Anda di halaman 1dari 6

Tugas 2 Manajemen Perbankan

Mutmainna (45222215)
Nurul Fadilah (45222220)

Penggunaan Dana Bank Syariah


Sebelumnya telah dibahas terkait pengertia bank syariah, namun saya ingin
bahas kembali terkait pengertian bank syariah menurut pandangan kelompok kami

Bank syariah adalah lembaga keuangan syariah yang melaksanakan fungsi


menghubungkan antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit) dan pihak yang
membutuhkan dana (deficit unit) dengan aktivitas menghimpun dana dan menyalurkan
dana untuk menjaga kepercayaan nasabah dan masyarakat secara luas maka bank
syariah perlu mengatur dana yang dimilikinya. Pentingnya manajemen dana pada bank
syariah diantarnya yaitu untuk mendapatkan profit yang optimal, penyediaan kas yang
memadai, sebagai penyimpanan cadangan dan untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan
masyarakat.
Prof. Dr. M. Iqbal Wibisono menyebutkan bahwa penggunaan dana pada bank
syariah harus didasarkan pada prinsip keadilan dan etika. Bank syariah harus mengelola
dana dengan baik dan menghindari investasi dalam sektor-sektor yang dianggap haram
atau tidak sesuai dengan prinsip syariah.
Namun, secara umum, penggunaan dana pada bank syariah mencakup beberapa
aspek yang khas. Berikut adalah gambaran umum tentang penggunaan dana pada bank
syariah:
1. Pembiayaan bagi hasil (Profit-sharing Financing): Bank syariah menggunakan dana
yang diterima dari nasabah untuk memberikan pembiayaan bagi hasil. Dalam skema
ini, bank dan nasabah berbagi keuntungan dan risiko dari usaha yang didanai. Bank
tidak membebankan bunga tetapi berbagi keuntungan dengan nasabah berdasarkan
kesepakatan yang telah ditetapkan.
2. Pembiayaan Modal Kerja (Working Capital Financing): Bank syariah dapat
memberikan pembiayaan modal kerja kepada perusahaan atau pengusaha. Dana yang
diberikan digunakan untuk memenuhi kebutuhan operasional sehari-hari, seperti
pembelian inventaris, pembayaran gaji, atau pembiayaan piutang. Nasabah akan
membayar kembali pembiayaan tersebut dengan skema bagi hasil (profit-sharing)
atau skema lain yang sesuai dengan prinsip syariah.
3. Pembiayaan Investasi (Investment Financing): Bank syariah juga dapat memberikan
pembiayaan untuk investasi jangka panjang, seperti pembangunan properti atau
pembelian aset produktif lainnya. Pembiayaan investasi ini dapat dilakukan dalam
bentuk pembiayaan murabahah (penjualan dengan markup harga), ijara (sewa dengan
kepemilikan aset), atau musharakah (kemitraan).
4. Investasi dalam Instrumen Keuangan Syariah: Bank syariah juga menggunakan dana
yang diterima dari nasabah untuk melakukan investasi dalam instrumen keuangan
syariah seperti sukuk (obligasi syariah), saham syariah, dan reksa dana syariah.
Investasi ini dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip syariah dan dapat
menghasilkan keuntungan yang dibagi dengan nasabah.
5. Pengelolaan Likuiditas: Bank syariah juga menggunakan dana yang diterima untuk
mengelola likuiditas. Mereka dapat menggunakan dana ini untuk memenuhi
kebutuhan kas sehari-hari, meminjamkan kepada bank-bank lain, atau melakukan
investasi jangka pendek yang sesuai dengan prinsip syariah.
Penggunaan dana pada bank syariah dapat bervariasi tergantung pada jenis produk
dan layanan yang disediakan oleh bank tersebut. Prinsip-prinsip syariah yang mendasari
bank syariah mempengaruhi pendekatan dalam penggunaan dana dan menghindari
kegiatan yang dianggap tidak sesuai dengan prinsip-prinsip tersebut, seperti bunga atau
riba.
Setelah dana pihak (DPK) telah dikumpulkan oleh bank, maka sesuai dengan
fungsi intermediary-nya maka bank berkewajiban menyalurkan dana tersebut untuk
pembiayaan. Dalam hal ini, bank harus mempersiapkan strategi penggunaan dana-dana
yang dihimpunnya sesuai dengan rencana alokasi berdasarkan kebijakan yang telah
digariskan. Alokasi dana ini mempunyai beberapa tujuan yaitu :
1. Mencapai tingkat profitabilitas yang cukup dan tingkar risiko yang rendah.
2. Mempertahankan kepercayaan masyarakat dengan menjaga agar posisi likuiditas tetap
aman.
Adrianto dan Firmansyah (2019: 189) menjelaskan secara umum alokasi
penggunaan dana pada bank syariah dibagi menjadi dua bagian penting dari aktiva bank,
diantaranya :
1. Aktiva yang menghasilkan (Earning Assets)
Aktiva yang menghasilkan yaitu aktiva yang disalurkan dalam bentuk investasi yang
terdiri atas :
a) Pembiayaan dengan akad jual beli
b) Pembiayaan dengan akad bagi hasil (Mudharabah)
c) Pembiayaan dengan akad sewa beli (Ijarah dan Ijarah Muntahiya Bit Tamlik).
d) Investasi lain, dan surat-surat berharga syariah
e) Pembiayaan dengan akad penyertaan (Musyarakah)
2. Aktiva yang tidak menghasilkan (Non Earning Assets)
Aktiva Non Earning Assets terdiri dari :
a) Cash Assets Kas bertindak sebagai cadangan kas untuk menyelesaikan kewajiban
bank jangka pendek pada tanggal jatuh tempo.
b) Pinjaman (qardh) adalah pembiayaan untuk melaksanakan tanggung jawab sosial
sesuai aturan syariah Islam. Aplikasi akad qard dalam bank syariah digunakan
untuk pinjaman kebajikan dimana bank syariah tidak memperoleh pendapatan
karena bank syariah tidak boleh meminta imbalan apapun dari nasabah yang
menerima pinjaman dengan akad qard.
Berikut adalah beberapa contoh pengguna yang menggunakan dana bank
syariah:
1. Individu yang membuka rekening tabungan syariah: Seorang individu dapat
menjadi pengguna dana bank syariah dengan membuka rekening tabungan
syariah. Mereka menempatkan dana mereka dalam rekening tersebut dan
menerima keuntungan berdasarkan prinsip bagi hasil (profit-sharing) yang
ditentukan oleh bank.
2. Pengusaha yang memperoleh pembiayaan syariah: Seorang pengusaha dapat
mengajukan pembiayaan syariah dari bank syariah untuk mendapatkan modal
usaha. Pembiayaan ini biasanya disalurkan dalam bentuk pembiayaan modal kerja
atau pembiayaan investasi, dan pengusaha akan membayar kembali dengan skema
bagi hasil (profit-sharing) sesuai dengan perjanjian yang dibuat.
3. Nasabah yang menggunakan pembiayaan kendaraan syariah: Seseorang yang
ingin membeli kendaraan dapat menggunakan pembiayaan kendaraan syariah
yang ditawarkan oleh bank syariah. Bank akan membeli kendaraan tersebut dan
menyewakannya kepada nasabah dengan skema bagi hasil (profit-sharing).
Nasabah akan membayar sewa kendaraan secara berkala hingga pembiayaan
terpenuhi.
4. Investor yang berinvestasi dalam reksa dana syariah: Seorang investor dapat
menjadi pengguna dana bank syariah dengan berinvestasi dalam reksa dana
syariah yang ditawarkan oleh bank syariah. Investor menempatkan dana mereka
dalam reksa dana yang diinvestasikan dalam instrumen keuangan yang sesuai
dengan prinsip syariah, dan keuntungan diperoleh berdasarkan hasil investasi
tersebut.
5. Pengusaha properti yang memperoleh pembiayaan properti syariah: Pengusaha
properti dapat menggunakan pembiayaan properti syariah dari bank syariah untuk
membangun atau membeli properti. Bank syariah akan membeli properti tersebut
dan menyewakannya kepada pengusaha dengan skema bagi hasil (profit-sharing)
atau pembiayaan bersama.
6. Nasabah yang memanfaatkan jasa perbankan syariah lainnya: Selain produk
pembiayaan dan investasi, pengguna dana bank syariah juga dapat memanfaatkan
jasa perbankan lainnya seperti layanan remittance syariah (transfer uang), jasa
pembayaran, atau layanan perbankan elektronik yang sesuai dengan prinsip
syariah.
Penjelasan diatas hanya beberapa contoh pengguna dana bank syariah, dan masih
ada banyak produk dan layanan lain yang dapat dimanfaatkan oleh individu, pengusaha,
dan entitas lainnya yang ingin menggunakan bank syariah.
Referensi
Mulyami, Sri & Siti Jamilah, (2022) Impelentasi Manajemen Dana pada Bank Syariah.
Diakses 25 Juni 2023 dari
https://ejournal.iaiskjmalang.ac.id/index.php/nisbah/article/download/387/262

Andrianto dan Anang Firmansyah. 2019. Manajemen Bank Syariah (Implementasi


Teori dan Praktik. Jakarta : CV. Qiara Media

Anda mungkin juga menyukai