Anda di halaman 1dari 10

A.

Definisi Manajemen Dana Bank Syariah


Manajemen di dalam suatu badan usaha, baik industry, niaga dan jasa, tidak
terkecuali jasa perbankan, didorong oleh motif mendapatkan keuntungan (profit ).
Untuk mendapat keuntungan yang besar, manajemen haruslah diselenggarakan
dengan efisien. Sikap ini harus dimiliki oleh setiap pengusaha dan manajer
dimanapun mereka berada, baik dalam organisasi bisnis, pelayanan public,
maupun organisasi kemasyarakatan. Perbedaannya hanyalah pada falsafah hidup
yang dianut oleh masing-masing pendiri atau manajer badan usaha tersebut.
Manajemen dana bank syariah adalah upaya yang dilakukan oleh lembaga
bank syariah dalam mengelola atau mengatur posisi dana yang diterima dari
aktifitas funding untuk disalurkan kepada aktifitas financing, dengan harapan
bank yang bersangkutan tetap mampu memenuhi kriteria likuiditas, rentabilitas
dan solvabilitas. Bank syariah didirikan dengan tujuan untuk mempromosikan dan
mengembangkan penerapan prinsip-prinsip islam, syariah dan tradisinya dalam
transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis lain terkait. Sebagaimana halnya
dengan bank konvensional,bank syariah juga mempunyai peran sebagai lembaga
perantara (intermediary) antara satuan kelompok masyarakat atau unitunit
ekonomi yang mengalami kelebihan dana (surplus unit) dengan unit-unit lain
yang mengalami kekurangan dana (deficit unit). Melalui bank kelebihan dana-
dana tersebut dapat disalurkan kepada pihak-pihak yang memerlukan dan
memberikan manfaat kepada kedua belah pihak.
Bank berbasis bunga melaksanakan peran tersebut melalui kegiatannya
sebagai peminjam dan pemberi pinjaman. Para pemilik dana tertarik untuk
menyimpan dana di bank berdasarkan tingkat bunga yang dijanjikan.Demikian
pula bank memberikan pinjaman kepada pihak-pihak yang memerlukan dana.
B. Tujuan dan Pengelolaan Manajemen Dana Bank Syariah
Sebagaimana hal nya dengan bank konvensional, Bank Syariah juga
mempunyai peran sebagai lembaga perantara (intermediary) antara satuan-satuan
kelompok masyarakat atau unit-unit ekonomi yang mengalami kelebihan dana
atau surplus unit dengan unit-unit lainyang mengalami kekurangan dana difisit
unit. Melalui bank kelebihan dana-dana tersebut dapat disalurkan kepada pihak-
pihak yang memerlukan dan memberikan manfaat kepada kedua belah pihak.
Upaya pencapaian keuntungan yang setinggi-tingginya (profit maximation)
adalah tujuan yang biasa di canangkan oleh bank komersial, berbeda dengan
tujuan ini, Bank Islam berdiri untuk menggalakkan, memelihara, serta
mengembangkan jasa serta produk perbankan yang berazaskan syari’at Islam.
Demikian juga dalam pengelolaan dana, diperlukan manajemen dana dengan
tujuan yang sesuai dengan ajaran syariat Islam. Secara umum dapat digambarkan
bahwa tujuan manajemen dana adalah:
1. Memperoleh profit yang optimal
2. Menyediakan aktiva cair dan kas yang memadai
3. Menyimpan cadangan
4. Mengelola kegiatan-kegiatan lembaga ekonomi dengan kebijakan yang pantas
bagi seseorang yang bertindak sebagai pemelihara dana-dana orang lain.
5. Memenuhi kebutuhan masyarakat akan pembiayaan
Bank syari’ah dirancang untuk melakukan fungsi pelayanan sebagai lembaga
keuangan bagi para nasabah dan masyarakat. Untuk itu, bank syari’ah harus
mengelola dana yang dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Kekayaan bank syari’ah dalam bentuk:
a. Kekayaan yang menghasilkan (Aktiva Produktif) yaitu pembiayaan untuk
debitur serta penempatan dana dibank atau investasi lain yang
menghasilkan pendapatan.
b. Kekayaan yang tidak menghasilkan yaitu kas dan investasi (harta tetap).
2. Modal bank syari’ah berasal dari:
a. Modal sendiri yaitu simpanan pendiri (modal), cadangan dan hibah,
infaq/shadaqah.
b. Simpanan/hutang dari pihak lain.
3. Pendapatan usaha keuangan bank syari’ah berupa bagi hasil atau mark up dari
pembiayaan yang diberikan dan biaya administrasi serta jasa tabungan bank
syari’ah di bank.
4. Biaya yang harus dipikul oleh bank syari’ah yaitu biaya operasi, biaya gaji,
manajemen, kantor dan bagi hasil simpanan nasabah penabung.
C. Sumber-Sumber Dana Bank Syariah
Dana adalah uang tunai yang dimiliki atau dikuasai oleh bank dalam bentuk
tunai, atau aktiva lain yang dapat segera diubah menjadi uang tunai. Uang tunai
yang dimiliki atau dikuasai oleh bank tidak hanya berasal dari para pemilik bank
itu sendiri, tetapi juga berasal dari titipan atau penyertaan dana orang lain atau
pihak lain yang sewaktu-waktu atau pada suatu saat tertentu akan ditarik kembali,
baik sekaligus ataupun secara berangsur-angsur.
Dalam pandangan syariah, uang bukanlah suatu komoditi melainkan hanya
sebagai alat untuk mencapai pertambahan nilai ekonomis (economic value
added). Hal ini bertentangan dengan perbankan berbasis bunga dimana “ uang
mengembangbiakkan uang”, tidak peduli apakah uang itu dipakai dalam kegiatan
produktif atau tidak. Untuk menghasilkan keuntungan, uang harus dikaitkan
dengan kegiatan ekonomi dasar (primary economic actitivities), baik secara
langsung melalui transaksi seperti perdagangan, industry manufaktur, sewa –
menyewa dan lain-lain, atau secara tidak langsung melalui penyertaan modal guna
melakukan salah satu atau seluruh kegiatan usaha tersebut.
Berdasarkan prinsip tersebut bank syariah dapat menarik dana pihak ketiga
atau masyarakat dalam bentuk : (Zainul Arifin, 2002: 53)
1) Titipan (Wadiah) simpanan yang dijamin keamanan dan pengembaliannya
(guaranted deposit) tetapi tanpa memperoleh imbalan atau keuntungan.
2) Partisipasi modal berbagi hasil dan berbagi risiko (non guaranted account)
untuk investasi umum (general investment account/mudharabah mutlaqah)
dimana bank akan membayar bagian keuntungan secara proporsional dengan
portofolio yang didanai dengan modal tersebut.
3) Investasi khusus (special investment account / mudharabah muqayyadah)
dimana bank bertindak sebagai manajer investasi untuk memperoleh fee. Jadi
bank tidak ikut berinvestasi sedangkan investor sepenuhnya mengambil risiko
atas investasi tersebut.
Dengan demikian sumber dana bank syariah terdiri dari :
1) Modal inti (core capital)
Modal inti adalah dana modal sendiri, yaitu dana yang berasal dari
para pemegang saham, yakni pemilik bank. Pada umumnya dana modal inti
terdiri dari :
 Modal yang disetor oleh para pemegang saham, sumber utama dari modal
perusahaan adalah saham. Sumber dana ini hanya akan timbul apabila
pemilik menyertakan dananya pada bank melalui pembelian saham, dan
untuk penambahan dana berikutnya dapat dilakukan oleh bank dengan
mengeluarkan dan menjual tambahan saham.
 Cadangan, yaitu sebagian laba bank yang tidak dibagi, yang berfungsi
untuk menutup timbulnya risiko kerugian di kemudian hari.
 Laba ditahan, yaitu sebagian laba yang seharusnya dibagikan kepada para
pemegang saham, tetapi oleh para pemegang saham sendiri (melalui rapat
umum pemegang saham) diputuskan untuk ditanam kembali dalam bank.
2) Kuasi ekuitas (mudharabah account)
Bank menghimpun dana bagi hasil atas prinsip mudharabah, yaitu
akad kerjasama antara pemilik dana (shahibul maal) dengan pengusaha
(mudharib) untuk melakukan usaha bersama, dan pemilik dana tidak boleh
mencampuri pengolahan bisnisnya sehari-hari. Keuntungan yang diperoleh
dibagi antara keduanya dengan perbandingan (nisbah) yang telah disepakati
sebelumnya. Berdasarkan prinsip ini bank sebagai mudharib, bank
menyediakan jasa bagi para investor berupa ( Zainul Arifin , 2002 : 55) :
 Rekening Investasi umum, dimana bank menerima simpanan dari nasabah
yang mencari kesempatan investasi atas dana mereka dalam bentuk
berdasarkan prinsip mudharabah mutlaqah, simpanan diperjanjikan untuk
jangka waktu tertentu.
 Rekening Investasi khusus, dimana bank bertindak sebagai manajer
investasi bagi nasabah institusi (pemerintah atau lembaga keuangan lain)
atau nasabah korporasi untuk menginvestasikan dana mereka pada unit-
unit usaha proyek –proyek tertentu yang mereka setujui atau kehendaki.
 Rekening tabungan mudharabah, prinsip mudharabah juga digunakan
untuk jasa pengolahan rekening tabungan. Salah satu syarat mudharabah
adalah dananya harus dalam bentuk uang (monetary form), dalam jumlah
tertentu dan diserahkan kepada mudharib. Oleh karena itu tabungan
mudharabah tidak dapat ditarik sewaktu-waktu sebagaimana tabungan
wadiah.
3) Titipan (wadiah) atau simpanan tanpa imbalan (non remunerated deposit).
Dana titipan (Wa’diah) adalah dana pihak ketiga yang dititipkan pada
bank, yang umumnya berupa giro atau tabungan. Pada umumnya motivasi
orang menitipkan dana kepada bank adalah untuk keamanan dana mereka dan
memperoleh keleluasaan untuk menarik kembali dananya sewaktu-waktu.
 Rekening giro wadi’ah, bank islam dapat memberikan jasa simpanan giro
dalam bentuk rekening wadi’ah. Dalam hal ini bank menggunakan prinsip
Wadiah yad dhamanah. Dengan prinsip ini bank sebagi custodian harus
menjamin pembayaran kembali nominal simpanan wadi’ah.
 Rekening tabungan wadi’ah, prinsip wadi’ah yad dhamanahini juga
dipergunakan oleh bank dalam mengelola jasa tabungan, yaitu simpanan
dari nasabah yang memerlukan jasa penitipan dana dengan tingkat
keleluasaan tertentu untuk menariknya kembali. Bank memperoleh izin
dari nasabah menggunakan dana tersebut selama mengendap di bank.
D. Penggunaan Dana Bank
Setelah dana bank ketiga telah dikumpulkan oleh bank, maka sesuai dengan
fungsinya sebagai intermediary, bank berkewajiban menyalurkan dana tersebut
untuk pembiayaan. Dalam hal ini, bank harus mempersiapkan strategi
penggunaan dana-dana yang dihimpunnya sesuai dengan rencana alokasi
berdasarkan kebijakan yang telah digariskan dengan tujuan untuk mencapai
tingkat profitabilitas yang cukup dengan tingkat rasio yang rendah dan untuk
mempertahankan kepercayaan masyarakat.
Alokasi penggunaan dana bank syariah pada dasarnya dapat dibagi dalam dua
bagian penting dari aktiva bank, yaitu; aktiva yang menghasilkan dan aktiva yang
tidak menghasilkan.Aktiva yang dapat menghasilkan adalah asset bank yang
digunakan untuk menghasilkan pendapatan. Asset ini disalurkan dalam bentuk
investasi yang terdiri atas:
a. Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mud ḍārabah)
b. Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan (mushārakah)
c. Pembiayaan berdasarkan prinsip jual beli (al-bai‘)
d. Pembiayaan berdasarkan prinsip sewa (ijārah dan ijārah wa iqtinā/ijārah
muntahiah bi tamlīk)
e. Surat-surat berharga syariah dan investasi lainnya.Sedangkan aktiva yang
tidak memberikan penghasilan adalah: aktiva dalam bentuk tunai, pinjaman
(qard), dan penanaman dana dalam aktiva tetap dan inventaris.Secara skematis
sumber dan penggunaan dana berdasarkan pendapatan pusat.
Pengumpulan Dana (pool of find approach) dapat digambarkan seperti pada
diagram dibawah ini :
E. Sumber Dan Alokasi Pendapatan Bank Syariah
Dana yang telah diperoleh akan dialokasikan untuk menghasilkan pendapatan.
Dari pendapatan tersebut, kemudian didistribusikan kepada para nasabah
penyimpan. Dalam hal ini perlu dipertimbangkan sumber-sumber pendapatan
yang diperoleh bank syariah.
Sumber Pendapatan Bank Syariah
Sesuai dengan akad-akad penyaluran pembiayaan di bank syariah, maka
hasil penyaluran dana tersebut dapat memberikan pendapatan bank. Hal ini
dikatakan sebagai sumber-sumber pendapatan bank syariah. Dengan demikian,
sumber pendapatan bank syariah dapat diperoleh dari :
1) Bagi hasil atas kontrak mudharabah dan kontrak musyarakah.
2) Keuntungan atas kontrak jual beli ( al-Bai’ ).
3) Hasil sewa atas kontrak ijarah dan ijarah wa iqtina.
4) Fee dan biaya administrasi atas jasa-jasa lainnya.
5) Pembagian Keuntungan ( Profit Distribution )
Pendapatan –pendapatan yang dihasilkan dari kontrak pembiayaan, setelah
dikurangi dengan biaya-biaya operasional, harus dibagi atau didistribusikan antara
bank dengan para penyandang dana, yaitu nasabah investasi, para penabung, dan
para pemegang saham sesuai dengan nisbah bagi hasil yang diperjanjikan.
Berdasarkan kesepakatan mengenai nisbah ( bagi hasil ) antara bank dengan para
nasabah tersebut, bank akan mengalokasikan penghasilannya dengan tahap-tahap
sebagai berikut (Zainul Arifin, 2002 : 64-65) :
1. Tahap pertama bank menetapkan jumlah relative masingmasing dana
simpanan yang berhak atas bagi hasil usaha bank menurut tipenya dengan cara
membagi setiap tipe dana-dana dengan seluruh jumlah dana-dana yang ada
pada bank dikalikan 100%.
2. Tahap kedua bank menetapkan jumlah pendapatan bagi hasil bagi masing-
masing tipe dengan cara mengalikan persentase dari masing-masing dana
simpanan dengan jumlah pendapatan bank.
3. Tahap ketiga bank menetapkan porsi bagi hasil untuk masing-masing tipe
dana simpanan sesuai dengan nisbah yang diperjanjikan.
4. Tahap keempat bank harus menghitung jumlah relative biaya operasional
terhadap volume dana, kemudian mendistribusikan beban tersebut sesuai
dengan porsi dana dari masing-masing tipe simpanan.
5. Tahap kelima bank mendistribusikan bagi hasil untuk setiap pemegang
rekening menurut tipe simpanannya sebanding dengan jumlah simpanannya.
F. Keuntungan Bersih Bank
Tingkat keuntungan bersih (net income) yang dihasilkan oleh bank
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang dapat dikendalikan (controllable factors) dan
faktor –faktor yang tidak dapat dikendalikan (uncontrable factors). Controlable
factors adalah faktor –faktor yang dapat dipengaruhi oleh manajemen seperti
pendapatan (tingkat bagi hasil, keuntungan atas transaksi jual beli, pendapatan fee
atas layanan yang diberikan) dan pengendalian biaya-biaya. Uncontrolable factors
adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja bank seperti kondisi
ekonomi secara umum dan situasi persaingan di lingkungan wilayah operasinya.
Ada dua rasio yang biasanya dipakai untuk mengukur kinerja bank yaitu
Return on Asset (ROA) dan Retun on Equity (ROE). ROA adalah perbandingan
antara pendapatan bersih (net income) dengan rata-rata aktiva (average assets).
ROE didefinisikan sebagai perbandingan antara pendapatan bersih (net income)
dengan rata-rata modal (average equity) atau investasi para pemilik bank.Dari
pandangan para pemilik , ROE adalah ukuran yang lebih penting karena
merefleksikan kepentingan kepemilikan mereka.
Keuntungan bagi para pemilik bank adalah merupakan hasil dari tingkat
keuntungan (profitability) dari aset dan tingkat leverage yang dipakai. Hubungan
antara ROA dan leverage dapat digambarkan sebagai berikut : ( Zainul Arifin,
2002 : 68 )
Return on Assets x Leverage multiplier = Return on Equity
Net income x Average assets = ROE
Average assets capital
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad, Windu Bhaskoro, & M. Hanafi, 2002, Modul Pelatihan Bank Syariah
yang diselenggarakan oleh STAIN Surakarta.
Sari, N. (2016). Manajemen Dana Bank Syariah. Jurnal Ilmu Syariah: Al-
Maslahah, 12(1), 45-61.
Zainul, Arifin,2002,Dasar-dasar Manajemen Dana Bank Syariah, Jakarta : Alfabeta.
Muhammad, 2011, Manajemen Bank Syariah, Edisi Revisi Kedua, Yogyakarta : UPP
STIM YKPN.
Firmansyah,M.Anang Dan Andrianto.2019.MANAJEMEN BAK SYARIAH :
Implementasi Teori dan Praktek,Pasuruan: Qiara Media.
Soenjoto, W. P. P. (2018). Analisa Manajemen Dana Bank Syariah Dalam Konsep
Pemasaran Konvensional. Jurnal Istiqro, 4(1), 1-17.

Anda mungkin juga menyukai