Sebelumnya telah dibahas terkait pengertia bank syariah, namun saya ingin bahas kembali terkait pengertian bank syariah menurut pandangan kelompok kami
Bank syariah adalah lembaga keuangan syariah yang melaksanakan fungsi
menghubungkan antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit) dan pihak yang membutuhkan dana (deficit unit) dengan aktivitas menghimpun dana dan menyalurkan dana untuk menjaga kepercayaan nasabah dan masyarakat secara luas maka bank syariah perlu mengatur dana yang dimilikinya. Pentingnya manajemen dana pada bank syariah diantarnya yaitu untuk mendapatkan profit yang optimal, penyediaan kas yang memadai, sebagai penyimpanan cadangan dan untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan masyarakat. Prof. Dr. M. Iqbal Wibisono menyebutkan bahwa penggunaan dana pada bank syariah harus didasarkan pada prinsip keadilan dan etika. Bank syariah harus mengelola dana dengan baik dan menghindari investasi dalam sektor-sektor yang dianggap haram atau tidak sesuai dengan prinsip syariah. Namun, secara umum, penggunaan dana pada bank syariah mencakup beberapa aspek yang khas. Berikut adalah gambaran umum tentang penggunaan dana pada bank syariah: 1. Pembiayaan bagi hasil (Profit-sharing Financing): Bank syariah menggunakan dana yang diterima dari nasabah untuk memberikan pembiayaan bagi hasil. Dalam skema ini, bank dan nasabah berbagi keuntungan dan risiko dari usaha yang didanai. Bank tidak membebankan bunga tetapi berbagi keuntungan dengan nasabah berdasarkan kesepakatan yang telah ditetapkan. 2. Pembiayaan Modal Kerja (Working Capital Financing): Bank syariah dapat memberikan pembiayaan modal kerja kepada perusahaan atau pengusaha. Dana yang diberikan digunakan untuk memenuhi kebutuhan operasional sehari-hari, seperti pembelian inventaris, pembayaran gaji, atau pembiayaan piutang. Nasabah akan membayar kembali pembiayaan tersebut dengan skema bagi hasil (profit-sharing) atau skema lain yang sesuai dengan prinsip syariah. 3. Pembiayaan Investasi (Investment Financing): Bank syariah juga dapat memberikan pembiayaan untuk investasi jangka panjang, seperti pembangunan properti atau pembelian aset produktif lainnya. Pembiayaan investasi ini dapat dilakukan dalam bentuk pembiayaan murabahah (penjualan dengan markup harga), ijara (sewa dengan kepemilikan aset), atau musharakah (kemitraan). 4. Investasi dalam Instrumen Keuangan Syariah: Bank syariah juga menggunakan dana yang diterima dari nasabah untuk melakukan investasi dalam instrumen keuangan syariah seperti sukuk (obligasi syariah), saham syariah, dan reksa dana syariah. Investasi ini dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip syariah dan dapat menghasilkan keuntungan yang dibagi dengan nasabah. 5. Pengelolaan Likuiditas: Bank syariah juga menggunakan dana yang diterima untuk mengelola likuiditas. Mereka dapat menggunakan dana ini untuk memenuhi kebutuhan kas sehari-hari, meminjamkan kepada bank-bank lain, atau melakukan investasi jangka pendek yang sesuai dengan prinsip syariah. Penggunaan dana pada bank syariah dapat bervariasi tergantung pada jenis produk dan layanan yang disediakan oleh bank tersebut. Prinsip-prinsip syariah yang mendasari bank syariah mempengaruhi pendekatan dalam penggunaan dana dan menghindari kegiatan yang dianggap tidak sesuai dengan prinsip-prinsip tersebut, seperti bunga atau riba. Setelah dana pihak (DPK) telah dikumpulkan oleh bank, maka sesuai dengan fungsi intermediary-nya maka bank berkewajiban menyalurkan dana tersebut untuk pembiayaan. Dalam hal ini, bank harus mempersiapkan strategi penggunaan dana-dana yang dihimpunnya sesuai dengan rencana alokasi berdasarkan kebijakan yang telah digariskan. Alokasi dana ini mempunyai beberapa tujuan yaitu : 1. Mencapai tingkat profitabilitas yang cukup dan tingkar risiko yang rendah. 2. Mempertahankan kepercayaan masyarakat dengan menjaga agar posisi likuiditas tetap aman. Adrianto dan Firmansyah (2019: 189) menjelaskan secara umum alokasi penggunaan dana pada bank syariah dibagi menjadi dua bagian penting dari aktiva bank, diantaranya : 1. Aktiva yang menghasilkan (Earning Assets) Aktiva yang menghasilkan yaitu aktiva yang disalurkan dalam bentuk investasi yang terdiri atas : a) Pembiayaan dengan akad jual beli b) Pembiayaan dengan akad bagi hasil (Mudharabah) c) Pembiayaan dengan akad sewa beli (Ijarah dan Ijarah Muntahiya Bit Tamlik). d) Investasi lain, dan surat-surat berharga syariah e) Pembiayaan dengan akad penyertaan (Musyarakah) 2. Aktiva yang tidak menghasilkan (Non Earning Assets) Aktiva Non Earning Assets terdiri dari : a) Cash Assets Kas bertindak sebagai cadangan kas untuk menyelesaikan kewajiban bank jangka pendek pada tanggal jatuh tempo. b) Pinjaman (qardh) adalah pembiayaan untuk melaksanakan tanggung jawab sosial sesuai aturan syariah Islam. Aplikasi akad qard dalam bank syariah digunakan untuk pinjaman kebajikan dimana bank syariah tidak memperoleh pendapatan karena bank syariah tidak boleh meminta imbalan apapun dari nasabah yang menerima pinjaman dengan akad qard. Berikut adalah beberapa contoh pengguna yang menggunakan dana bank syariah: 1. Individu yang membuka rekening tabungan syariah: Seorang individu dapat menjadi pengguna dana bank syariah dengan membuka rekening tabungan syariah. Mereka menempatkan dana mereka dalam rekening tersebut dan menerima keuntungan berdasarkan prinsip bagi hasil (profit-sharing) yang ditentukan oleh bank. 2. Pengusaha yang memperoleh pembiayaan syariah: Seorang pengusaha dapat mengajukan pembiayaan syariah dari bank syariah untuk mendapatkan modal usaha. Pembiayaan ini biasanya disalurkan dalam bentuk pembiayaan modal kerja atau pembiayaan investasi, dan pengusaha akan membayar kembali dengan skema bagi hasil (profit-sharing) sesuai dengan perjanjian yang dibuat. 3. Nasabah yang menggunakan pembiayaan kendaraan syariah: Seseorang yang ingin membeli kendaraan dapat menggunakan pembiayaan kendaraan syariah yang ditawarkan oleh bank syariah. Bank akan membeli kendaraan tersebut dan menyewakannya kepada nasabah dengan skema bagi hasil (profit-sharing). Nasabah akan membayar sewa kendaraan secara berkala hingga pembiayaan terpenuhi. 4. Investor yang berinvestasi dalam reksa dana syariah: Seorang investor dapat menjadi pengguna dana bank syariah dengan berinvestasi dalam reksa dana syariah yang ditawarkan oleh bank syariah. Investor menempatkan dana mereka dalam reksa dana yang diinvestasikan dalam instrumen keuangan yang sesuai dengan prinsip syariah, dan keuntungan diperoleh berdasarkan hasil investasi tersebut. 5. Pengusaha properti yang memperoleh pembiayaan properti syariah: Pengusaha properti dapat menggunakan pembiayaan properti syariah dari bank syariah untuk membangun atau membeli properti. Bank syariah akan membeli properti tersebut dan menyewakannya kepada pengusaha dengan skema bagi hasil (profit-sharing) atau pembiayaan bersama. 6. Nasabah yang memanfaatkan jasa perbankan syariah lainnya: Selain produk pembiayaan dan investasi, pengguna dana bank syariah juga dapat memanfaatkan jasa perbankan lainnya seperti layanan remittance syariah (transfer uang), jasa pembayaran, atau layanan perbankan elektronik yang sesuai dengan prinsip syariah. Penjelasan diatas hanya beberapa contoh pengguna dana bank syariah, dan masih ada banyak produk dan layanan lain yang dapat dimanfaatkan oleh individu, pengusaha, dan entitas lainnya yang ingin menggunakan bank syariah. Referensi Mulyami, Sri & Siti Jamilah, (2022) Impelentasi Manajemen Dana pada Bank Syariah. Diakses 25 Juni 2023 dari https://ejournal.iaiskjmalang.ac.id/index.php/nisbah/article/download/387/262
Andrianto dan Anang Firmansyah. 2019. Manajemen Bank Syariah (Implementasi
Pendekatan sederhana untuk investasi ekuitas: Panduan pengantar investasi ekuitas untuk memahami apa itu investasi ekuitas, bagaimana cara kerjanya, dan apa strategi utamanya