Anda di halaman 1dari 11

CAPITAL SEBAGAI TOLAK UKUR KINERJA PERBANKAN

Dosen Pengampu : Lalu Ahmad Ramdani, ME.

Oleh:

ILMIATIN (1705020)

LORA LIZA (170502058)

IRAYANTI (170502081)

MIA ULFA AL BAYANI (170502069)

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

MATARAM

2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT. berkat rahmat dan karunia-Nya yang tak terhingga di
limpahkan kepada kita semua, sehingga karena itu juga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah untuk mata kuliah analisis kinerja perbankan syariah yang berjudul “Capital Sebagai
Tolak Ukur Kinerja Perbankan”.

Tak lupa pula shalawat dan salam yang selalu membasahi bibir-bibir umat islam
tercurahkan kepada junjungan alam Nabi kita Khotimul Anbiyaa’ Nabi Muhammad SAW.
Karena berkat perjuangan beliaulah kita dapat merasakan manisnya Islam hingga saat sekarang
ini. Semoga kita semua mendapatkan syafaat dari beliau di yaumul akhir nanti.

Kami menyadari dan meminta maaf jika dalam makalah yang kami susun dengan
sedemikian rupa belum sempurna seperti yang ada dalam benak dan harapan para pembaca,
karena “tak ada gading  yang tak retak” kami hanya manusia biasa yang tidak luput dari salah
dan dosa, sebab kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Dan kami berharap makalah ini bisa
bermanfaat bagi kita semua baik saya selaku penyusun maupun para pembaca.

Mataram, 29 Maret 2020

Kelompok V
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bank syariah merupakan lembaga keuangan syariah yang beriorentasi pada
laba (profit). Laba bukan hanya untuk kepentingan pemilik atau pendiri, tetapi juga
sangat penting untuk pengembangan usaha bank syariah. Laba bank syariah
terutama diperoleh dari selisih antara pendapatan atas penanaman dana dan biaya-
biaya yang dikeluarkan selama periode tertentu. Guna memperoleh hasil yang
optimal, bank syariah dituntut untuk melakukan pengelolaan dananya secara efisien
dan efektif, baik atas dana yang dikumpulkan dari masyarakat (dana pihak ketiga),
dana modal pemilik/pendiri bank maupun atas pemanfaatan atau penanaman dana
tersebut.
Bank sebagai suatu lembaga keuangan yang salah satu fungsinya
menghimpun dana masyarakat, harus memiliki suatu sumber untuk menghimpun
dana sebelum disalurkan kembali kemasyarakat. Oleh karena itu, manajemen bank
harus menggunakan semua perangkat operasionalnya dan mampu menjaga
kepercayaan masyarakat. Salah satu perangkat yang sangat penting bagi
perkembangan dan kemajuan bank seklaigus berfungsi sebagai penjaga
kepercayaan masyarakat.
Sebagai lembaga perantara, modal utama sebuah lembaga keuangan adalah
kepercayaan, yakni kepercayaan pihak-pihak yang dihubungkannya. Dengan kata
lain, modal pertama lembaga keuangan ialah keredibilitas dimana para nasabah atau
masyarakat luas. Sedangkan modal utama kedua sebuah lembaga keuangan adalah
profesionalitas, yakni profesionalitas dalam mengelola uang atau dana titipan yang
telah diamanatkan. Dengan kredibilitas dan profesionalitas itulah keberadaan dan
kelangsungan sebuah lembaga keuangan di pertaruhkan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan konsep capital?
2. Apa saja rasio pengukuran capital?
3. Apa saja komponen penilaian capital dalam kinerja bank syariah?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep capital
2. Untuk mengetahui apa saja rasio pengukuran capital
3. Untuk mengetahui apa saja komponen penilaian capital dalam kinerja bank
syariah

BAB II

PEMBAHASAN

1. Konsep Capital

a. Pengetian capital (modal)

Menurut Zainul Arifin, modal adalah sesuatu yang mewakili pemilik dalam

perusahaan. Modal didefinisikan sebagai kekayaan bersih (net worth), yaitu selisih

nilai buku aktiva dikurangi dengan nilai buku dari kewajiban (liabilitas). Pada suatu

bank, sumber perolehan modal bank dapat diperoleh dari para pendiri dan para
pemegang saham. Pemegang saham menempatkan modalnya pada bank dengan

harapan memperoleh hasil keuntungan dimasa yang akan datang.

Sumber modal bank dari pemegang saham tersebut juga akan berpengaruh pada

posisinya di neraca. Dadalam neraca, sumber modal terlihat pada sisi passive bank,

yaitu rekening modal dan cadangan. Rekening berasal dari setoran para pemegang

saham, sedangkan rekening cadangan adalah berasal dari bagian keuntungan yang tidak

dibagikan kepada pemegang saham yang digunakan untuk keperluan tertentu, misalnya

untuk perluasan usaha dan untuk menjaga likuiditas karena adanya pembiayaa-

pembiayaan yang diragukan atau menjurus kepada macet.

b. Bentuk-bentuk dasar Modal

1. Subordinated Debt, yaitu hutang pada pihak lain pelunasannya hanya dapat

dilakukan setelah terpenuhinya kewajiban pembayaranpada pembiayaan

lainnya.

2. Preferred stock, yaitu sejumlah dana tertentu yang ditanamkan oleh pemilik

saham yang kewajibannya untuk membayar deviden dalam jumlah tertentu

hanya dapat dilakukan setelah terpenuhinya pembayaran atas pemilik dana

(deposan).

3. Common stock, yaitu modal dasar yang dimiliki oleh suatu bank yang biasanya

terdiri dari dana saham, harga saham diatas cadangan modal dan laba ditahan.

c. Fungsi modal bank


Menurut Johnson and Johnson, modal bank mempunyai tiga fungsi. Pertama,
sebagai penyangga untuk menyerap kerugian operasional dan kerugian lainnya. 
Dalam fungsi ini modal memberikan perlindungan terhadap kegagalan atau kerugian
bank dan perlindungan terhadap kepentingan para deposan. Kedua, sebagai dasar bagi
menetapan batas maksimum pemberian kredit. Hal ini adalah merupakan
pertimbangan operasional bagi bank sentral, sebagai regulator, untuk membatasi
jumlah pemberian kredit kepada setiap individu nasabah bank. Melalui pembatasan
ini bank sentral memaksa bank untuk melakukan diversifikasi kredit mereka agar
dapat melindungi diri terhadap kegagalan kredit dari satu individu debitur. Ketiga
, modal juga menjadi dasar perhitungan bagi para partisipan pasar untuk
mengevaluasi tingkat kemampuan bank secara relatif untuk menghasilkan
keuntungan. Tingkat keuntungan bagi para investor diperkirakan dengan
membandingkan keuntungan bersih dengan ekuitas. Para partisipan pasar
membandingkan return on investment  diantara bank-bank yang ada.
Brenton C. Leavitt, staf Dewan Gubernor Federal Reserve, menekankan pada
empat fungsi dari modal bank yaitu :
a) Untuk melindungi deposan yang tidak diasuransikan, pada saat bank
dalam keadaan insolvable dan likuidasi
b) Untuk menyerap kerugian yang tidak diharapkan guna menjaga
kepercayaan masyarakat bahwa bank dapat terus beroperasi.
c) Untuk memperoleh sarana fisik dan kebutuhan dasar lainnya yang
diperlukan untuk menawarkan pelayanan bank.
d) Sebagai alat pelaksanaan peraturan pengendalian ekspansi aktiva yang
tidak tepat.
d. Sumber permodalan bank syariah
Pengkategorian modal pinjaman sebagai salah satu sumber permodalan bank
seperti diuraikan di atas adalah konsensus yang dianut oleh perbankan kovensional. 
Dalam pandangan syariah, modal pinjaman (subordinated loan) itu termasuk dalam
kategori qard, yaitu pinjaman harta yang dapat diminta kembali. Dalam literatur
fiqh Salaf Ash Shalih, qard dikategorikan dalam aqad tathawwu’ atau akad saling
membantu dan bukan transaksi komersial. Pemberi pinjaman tidak boleh meminta
imbalan atas pemberian pinjaman tersebut, karena setiap pemberian pinjaman yang
disertai dengan permintaan imbalan termasuk kategori riba. Penerima pinjaman wajib
menjamin pengembalian pinjaman tersebut pada saat jatuh tempo.
Oleh karena itu qard mempunyai derajat preferensi yang tinggi, setara dengan
kewajiban atau hutang lainnya. Berdasarkan karakteristik tersebut, maka tidak
beralasan bagi qard untuk ikut menanggung resiko atau memberikan proteksi
terhadap kegagalan atau kerugian bank ataupun memberikan proteksi terhadap
kepentingan deposan. Dengan demikian pinjaman subordinasi tidak dapat
dipertimbangkan untuk diperhitungkan sebagai modal bagi bank syariah.
Adapun modal bank syariah
1) Modal inti (core capital)
Modal inti adalah modal yang berasal dari pemilik bank, yang terdiri dari
modal yang disetor oleh para pemegang saham, cadangan dan laba ditahan.

a. Modal yang disetor oleh para pemegang saham. Modal ini timbul apabila pemilik
menyertakan dananya pada bank melalui pembelian saham.
b. Modal cadangan yaitu modal dari sebagian laba yang tidak dibagibdisisihkan
untuk menutup timbulnya risiko kemudian
c. Laba ditahan, makdsudnya adalah sebagian laba yang seharusnya dibagi kepada
pemegang saham, tetapi oleh para pemegang saham ditanam kembali untuk
menambah dana modal.

Modal inti inilah yang berfungsi sebabagi penyangga dan penyerap


kegagalan atau kerugian bank dan melindungi kepentingan para pemegang
rekening titipan (wadiah) atau pinjaman (qard), terutama atas aktiva yang didanai
oleh modal sendiri dan dana-dana wadia’ah atau qard.

2) Kuasi Ekuitas
Bank menghimpun dana bagi hasil atas dasar prinsip mudharabah yaitu akad
kerja sama antara pemilik (shahibul maal) dengan pengusaha (mudharib) untuk
melakukan suatu usaha bersama pemilik dana tidak boleh mencampuri pengelolaan bisnis
sehari-hari. Dana-dana rekening bagi hasil (mudharabah), sebenarnya juga dapat
dikategorikan sebagai modal, namun demikian rekening ini hanya dapat menanggung
risiko atas aktiva yang dibiayai oleh dana dari rekening bagi hasil itu sendiri.

3) Wadiah
Dana titipan adalah dana pihak ketiga pada pihak bank pada umumnya
berupa giro, dan tabungan. Pada umumnya motivasi utama orang menitipkan dana
pada bank adalah untuk keamanan mereka dan memperoleh keluasan untuk
menarik dananya kembali.
4) Aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR) Bank Syariah
Risiko atas modal berkaitan dengan dana yang diinvestasikan pada aktiva
berisiko, baik yang berisiko rendah ataupun ysng risikonya lebih tinggi dari yang
lain. ATMR adalah faktor pembagi dari CAR sedangkan modal adalah faktor
yang dibagi untuk mengukur kemampuan modal menanggung risiko atas aktiva
tersebut
2. Resiko pengukuran perbankan syariah
1. Kecukupan modal bank syariah
Tingkat kecukupan modal bank dinyatakan dengan suatu ratio tertentu yang disebut
ratio kecukupan modal atau capital edequasy ratio (CAR). Tingkat kecukupan modal ini
dapat diukur dengan cara, anatara lain:
a.Membandingkan modal dengan dana-dana pihak ketiga.
Dilihat dari sudut perlindungan kepentingan para deposan, perbandingan antara modal
dengan pos-pos pasiva merupakan petunjuk tentang tingkat keamanan simpanan masyarakat
pada bank. Perhitungan merupakan ratio modal yang berkaitan dengan simpanan pihak
ketiga(giro, deposito dan tabungan). Ratio antara modal dab simpanan masyarakat harus
dipadukan dengan memperhitungkan aktiva yang mengandung resiko. Oleh karena itu modal
harus dilengkapi oleh sebagian cadangan modal sehingga secara umum modal bank terdiri modal
inti dan modal pelengkap.
b. Membandingkan modal dengan aktiva berisiko
Ukuran ke dua inilah yang dewasa ini menjadi kesempatan BIS ( Bank for internasioanl
settlements) yaitu organisasi bank sentral dari negara-negara maju, dengan menetapkan CAR
yaitu ratio minimum yang berdasarkan kepada perbandingan antara modal dengan aktiva
berisiko.

3. Komponen Penilaian Capital dalam Kinerja Bank Syariah


Menurut Jumingan, penilaian faktor permodalan digunakan untuk mengetahui
kecukupan modal bank dalam mendukung kegiatan operasional bank. Rasio yang
digunakan untuk menilai faktor permodalan adalah Ratio Capital Adequacy Ratio (CAR)
atau kewajiban penyediaan Modal Minimum.

Penilaian kuantitatif faktor permodalan dilakukan dengan melakukan penilaian


terhadap komponen-komponen sebagai berikut:
a. Kecukupan pemenuhan kewajiban penyediaan modal minimum (KPMM).
b. Kemampuan modal inti dan penyisihan penghapusan aktiva produktif
(PPAP) dalam menggunakan risiko hapus buku
c. Kemampuan modal inti untuk menutup kerugian pada saat likuiditas
d. Trend atau pertumbuhan KPMM
e. Kemampuan internal bank untuk menambah modal
f. Intensitas fungsi keagenan bank syariah
g. Modal inti dibandingkan dengan dana mudharabah
h. Deviden Pay Out Ratio
i. Akses kepada sumber permodalan (eksternal support)
j. Kinerja keuangan pemegang saham untuk meningkatkan permodalan bank.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Sumber modal bank dari pemegang saham tersebut juga akan berpengaruh pada
posisinya di neraca. Dadalam neraca, sumber modal terlihat pada sisi passive bank, yaitu
rekening modal dan cadangan. Rekening berasal dari setoran para pemegang saham,
sedangkan rekening cadangan adalah berasal dari bagian keuntungan yang tidak
dibagikan kepada pemegang saham yang digunakan untuk keperluan tertentu, misalnya
untuk perluasan usaha dan untuk menjaga likuiditas karena adanya pembiayaa-
pembiayaan yang diragukan atau menjurus kepada macet
Pengkategorian modal pinjaman sebagai salah satu sumber permodalan bank
seperti diuraikan di atas adalah konsensus yang dianut oleh perbankan kovensional. 
Dalam pandangan syariah, modal pinjaman (subordinated loan) itu termasuk dalam
kategori qard, yaitu pinjaman harta yang dapat diminta kembali. Dalam literatur
fiqh Salaf Ash Shalih, qard dikategorikan dalam aqad tathawwu’ atau akad saling
membantu dan bukan transaksi komersial. Pemberi pinjaman tidak boleh meminta
imbalan atas pemberian pinjaman tersebut, karena setiap pemberian pinjaman yang
disertai dengan permintaan imbalan termasuk kategori riba. Penerima pinjaman wajib
menjamin pengembalian pinjaman tersebut pada saat jatuh tempo.
DAFTAR PUSTAKA

Http://www.google.com.capitalperbankansyariah

Anda mungkin juga menyukai