Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PENGELOLAAN SUMBER PERMODALAN DAN PERAN SAHAM


PUBLIC PADA BANK SYARIAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Manajemen Bank Sayraiah”
Dosen Pengampu :
Dr. Binti Asiyah, M. Si.

Disusun oleh:
Kelompok 10

1. Marika Nurlaili (126401201026)


2. Nurma Meliana (126401201038)
3. Malaikatu laili A. A. N. (126401201041)

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG
NOVEMBER 2022
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang melimpahkan rahmat
serta hidayah-Nya kepada kita semua. Tidak lupa sholawat serta salam senantiasa kami
aturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang selalu kita harapkan
syafaatnya baik di dunia maupun di akhirat. Dengan pertolongan dan hidayah-Nya kami
dapat menyusun makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah “Manajemen Bank
Syariah.”

Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu


menyelesaikan makalah ini. Ucapan terimakasih tidak lupa kami sampaikan kepada:

1. Dr. Maftukhin, M.Ag. selaku Rektor UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung
yang telah memberikan kesempatan kepada kita untuk menimba ilmu di UIN
Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.

2. Muhammad Aqim Adlan, S.Ag.,S.Pd.,M.E.I. selaku koordinator prodi Perbankan


Syariah.

3. Binti Asiyah, M. Si., selaku dosen pembimbing mata kuliah “Manajemen Bank
Syariah” yang telah memberikan tugas dan pengarahan kepada kami.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan makalah di masa yang akan datang.
Semoga dengan terselesaikannya makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan
bagi pembaca pada umumnya serta membuahkan ilmu yang bermanfaat.

Tulungagung, November 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR...............................................................................II
DAFTAR ISI............................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................4
B. Rumusan Masalah............................................................................4
C. Tujuan..............................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A. Manajemen Permodalan dalam Bank Syariah.................................6
B. Fungsi Modal dalam Bank Syariah..................................................7
C. Sumber Permodalan Bank Syariah...................................................7
D. KPMM Bank Syariah.......................................................................8
E. Saham Public Bank Syariah...........................................................14
F. Permodalan bank syariah di Indonesia...........................................15
G. Tantangan Pengelolaan Permodalan Bank Syariah/BPRS.............16
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................21
B. Saran...............................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................22

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kesadaran umat islam terhadap sektor ekonomi yang berdasarkan syariat
islam mulai tumbuh dan berkembang. Hal ini ditandai dengan berdirinya perbankan
syariah di hampir semua negara berpenduduk islam termasuk Indonesia. Kebangkitan
ekonomi islam ini membuat kesadaran masuarakat dalam berekonomi dan berbisnis
dari yang ribawi menuju ekonomi yang islami atau syariah.
Lembaga keuangan itu sendiri melaksanakan tiga fungsi utama yaitu
menghimpun dana dari masyarakat, menyalurkan dana, dan sebagai alat untuk
mesejahterakan masyarakat. Selain itu, bank syariah merupakan sebuah lembaga
keuangan yang berorientasi pada laba. Laba bukan hanya untuk kepentingan sendiri
melainkan juga untuk pengembangan usaha bank syariah. Guna memperoleh laba
yang optimal, bank syariah dituntut untuk melakukan pengelolaan dananya secara
efisien dan efektif.
Berdasarkan uraian diatas maka dakan dibahas mengenai manajemen
permodalan, fungsi modal, sumber modal, KPMM, saham public dan tantangan dlam
mengelola permodalan bank syariah.

B. Rumusan Masalah
1. bagaimana manajemen dari permodalan bank syariah?
2. Apa saja fungsi modal dalam bank syariah?
3. Apa saja sumber modal yang ada pada bank syariah?
4. Apa yang dimaksud dengan KPMM bank syariah?
5. Apa yang dimaksud dengan saham public bank syariah?
6. Apa saja permodalan bank syariah di Indonesia?
7. Apa saja tantangan dalam pengelolaan modal bank syariah/BPR?

4
C. Tujuan
1. Memahami manajemen dari permodalan bank syariah.
2. Memahami fungsi modal dalam bank syariah.
3. Mengetahui sumber modal yang ada pada bank syariah.
4. Memahami tentang KPMM bank syariah.
5. Memahami tentang saham public bank syariah.
6. Memahami tentang permodalan bank syariah di Indonesia.
7. Memahami tentang tantangan dalam pengelolaan modal bank syariah/BPR.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Manajemen permodalan dalam bank syariah


Bank syariah merupakan bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-
prinsip syariah islam dan mengikuti ketentuan bermuamalat secara islam. Selain
itu, bank syariah dapat di definisikan sebagai institusi keuangan yang memiiki
hukum, aturan, dan prosedur sebagai wujud dari komitmen kepada prinsip syariah
dan melarang menerima dan membayar bunga dalam proses operasi yang
dijalankan (Rivai, 2010: 31).
Bank merupakan sebuah lembaga yang memiliki fungsi utama yaitu
menghimpun dana masyarakat yang mengalami surplus kepada pihak yang
membutuhkan kredit dalam bank syariah. Dalam pengoperasiannya, bank syariah
bebeas dari unsur yang dilarang dalam islam seperti maisir, gharar, riba, dan lain
sebagainya.1
Selain itu, bank merupakan lembaga kepercayaa. Oleh karena itu,
manajemen bank syariah harus menggunakan semua perangkat operasionalnya
agar mampu menjaga kepercyaan masyarakat. Salah satu perangkat yang strategis
dalam menopang kepercayaan tersebut adalah permodalan yang memadai. Modal
merupkan faktor yang penting bagi perkembangan dan kemajuan bank. Setiap
aktiva berpotensi untuk memberikan keutungan dan juga menimbulkan resiko.
Oleh karena itu, modal juga dapat digunakan untuk menjaga kemungkinan
terjadinya resiko kerugian atas investasi pada aktiva.
Modal dapat didefinisikan sebagai suatu yang mewakili kepentingan
pemilik dalam suatu perusahaan. Sedangkan berdasarkan nilai buku, modal adalah
kekayaan bersih (net worth) yaitu selisih antara nilai buku dari aktiva dikurangi
dengan nilai buku dari kewjiban (liabilities) (Arifin, 2006:135). Adalam neraca
passiva terdapat rekening modal dan rekening cadangan. Rekening modal ini
merupakan dana yang bersumber dari pemegang saha, sedangkan rekening
cadangan berasal dari keutungan yang tidak dibagikan kepada pemegang saham.2

1
Rahmat Ilyas, manajemen permodalan bank syariah, vol. 5, jurnal bisnis dan manajemen islam, 2017,
hlm. 234-235
2
Zainul arifin, dasar-dasar manajemen bank syariah, 2019, hlm.159

6
B. Fungsi modal dalam bank syariah
Menurut Jhonson dan Jhonson modal bank memiliki empat fungsi
utama diantaranya yaitu:
1. Sebagai penyangga untuk menyerap kerugian operasional dan
kerugian lainnya.
2. Sebagai dasar untuk menetapkan batas maksimum pemberian kredit.
Hal ini merupakan pertimbangan operasional bank sentral, dan
sebagai regulator untuk memberikan pembatasan jumlah kredit
kepada setiap nasabah.
3. Digunakan sebagai dasar perhiyungan bagi para partisipan pasar
untuk mengevaluasi tingkat kemampuan bank dalam mengasilkan
keuntungan.
4. Untuk menyerap kerugian yang tidak diharapkan guna menjaga
kepercayaan masyarakat bahwa bank dapat terus beruperasi.
Sedangkan brenton C. Leavit mengemukakan mengenai fungsi modal
bank adalah sebagai berikut:
1. Untuk melindungi deposan yang tidak di asuransikan, pada saat bank
dalam keadaan insolvable dan likuidasi.
2. Untuk memperoleh sarana fisik dan kebutuhan pasar lainnya yang
diperlukan untuk menawarkan pelayanan bank.
3. Sebagai alat pelaksanaan peraturan pengendalian ekspansi aktiva yang
tidak tepat.3

C. Sumber permodalan bank syariah


Dalam pandangan syariah, modal pinjaman itu termasuk dalam kategori Qard,
yaitu pinjaman harta yang dapat diminta kembali. Dalam ajaran fiqh Salaf Ash
Shalih, qard dikategorikan dalam Aqad Tathawwu’ atau akad saling membantu
dan bukan transaksi komersial. Pemberi pinjaman tidak boleh meminta imbalan
atas pemberian pinjaman tersebut, karena setiap pemberian pinjaman yang disertai
dengan permintaan imbalan termasuk kategori riba. Penerima pinjaman wajib
menjamin pengembalian pinjaman tersebut pada saat jatuh tempo. Oleh karena itu
Qard mempunyai derajat preferensi yang tinggi, setara dengan kewajiban atau

3
Rahmat Ilyas, manajemen permodalan bank syariah, vol. 5, jurnal bisnis dan manajemen islam, 2017,
hlm. 159-160

7
hutang lainnya.
Berdasarkan karakteristik tersebut, maka tidak beralasan bagi Qard untuk ikut
menanggung resiko atau memberikan proteksi terhadap kegagalan atau kerugian
bank ataupun memberikan proteksi terhadap kepentingan deposan. Dengan
demikian pinjaman subordinasi tidak dapat dipertimbangkan untuk diperhitungkan
sebagai modal bagi bank syariah.
Sumber utama modal bank syariah diantaranya adalah modal inti (Core
Capital) dan kuasi ekuitas. Modal inti adalah modal yang berasal dari para pemilik
bank, yang terdiri dari modal yang disetor oleh para pemegang saham, cadangan
dan laba ditahan yang berfungsi sebagai penyangga dan penyerap kegagalan atau
kerugian bank dan melindungi kepentingan para megang rekening titipan (wadiah)
atau pinjaman (qard) terutama atas aktiva yang di danai oleh modal sendiri.
Sedangkan kuasi ekuitas adalah dana-dana yang tercatat dalam rekening-rekening
bagi hasil (Mudharabah).4
Sebenarnya dana-dana rekening bagi hasil (Mudharabah) dapat juga
dikategorikan sebagai modal, yang oleh karena itu disebut kuasi ekuitas(dana
yang tercatat dalam rekening bagi hasil. Namun rekening ini hanya dapat
menanggung resiko atas aktiva yang dibiayai oleh dana dari rekening bagi hasil itu
sendiri. Selain itu, pemilik rekening bagi hasil dapat menolak untuk menanggung
resiko atas aktiva yang dibiayainya, apabila terbukti bahwa resiko tersebut timbul
akibat salah urus (Mis Management), kalalaian atau kecurangan yang dilakukan
oleh manajemen bank selaku mudharib.

D. KPMM bank syariah


Berdasarkan beberapa pertimbangan diantaranya yaitu :
a. Bahwa dalam rangka menciptakan sistem perbankan syariah yang sehat dan
mampu berkembang serta bersaing secara nasional maupun internasional,
bank perlu meningkatkan kemampuan untuk menyerap risiko termasuk yang
disebabkan oleh kondisi krisis dan/ atau pertumbuhan pembiayaan perbankan
yang berlebihan;
b. Bahwa sejalan dengan standar internasional yang berlaku, perhitungan
kecukupan modal yang berfungsi sebagai penyangga untuk menyerap kerugian

4
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta : UPP AMP YKPN),hlm. 32-33.

8
yang timbul dari berbagai risiko, perlu disesuaikan dengan profil risiko yang
mencakup risiko kredit, risiko pasar, risiko operasional, dan risiko lainnya
yang bersifat signifikan;
c. Bahwa sejalan dengan perkembangan kompleksitas usaha dan risiko bank
serta penerapan pengawasan berbasis risiko, maka bank harus melakukan
penilaian atas profil risiko yang dimiliki dan tingkat kecukupan modal untuk
mengantisipasi potensi kerugian atas eksposur risiko tersebut serta tetap
memenuhi kewajiban penyediaan modal minimum yang dipersyaratkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku;
d. Bahwa dalam rangka meningkatkan kemampuan bank untuk menyerap risiko,
diperlukan peningkatan kualitas dan kuantitas permodalan bank sesuai dengan
standar internasional;
e. Bahwa peningkatan kualitas modal dilakukan melalui penyesuaian
persyaratan komponen dan instrumen modal bank, serta penyesuaian rasio-
rasio permodalan;
f. Bahwa dalam rangka meningkatkan kuantitas modal, bank perlu membentuk
tambahan modal di atas persyaratan penyediaan modal minimum sesuai profil
risiko yang berfungsi sebagai penyangga apabila terjadi krisis keuangan dan
ekonomi yang dapat mengganggu stabilitas sistem keuangan;
g. Bahwa dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 7 / 13/PBI/2005 tentang
Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum Berdasarkan Prinsip
Syariah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor
8/7 / PBI/2006 belum mengakomodasi perkembangan pengaturan permodalan
sesuai standar in ternasional;
h. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf
b, huruf c, huruf d, huruf e, huruf f, dan huruf g, perlu menetapkan Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank
Umum Syariah;

Dan mengingat beberapa undang-undang diantaranya yaitu Undang-


Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4867); dan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011
tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

9
2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5253),
memutuskan dan menetapkan otoritas jasa keuangan tentang kewajiban
penyediaan modal minimum bank umum syariah diantaranya yaitu:5

1. Bank Umum Syariah yang selanjutnya disebut Bank adalah Bank Syariah
yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang mengenai perbankan syariah.
2. Direksi adalah Direksi sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
mengenai perseroan terbatas.
3. Dewan Komisaris adalah Dewan Komisaris sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang mengenai perseroan terbatas.
4. Perusahaan Anak adalah perusahaan yang dimiliki dan/atau dikendalikan oleh
Bank secara langsung maupun tidak langsung, baik di dalam negeri maupun di
luar negeri, yang memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud dalam ketentuan
yang berlaku mengenai penerapan manajemen risiko secara konsolidasi bagi
bank yang melakukan pengendalian terhadap perusahaan anak.
5. Pengendalian adalah pengendalian sebagaimana dimaksud dalam ketentuan
yang berlaku mengenai transparansi dan publikasi laporan keuangan bank.
6. Internal Capital Adequacy Assessment Process yang selanjutnya disingkat
ICMP adalah proses yang dilakukan Bank untuk menetapkan kecukupan
modal sesuai dengan profil risiko Bank dan penetapan strategi untuk
memelihara tingkat permodalan.
7. Supervisory Review and Evaluation Process yang selanjutnya disingkat SREP
adalah proses kaji ulang yang dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan atas
hasil ICAAP Bank.
8. Capital Conseroation Buffer adalah tambahan modal yang berfungsi se bagai
penyangga apabila terjadi kerugian pada periode krisis.
9. Countercyclical Buffer adalah tambahan modal yang berfungsi sebagai
penyangga untuk mengantisipasi kerugian apabila terjadi pertumbuhan kredit
dan/ atau pembiayaan perbankan yang berlebihan sehingga berpotensi
mengganggu stabilitas sistem keuangan.
10. Capital Surcharge untuk Domestic Systemically Important Bank (D-SIB)

5
Otoritas Jasa Keuangan. KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM BANK UMUM SYARIAH.
Hlm.1-2

10
adalah tambahan modal yang berfungsi untuk mengurangi dampak negatif
terhadap stabilitas sistem keuangan dan perekonomian apabila terjadi
kegagalan Bank yang berdampak sistemik melalui peningkatan kemampuan
Bank dalam menyerap kerugian.
11. Risiko Kredit adalah risiko akibat kegagalan nasabah atau pihak lain dalam
memenuhi kewajiban kepada Bank sesuai dengan perjanjian yang disepakati.
12. Risiko Pasar adalah risiko pada posisi neraca dan rekening administratif akibat
perubahan harga pasar, antara lain risiko berupa perubahan nilai dari aset yang
dapat diperdagangkan atau disewakan.
13. Risiko Operasional adalah risiko kerugian yang diakibatkan oleh proses
internal yang kurang memadai, kegagalan proses internal, kesalahan manusia,
kegagalan sistem, dan/ atau adanya kejadian eksternal yang mempengaruhi
operasional Bank.
14. Trading Book adalah seluruh posisi instrumen keuangan dalam neraca dan
rekening administratif termasuk transaksi derivatif yang dimiliki Bank dengan
tujuan untuk:
i. diperdagangkan dan dapat dipindahtangankan dengan bebas atau dapat
dilindung-nilai secara keseluruhan, baik dari transaksi untuk
kepentingan sendiri (proprietary positions), atas permintaan nasabah
maupun kegiatan perantaraan (brokering), dan dalam rangka
pembentukan pasar (market making), yang meliputi: 1) posisi yang
dimiliki untuk dijual kembali dalam jangka pendek. 2) posisi yang
dimiliki untuk tujuan memperoleh keuntungan jangka pendek secara
aktual dan/ atau potensi dari pergerakan harga (price movement). 3)
posisi yang dimiliki untuk tujuan mempertahankan keuntungan.
ii. b. lindung nilai atas posisi lainnya dalam Trading Book.
15. Banking Book adalah semua posisi lainnya yang tidak termasuk dalam
Trading Book.6

Pasal 2 dalam Otoritas jasa keuangan menyatakan :


(1) menyediakan modal minimum sesuai profil risiko.

6
Ibid, hlm 4-5

11
(2) Penyediaan modal minimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung
Dengan menggunakan rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
(KPMM).
(3) Penyediaan modal minimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Ditetapkan
paling rendah sebagai berikut:
a. 8% (delapan perseratus) dari Aset Tertimbang Menurut Risiko
(ATMR) Untuk Bank dengan profil risiko peringkat 1 (satu);
b. 9% (sembilan perseratus) sampai dengan kurang dari 10% (sepuluh
Perseratus) dari ATMR untuk Bank dengan profi.l risiko peringkat 2
(dua);
c. 10% (sepuluh perseratus) sampai dengan kurang dari 11 % (sebelas
Perseratus) dari ATMR untuk Bank dengan profil risiko peringkat 3
(tiga);
d. 11 % (sebelas perseratus) sampai dengan 14% (empat belas perseratus)
Dari ATMR untuk Bank dengan profil risiko peringkat 4 (empat) atau
Peringkat 5 (lima).
(4) Otoritas Jasa Keuangan berwenang menetapkan modal minimum lebih besar
Dari modal minimum sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dalam hal
`Otoritas Jasa Keuangan menilai Bank menghadapi potensi kerugian yang
Membutuhkan modal lebih besar.
(5) Perhitungan penyediaan modal minimum sesuai profil risiko sebagaimana
Dimaksud pada ayat (3) untuk pertama kali menggunakan peringkat profil
Risiko posisi Desember 2014.
(6) Kewajiban penyediaan modal minimum sesuai profil risiko sebagaimana
Dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sebagai berikut:
a. Penyediaan modal minimum posisi bulan Maret sampai dengan bulan
Agustus didasarkan pada peringkat profil risiko posisi bulan
DesemberTahun sebelumnya;
b. Penyediaan modal minimum posisi bulan September sampai dengan
Bulan Februari tahun berikutnya didasarkan pada peringkat profil
risiko Posisi bulan Juni.
(7) Dalam hal terjadi perubahan peringkat profil risiko di antara periode Penilaian
profil risiko sebagaimana dimaksud pada ayat (6), penyediaan Modal
minimum didasarkan pada peringkat profil risiko terakhir.

12
Pasal 3 dalam Otoritas jasa keuangan menyatakan :
(1) Selain KPMM sesuai profil risiko sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Bank
wajib membentuk tambahan modal sebagai penyangga sesuai dengan Kriteria.
(2) Tambahan modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
a. Capital Conservation Buffer;
b. Countercyclical Buffer; dan/ a tau
c. Capital Surcharge untuk D-SIB.
(3) Besarnya tambahan modal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur
Sebagai berikut:
a. Capital Conservation Buffer ditetapkan sebesar 2,5% (dua koma lima
Perseratus) dari ATMR;
b. Countercyclical Buffer ditetapkan dalam kisaran sebesar 0% (nol
Perseratus) sampai dengan 2,5% (dua koma lima perseratus) dari
ATMR;
c. Capital Surcharge untuk D-SIB ditetapkan dalam kisaran sebesar 1 %
(satu perseratus) sampai dengan 2,5% (dua koma lima perseratus) dari
ATMR.
(4) Otoritas Jasa Keuangan menetapkan besarnya persentase Capital Surcharge
Untuk D-SIB sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c.
(5) Otoritas Jasa Keuangan dapat menetapkan persentase Capital Surcharge Untuk
D-SIB yang lebih besar dari kisaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf c.
(6) Tambahan modal sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dipenuhi dengan
Komponen modal inti utama.
(7) Pemenuhan tambahan modal sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
Diperhitungkan setelah komponen modal inti utama dialokasikan untuk
Memenuhi kewajiban penyediaan:
a. Modal inti utama minimum;
b. Modal inti minimum; dan
c. Modal minimum sesuai profil risiko sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (3).

13
E. Saham public bank syariah
Saham merupakan surat berharga yang sudah banyak dikenal oleh masyarkat.
Saham adalah surat berharga yang diterbitkan oleh suatu perusahaan sebagai alat
untuk meningkatkan modal jangka panjang. Saham juga merupakan sertifikat
yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan yang pemegang sahamnya
memiiki atas hak kalim aktiva perusahaan tersebut. Wujud saham yaitu selembar
kertas yang menerangkan bahwa yang memiliki kertas tersebut adalah pemilik
perusahaan yang menerbitkan surat berharga. Ukuran atau satuan jual beli saham
syariah disebut lot, yang mana 1 lot sama dengann 100 saham syariah.
Saham merupakan surat berharga yang mereprentasikan penyertaan modal
kedalam suatu perusahaan. Dalam prinsip syariah, penyertaan modal dilakukan
pada perusahaan yang tidak melanggar prinsip syariah . penyertaan modal dalam
bentuk saham juga dapat dilakukan berdasarkan akad musyarakah dan
mudharabah.7 ada 2 jenis saham bank syariah yang mendapat pengakuan dari
pasar modal Indonesia.
 Saham yang telah dinyatakan memenuhi syarat seleksi saham bank syariah
terkait Kriteria & Penerbitan DES atau Daftar Efek Syariah.
 Saham yang tercatat sebagai saham bank syariah oleh perusahaan atau emiten
publik syariah sesuai aturan OJK.
Ada beberapa daftar saham bank syariah yang ada pada BEI diantaranya yaitu:
a. Bank aladin syariah
Pertama kali menyandang nama maybank nusa internasional dan pada
tahun 2021 menjadi aladin syariah. Bank aladin menali mulai melakukan
penawaran perdana sahamatau IPO dengan kode BANK pada februari
2021 dan saham BANK dilepas dengan harga 100 rupiah per lembar
dengan jumlah 5 milyar saham baru pada publik.
Berdasarkan eprhitungan year todate, niali saham BANK mengalami
penurunan 18% pada tahun 2022 pada bulan juli 2022. Padahal nilai
tertinggi dari saham ini sempat terjadi pada awal januari dan april di angka
2.500 rupiah perlembar dan merosot sekirat 1.700 rupiah. Kepemilikan
saham BANK adalah sekitar 60% di tangan aladin global venture dan
sisanya dimiliki oleh publik.

7
Muhammad ala’uddin, bank syariah, saham syariah, saham obligasi, dan inflasi terhadap
pertumbuhan ekonomi, vol. 6, jurnal qomaruddin islamic economy magazine, 2020, hlm. 10

14
b. Bank syariah indonesia
Bank syariah indonesia merupakan hasil penggabungan 3 bank syariah
yaitu BNI syriah, BRI syariah, dan Mandiri. Tujuan merger ketiga bank
tersebut adalah untuk memperkuat eksistensinya pada industri finansial
berbasis syariah di dalam negeri.
Nilai saham pada bank syariah indonesia sempat mengalami kenaikan
signifikan dari 330 rupiah perlembar menjadi 2400 rupiah perlembar.
Bahkan pada awal tahun 2021, harga saham bank syariah indonesia ini
mencapai 3.760 rupiah perlembar.
c. BTPN Syariah
BTPN syariah dibentuk pada tahun 2010 dan resmi menjadi bank syariah
pasca mengalami spin off pada tahun 2014. Rasio pemilik saham pada
bank ini 70% merupakan milik perusahaan induknnya dan sisanya dimiliki
oleh masyarakat umum atau termasuk saham publik. Serta 0,03 %
sahamnya adalah saham treasury.
d. Bank panin dubai syariah
Pada tahun 2013, bank panin dubai syariah melakukan penawaran saham
dengan harga 1000 rupiah perlembar. Terkait pembagian porsi saham,
sekitar 67% saham dimiliki oleh perisahaan induknya, sekitar 25% dimiliki
oleh islamic dubai bank, dan sisanya sekitar 8% dimiliki olh masyarakat
umum atau termasuk saham publik.8

F. Permodalan bank syariah di indonesia


Modal pada bank syariah terdiri dari modal inti (tier 1), modal pelengkap (tier 2),
dan model pelengkap tambahan (tier 3). Model pelengkap dan model pelengkap
tambahan hanya dapat diperhitungkan setinggi-tingginya hanya 100% dari modal
inti. Sedangkan modal inti dan modal pelengkap diperhitugkan dengan faktor
pengurang ang berupa seluruh penyertaan yang dilakukan oleh bank.
a) Modal inti (tier 1)
Modal inti ini terdiri dari modal disetor dan cadangan tambahan modal
yang mana cadangan tambahan modal ini terdiri dari faktor penambah
diantaranya yaitu agio saham, modal sumbangan, cadangan umum,

8
Irenne radius saretta, profil 4 saham bank syariah indonesia di BEI, adakah yang meraik
perhatianmu?, 2022

15
cadangan tujuan, laba tahun lalu stelah pajak, dana setoran modal. Selain
faaktor penambah juga terdapat faktor pengurang yang terdiri dari disagio,
rugi tahun lalu, rugi tahun berjalan, selisih kuran penjabaran laporan
keuangan kanto cabang luar negeri, penurunan nilai penyertaan pada
portofolio yang tersedia untuk dijual.
b) Modal pelengkap
Modal pelengkap terdiri dari selisih penilaian kembali aktiva tetap,
cadangan umum dan penyisishan penghapusan aktiva produktif setinggi
tingginya 1,25 % dari aktiva tertimbang menurut risiko, modal pinjaman
yang memenuhi kriteria bank indonesia, dan investasi subordinasi
setinggi-tigginya sebesar 50% dari modal inti.
c) Modal pelengkap tambahan
Modal pelengkap tambahan adalah investasi subordinasi jangka pendek
yang memenuhi kriteria bank indonesia. Modal pelengkap tambahan ini
dalam perhitungan kewajiban penyediaan modal minimum hanya dapat
digunakan untuk memperhitungkan risiko pasar dengan memenuhi dua
kriteria yaitu tidak melebihi 250% dari bagian modal inti yang
dialokasikan untuk memperhitungkan resiko pasar, dan jumlah modal
pelengkap serta modal pelengkap tambahan stinggi-tingginya 100% dari
modal inti.9

G. Tantangan pengelolaan permodalan bank syariah


Selain berprospek dapat berkembang di era globalisasi ini bank syariah
mengalami banyak kendala. Bank Syariah harus bersaing ketat dengan bank
konvensional, terdapat juga kendala lain yang mempengaruhi perkembangan bank
syariah itu sendiri. Berikut penjabaran kendala-kendala dari bank syariah:10
1) Minim- nya informasi Bank Syariah. Masyarakat masih banyak memiliki
presepsi yang salah tentang bank syariah. Secara visual dan analogis masih
banyak masyarakat yang menafsirkan bank syariah adalah bank konvensional
pada umumnya yang menggunakan dasar pembagian hasil di dalam
mendistribusikan pendapatan yang diperoleh oleh bank. Persepsi yang kurag

9
Zainul arifin, dasar-dasar manajemen bank syariah, 2009, hlm. 164-167
10
Siti Yunitarini, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 5 (Pekalongan: t.p., 2007), 175-177.

16
tepat lagi bank syariah dianggap sebagai bank yang sifatnya bank sektarian
sehingga segala transaksi dan operasionalnya diperuntukkan golangan umat
agama tertentu. Beberapa anggapan atau presepsi yang keliru dari berbagai
ma- syarakat dapat dimaklumi karena masih minimnya informasi dan
pemahaman tentang Bank Syariah. Masih minimnya literatur, refer- ensi dan
karya tulis yang lain menyebabkan terbatasnya sosialisasi tentang informasi
dan pemahaman Bank Syariah.
2) Sumber daya manusia (SDM) masih terbatas. Kini bank syariah mengalami
darurat sumber daya manusia (SDM) karena sedikitnya bankir yang faham
tentang sistem operasional Bank Syariah. Bahkan para bankir yang telah
mengikuti berbagai kursus dan pelatihan dalam praktiknya masih merasakan
keterbatasan pengetahuan tentang aplikasi model penghimpunan dana,
pembiayaan, dan jasa dari bank Syariah. Untuk menghadapi era globalisasi ini
Bank syariah memerlukan sumber daya manusia (SDM) yang memiliki
kemampuan dua sisi yang meliputi ketrampilan pengelolaan operasional dan
pengetahun syariah termasuk akhlaq dan moral yang baik. Persyaratan sumber
daya manusia (SDM) Bank Syariah hendaknya memiliki 4 sifat Rasulullah,
yang meliputi:
 Shidiq, artinya sumber daya manusia (SDM) Bank Syariah harus
mengedepankan kejujuran atau transparasi dalam melaksanakan tugas
operasional bank sehari-hari, tidak berperilaku curang misal korupsi.
 Tablig, artinya menyampaikan dan menyebarluaskan kebaikan ataupun
mengatakan dan mencegah kemungkaran. Di lingkup per- bankan
misalnya berkaitan dengan berkomunikasi dengan sopan selain itu
penyampaian informasi kepada nasabah dengan jelas
 Amanah, artinya dapat dipercaya, memegang teguh amanah dan
kepercayaan yang telah dipercayakan pimpinan kepadanya. Contoh
lainnya dunia perbankan yang kegiatan operasionalnnya tentunya
berhubungan dengan uang, hendaknya setiap banking memiliki tang-
gungjawab penuh untuk menjaga serta mengelola, karena nasabah juga
telah memberi kepercayaan kepada bank.
 Fathonah, artinya pandai dan memiliki kemampuan yang andal
terhadap tugasnya, cekatan, mampu bekerja secara profesional.

17
Keahlian seseorang dalam bidang keuangan syariah akan ter- bangun
secara baik yang memenuhi kriteria jika diketemukan satu diantara 3 tipe sumber
daya manusia, sebagai berikut: a) Spesialis Ilmu Syariah yang memahami ilmu
ekonomi (termasuk ahli tipe A). b) Spesialis ilmu ekonomi yang mengenal ilmu
syariah (termasuk ahli tipe B). c) Mereka yang memiliki keahlian dalam Syariah
maupun ilmu ekonomi (termasuk ahli tipe C).
3) Jaringan dan kantor cabang yang terbatas. Jaringan dan kantor cabang Bank
Syariah di Indonesia masih jauh dari jumlah jaringan dan kantor cabang yang
dimiliki bank konvensional. Tersedianya fasilitas untuk dapat melayani
nasabah yang akan bertransaksi dengan Bank Syariah masih sangat minim.
Hal ini dapat dilihat dari jumlah Bank Syariah di Indonesia yang lebih sedikit
dibandingkan bank konvensional. Termasuk dalam hal ini keterbatasan Bank
Syariah di dalam taraf pengembangan adalah masih terbatasnya sistem
informasi. Teknologi sistem informasi yang tepat guna akan menjadikan bank
beroperasi lebih efisien seperti di beberapa negara kaya minyak di Timur
Tengah seperti Bahrain, Arab Saudi, Kuwait, Qatar. Kecanggihan sistem
informasi bank syariah san- gat menonjol, sehingga mampu menyediakan data
dan pelayanan jasa kepada masyarakat melalui produk-produk bank yang
modern seperti phone banking, smart card dan investment product.11
4) Penerapan standar tingkat kesehatan perbankan. Masalah standar laporan
keuangan per- bankan syariah yang dituntut menyajikan laporan keuangan
sebagai lembaga keuntungan juga terkait dengan laporan keuangan bank yang
fungsinya sebagai fungsi sosial. Memperhatikan dasar keadilan dan dasar
kebenaran maka konsep Islam dalam pencatatan keuangan tetap mengacu pada
konsep dasar laporan keuangan yang dapat dipertang- gungjawabkan,
transparan, adil dan dapat diperbandingkan. Dalam laporan keuangan ini Bank
Syariah dapat berpedoman kepada standar akuntansi lembaga keuangan
organisasi akuntansi dan auditing bagi lembaga keuangan Islam atau AAQIFI
yang berkedudukan di Bahrai.

Kendala yang dijabarkan diatas juga diperkuat dengan hasil analisa pihak
Bank Muamalat Cabang Ponorogo,dalam seminar na- sional bulan Mei 2016 lalu
di Graha Watoe Dhakon IAIN Ponorogo, yang menyatakan bahwa terdapat 6
11
Sugihanto, Peluang Bank Syariah dalam Pemberdayaan Ekonomi Umat, (Ponorogo:Stain Press
Pomorogo, 2011), 103

18
tantangan perbankan syariah di Indonesia yaitu:
1. Stigma mengenai masyarakat masih beranggapan Lembaga keuangan berbasis
Syariah diperuntukkan orang Islam, padahal sebenarnya tidak, contoh kasus di
Kupang yang mayoritas penduduknya beragama Kristen juga menjadi nasabah
bank Mua- malat. Mengapa demikian? Karena ternyata dalam kitab Injil,
bunga juga dihukumi riba.
2. Stigma mengenai Marjin Mudhorabah adalah istilah lain dari bunga, padahal
hal itu berbeda. Banyak dikalangan masyarakat awam yang menyamakan bagi
hasil dengan bunga, sehingga terkesan dipandangan mereka bahwa syariah
hanya lebel saja.
3. Stigma mengenai bank Syariah kurang berprestasi. Hal ini sangat berkaitan
dengan sumber daya manusia (SDM). Bank syariah mengalami darurat sumber
daya manusia (SDM) karena sedikitnya calon tenaga kerja yang faham dan
mengerti tentang sistem syariah. Sehingga dalam hal pengahrgaan bank
syariah masih kalah dengan bank konvensional.
4. Bank syariah tidak murni karena dimiliki oleh konvensional, artinya bank
induk masih konvensional. Di Indonesia bank-bank syariah pusat induknya
masih konvensiaonal yaitu Bank Indonesia. Jadi, tidak dapat dipungkiri jika
dalam operasionalnya masih bercampur riba.
5. Produk atau fitur layanan bank syariah ter- batas, hal ini karena setiap produk
atau fitur yang dikeluarkan pihak bank tidak boleh keluar dari prinsip Islam.
6. Stigma yang terakhir adalah penggunaan istilah Islam di bank syariah yang
kurang dipa- hami. Dalam bank syariah tentunya kita temui penggunaan akad-
akad dalam opersional bank yang memakai bahasa Arab yang sulit dimengerti
masyarakat awam.

BAB III

19
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bank merupakan sebuah lembaga yang memiliki fungsi utama yaitu
menghimpun dana masyarakat yang mengalami surplus kepada pihak yang
membutuhkan kredit dalam bank syariah. Dalam pengoperasiannya, bank syariah
bebeas dari unsur yang dilarang dalam islam seperti maisir, gharar, riba, dan lain
sebagainya
Fungsi utama bank menurut Jhonson diantaranya 1.Sebagai penyangga untuk
menyerap kerugian operasional dan kerugian lainnya. Kemudian Sebagai dasar untuk
menetapkan batas maksimum pemberian kredit. Hal ini merupakan pertimbangan
operasional bank sentral, dan sebagai regulator untuk memberikan pembatasan
jumlah kredit kepada setiap nasabah. Lalu Digunakan sebagai dasar perhiyungan
bagi para partisipan pasar untuk mengevaluasi tingkat kemampuan bank dalam
mengasilkan keuntungan. Dan Untuk menyerap kerugian yang tidak diharapkan
guna menjaga kepercayaan masyarakat bahwa bank dapat terus beruperasi.
Sumber utama modal bank syariah diantaranya adalah modal inti (Core
Capital) dan kuasi ekuitas. Namun Sebenarnya dana-dana rekening bagi hasil
(Mudharabah) dapat juga dikategorikan sebagai modal, yang oleh karena itu disebut
kuasi ekuitas(dana yang tercatat dalam rekening bagi hasi).
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan dan Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan memutuskan dan
menetapkan otoritas jasa keuangan tentang kewajiban penyediaan modal minimum
bank umum syariah diantaranya yaitu: 1) Bank Umum Syariah yang selanjutnya
disebut Bank, 2) Direksi, 3) Dewan Komisaris, 4) Perusahaan Anak, 5)
Pengendalian, 6) Internal Capital Adequacy Assesment Process, 7) Supervisory
Review and Evaluation Process, 8) Capital Conseroation Buffer, 9) Counter Cyclical
Buffer, 10) Capital Surcharge, 11) Risiko Kredit, 12) Risiko Pasar, 13) Risiko
Operasional, 14) Trading Book, dan 15) Banking Book.
Saham adalah surat berharga yang diterbitkan oleh suatu perusahaan sebagai
alat untuk meningkatkan modal jangka panjang. Ada beberapa daftar saham bank
syariah yang ada pada BEI diantaranya yaitu: 1) Bank aladin syariah, 2) Bank
syariah Indonesia, 3) BTPN Syariah, dan 4) Bank panin dubai syariah
Modal pada bank syariah terdiri dari modal inti (tier 1), modal pelengkap (tier

20
2), dan model pelengkap tambahan (tier 3). Model pelengkap dan model pelengkap
tambahan hanya dapat diperhitungkan setinggi-tingginya hanya 100% dari modal
inti.
Bank Syariah harus bersaing ketat dengan bank konvensional, terdapat juga
kendala lain yang mempengaruhi perkembangan bank syariah itu sendiri. Yaitu
diantaranya : 1) Minim- nya informasi Bank Syariah. Masyarakat masih banyak
memiliki presepsi yang salah tentang bank syariah. 2) Sumber daya manusia (SDM)
masih terbatas. 3) Jaringan dan kantor cabang yang terbatas. 4) Penerapan standar
tingkat kesehatan perbankan.

B. Saran

Demikianlah artikel yang bisa kami susun. Artikel ini dapat dijadikan referensi untuk
menambah wawasan bagi para pembaca. Dalam penyusunan artikel ini tentunya masih
terdapat kesalahan-kesalahan yang tidak kami sengaja. Untuk itu, kami berharap para
pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun kepada kami guna
menyempurnakan artikel ini. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

21
Otoritas Jasa Keuangan. KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM BANK
UMUMSYARIAH.https://peraturan.bpk.go.id/Home/Download/120739/POJK
%2021.%20Kewajiba%20Penyediaan%20Modal%20Minimum%20Bank
%20Umum%20Syariah.pdf. Diakses, 1November 2022.

Muhammad. 2002. Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta(UPP) AMP YPKN.

Arifin, Zainul. 2009. Dasar-dasar manajemen bank syariah. Tangerang : Azkia


Publisher

Ilyas, rahmat. 2017.manajemen permodalam bank syariah.


https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/Bisnis/article/view/3017/2238.
Diakses 1 november 2022

Ala’uddin, Muhammad.2020. bank syariah, saham syariah, saham obligasi, dan


inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi.
http://ejournal.kopertais4.or.id/pantura/index.php/qiema/article/view/3526.
Diakses 2 novvember 2022

Yunitarini,siti. 2007. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Pekalongan.

Sugihanto. 2011. Peluang Bank Syariah dalam Pemberdayaan Ekonomi Umat.


Ponorogo:Stain Press.

22

Anda mungkin juga menyukai