. Sedangkan mudharabah muqayyadah artinya pihak

pemilik modal atau penyimpan menetapkan syarat-syarat tertentu dalam

penggunaan dana simpanannya misalnya hanya untuk kalangan tertentu saja atau

bisnis tertentu.

2. Produk Penyaluran Dana

Dana yang telah berhasil dihimpun oleh perbankan syariah kemudian

disalurkan kembali kepada masyarakat atau unit defisit untuk dimanfaatkan secara

produktif. Penyaluran dana ini harus dilakukan sesuai dengan ketentuan syariah

dan syarat-syarat yang telah disepakati dengan para pemilik modal untuk

mendapatkan keuntungan yang layak. Pihak perbankan syariah dapat

menyaluran dana yang terhimpun melalui salah satu kategori atau konsep

penyaluran yang sesuai dengan syariah.

Secara garis besarnya, produk penyaluran dana dalam perbankan syariah

dikategorikan dalam empat konsep pembiayaan:

1. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil

Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil merupakan salah satu bentuk

pembiayaan yang paling utama dalam perbankan syariah yang telah disepakati

para ulama (Ascarya & Yumanita, 2005). Pembiayaan ini dapat mudharabah

dan musyarakah. Pembiayaan dalam perbankan syariah berlandaskan pada satu

Universitas Sumatera Utara


prinsip dimana tidak ada bagian keuntungan yang dapat dinikmati pihak

tertentu jika puhak yang berkaitan tidak ikut ambil bagian dalm menanggung

sesuatu resiko yang mungkin tgerjadi.

2. Pembiayaan bagi hasil dalam syariah dapat dilakukan dalam bentuk:

a. Pembiayaan musyarakah

Pembiayaan ini merupakan akad kerja sama antara dua pihak atau lebih

untuk melakukan usaha dimana masing-masing pihak memberi kontribusi

sumber daya baik yang berwujud maupun yang tidak berwajud.

Dalam proyek musyarakah ini yang harus diketahui oleh pihak-pihak yang

bekerja sama. Misalnya, pihak lain hanya boleh ikut dalam proyek

musyarakah setelah ada persetujuan dari semua pihak yang terlibat. Bigitu

pula jika ada pihak lain yang ingin meminjam modal dari proyek

musyarakah maka pinjaman ini baru boleh diberikan jika semua pihak

setuju. Selain dari pada itu pemilik modal dianggap berhenti dari kerja

sama musyarakah jika ia mengundurkan diri, menjadi tidak cakap hukum

dan meninggal dunia. Namun begitu, pemilik modal dapat mengalihkan

pertanyaannya kepada orang lain atau posisinya digantikan orang lain.

Universitas Sumatera Utara


Bank Syariah Parsial
Finansial

Bagi hasil Laba


Proyek/usaha LABA berdasarkan
Kontribusi

Nasabah
Parsial: Nilai

Sumber: Irsyad Lubis, 114.


Gambar 2.2
Skema Al-Musyarakah

b. Pembiayaan Mudharabah

Mudharabah berasal dari kata dharb yang bermakna memukul atau

berjalan. Memukul atau berjalan dalam hal ini di artikan sebagai proses

sedangkan memukul (melangkahkan) kakinya dalam menjalankan usaha

untuk mencapai keuntungan. Pembiayaan mudharabah adalah akad kerja

sama antara dua pihak, dimana pihak pertama menyediakan seluruh modal

(shahibul maal) dan pihak lain menjadi pengelola modal (mudharib).

Keuntungan yang diperoleh dari hasil kerja sama ini kemudian dibagi

menurut kesepakatan yang tertuang dalam kontrak tetapi seluruh kerugian

akan ditanggung oleh pemilik modal selagi kerugian yang terjadi itu bukan

disebabkan ulah kelalaian mudharib. Jika terjadi kerugian, maka pemilik

modal akan menderita kehilangan sebagian atau mungkin seluruh modalnya

sedangkan pihak mudharib akan mengalami kerugian dari segipengorbanan

Universitas Sumatera Utara


tenaga, pikiran, waktu, harga diri dan sebagainya. Akan tetapi jika

kerugian tersebut terjadi karena akibat kelalaian atau kecurangan pihak

mudharib, maka ia harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.

PROFIT-
BANK SHARING COSTUMER
AGREEMENT
(Perjanjian Bagi

SKILL CAPITAL

PROJECT
(Proyek atau
Usaha)

PROFIT
SHARIG (Bagi
Nisbah a% Hasil) Nisbah b%

CAPITAL
Main Capital Talking

Sumber : Isyad lubis, 115.


Gambar 2.3
Skema Pembiayaan Mudharabah

c. Al-muzara’ah

Bagi hasil dengan konsep Al-muzara’ah merupakan kerja sama pengelolaan

pertanian antara pemiik lahan dengan penggarap. Dalam perbankan

diaplikasikan dalam bidang plantation atas dasar bagi hasil dimana pemilik

lahan menyediakan lahan, benih dan pupuk sedangkan penggarap

menyediakan keahlian, tenaga dan waktu. Konsep hasil muzara’ah ini

Universitas Sumatera Utara


sering juga diidentikkan dengan mukharabah namun antara kedua istilah ini

terdapat sedikit perbedaan dimana dalam sistem muzara’ah benih tanaman

disediakan oleh pemilik lahan sedangkan dalam sistem mukharabah benih

tanaman sisediakan oleh penggarap. Konsep muzara’ah ini banyak

dilakukan oleh masyarakat pada masa Rasulullah SAW bahkan beberapa

sahabat nabi.

d. Al- Musaqah

Pembiayaan bagi hasil dengan sistem musaqah ini merupakan bentuk yang

lebih sederhana dari sistem muzara’ah karena keterlibatan penggarap lebih

sedikit. Dalam sistem musaqah ini penggarap hanya bertugas dan

bertanggung jawab untuk penyiram dan memelihara lahan pertanian tersebut

atas jasa ini ia dapat bagian hasil rasio tertentu. Diriwayatkan bahwa sistem

ini telah dilaksanakan oleh Rasulullah SAW dengan menjadikan penduduk

kawasan khaibar sebagai penggarap dan pemelihara dengan sistem

musaqah.

3. Pembiayaan dengan Prinsip Sewa (Ijarah)

Ijarah dapat diartikan sebagai hak untuk memanfaatkan barang atau jasa

dengan membayar imbalan tertentu kepada pemilik barang dan jasa tersebut.

Dalam pembiayaan ijarah ini pembiayaan yang terjadi adalah hak guna atau

manfaat (bukan kepemilikan) dari pemilik barang atau jasa kepada pihak

penyewa.

Dalam sistem ijarah, metode pembayaran sewa dapat dilakukan dengan dua

metode yaitu, pertama, ijarah dengan metode pembayaran seewa berdasarkan

Universitas Sumatera Utara


kinerja barang dan kedua, dengan metode tidak berdasarkan kinerja barang

sewaan.

4. Pembiayaan dengan prinsip jual beli

Pembiayaan dengan prinsip jual beli ini dapat dilakukan dengan berbagai

bentuk seperti pembiayaan murabahah, pembiayaan istishna atau pembiayaan

salam. Perbedaan ketiga pembiayaan ini dapat dilihat dari bentuk pembayaran

yang dilakukan dan juga waktu penyerahan kepada nasabah. Dalam prinsip

pembiayaan jual beli ada perpindahan kepemilikan barang atau benda kepada

pemilik baru. Ketiga, bentuk pembiayaan jual beli ini mempunyai kelebihan

masing-masing dan nasabah dapat memilih salah satu bentuk yang paling

sesuai atau yang paling menguntungkan.

a. Pembiayaan murabahah

Pembiayaan murabahah adalah salah satu bentuk transaksi dimana pihak

bank membeli barang dan kemudian menjualnya kembali kepada nasabah

secara angsuran dengan memberitahukan jumlah keuntungan yang

diambilnya. Dalam transaksi ini pihak bank harus secara terbuka

memberitahukan kepada nasabah berapa harga margin keuntungan yang

diambilnya. Selain itu, baik harga jual maupun jangka waktu pembayaran

harus dinyatakan dalam akad jual beli yang disepakati dan tidak boleh

berubah selama tempoh akad jual beli tersebut. Dalam transaksi seperti ini

dibenarkan membebankan biaya tidak langsung kepada nasabah jika yang

dimaksud tidak menambah nilai barang atau biaya tersebut tidak berkaitan

dengan hal-hal yang bermanfaat sesuai dengan syari’at. Dari segi

Universitas Sumatera Utara


penyerahan barang, barang yang dibeli nasabah secara angsuran tersebut

harus diserahkan setelah akad dibuat sehingga dapat dimanfaatkan atau

dioperasikan nasabah.

b. Pembiayaan istishna

Pembiayaan istishna dapat didefinisikan sebagai akad jual beli dalam bentuk

pesanan pembuatan barang tertentu dan dengan pesyaratan tertentu yang

disepakati antara pemesan atau pembeli dengan pembuat atau penjual.

c. Pembiayaan salam

Pembiayaan salam ini pembayaran dilakukan secara tunai tetapi barang

yang dibeli belum ada. Dalam hal ini barang yang dibeli akan diserahkan

penjual pada waktu yang akan datang sesuai dengan kesepakatan kedua

belah pihak. Dalam transaksi ini, pembeli adalah pihak bank sedangkan

nasabah dianggap sebagai penjual. Dalam transaksi salam ini harus dengan

jelas dan tegas disebutkan spesifikasi barang yang di beli, penyerahan dan

sebagainya sehingga berbeda dengan jual beli ijon.

5. Pembiayaan dengan akad pelengkap

Pembiayaan dengan akad pelengkap merupakan akad yang tergolong sebagai

akad-akad tabarru’. Artinya akad atau perjanjian ini bukan transaksi bisnis

yang mencari keuntungan karena akad ini dilakukan atas dasar tolong

menolong dalam bebuat kebaikan. Dalam akad tabarru’ seperti:

a. Rahn (gadai)

Rahn adalah gadai yang dilakukan nasabah kepada pihak yang bertujuan

untuk memberikan kepastian pembayaran kembali kepada pihak bank atas

Universitas Sumatera Utara


pembiayaan yang dilakukannya. Barang gadaian dalam hal ini harus milik

nasabah sendiri dengan ukuran dan sifat yang jelas. Barang gadaian ini

akan dikuasi oleh pihak bank tetapi pihak bank tidak dibenarkan mengambil

manfaat dari barang gadaian tersebut.

b. Qard (pinjaman)

Qard adalah pinjaman uang yang diberikan oleh pihak perbankan syariah

kepada nasabahnya.

c. Wakalah

Wakalah merupakan tindakan memberi mandat atau kuasa kepada pihak lain

untuk melakukan satu pekerjaan atau jasa, maka kedua belah pihak harus

cakap hukum. Dalam hal ini, nasabah bisa memberikan kuasa kepada satu

bank atau lebih jika dianggap sesuai dan memungkinkan.

d. Kafalah (garansi)

Kafalah dapat diartikan sebagai jaminan yang diberikan oleh pihak

penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua

atau pihak yang ditanggung.

e. Hiwalah

Hiwalah bermakna pengalihan utang dari pihak yang berutang kepada pihak

lain (pihak kitiga) yang kemudian berkewajiban melunasi utang tersebut

kepada pihak pertama.

Universitas Sumatera Utara


3. Produk jasa

a. Ijarah (sewa)

Salah satu bentuk produk jasa yang diberikan oleh perbankan syariah yang

tergolong sebagai ijarah atau sewa adalah penyewaan kotak simpan yang

dapat dimanfaatkan nasabah untuk menyimpan barang-barang berharga.

b. Sharf (jual beli valuta asing)

Produk jasa perbankan syariah lainnya adalah sharf yakni jual beli valuta

asing baink yang tergolong hard currency maupun weak currency. Satu hal

yang perlu mendapat perhatian dalam pelaksanaan jasa ini bahwa mata uang

yang diperjual belikan tersebut merupakan mata uang yang berbeda dan

harus dilakukan pada waktu yang sama. Jasa ini tentunya hanya ada pada

bank-bank yang telah tergolong sebagai bank devisa.

2.1.4. Efektivitas Pembiayaan

Pembiayaan adalah istilah dalam syariah untuk lembaga keuangan

syariah baik itu mikro maupun makro untuk menyalurkan dananya. Dalam

penulisan ini penulis akan lebih sering menuliskan pembiayaan dari pada

penyaluran dana.

Kinerja LKM dikatakan efektif jika kinerja pembiayaannya terhadap

usaha kecil efektif (Arsyad, 2008). Sedangkan, menurut Hidayat (2004)

menyatakan bahwa efektif atau tidaknya suatu penyaluran pembiayaan dapat

bernilai berdasarkan beberapa parameter antara lain: persyaratan peminjam,

prosedur peminjaman, realisasi kredit, besar kecilnya biaya administrasi,

Universitas Sumatera Utara


pelayanan petugas bank, lokasi bank, jaminan atau agunan, pengetahuan dan

partisipasi nasabah atau calon nasabah.

Dalam efektivitas pembiayaan dilihat dari:

1. Prosedur pembiayaannya, yaitu:

a. Mekanisme pengajuan pembiayaan

b. Mekanisme penyaluran pembiayaan

c. Mekanisme pengembalian pembiayaan

2. Dampak pembiayaan terhadap kondisi usaha nasabah yaitu:

a. Peningkatan pendapatan

b. Peningkatan keuntungan

Pembiayaan yang diberikan kepada nasabah untuk modal atau tambahan

modal usaha dikatakan efektif apabila prosedur pembiayaan tergolong mudah,

pembiayaan yang dapat meningkatkan pendapatan dan keuntungan usaha nasabah.

Analisis keefektivan pembiayaan ini dilakukan untuk menilai sejauh mana kinerja

pembiayaan yang telah dilakukan oleh bank syariah.

2.2. Bank syariah

2.2.1. Pengertian Bank syariah

Bank syariah adalah lembaga intermediasi dan penyedia jasa keuangan

yang bekerja berdasarkan etika dan sistem nilai Islam yang mempunyai sifat

khusus yakni bebas dari kegiatan spekulatif yang nonproduktif seperti perjudian,

bebas dari hal-hal yang tidak jelas dan meragukan (tidak pasti), berprinsip pada

keadilan dan hanya membiayaai kegiatan usaha yang halal. Selain itu juga

didasari oleh larangan dalam agama Islam untuk memungut maupun meminjam

Universitas Sumatera Utara


dengan bunga atau yang disebut dengan riba serta menonjolkan aspek keadilan

dalam berinteraksi, investasi yang beretika, mengedepankan nilai-nilai

kebersamaan dan persaudaraan dalam berproduksi, dan menghindari kegiatan

spekulatif dalam berinteraksi keuangan. Dalam pelaksanaan tujuan bank syariah

adalah tercapainya kesejahteraan sosial yang baik.

Dalam menjalankan kegiatan operasional, bank syariah harus mematuhi

prinsip ayariah serta fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN), yakni satu-satunya

dewan yang mempunyai kewenangan mengeluarkan fatwa atas jenis-jenis

kegiatan, produk jasa keuangan syariah,serta mengawasi penerapan fatwa

dimaksud oleh lembaga-lembaga keuangan syariah Indonesia. Prinsip syariah

yang dimaksud adalah anturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank

dan pihak lain untuk penyimpanan dana atau pembiayaan kegiatan usaha, atau

kegiatan lainnya yang sesuai dengan syariah.

Salah satu kegiatan operasional perbakan syariah adalah memberikan

pembiayan-pembiayaan yang dapat membantu masyarakat dalam menjalankan

kegiatan usahanya. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang perbankan

syariah memberikan pengertian mengenai pembiayaan yang diberikan oleh bank

syariah yaitu penyediaan dan atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa

transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah, transaksi sewa

menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muttahiya

bittamlik, transaksi jual beli dalam bentuk piutang qard, dan transaksi sewa

menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multi jasa berdasarkan

persetujuan atau kesepakatan antara bank syariah atau unit usaha syariah dan

Universitas Sumatera Utara


pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai atau fasilitas dana untuk

mengambilkan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah,

tanpa imbalan, atau bagi hasil.

Dari segi pembiayaaan ini bank syariah digunakan oleh masyarakat

sebagai lembaga keuangan yang merupakan alternatif yang tidak dapat diberikan

oleh bank konvensional.

Tabel 2.1
Karakteristik Esensial Yang Membedakan Bank Syariah Dengan Bank
Konvensional:

Perbankan konvensional Perbankan syariah

• Beriorentasi kepada kepentingan • Beriorentasi pada kepentingan


pribadi. publik.
• Senantiasa bersifat bebas nilai • Dalam pelayanan, tidak bebas nilai
(materialistis). (berdasarkan prinsip Islam).
• Uang dianggap sebagai barang • Uang dianggap sebagai alat tukar
komoditi. saja dan tidak meganggapnya
sebagai alat komoditi.
• Investasi yang dilakukan relatif luas • investasi yang dilakukan relatif
karena termasuk kegiatan yang halal terbatas karena hanya pada kegiatan
dan yang haram. yang halal saja.
• Hubungan dengan nasabah • Hubungan dengan nasabah
bernentuk kreditor-kreditor. berbentuk kemitraan.
• Dalam operasinya menggunakan • Dalam operasinya menggunakan
perangkat/sistem bunga. sistem bagi hasil, jual beli atau sewa.
• Aktivitasnya hanya beriorentasi • Aktivitasnya tidak hanya berorientasi
untuk mencapai keuntungan saja. untuk mencapai keuntungan saja
tetapi juga untuk mencapai falah.
• Tidak memiliki dewan pengawas • Penghimpunan dan penyaluran dana
syariah sehingga penghimpunan dan harus sesuai dengan fatwa dewan
penyaluran dana tidak berdasarkan pengawas syariah.
fatwa.
Sumber : (Irsyad Lubis:109)

Dalam salah satu buku yang dituliskan oleh Bank Indoniesia dijelaskan

mengenai peran utama bank syariah, yaitu sebagai badan usaha maka bank

Universitas Sumatera Utara


syariah mempunyai beberapa fungsi yaitu sebagai manajer investasi, investor dan

penyedia jasa. Bila sebagai manajer investasi, bank syariah melakukan

penghimpunan dana dari para investor atau nasabahnya dengan prinsip

wadi’ahyad dhamanah, mudharabah atau ijarah. Jika sebagai investor, bank

syariah melakukan penyaluran dana melalui kegiatan investasi dengan prinsip

bagi hasil, jual beli dan sewa. Sedangkan jika sebagai penyedia jas perbankan,

bank syariah juga menyediakan jasa keuangan, jasa non keuangan dalam bentuk

wadi’ahyad amanah dan mudharabah muqayyadah. Dalam hal ini bank syariah

mempunyai fungsi sebagai pengelola dana sosial untuk penghimpunan dana

penyaluran zakat, infak dan sadaqah serta penyaluran qardhul hasan.

2.2.2. Konsep Dasar Bank Syariah

Dalam dunia perbankan yang diutamakan adalah kepercayaan dari

masayarakat. Terutama perbankan syariah dalam menjalankan kegiatan usahanya

mengutamakan keadilan untuk semua pihak. Kelembagaan usaha yang

menjalankan usaha syariah harus memperhatikan sebagai berikut;

1. Menjauhkan diri dari kemungkinan

a. Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan di muka satu hasil usaha,

seperti penetapan bunga simpanan atau bunga pinjaman yang dilakukan

pada bank konvesional.

b. Menghindari penggunaan sistem peresentase biaya terhadap utang atau

imbalan terhadap simpanan yang mengandung unsur melipat gandakan

secara otomatis utang atau simpanan tersebut hanya karena perjalanan

waktu.

Universitas Sumatera Utara


c. Menghindari sistem perdagangan atau penyewaan barang ribawi dengan

imbalan barang ribawi lainnya (barang yang sama dan sejenis, seperti

uang rupiah dengan uang rupiah yang masih berlaku) dengan memperoleh

kelebihan baik kuantitas maupun kualitas.

d. Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan dimuka tambahan atas

utang yang bukan prakarsa yang mempunyai utang secara sukarela,

seperti penetapan bunga pada bank konvensional.

2. Menerapkan Prinsip Sistem Bagi Hasil dan Jual Beli

Dengan mengacu kepada petunjuk Al-Qur’an, QS. Al-Baqarah (2) : 275

dan surat An-Nisa (4) : 29 yang intinya: Allah SWT, telah menghalalkan jual beli

dan mengharamkan riba, maka setiap transaksi kelembagaan ekonomi Islami

harus selau dilandasi atas dasar sistem bagi hasil dan perdagangan atau transaksi

didasari oleh adanya pertukaran uang dengan barang atau jasa. Akibatnya pada

kegiatan muamalah berlaku prinsip “ada barang atau jasa dulu baru ada uang”,

sehingga akan mendorong peroduksi barang atau jasa, mendorong kelancaran arus

barang atau jasa, agar adapat menghindari adanya penyalahgunaan kredit,

spekulasi dan infilasi.

Berdasarkan pelaksanakan dari mprinsip-prinsip diatas, bank syariah

mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermuamalah secara Islam,

khususnya muamalah yang berhubungan dengan perbankan, agar terhindar dari

praktik-praktik riba atau jenis-jenis usaha lain yang mengandung unsur tipuan,

Universitas Sumatera Utara


dimana jenis-janis usaha tersebut selain dilarang dalam Islam, juga telah

menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan ekonomi umat.

2. Untuk menciptakan suatu keadilan dibidang ekonomi, dengan jalan

memeratakan pendapatan melalui kegiatan investasi agar tidak terjadi

kesenjangan yang amat besar antara pemilik modal dengan yang membutuhkan

dana.

3. Untuk meningkatkan kualitas hidup umat, dengan jalan membuka peluang

berusaha yang lebih besar terutama kepada kelompok miskin, yang diarahkan

kepada kegiatan usaha yang produktif, menuju terciptanya kemandirian

berusaha (berwira usaha)

4. Untuk menjaga kesetabilan ekonomi moneter pemerintah. Dengan aktivitas-

aktivitas bank Islam yang diharapkan mampu menghindarkan persaingan

infilasi akibat penerapan sistem bunga, menghindarkan persaingan tidak sehat

antara lembaga keuangan, khususnya bank dan menanggulangi kemandirian

lembaga keuangan, khususnya bank dari pengaruh gejolak moneter baik dari

dalam maupun luar negeri.

5. Untuk membantu menanggulangi (mengentaskan) masalah kemiskinan, yang

pada umumnya merupakan program utama dari negara-negara yang sedang

berkembang. Upaya bank Islam mengentaskan kemiskinan ini berupa

pembinaan nasabah yang lebih menonjol sifat kebersamaaan dari siklus usaha

yang lengkap seperti program pembinaan pengusaha produsen, pembinaan

pedagang perantara, program pembinaan konsumen, program pengembangan

modal kerjadan program pengembangan usaha bersama.

Universitas Sumatera Utara


6. Untuk menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap bank konvensional

yang menyebabkan umat Islam berada di bawah kekuasaan bank, sehingga

umat Islam tidak bisa melaksanakan ajaran agamanya secara penuh, terutama

dibidang kegiatan bisnis dan prekonomiannya.

2.2.3. Peranan Bank Syariah Dalam Kemajuan Sektor Usaha Kecil

Perbankan dalam kehidupan suatu negara merupakan salah satu agen

pembangunan. Hal ini dikarenakan adanya fungsi utama dari perbankan sebagai

lembaga intermediasi, yaitu lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat

dalam bentuk simpanan dan menyalurkanna kembali kepada masyarakat dalam

bentuk kredit atau pembiayaan. Adanya hal ini diharapkan dapat memenuhi

kebutuhan dana bagi negara dan masyarakat guna menunjang jalannya proses

pembangunan terutama sektor usaha kecil dan menengah. Pada saat krisis

ekonomi pun ternyata sektor ini mampu tetap bertahan, artinya sektor UKM

mempunyai keunggulan dan sangat potensial untuk lebih dikembangkan lagi

melalui suatu kebijakan yang tepat dan dukungan dari lembaga yang tepat.

Namun tidak dapat dipungkiri terutama sektor usaha kecil menemukan kendala

pada segi permodalan, dimana terkadang dalam memperoleh modal dari bank

mengalami kesulitan. Salah satu hal yang menyebabkan adanya hal ini adalah

suku bunga kredit yang tinggi dan diperlukannya jaminan kebendaan yang sulit

dipenuhi oleh mereka.

Untuk membantu menenggulangi permasalahan yang dihadapi oleh

sektor usaha kecil maka pasca Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 dengan

adanya pembangunan yang semarak terhadap perbankan syariah maka diharapkan

Universitas Sumatera Utara


dapat lebih membantu perkembangan sektor usaha kecil dan menengah ini. Telah

disebutkan diatas bahwa kelangsungan suatu kegiatan usaha perlu didukung oleh

permodalan dan sumber daya manusia yang memadai. Setiap perbankan syariah

yang ada hendaknya mampu secara cermat mengetahui kebutuhan nyata yang ada

pada sektor yang bersangkutan. Hal ini penting karena karakteristik produk

pembiayaan yang ada pada perbankan syariah bervariasi dan masing-masing

hanya menjawab pada kebutuhan tertentu, sebagai contoh kebutuhan masyarakat

yang membutuhkan adanya barang modal sebagai sarana dalam proses usaha,

pelayanan yang diberikan oleh pihak bank syariah berupa pemberian pembiayaan

berdasarkan akad jual beli.

Nasabah yang melakukan pinjaman dapat memberikan jaminan dapat

berupa kelayakan usaha, jaminan tambahan serta piutang. Jadi jaminan itu tidak

harus berupa barang yang dibeli oleh bank untuk nasabah. Dalam praktek

nasabah yang tidak mempunyai jaminan apapun dapat menerima pembiayaan dari

bank syariah. Pembiayaan ini disebut visible non bankable, dalam hal ini

nasabah tidak perlu membayar margin. Uang yang diberikan oleh bank berasal

dari keuntungan bank.

Pengaturan dan Pengawasan terhadap bank-bank syariah dilakukan oleh

Bank Indonesia. Kewenangan yang dimiliki oleh Bank Indonesia meliputi:

1. Kewenangan memberikan izin (right to license), yaitu kewenangan untuk

menetapkan tatacara perizinan dan pendirian suatu bank. Cakupan pemberian

perizinan oleh BI meliputi pemberian izin dan pencabutan izin usaha bank,

pemberian izin pembukaan, penutupan dan pemindahan kantor bank,

Universitas Sumatera Utara


pemberian persetujuan atas kepemilikan dan kepengurusan bank, pemberian

atas kepemilikan dan kepengurusan bank, dan pemberian izin kepada bank

untuk menjalankan kegiatan-kegiatan usaha tertentu.

2. Kewenangan untuk mengatur (right to regulate) yaitu kewenangan untuk

menetapkan ketentuan yang menyengkut aspek usaha dan kegiatan perbankan

dalam rangka menciptakan perbankan sehat yang mampu memenuhi jasa

perbankan yang diinginkan masyarakat.

3. Kewenangan untuk mengawasi (right to control) yaitu kewenangan melakukan

pengawasan bank melalui pengawasan bank melalui pengawasan langsung (on-

site supervision) dan pengawasan tidak langsung (off-site supervision).

Pengawasan langsung dapat berupa pemeriksaan khusus, yang bertujuan untuk

mendapatkan gambaran tentang keadaan keuangan bank dan untuk mementau

tingkat kepatuhan bank terhadap pereturan yang berlaku serta untuk

mengetahui apakah terdapat praktik-praktik yang tidak sehat yang

membahayakan kelangsungan usaha bank. Pengawasan tidak langsung yaitu

pengawasan melalui alat pemantauan seperti laporan berkala yang

disampaikan bank, laporan hasil pemeriksaan dan imformasi lainnya. Dalam

pelaksanaanya apabila diperlukan di BI dapat melakukan pemeriksaan terhadap

bank termasuk pihak lain yang meliputi perusahan induk, perusahaan anak,

pihak terkait, pihak terafiliasi dan debitur bank. BI dapat menugasi pihak

lslam untuk dan atas nama BI melaksanakan tugas pemeriksaan.

4. Kewenangan untuk mengenakan sanksi (right to impose sanction) yaitu

kewenangan untuk menjatuhkan sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-

Universitas Sumatera Utara


undangan terhadap bank apabila suatu bank kurang atau tidak memenuhi

ketentuan tindakan ini mengandung unsur pembinaan agar bank beroperasi

sesuai dengan asas perbankan yang sehat.

2.3. Usaha Mikro dan Kecil (UMK)

2.3.1. Pengertian Usaha Mikro dan Kecil (UMK)

Dalam pasal 1 Undang-Undang No 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,

Kecil dan Menengah memberikan pengertian mengenai usaha kecil, yaitu usaha

ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan

atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang

perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun

tidak langsung dari Usaha Menengah atau atau Usaha Besar yang memiliki

kriteria Usaha Kecil.

Usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang No. 9 tahun

1995 tentang pengusaha kecil, usaha kecil adaalah kegiatan ekonomi rakyat yang

bersekala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hal penjualan tahunan

serta kepemilikan bagaimana diatur dalm undang-undang ini.

Usaha Mikro sebagaimana dimaksud menurut keputusan Menteri

Keuangan No. 40/ KMK.06/ 2003 tanggal 29 januari 2003, yaitu usaha produktif

milik keluarga atau perorangan warga negara Indonesia dan memiliki hasil

penjualan paling banyak Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah) pertahun. Usaha

mikro dapat mengajukan kredit kepada bank paling banyak Rp.50.000.000,00.

Universitas Sumatera Utara


Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2008, usaha mikro adalah usaha

produktif milik orang perorangan dan badan usaha perorangan yang memiliki aset

meksimal Rp.50.000.000,00 dan omset maksimal Rp.300.000.000,00.

Keputusan Menkeu No. 40/KMK.06/2003, usaha mikro adalah usaha

produktif milik keluarga atau perorangan Warga Negara Indonesia yang memiliki

hasil penjualan paling banyak Rp.100.000.000,00 per tahun.

Bank Indonesia, usaha mikro adalah usaha yang dilakukan orang miskin

atau hampir miskin yang merupakan milik keluarga dengan sumber daya lokal

dan menggunakan teknologi sederhana. Dalam usaha mikro mendapatkan kredit

mikro hingga 50 juta rupiah. Sedangkan usaha kecil adalah usaha yang memiliki

aset hingga 200 juta rupiah di luar tanah dan bangunan dengan omset 1 milliar

rupiah dan menerima kredit melai 50 juta rupiah hingga 500 juta rupiah.

2.3.2. Kriteria Usaha Mikro dan Kecil

Adapun yang menjadi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan

tahunan serta kepemilikan pada undang-undang No.9 tahun 1995 adalah sebagai

berikut:

1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.200.000.000,00 (dua ratus juta

rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp.1.000.000.000,00 (satu

milyar rupiah).

3. Milik Warga Negara indonesia

Universitas Sumatera Utara


4. Berdiri sediri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan

yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi, baik langsung maupun tidak langsung

dengan usaha besar.

5. Berbentuk usaha perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum atau

badan usaha yang berbadan hukum.

Adapun kriteria Usaha Kecil yang dijelaskan dalam pasal 6 undang-

undang ini adalah berikut:

1. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)

sampai dengan paling banyak Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak

termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

2. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.300.000.000,00 (tiga ratus juta

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.2.500.000.000,00 (dua milyar lima

ratus juta rupiah).

Ciri-ciri Usaha Kecil antara lain adalah:

1. Jenis barang atau komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap tidak

gampang berubah.

2. Lokasi atau tempat usaha umumnya sudah menetap tidak bepindah-pindah.

3. Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau masih

sederhana.

4. Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP.

5. Sumber daya manusianya memiliki pengalaman dalam berwira usaha

6. Sebagian sudah akses ke perbankan dalam hal keperluan modal.

Universitas Sumatera Utara


7. Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan baik seperti

business planning

Contoh Usaha Kecil sendiri antara lain:

a. Usaha tani sebagai pemilik tanah perorangan yang memiliki tenaga kerja.

b. Pedagang dipasar grosir (agen) dan pedagang pengumpul lainnya.

c. Pengrajin industri dan makanan dan minuman, kayu dan rotan, industri alat-

alat rumah tangga, industri pakaian jadi dan industri kerajinan tangan.

d. Peternakan ayam, itik, dan perikanan.

e. Koperasi berskala kecil.

Adapun Kriteria Usaha Mikro menerut Undang-Undang No. 20 tahun

2008 pasal 6 yaitu sebagai berikut:

1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta

rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp.300.000.000,00 (tiga ratus

juta rupiah).

Adapun Ciri-ciri Usaha Mikro adalah:

1. Jenis barang atau komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu dapat

berganti.

2. Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah tempat.

3. Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun dan tidak

memishkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha/

4. Sumber daya manusianya (pengusahanya) belum memiliki jiwa wira usaha

yang memadai.

Universitas Sumatera Utara


5. Tingkat pendidikan rata-rata relatif rendah.

6. Umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian dari mereka sudh

akses kelembaga keuangan non bank.

7. Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya

termasuk NPW.

Contoh Usaha Mikro antara lain:

a. Usaha tani pemilik dan penggarap perorangan, peternak, nelayan, dan

pembudidaya.

b. Industri minuman dan makanan, industri pengolahan kayu dan rotan,

industri pandai besi pembuat alat-alat

c. Usaha perdagangan seperti kaki lima serta pedagang dipasar

d. Peternakan yam, itik dan perikanan.

e. Usaha jasa seperti perbengkelan, salon kecantikan, objek dan penjahit.

2.3.4. Peran Usaha Mikro dalam Perekonomian

Dalam pembangunan ekonomi di Indonesia UMK selalu di gambarkan

sebagai sektor yang mempunyai perenan yang penting, karena sebagian besar

jumlah penduduknya berpendidikan rendah dan hidup dalam kegiatan usaha kecil

baik disektor tradisional maupun modren. UMK memiliki peran yang cukup

penting dalam perekonomian (Kuncoro, 2010 : 187-188), yaitu:

1. UMK banyak menyerap tenaga kerja dan dominan dalam jumlah unit usaha.

Dengan banyaknya penyerapan tenaga kerja, sehingga insentif dalam

menggunakan sumber daya alam lokal. Akhirnya menimbulkan dampak

Universitas Sumatera Utara


positif seperti pengurangan jumlah kemiskinan, pemerataan dalam distribusi

pendapatan dan pembangunan ekonomi di pedesaan.

2. UMK berkontribusi terhadap penerimaan eksport, walaupun jurnalnya masih

jauh dari usaha besar.

3. Adanya urgensi untuk struktur ekonomi yang berbentuk piramida, yang

menunjukkan adanya ketimpangan yang lebar antara pemain kecil dan besar

dalam ekonomika Indonesia.

Peranan usaha kecil tersebut menjadi bagian yang diutamakan dalam

setiap perencanan tahapan pembangunan yang dikelola oleh dua departemen.

Departemen Perindustrian dan Perdagangan dan UKM.

2.3.5. Kelemahan dan UMK di Indonesia

Dalam proses perkembangan UMK (Usaha Mikro Kecil) di Indonesia,

terdapat beberapa kelemahan yang membuat daya saing UMK menjadi kurang

progresif, yaitu disebabkan hal-hal (Hubeis, 2009 : 2).

1. SDM lemah dalam kewirausahaan dan manajerial.

2. Keterbatasan keuangan.

3. Ketidak mampuan aspek pasar.

4. Keterbatasan pengetahuan produksi dan teknologi, prasarana dan sarana.

5. Ketidak mampuan menguasai imformasi

6. Tidak didukung kebijakan dan regulasi memadai, serta perlakuan pelaku usaha

besar (usaha besar).

Universitas Sumatera Utara


7. Tidak terorganisasi dalam jaringan dan kerja sama.

8. Sering tidak memenuhi standar.

9. Belum memenuhi kelengkapan aspek legalitas.

2.3.6. Strategi Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil

Dalam era desantralisasi dan globalisasi sekarang, setiap masyarakat

didaerah menghadapi tantangan yang berbeda dari lingkungan eksternal. Dalam

kaitan ini, pemecahan masalah tidak dapat dilakukan dengan kebijakan sama

yang berlaku umum dari tingkat pusat. Kebijakan dan strategi yang

dikembangkan haruslah sesuai dengan spesifikasi atau kondisi yang dibutuhkan

oleh daerah yang bersangkutan.

Untuk itu perlu diperhatikan bahwa peran UMK strategis untuk

menciptakan tenaga kerja, kesejahteraan dan peningkatan standar hidup

masyarakat setempat. Pertumbuhan UMK tergantung dari kondisi lingkungan

bisnis yang dibuat sebagai usaha bersama antara UMK, pemerintah dan

masyarakat setempat.

Strategi pemberdayaan UMK yang telah diupayakan selama ini dapat

diklasifikasikan dalam (Kuncoro, 2010 : 197) :

1. Aspek manajerial, yang meliputi : peningkatan produktivitas/omset/tingkat

utilisasi/tingkat hunian, meningkatkan kemampuan pemasaran dan

pengembangan sumber daya manusia.

2. Aspek permodalan, yang meliputi : bantuan modal (penyisihan 1-5%

keuntungan BUMN dan kewajiban untuk menyalurkan kredit bagi usaha kecil

minimum 20% ari portofolio kredit bank) dan kemudahan kredit.

Universitas Sumatera Utara


3. Mengembangkan kredit kemitraan dengan uasaha besar baik lewat sistem

Bapak angkat, PIR, keterkaitan hulu-hilir (forwad lingkage), keterkaitan hilir-

hulu (backwarg linkage), modal ventura ataupun sub kontrak.

4. Pembinaan untuk bidang usaha dan daerah tertentu lewat KUB (Kelompok

Usaha Bersama), KONPINKRA (Koperasi Industri Kecil dan Kemajuan).

Lembaga keunangan mempunyai fungsi sabagai lembaga perantara atau

“intermediasi” dalam aktivitas susaatu prekonomian. Jika fungsi ini berjalan baik

maka lembaga keuangan tersebut dapat menghasilkan nilai tambah. Aktivitas

ekonomi disini tidak membedakan antara usaha yang dilaksanakan tersebut besar

atau kecil, karena yang membedakan hamya besarnya nilai tambah berdasarkan

skala usaha. Hal ini berarti bahwa usaha kecilpun jika memanfaatkan lembaga

keuangan juga akan memberikan kenaikan nilai tambah, sehingga upaya

pendapatan masyarakat salah satunya dapat dilakukan dengan cara yang produktif

dengan memanfaatkan jasa intermediasi lembaga keuangan termasuk usaha

produktif yang dilakukan UMK.

2.3.7. Kondisi Lembaga Keuangan Mikro di Indonesia

Keberadaan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) tidak terlepas dari

keuangan Usaha Mikro Kecil (UMK). Peranan UMK terutama semenjak krisis

moneter tahun 1998 dapat dipandang sebagai penyelamat dalam proses pemulihan

ekonomi nasional baik dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi maupun

penyerapan tenaga kerja.

Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang ada saat ini sangat bervariasi,

baik ditinjau dari sisi kelembagaan, tujuan pendirian, budaya masyarakat,

Universitas Sumatera Utara


kebijakan pemerintah maupun sasaran lainnya. Secara umum LKM di Indonesia

dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) jenis yaitu yang bersifat formal dan

informal. LKM formal dalam bentuk Bank terdiri dari BKD, Bank Perkeriditan

Rakyat (BPR) dan BRI Unit, sementara LKM non Bank mencakup Lembaga

Dana Kredit Pedesaan (LDKP) dan Koperasi (KSP & KUD). Adapun LKM

informal terdiri dari berbagai Kelompok dan Lembaga Swadaya Masyarakat

(KSM & LSM), Baitul Maal Wat Tanwil (BMT), Lembaga Produktif

Masyarakat Mandiri (LEPM), Unit Ekonomi Desa- Simpan pinjam (UED-SP),

dan bentuk kelompok lainnya (Thohari, 2002 : 4).

Dengan mendasarkan fakta bahwa sebagian besar ekonomi rakyat adalah

Usaha Skala Mikro dan Kecil (UMK) maka sistem pembiayaan mikro yang

digerakkan oleh LKM merupakan kebutuhan dan pilihan pembiayaan bagi pelaku

ekonomi rakyat. Belajar dari pengalaman dan ketangguhan sistem pembiayaan

mikro, maka dapat diidentifikasi beberapa nilai kunci. Pertama, sistem

pembiayaan tumbuh diatas nilai kemandirian. Kedua, sistem keuangan mikro

menempatkan aspek sosial-kultural sebagai pilarnya, disamping juga

pertimbangan komersial. Ketiga, dilihat dari segi proses penumbuhan, sering

sistem pembiayaan mikro pada mula sebagai instrumen pembangunan pedesaan

atau wilayah (http:/bachtiar-bachtiarfadhli.blogsport.com/).

Maka dapat dikatakan dalam perkembangannya LKM informal lebih

mengenal dikalangan pelaku UMK karena sifatnya yang lebih fleksibel, misalnya

dalam hal persyaratan dan jumlah pinjaman yang tidak seketat persyaratan

perbankan maupun keluwasan dalam pencarian kredit. Hal ini merupakan salah

Universitas Sumatera Utara


satu indikator bahwa keberadaan lembaga-lembaga keuangan informal ini yang

kemudian disebut lembaga keuangan mikro.

Lembaga keuangan mikro baik informal, semi formal, maupun informal

adalah lembaga keuangan yang melakukan kegiatan jasa keuangan untuk

pengusaha mikro dan masyarakat berpenghasilan rendah (Krisnamurthi, 2002).

Lebaga keuangan mikro mempunyai karakter khusus yang sesuai dengan

konstitusinya (Chotim dan Handayani : 2001), seperti) :

1. Terdiri dari berbagai bentuk pelayanan keuangan, terutama simpanan dan

pinjaman.

2. Diarahkan untuk melayani masyarakat berpenghasilan rendah.

3. Menggunakan sistem serta prosedur yang sederhana.

Secara garis besar LKM dapat dikelompokkan ke dalam LKM bank dan

non bank, berikut ini:

1. Bank:

• BRI Unit, berupa kantor-kantor cabang pembantu BRI

• BPR, berupa bank-bank mikro yang tunduk pada Undang-Undang

Perbankan serta Peraturan Perbankan oleh BI.

Universitas Sumatera Utara


2. Non bank:

• keluarga LKM nonbank yang besar (LDP di Bali, BKK di Jawa Tengah,

BKD di Jawa dan Madura, BMT dan BK3D)

• keluarga LKM nonbank yang keil,dengan simpanan atau aktiva yang

berjumlah kecil (MBT,KSP)

• berbagai program keuangan mikro, NGO, dan asosiasi tidak resmi, KSM,

dan lain-lain.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai