Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“MANAJEMEN LIQUIDITAS”
Makalah disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perbankan Syariah 2

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
LOKAL D

T. FARHAN ALTHAF (11920511204)

DOSEN PEMBIMBING
Popi Adiyes Putra, SS, MSI

JURUSAN EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2021

1
1
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan sehingga
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "MANAJEMEN LIQUIDITAS" pada waktu
yang ditentukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Islam. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta yakni Nabi Muhammad SAW. Semoga
kita mendapatkan syafa'atnya di hari akhir kelak.
Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Popi Adiyes Putra, SS,
MSI.selaku pengampu mata kuliah Perbankan syariah 2 dan penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada pihak-pihak yang telah mengarahkan dan mendukung dalam pembuatan
makalah ini dengan baik.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu penulis menyampaikan
permintaan maaf yang sebesar-besarnya kepada pembaca. Selanjutnya penulis juga
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan dan
kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini bermanfaat
dan dapat digunakan dengan semestinya.

Pekanbaru, 10 oktober 2021

T. Farhan Althaf

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I...........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A.    Latar belakang..............................................................................................................1
B.     RUMUSAN MASALAH..................................................................................................1
C. TUJUAN MASALAH..........................................................................................................1
BAB II..........................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.........................................................................................................................2
A.    Pengertian Likuiditas....................................................................................................2
B. Faktor-faktor yanag mempengaruhi likuiditas...............................................................2
C.TUJUAN MANAJEMEN LIKUIDITAS................................................................................12
BAB III.......................................................................................................................................13
PENUTUP..............................................................................................................................13
A. KESIMPULAN.................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................14

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Secara umum tugas utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dari
bentuk simpanan. Kemudian dana yang telah terkumpul ersebut disalurkan kembali
kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman (kredir), serta memberikan jasa-jasa bank
lainnya. Untu bisamenghimpun dana dari masyarakat, makaS bank harus memiliki
keharusan untuk meyakinkan nasabah bahwa uang yang mereka titipkan dijamin
keamannya. Dengan demikian agar bisa memberikan kepada para nasbah, maka bank
tersebut harus likuid. Kajian mengenai likuditas didunia perbankan, merupakan satu
keharusan yang harus dilakukan. Baik itu oleh pihak perbankan praktisi
keuangan,ataupun pihak-pihak ketiga yang berencana menitipkan dananya di bank.
Pentingnya penilaian atas likuiditas suatu bank, merupakan salah satu untuk bisa
menentukan apakah bank tersebut dalam kondisi yang sehat,cukup sehat,kurang sehat,dan
tidak sehat. Salah satu penyebab kebangkrutan suatu bank adalah karena
ketidakmampuannya dalam memenuhi kebutuhan likuiditasnya. Oleh karena itu,
likuiditas yang tersedia harus cukup sehingga tidak mengganggu kebutuhan operasional.

B. Rumus Masalah
1. Apa pengertian dari manajemen likuiditas?
2.  Apa saja faktor-faktor dari likuiditas?
3.  Apa Tujuan Likuiditas?

C. Tujuan Msalah
1. Untuk Mengetahui Pengertian Manajemen Likuiditas.
2.  Untuk Mengetahui Faktor-Faktor Dari Likuiditas.
3.  Untuk Mengetahui Tujuan Dari Manajemen Likuiditas.
     

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Likuiditas
Likuiditas merupakan suatu hal yang sangat penting bagi bank untuk dikelola
dengan baik karena akan berdampak pada profitabilitas serta business
sustainbility dan continuity. Hal ini jga tercermin dari peraturan bank indonesia yang
menetapkan likuiditas sebagai salah satu dari delapan resiko yang harus dikelola oleh
bank. Konsep likuiditas didalam dunia bisnis diartikan sebagai kemampuan menjual aset
dalam waktu singkat degan kerugian yang paling minimal. Tetapi pengertian likuiditas
dalam dunia perbankan lebih kompleks dibanding dengan dunia bisnis secarra umum.
Dari sudut aktiva, likuiditas adalah kemampuan untuk mengubah seluruh aset menjadi
bentuk tunai (cash), sedangkan dari sudut pasiva, likuiditas adalah kemampuan bank
memenuhi kebutuhan dana melalui peningkatan fortofolio liabilitas.
Secara garis besar manajemen likuiditas terdiri dari dua bagian, yaitu:pertama,
memperkirakan kebutuhan dana, yang berasal dari penghimpunan dana (deposit inflow)
dan untuk menyalurkan dana (fund out flow) dan berbagai komitmen pembiayaan
(finance cimmitment), bagian kedua dari manajemen likuiditas adalah bagaimana bank
bisa memenuhi kebutuhan likuiditasnya. oleh karena itu, bank harus mampu
mengidentifikasikan karakteristik setiap produk bank baik disisi aktiva maupun pasiva
serta faktor-faktor yang mmpengaruhinya.
Kelebihan dan kekurangan likuiditas sama-sama memilki damak kepada bank.
Jika bank terlalu konservatif mengelola likuiditas dalam pengertian terlalu besar
memelihara likuiditas akan mengakibatkan profitabilitas bank menjadi rendah walaupun
dari sisi liquidity shortage risk akan aman. Sebaliknya jika bank menganut pengelolaan
likuiditas yang agresif maka cebderung akan dekat dengan liquidity shortage risk akan
teteapi memiliki keseempatan untuk memperoleh profit yang tinggi. Secara garis besar
kondisi likuiditas bank dipengaruhi oleh faaktor eksternal dan internal. Faktor eksternal
adalah uncontrollable factor sedangkan faktor internal pada umumnya adalah yang bisa
dikendalikan oleh bank.

B. Faktor-faktor yanag mempengaruhi likuiditas


Likuiditas merupakan hal yang penting dalam bisnis perbankan. Sebab, likuiditas
berkaitan dengan masalah kepercayaan masyarakat. Bank adalah bisnis yang dilandasi

2
pada kepercayaan. Baik-buruknya likuiditas bank dipengaruhi oleh banyak faktor. Namun
faktor dominannya dapat dikelompokan menjadi faktor eksternal dan internal.
1. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang memengaruhi kondisi likuiditas bank syariah dapat diidentifikan
sebagai berikut:
a) Karakteristik Penabung
Faktor eksternal adalah berbagai hal yang terjadi diluar bank yang dapat
mempengaruhi. Sebagai contoh di indonesia sebagai negara penduduk muslim
terbesar di dunia menunjukan bahwa mereka sangat rasional dalam urusan bisnis
walaupun menyadari niali-nilai realigius dalam transksi keuangan. Majelis ulama
indonesia telah mengaharamkan bunga tetapi meraka tetep menyimpan uangnya di
bank konvensional swpanjang lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan
bank syariah. Ini merupan salah stau masalah yang harus diperhatikan jika kita
bicara tentang manajemen likuiditas.
Secara spesifik para deposan bank syariah memiliki pola prilaku menabung
sebagai berikut:
1. Menyimpan dalam instrumen tabungan jangka pendek sehingga bisa dicairkan
kapan saja baik dengan penalti atau tanpa panalti.
2. Untuk kepentingan jangka pendek dan lebih mengutamakan keuntungan. Dalam
kondisi ekonomi dimana suku bunga naik dan pasar uang yang volatile, mereka
akan pindah ke bank konvensional ataun pasar uang konvensional.
3. Oleh karenanya banyak penabung di bank syariah juga tetap memeihara rekening
tabungan di bank konvensional.
Data pada tahun 2007-2008 menunjukan bahwa jenis simpanan yang paling
digemari oleh para penyimpan di bank syariah adalah deposito mudorobah yaitu
46%, 1kemudian diikuti oleh tabungan mudorobah 33% dan giro wadiah 21%.Hal
ini menunjukan bahwa kecendrungan penyimpan untuk mendapatkan return yang
lebih tinggi, walaupun mereka masih menepatkan dalam jangka waktu relatif
pendek, mudah diperpanjang dan dicairkan. Dari sisi pengelolaan likuiditas hal ini
tentu saja agak merepotkan bank, karena dana-dana jangka pendek memiliki
volatilitas yang sangat tinggi.

1 Antonio,Muhamad Syafi,1999. Bank Syariah, Wacana Ulama dan Cedekiawan. Jakarta: diterbitkan atas


Kerja Sama BI dan Tazkiya Institute

3
Salah satu cara untuk menyelaraskan pendapatan dana dan penenaman  atau
pembiayaan adalah dengan menciptakan return yang menarik pada produk deposito.
Bank syariah harus aktif mencari proyek-proyek (financing muqayyadah). Cara lain
adalah dengan mengarahkan pembiayaan mereka dari yang berbasis utang dan yang
berbasis penyertaan dengan return yang menarik. Sebenarnya inilah bentuk operasi
bank syariah yang ideal.
Pembiyaan dengan basis utang ini mendominasi kira-kira 65% dari total
pembiayaan bank syariah di indonesia. Sementara itu, pembiyaan berdasarkan
penyertaan seperti mudarobah dan musyarakah hanya mencapai 35% dari total
penyaluran pembiayaan. Dengan menerapkan strategi penyaluran pembiayaan
seperti ini, maka sosok bank syariah dapat digambarkan sebagai berikut;
memberikan return yang hampir sama dengan bank konvensional, harus
mengantisipasi kebutuhan likuiditas jangka pendeknya dan memiliki tingkat risiko
pembiayaan rendah.
b) Kondisi Ekonomi dan Moneter
Sebagai bagian  dari sistm perekonomian, kondisi perekonomian secara
umum sangat mempengaruhi kondisi likuiditas perbankan syariah. Pada saat tingkat
inflasi tinggi yang ditandai dengan tingginya demand, otoritas moneter akan
mengambil kebijakan kontaksi moneter dengan memainkan instrumen moeter
seperti menaikkan tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia.
Akibatnya bank konvensional juga akan menaikkan suku bunganya
sehingga deposan yang memiliki mind-set rational akan menarik dananya dari bank
syariah dan memindahkannya ke bank konvensional. Bank konvensional lebih
memiliki fleksibilitas dan menyesuaikan returnya (suku bunganya) dibandingkan
dengan bank syariah. Tidak bisa dipungkiri bahwa persaingan didalam menarik
dana masyarakat tidak hanya datang dari bank konvensional, terutama persaingan
didalam mmperebutkan segmen deposan rational.
Terkadang terjadi distorsi pasar dimana bank lebih memilih untuk menahan
dananya untuk menempatkan di instrumen keuangan yang aman seperti SBIS
daripada menyalurkan dalam bentuk pembiayaan karena terjadi kelesuan disektor
riel. Hal ini juga menyebabkan bank bank kelebihan likuiditas secara individual
dana mengakibatkan terjadinya penurunan tingkat profitabilitas yang tentu saja
yang menimblkan penurunan bagi hasil penyimpan dana di bank syariah. Belum
lagi masuknya hot money yang berasal sari luar sebagai konsekuensi dari sistem

4
ekonomi terbuka akan membanjiri pasar uang sehingga industri riel memiliki
banyak pilihan untuk membiayai usaha mereka. Kesemuanya menjadi tantangan
tersendiri di dalam mengelola likuiditas bank syariah.
c) Persaingan antar Lembaga Keuangan
Persiangan antar lembaga keuangan juga mempengaruhi likuiditas bank
syariah. Pada saat bank syariah memberikan likuiditas bank return yang rendah,
pada pemilik dana terutama pemilik dana rasional akan mencari alternatif lain untuk
mengoptimumkan return mereka. Berbagai lembaga keuangan seperti bank
konvensional, Lembaga Keuangan2 Bukan Bank dan pasar uang dan modal
merupakan pesaing yang harus diperhitungkan didalam memperebutkan dana
masyarakat. Bahkan fatw haram bunga bank menurut Majelis Ulama Indonesia dan
Muhammadiyah bau-baru ini tidak mempengaruhi perbankan syariah dalam arti
tidak terjadi perpindahan dana yang signifikan ke bank syariah. Direktur perbankan
syariah Bank Indoneia Ramzi Azuhdi menyatakan fatwa haram bunga bank yang
dikeluarkan Muhammadiyah tidak mempengaruhi perbankan syariah. Hal yang
sama pernah terjadi ketika Majelis Ulama Indonesia mengeluarkan fatwa serupa
beberapa waktu yang lalu, pengaruhnya saat itu tidak begitu besar.
Dari pernyataan-pernyataan tersebut jelas tergambar bahwa perbankan
syariah belm bisa mewarnai pasar atau dengan perkataan lain bahwa kondisi
perbankan di Indonesia masih didominasi oleh bank konvensional sehingga didalam
operasionalnya bank syariah dipengaruhi oleh dinamika yang terjadi pada
perbankan konvensional.
2.  Faktor Internal
Faktor internal yang memengaruhi kondisi likuiditas bank syariah dapat
diidentifikasikan sebagai berikut:
a) Manajemen Rrsiko Likuiditas
Risiko adalah potensi terjadinya suatu peristiwa (event) yang dapat
menimbulkan kerugian. Manajemen risiko adalah3serangkaian prosedur dan
teknologi yang digunakan untuk mengidentifikasi,mengukur, memantau dan

2 Arifin, Zainul. 2002. Dasar-Dasar Menejemen Bank Syariah. Jakarta: Alfabeta. Bank Indonesia. Surat Edaran


Bank Indonesia NO.26/1/BPPP Tanggal 29 Mei1993
3 Hempel,George H.,Alan B.Colemen dan Donal G.Simonson.1986. Bank Management. Teks and Case. New
York: Johan Wiley dan Sons

5
mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usaha bank. Risiko likuiditas
adalah risiko terjadinya kerugian yang merupakan akibat dari adanya kesenjangan
antara sumber pendanaan yang pada umumnya berjangaka pendek dan aktiva yang
pada umumnya berjangka panjang. Besar kecilnya risiko likuiditas ditentukan
antara lain:
1. Kecermatan dalam perencanaan arus kas atau arus dana berasarkan prediksi
pembiyaan dan pertumbuhan dana termasuk mencermati tingkat fluktuasi dana.
2.  Ketepatan dalam mengatur struktur dana termasuk kecukupan dana-dana
non Profit Loss Sharing (PLS).
3.  Kemampuan menciptakan akses ke pasar antar bank atau sumber dana lainnya,
termasuk fasilitas lender of last resort. Apabila kesenjangan tersebut cukup
besar maka akan menurunkan kemampuan bank untuk memenuhi kewajibannya
pada saat jatuh tempo.
Dalam mengantisipasi trjadinya risiko likuiditas, aktivitas manajemen risiko
yang pada umumnya ditetapkan oleh bank antara lain adalah:
1. Melaksanakan monitoring secara harian atas besarnya penarikan dana yang
dilakukan oleh nasabah baik berua penarikan melalui kliring maupun penarikan
tunai.
2.  Meleaksanakan monitoring secara harian atas semua dana masuk baik
melalui incoming transfer maupun setoran tunai nasabah.
3. Membuat analisis penarikan dana bersih terbesar yang oernah terjadi dan
membndingkannya dengan penarikan dana bersih rata-rata ssaat ini. Dari
analisi tersebut dapat diketahui tingkat ketahanan likuiditass bank.
4.  Selanjutnya bank menetapkan secondary reserve untuk menjaga posisi
likuiditas bank, antara lain menetapkan kelebihan dana dalam intrumen
keuangan yang likuid.
5. Menetapkan kebijakan cash holding limit pada kantor-kantor cabang bank.
6. Melaksanakan fungsi ALCO (asset-liability committee) untuk mengatur
tingkat return dan likuiditas bank.
7. Mengatur struktur portofolio dana.
8.  Mengadakan perjanjian credit line dengan lembaga keuangan lain.
1) Pengelolaan Likuiditas
Pengelolaan likuiditas bak dimaksudkan untuk memenuhi tujuan dan
terbentuknya likuiditas yang sehat, dengan kondisi sebagai berikut:

6
1. Tujuan manajemen likuiditas adalah untuk:
a) Menjalankan transaksi bisnisnya sehari-hari.
b)  Memenuhi kebutuhan dana mendesak.
c) Memuaskan permintaan nasabah akan pembiyaan.
d)  Memberikan fleksibelitas dalam meraih kesempatan investasi menarik yang
menguntungkan.
e)  Menjaga posisi likuiditas bank agar mampu memenuhi ratio yang ditentukan
bank sentral.
f)  Meminimalkan idle fund (dana mengendap).
2.  Ciri-ciri bank yang memiliki likuiditas sehat.
Dengan melakukan manajemen likuiditas maka bank akan dapat
memelihara likuiditas yang dianggap sehat dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Memiliki sejumlah alat likuid, cash asset (uang kas,rekening pada bank
sentral dan bank lainnya) setara dengan kebutuhan likuiditas yang
diperkirakan.
b. Memiliki likuiditas kurang dari kebutuhan, tetapi memiliki surat-surat
berharga yang segera dapat dialihkan menjadi kas, tanpa harus mngalami
kerugian baik sebelum atau sesudah jatuh tempo.
c.  Memiliki kemampuan untuk memperoleh likuiitas dengan cara menciptakan
uang, misalnya dengana menjual surat berharga dengan repurchase
agreement.
d.  Memenuhi ratio pengukuran likuiditas yang sehat yaitu:
a) Rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga:
1) Merupakan ukuran untuk menilai
2) Alat likuid bank terdiri atas uang kas,saldo giro pada bank sentral dan
bank koresponden.
3) Semakin besar rasio ini semakin besar kemampuanbank memenuhi
kewajiban jangka pendeknya,tetapi disisi lain mengidentifikasikan
semakin besarnya idle money.
b) Ratio pembiayaan terhadap total dana pihak ketiga (FDR).
1) Finance to Deposit Ratio (FDR), yang menggambarkan perbnidngan
pembiayaan yang disalurkan dengan jumlah DPK yang disalurkan.

7
2) Ratio ini harus dipelihara pada posisi tertentu yaitu 75-100%. Jika ratoi
dibawah 75% maka bank dalam kondisi kelebihan likuiditas, dan jika
ratio iatas 100% maka bank dalam kondisi kurang likuid.
3) Menurut kriteria Bank Indonesia, ratio sebesar 115% keatas nilai
kesehatan likuiditas bank adalah nol.
2) Perencanaan Likuiditas
dalam hal bank syariah melakukan perencanaan likuiditas, maka
perencanaan         likuiditas dapat dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:
1. Melakukan analisis perencanaan likuiditas yaitu mengidentifikasi kebutuhan
utama terhadap likuiditas kemudian membandingkan kebutuhan tersebutdengan
jumlah aktiva lancar yang dimiliki bank pada saat itu. Analisis ini dilakukan
dengan tiga tahap sebagai berikut:
a. Tahap pertama
Klasifikassikan sumber-sumber dana utama bank berdasarkan tingkat
kecepatan berputarnya. Kelompokan dana yang sifatnya stabil atau tetap dan
dana yang berfluktuasi. Estimasikan persentasse pada masing-masing
kelompok pada dana ayaitu dana yang dapat ditarik pada saat jatuh tempo
meliputi investasi mudharobah. Untuk memperkirakan jumlah penarikan pada
tabungan dan giro wadiah, bank syariah harus menganalisis dari pengalaman
penarikan dana masa-masa sebelumnya (historical data).
b. Tahap kedua
a) Kelompok jenis aktiva yang likuid maupun yang tidak likuid.
b) Pengelompokan ini dimaksudkan untuk mengukur kemampuan bank dalam
memenuhi kebutuhan likuiditasnya dari aktiva lancar yang dimilikinya.
c. Tahap ketiga
a) Bandingkan total aktiva lancar dengan dana ang dianggap berubah-ubah
(volitile).
b) Apabila perbandingan tersebut hasilnya sama dengan satu berarti posisi
kebutuhan likuiditas persis sama dengan jumlah aktiva lancar yang dimiliki
bank saat itu (balance liquidity position).
d. Tahap keempat
Tentukan kebutuhan likuiditas bank yang biasanya dipengaruhi oleh
fakto-faktor berikut ini:

8
a) Kewajiban reserve yang ditetapkan oleh bank sentral, yaitu merupakan Giro
Wajib Minimum (GWM) yang merupakan ketentuan Bank Indonesia. Giro
Wajib Minimum merupakan kewajiban cadangan (reserve
rerequirement) yang ditetapkan oleh Bank Indoneisia sebesar persentase dari
Dana Pihak Ketiga (DPK). Dana Pihak Ketiga meliputi seluruh DPK dalam
rupiah maupun valuta asing pada seluruh kantor bank yang bersangkutan di
indoneisa.
b)  Kebutuhan Dana Operasional
c) Rencana penyaluran pembiayaan termasuk komitmen bank kepada nasabah
atau pihak lain untuk memberikan fasilitas pembiayaan atau melakukan
inestasi. Bisnis di perbankan merupakan bisnis kepercayaan, oleh karenanya
pemenuhan komitmen harus menjadi fokus bank syariah.
d) Estimasi penarikan dana oleh nasabah, baik yang reguler maupun inreguler.
e) Saldo minimum pada bank koresponden.
3) Strategi Pengelolaan Likuiditas
Di dalam memelihara likuiditas maka faktor ekstern harus diperhatikan dan
diantisipasi. Harus didasari bahwa perbankan syariah adalah industri yang
masih  dalam tahap permulaan sehingga belum mampu menjadi pemimpin dalam
industri perbankan khususnya di Indonesia. Berdassarkan kenyataan tersebut maka di
dalam isu llikuiditas ini, di samping bersaing dengan sesama bank syariah, persaingan
juga terjadi dengan bank konvensional yang sudah mapan. Untuk mengatasi damn
mengatsi massalah likuiditas dikaitkan dengan upaya pengembangan bank syariah,
tuntunan deposan,profesionalitas, tingkat profitabilitas dan kepatuhan terhadap sistem
syariah, bank syariah harus melakukan hal-hal berikut ini:
a) Menggiatkan pendidikan dan sosialisasi bank isalam khususnya menjelaskan
tentang aspek-aspek ekonomi dan sistem nilai keislaman kepada masyarakat.
Diharapkan dengan cara ini akan memberikan dampak positif berikut:
a. Deposan atau investor baru akan datang mendeposit dananya ke bank islam.
b. Meningkatkan dana baru yang masuk akan meningkatkan kemampuan ekspansi
bisnis bank islam dan suatu saat diharapkan mampu  mewarnai industri
perbankan.
c.  Deposan tidak terpengaruh dengan return tinggi yang tidak halal yang
ditawarkan oleh lembaga keuangan konvensional.

9
b) Terus memperbaiki dan meningkatkan kinerja bank syariah. Mengintensifkan dan
fokus pada equity based financing seperti joint financing untuk membiayai
proyek-proyek pemerintah dan swasta, membeli sukuk pemerintah
atau corporate, dan lain-lain. Menawarkan return tinggi dan komperatif adalah
salah satu cara memelihara loyalitas segmen deposan rasional juga menarik
deposan baru.
c) Memperkuat koordinasi,komunikasi, daan pengertian dengan deposan atau
investor dan patner bisnis. Terkait dengan pendekatan syariah terhadap risiko
likuiditas, proses mobilisasi dana dan proses penyaluran dana menyangkut tiga
komponen penting, yaitu:
a. Tingkah laku masyarakat karena operassional bank syariah didasarkan pada
amanah dan berbagai resiko dengan patner bisnis.
b. Harmonisasi asset dan liability.
c.  Pengukuran dan monitoring dana.
d) Mengidentifikasikan berapa banyak deposan rational yang dimiliki bank. Salah
satu cara untuk mengidentifikasikan rational deposan adalah dengan mengamati
berapa banyak dan mereka yang menarik dananya dan memindahkan ke bank
konvensional ketika tingkat suku bunga dari bank konvensional lebih tinggi
dari return yang dihasilkan oleh Bank Islam.
e) Membentuk satuan tugas atau tim khusus untuk memonitor, mengevaluasi dan
mendeteksi kemungkinan terjadinya kesulitan likuiditas yang akan menimpa bank.
Hal pertama yang harus dilakukan adalah meneliti aliran dana untuk
mengantisipasi mismatch asset-likuiditas, menetapkan kebijakan internal
mengenai ukuran default dari partner bisnis, mendesain strategi menghadapi
masalah likuiditas sekaligus struktur birokrasi pengambilan  keputusan di dalam
memenuhi kebutuhan likuiditas yang mendesak.
f) Menyiapkan kas dan cadangan likuiditas untuk kondisi tertentu. Bank
membutuhkan lukuiditas untuk transakasi reguler maupun irreguler. Transakasi
reguler adalah operasional sehari-hari, sementara transaksi irreguler terdiri dari
dua hal yaitu:
a. rreguler tetapi dapat diprediksi.
b. Irreguler dan tidak dapat diprediksi.
Kebutuhan likuiditas irreguler yang dapat diprediksi diantaranya adalah
kewajiban menyediakan dana untuk kebutuhan keuangan untuk operasional

10
pemerintah yang biasanya sangat besar. Tetapi kebutuhan kebutuhan likuiditas
irreguler adalah penarikan yang tiba-tiba oleh deposan dalam jumlah besar yang
disebabkan keadaan tertentu.
g) Mendisain fortofolio bank termasuk intrumen yang likuid. Likuid instrumen
tersebut siap setiap saat untuk dicairkan kapanpn dibutuhkan. Alternatif lain
adalah dengan mencari likuiditas dari pasar uang syariah atau didalam keadaan
yang sangat mendesak bank dapat memohon bantuan likuiditas dari bank
sentral.4 Bank syariah belum menjadi pemain utama di industri perbankan
Indonesia oleh karena itu di dalam menjalankan operasionalnya harus mencermati
dinamika yang terjadi pada perbankan konvensional. Walaupun penduduk
indoneisa mayoritas beragama islam, namun sikap di dalam mengambl keputusan
memilih lembaga untuk menabung atau berinvestasi lebih berorientasi
kepada return yang ditawarkan oleh lembaga keuangan. Kondisi perekonomian,
dinamika perbankan konvensioanal dan keberpihakan masyarakat islam terhadap
bank syariah sangat memengaruhi strategi pengelolaan likuiditas bank syariah.
Manajemen likuiditas di bank syariah atau Unit Usaha Syariah merupakan
bagian dari asset dan liability management yang secara umum bertujuan untuk
menjaga likuiditas suatu bank syariah atau Unit Usaha Syariah agar kegiatan
operasional tetap berjalan dan kepercayaan masyarakat terjaga. Sumber kebutuhan
likuiditas berasal dari kewajiban reserve yang ditetapkan oleh bank setral, jenis
dana yang dihimpun bank dan komitmen bank dalam pembiayaan atau investasi.
Alat untuk memenuhi likuiditas adalah:
1. Primary reserve yang terdiri dari alat likuid.
2. Secondary reserve, yang terdiri dari intrumen keuangan syariah.
3. Asset sale atau sekuritisasi aset.
Jika terjadinya kekurangan likuiditas, maka bank syariah atau Unit Usaha
Syariah perlu mengupayakan dana dana dari Pasar Uang Antar bank Syariah
(PUAS) dan jika tidak mencukupi bank dapat mengajukan permohonan Fasilitas
Pembiayaan Jangka Pendek Syariah (FPJPS) kepada Bank Indonesia. Ruang
Lingkup dalam pengelolaan likuiditas adalah mengoptimalisasi penggunaan dana
agar tidak terjadi idle fund yang besar dan tidak terjebak dalam kesulitan likuiditas.
Untuk itu estimasi kebutuhan dana likuiditas yang diperoleh melalui proyeksi arus
4 Johson, Prak P. Dan Richerd D. Johson. 1995. Comercial Bank Management. New York : UPP –AMP YKPN.

11
kas menjadi sangat penting. Intsrumen di Pasar Uang Antar Bank Syariah masih
kurang.

C. Tujuan Mnajemen Likuiditas


Tujuan manajemen lukuiditas adalah sebagai berikut:
1. Cadangan yang dibutuhkan dan yang telah di tetapkan oleh bank sentral karena kalau
tidak dipenuhi nakan terkena pinalti dari bank sentral.
2. Memperkecil dana yang menganmggur karena kalau memiliki banyak dana yang
menganggur akan Mencapai mengurangi profitabilitas bank.
3. Mencapai likuiditas yang aman menjaga proyeksi  cashflow kedalam kondisi yang
sangat mendesak misalnya penarikan dana dari nasabah, pengambilan nasabah.

12
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
          Dari berbagai penjelasan diatas, maka ditarik sebuah kesimpiulan bahwa manajemen
likuiditas bank syariah diartikan sebagai suatu program pengendalian alat-alat likuiditas yang
mudah ditunaikan guna memenuhi suatu kewajiban bank yang segera harus dibayar. Adapun
tujuan dari manajemen likuiditas adalah
Tujuan manajemen lukuiditas adalah sebagai berikut
1. Cadangan yang dibutuhkan dan yang telah di tetapkan oleh bank sentral karena kalau
tidak dipenuhi nakan terkena pinalti dari bank sentral.
2.  Memperkecil dana yang menganmggur karena kalau memiliki banyak dana yang
menganggur akan mencapai mengurangi profitabilitas bank.
          Mencapai likuiditas yang aman menjaga proyeksi  cashflow kedalam kondisi yang
sangat mendesak misalnya penarikan dana dari nasabah, pengambilan nasabah.

13
DAFTAR PUSTAKA

Antonio, Muhamad Syafi, 1999. Bank Syariah, Wacana Ulama dan


Cedekiawan. Jakarta: diterbitkan atas Kerja Sama BI dan Tazkiya Institute.
Arifin, Zainul. 2002. Dasar-Dasar Menejemen Bank Syariah. Jakarta: Alfabeta.
Bank Indonesia. Surat Edaran Bank Indonesia NO.26/1/BPPP Tanggal 29 Mei1993
Hempel,George H.,Alan B.Colemen dan Donal G.Simonson.
1986. Bank Management. Teks and Case. New York: Johan Wiley dan Sons
Johson, Prak P. Dan Richerd D. Johson. 1995. Comercial Bank Management. New York :
UPP –AMP YKPN.

14

Anda mungkin juga menyukai