Manajemen Likuiditas
Disusun Oleh:
Kelompok IV
Dosen Pengampu:
MANAJEMEN-IV B
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATRA UTARA
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT kami ucapkan dan atas segala rahmat dan karunia-Nya
yang diberikan, akhirnya Kami dapat menyelesaikan “Makalah Manajemen Likuiditas” dengan
tepat waktu untuk memenuhi tugas studi matakuliah Manajemen Perbankan.
Kami telah menyusun makalah ini semaksimal mungkin, namun kami menyadari bahwa banyak
sekali kekurangan dalam karya kami ini. Oleh karena itu jika ada kesalahan atau kekurangan,
dari materi, isi, cara penyajian, bahasa, maupun kami mohon maaf.
Kami berharap pembaca untuk memberikan masukan dalam makalah yang kami susun ini. Kritik
dan saran dari berbagai pihak adalah sebagai motivasi kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca dalam matakuliah Manajemen
Perbankan.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan....................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Likuiditas..............................................................................................2
B. Faktor-faktor yanag mempengaruhi likuiditas...................................................... 3
C. Faktor Internal....................................................................................................... 4
D. Pengelolaan Likuiditas........................................................................................... 5
E. Perencanaan Likuiditas..........................................................................................6
F. Strategi Pengelolaan Likuiditas..............................................................................8
G. Tujuan Manajemen Likuiditas..............................................................................10
A. Kesimpulan.......................................................................................................... 11
B. Saran....................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Secara umum tugas utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dari bentuk
simpanan. Kemudian dana yang telah terkumpul ersebut disalurkan kembali kepada masyarakat
dalam bentuk pinjaman (kredit), serta memberikan jasa-jasa bank lainnya. Untu bisamenghimpun
dana dari masyarakat, makaS bank harus memiliki keharusan untuk meyakinkan nasabah bahwa
uang yang mereka titipkan dijamin keamannya. Dengan demikian agar bisa memberikan kepada
para nasbah, maka bank tersebut harus likuid. Kajian mengenai likuditas didunia perbankan,
merupakan satu keharusan yang harus dilakukan. Baik itu oleh pihak perbankan praktisi
keuangan,ataupun pihak-pihak ketiga yang berencana menitipkan dananya di bank. Pentingnya
penilaian atas likuiditas suatu bank, merupakan salah satu untuk bisa menentukan apakah bank
tersebut dalam kondisi yang sehat,cukup sehat,kurang sehat,dan tidak sehat. Salah satu penyebab
kebangkrutan suatu bank adalah karena ketidakmampuannya dalam memenuhi kebutuhan
likuiditasnya. Oleh karena itu, likuiditas yang tersedia harus cukup sehingga tidak mengganggu
kebutuhan operasional.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN MASALAH
PEMBAHASAN
A. Pengertian Likuiditas
Likuiditas merupakan suatu hal yang sangat penting bagi bank untuk dikelola dengan
baik karena akan berdampak pada profitabilitas serta business sustainbility dan continuity. Hal
ini jga tercermin dari peraturan bank indonesia yang menetapkan likuiditas sebagai salah satu
dari delapan resiko yang harus dikelola oleh bank. Konsep likuiditas didalam dunia bisnis
diartikan sebagai kemampuan menjual aset dalam waktu singkat degan kerugian yang paling
minimal. Tetapi pengertian likuiditas dalam dunia perbankan lebih kompleks dibanding dengan
dunia bisnis secarra umum. Dari sudut aktiva, likuiditas adalah kemampuan untuk mengubah
seluruh aset menjadi bentuk tunai (cash), sedangkan dari sudut pasiva, likuiditas adalah
kemampuan bank memenuhi kebutuhan dana melalui peningkatan fortofolio liabilitas.
Secara garis besar manajemen likuiditas terdiri dari dua bagian, yaitu:pertama,
memperkirakan kebutuhan dana, yang berasal dari penghimpunan dana (deposit inflow) dan
untuk menyalurkan dana (fund out flow) dan berbagai komitmen pembiayaan (finance
cimmitment), bagian kedua dari manajemen likuiditas adalah bagaimana bank bisa memenuhi
kebutuhan likuiditasnya. oleh karena itu, bank harus mampu mengidentifikasikan karakteristik
setiap produk bank baik disisi aktiva maupun pasiva serta faktor-faktor yang mmpengaruhinya.
Kelebihan dan kekurangan likuiditas sama-sama memilki damak kepada bank. Jika bank
terlalu konservatif mengelola likuiditas dalam pengertian terlalu besar memelihara likuiditas
akan mengakibatkan profitabilitas bank menjadi rendah walaupun dari sisi liquidity shortage risk
akan aman. Sebaliknya jika bank menganut pengelolaan likuiditas yang agresif maka cebderung
akan dekat dengan liquidity shortage risk akan teteapi memiliki keseempatan untuk memperoleh
profit yang tinggi. Shortage liquidity risk akan menyebabkan dampak serius terhadap business
contuinity dan businnes sustainability.
Secara garis besar kondisi likuiditas bank dipengaruhi oleh faaktor eksternal dan internal.
Faktor eksternal adalah uncontrollable factor sedangkan faktor internal pada umumnya adalah
yang bisa dikendalikan oleh bank. Faktor eksternal antara lain kondisi ekonomi dan moneter,
karakteristik deposan, kondisi pasar uang, peraturan, dan lain-lain. Sedangkan faktor internal
sangat tergantung pada kemampuan manajemen mengatur setiap instrumen likuiditas bank.
Contohnya adalah pemilihan strategi penerapan asset-liabilitas manajemen.
B. Faktor-faktor yanag mempengaruhi likuiditas
Likuiditas merupakan hal yang penting dalam bisnis perbankan. Sebab, likuiditas
berkaitan dengan masalah kepercayaan masyarakat. Bank adalah bisnis yang dilandasi pada
kepercayaan. Baik-buruknya likuiditas bank dipengaruhi oleh banyak faktor. Namun faktor
dominannya dapat dikelompokan menjadi faktor eksternal dan internal.
1.Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang memengaruhi kondisi likuiditas bank syariah dapat diidentifikan
sebagai berikut :
a Karakteristik Penabung
Faktor eksternal adalah berbagai hal yang terjadi diluar bank yang dapat mempengaruhi
funf inflow. Sebagai contoh di indonesia sebagai negara penduduk muslim terbesar di dunia
menunjukan bahwa mereka sangat rasional dalam urusan bisnis walaupun menyadari niali-nilai
realigius dalam transksi keuangan. Majelis ulama indonesia telah mengaharamkan bunga tetapi
meraka tetep menyimpan uangnya di bank konvensional swpanjang lebih menguntungkan jika
dibandingkan dengan bank syariah. Ini merupan salah stau masalah yang harus diperhatikan jika
kita bicara tentang manajemen likuiditas.
Secara spesifik para deposan bank syariah memiliki pola prilaku menabung sebagai berikut:
1. Menyimpan dalam instrumen tabungan jangka pendek sehingga bisa dicairkan kapan saja baik
dengan penalti atau tanpa panalti.
2.Untuk kepentingan jangka pendek dan lebih mengutamakan keuntungan. Dalam kondisi
ekonomi dimana suku bunga naik dan pasar uang yang volatile, mereka akan pindah ke bank
konvensional ataun pasar uang konvensional.
3.Oleh karenanya banyak penabung di bank syariah juga tetap memeihara rekening tabungan di
bank konvensional.
Sebagai bagian dari sistm perekonomian, kondisi perekonomian secara umum sangat
mempengaruhi kondisi likuiditas perbankan syariah. Pada saat tingkat inflasi tinggi yang ditandai
dengan tingginya demand, otoritas moneter akan mengambil kebijakan kontaksi moneter dengan
memainkan instrumen moeter seperti menaikkan tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia.
Akibatnya bank konvensional juga akan menaikkan suku bunganya sehingga deposan
yang memiliki mind-set rational akan menarik dananya dari bank syariah dan memindahkannya
ke bank konvensional. Bank konvensional lebih memiliki fleksibilitas dan menyesuaikan
returnya (suku bunganya) dibandingkan dengan bank syariah. Tidak bisa dipungkiri bahwa
persaingan didalam menarik dana masyarakat tidak hanya datang dari bank konvensional,
terutama persaingan didalam mmperebutkan segmen deposan rational.
Persiangan antar lembaga keuangan juga mempengaruhi likuiditas bank syariah. Pada
saat bank syariah memberikan likuiditas bank return yang rendah, pada pemilik dana terutama
pemilik dana rasional akan mencari alternatif lain untuk mengoptimumkan return mereka.
Berbagai lembaga keuangan seperti bank konvensional, Lembaga Keuangan[2] Bukan Bank dan
pasar uang dan modal merupakan pesaing yang harus diperhitungkan didalam memperebutkan
dana masyarakat. Bahkan fatw haram bunga bank menurut Majelis Ulama Indonesia dan
Muhammadiyah bau-baru ini tidak mempengaruhi perbankan syariah dalam arti tidak terjadi
perpindahan dana yang signifikan ke bank syariah. Direktur perbankan syariah Bank Indoneia
Ramzi Azuhdi menyatakan fatwa haram bunga bank yang dikeluarkan Muhammadiyah tidak
mempengaruhi perbankan syariah. Hal yang sama pernah terjadi ketika Majelis Ulama Indonesia
mengeluarkan fatwa serupa beberapa waktu yang lalu, pengaruhnya saat itu tidak begitu besar.
C. Faktor Internal
Faktor internal yang memengaruhi kondisi likuiditas bank syariah dapat diidentifikasikan
sebagai berikut:
Risiko adalah potensi terjadinya suatu peristiwa (event) yang dapat menimbulkan
kerugian. Manajemen risiko adalah[3] serangkaian prosedur dan teknologi yang digunakan untuk
mengidentifikasi,mengukur, memantau dan mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan
usaha bank. Risiko likuiditas adalah risiko terjadinya kerugian yang merupakan akibat dari
adanya kesenjangan antara sumber pendanaan yang pada umumnya berjangaka pendek dan
aktiva yang pada umumnya berjangka panjang. Besar kecilnya risiko likuiditas ditentukan antara
lain:
1.Kecermatan dalam perencanaan arus kas atau arus dana berasarkan prediksi pembiyaan dan
pertumbuhan dana termasuk mencermati tingkat fluktuasi dana.
2.Ketepatan dalam mengatur struktur dana termasuk kecukupan dana-dana non Profit Loss
Sharing (PLS).
3.Kemampuan menciptakan akses ke pasar antar bank atau sumber dana lainnya, termasuk
fasilitas lender of last resort. Apabila kesenjangan tersebut cukup besar maka akan menurunkan
kemampuan bank untuk memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo. Oleh karena itu, untuk
mengantisipasinya terjadinya risiko likuiditas, yang mana pengelolaan likuiditas bank juga
merupakan bagian dari pengelolaan liabilitas.
Dalam mengantisipasi trjadinya risiko likuiditas, aktivitas manajemen risiko yang pada
umumnya ditetapkan oleh bank antara lain adalah:
1.Melaksanakan monitoring secara harian atas besarnya penarikan dana yang dilakukan oleh
nasabah baik berua penarikan melalui kliring maupun penarikan tunai.
2.Meleaksanakan monitoring secara harian atas semua dana masuk baik melalui incoming
transfer maupun setoran tunai nasabah.
3.Membuat analisis penarikan dana bersih terbesar yang oernah terjadi dan membndingkannya
dengan penarikan dana bersih rata-rata ssaat ini. Dari analisi tersebut dapat diketahui tingkat
ketahanan likuiditass bank.
4.Selanjutnya bank menetapkan secondary reserve untuk menjaga posisi likuiditas bank, antara
lain menetapkan kelebihan dana dalam intrumen keuangan yang likuid.
6.Melaksanakan fungsi ALCO (asset-liability committee) untuk mengatur tingkat return dan
likuiditas bank.
D Pengelolaan Likuiditas
Dengan melakukan manajemen likuiditas maka bank akan dapat memelihara likuiditas
yang dianggap sehat dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a.Memiliki sejumlah alat likuid, cash asset (uang kas,rekening pada bank sentral dan bank
lainnya) setara dengan kebutuhan likuiditas yang diperkirakan.
b.Memiliki likuiditas kurang dari kebutuhan, tetapi memiliki surat-surat berharga yang segera
dapat dialihkan menjadi kas, tanpa harus mngalami kerugian baik sebelum atau sesudah jatuh
tempo.
c.Memiliki kemampuan untuk memperoleh likuiitas dengan cara menciptakan uang, misalnya
dengana menjual surat berharga dengan repurchase agreement.
b.Alat likuid bank terdiri atas uang kas,saldo giro pada bank sentral dan bank koresponden.
c.Semakin besar rasio ini semakin besar kemampuanbank memenuhi kewajiban jangka
pendeknya,tetapi disisi lain mengidentifikasikan semakin besarnya idle money.
b.Ratio ini harus dipelihara pada posisi tertentu yaitu 75-100%. Jika ratoi dibawah 75% maka
bank dalam kondisi kelebihan likuiditas, dan jika ratio iatas 100% maka bank dalam kondisi
kurang likuid.
c.Menurut kriteria Bank Indonesia, ratio sebesar 115% keatas nilai kesehatan likuiditas bank
adalah nol.
E. Perencanaan Likuiditas
Dalam hal bank syariah melakukan perencanaan likuiditas, maka perencanaan likuiditas
dapat dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:
1.Melakukan analisis perencanaan likuiditas yaitu mengidentifikasi kebutuhan utama terhadap
likuiditas kemudian membandingkan kebutuhan tersebutdengan jumlah aktiva lancar yang
dimiliki bank pada saat itu. Analisis ini dilakukan dengan tiga tahap sebagai berikut:
a.Tahap pertama
b.Tahap kedua
c.Tahap ketiga
1.Bandingkan total aktiva lancar dengan dana ang dianggap berubah-ubah (volitile).
2.Apabila perbandingan tersebut hasilnya sama dengan satu berarti posisi kebutuhan likuiditas
persis sama dengan jumlah aktiva lancar yang dimiliki bank saat itu (balance liquidity position).
d.Tahap keempat
Tentukan kebutuhan likuiditas bank yang biasanya dipengaruhi oleh fakto-faktor berikut ini :
1.Kewajiban reserve yang ditetapkan oleh bank sentral, yaitu merupakan Giro Wajib Minimum
(GWM) yang merupakan ketentuan Bank Indonesia. Giro Wajib Minimum merupakan
kewajiban cadangan (reserve rerequirement) yang ditetapkan oleh Bank Indoneisia sebesar
persentase dari Dana Pihak Ketiga (DPK).
Dana Pihak Ketiga meliputi seluruh DPK dalam rupiah maupun valuta asing pada seluruh kantor
bank yang bersangkutan di indoneisa.
3.Rencana penyaluran pembiayaan termasuk komitmen bank kepada nasabah atau pihak lain
untuk memberikan fasilitas pembiayaan atau melakukan inestasi. Bisnis di perbankan merupakan
bisnis kepercayaan, oleh karenanya pemenuhan komitmen harus menjadi fokus bank syariah.
4. Estimasi penarikan dana oleh nasabah, baik yang reguler maupun inreguler.
5. Saldo minimum pada bank koresponden.
Di dalam memelihara likuiditas maka faktor ekstern harus diperhatikan dan diantisipasi.
Harus didasari bahwa perbankan syariah adalah industri yang masih dalam tahap permulaan
sehingga belum mampu menjadi pemimpin dalam industri perbankan khususnya di Indonesia.
Berdasarkan kenyataan tersebut maka di dalam isu llikuiditas ini, di samping bersaing
dengan sesama bank syariah, persaingan juga terjadi dengan bank konvensional yang sudah
mapan. Untuk mengatasi damn mengatsi massalah likuiditas dikaitkan dengan upaya
pengembangan bank syariah, tuntunan deposan,profesionalitas, tingkat profitabilitas dan
kepatuhan terhadap sistem syariah, bank syariah harus melakukan hal-hal berikut ini:
1.Menggiatkan pendidikan dan sosialisasi bank isalam khususnya menjelaskan tentang aspek-
aspek ekonomi dan sistem nilai keislaman kepada masyarakat. Diharapkan dengan cara ini akan
memberikan dampak positif berikut:
a.Deposan atau investor baru akan datang mendeposit dananya ke bank islam.
b.Meningkatkan dana baru yang masuk akan meningkatkan kemampuan ekspansi bisnis bank
islam dan suatu saat diharapkan mampu mewarnai industri perbankan.
c.Deposan tidak terpengaruh dengan return tinggi yang tidak halal yang ditawarkan oleh lembaga
keuangan konvensional.
2.Terus memperbaiki dan meningkatkan kinerja bank syariah. Mengintensifkan dan fokus pada
equity based financing seperti joint financing untuk membiayai proyek-proyek pemerintah dan
swasta, membeli sukuk pemerintah atau corporate, dan lain-lain.
Menawarkan return tinggi dan komperatif adalah salah satu cara memelihara loyalitas segmen
deposan rasional juga menarik deposan baru.
3.Memperkuat koordinasi,komunikasi, daan pengertian dengan deposan atau investor dan patner
bisnis. Terkait dengan pendekatan syariah terhadap risiko likuiditas, proses mobilisasi dana dan
proses penyaluran dana menyangkut tiga komponen penting, yaitu:
a.Tingkah laku masyarakat karena operassional bank syariah didasarkan pada amanah dan
berbagai resiko dengan patner bisnis.
4.Mengidentifikasikan berapa banyak deposan rational yang dimiliki bank. Salah satu cara untuk
mengidentifikasikan rational deposan adalah dengan mengamati berapa banyak dan mereka yang
menarik dananya dan memindahkan ke bank konvensional ketika tingkat suku bunga dari bank
konvensional lebih tinggi dari return yang dihasilkan oleh Bank Islam.
5.Membentuk satuan tugas atau tim khusus untuk memonitor, mengevaluasi dan mendeteksi
kemungkinan terjadinya kesulitan likuiditas yang akan menimpa bank. Hal pertama yang harus
dilakukan adalah meneliti aliran dana untuk mengantisipasi mismatch asset-likuiditas,
menetapkan kebijakan internal mengenai ukuran default dari partner bisnis, mendesain strategi
menghadapi masalah likuiditas sekaligus struktur birokrasi pengambilan keputusan di dalam
memenuhi kebutuhan likuiditas yang mendesak.
6.Menyiapkan kas dan cadangan likuiditas untuk kondisi tertentu. Bank membutuhkan lukuiditas
untuk transakasi reguler maupun irreguler. Transakasi reguler adalah operasional sehari-hari,
sementara transaksi irreguler terdiri dari dua hal yaitu:
7.Mendisain fortofolio bank termasuk intrumen yang likuid. Likuid instrumen tersebut siap
setiap saat untuk dicairkan kapanpn dibutuhkan. Alternatif lain adalah dengan mencari likuiditas
dari pasar uang syariah atau didalam keadaan yang sangat mendesak bank dapat memohon
bantuan likuiditas dari bank sentral.[4]
Bank syariah belum menjadi pemain utama di industri perbankan Indonesia oleh karena itu
di dalam menjalankan operasionalnya harus mencermati dinamika yang terjadi pada perbankan
konvensional. Walaupun penduduk indoneisa mayoritas beragama islam, namun sikap di dalam
mengambl keputusan memilih lembaga untuk menabung atau berinvestasi lebih berorientasi
kepada return yang ditawarkan oleh lembaga keuangan. Kondisi perekonomian, dinamika
perbankan konvensioanal dan keberpihakan masyarakat islam terhadap bank syariah sangat
memengaruhi strategi pengelolaan likuiditas bank syariah.
Manajemen likuiditas di bank syariah atau Unit Usaha Syariah merupakan bagian dari
asset dan liability management yang secara umum bertujuan untuk menjaga likuiditas suatu bank
syariah atau Unit Usaha Syariah agar kegiatan operasional tetap berjalan dan kepercayaan
masyarakat terjaga. Sumber kebutuhan likuiditas berasal dari kewajiban reserve yang ditetapkan
oleh bank setral, jenis dana yang dihimpun bank dan komitmen bank dalam pembiayaan atau
investasi.
Jika terjadinya kekurangan likuiditas, maka bank syariah atau Unit Usaha Syariah perlu
mengupayakan dana dana dari Pasar Uang Antar bank Syariah (PUAS) dan jika tidak mencukupi
bank dapat mengajukan permohonan Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek Syariah (FPJPS)
kepada Bank Indonesia. Ruang Lingkup dalam pengelolaan likuiditas adalah mengoptimalisasi
penggunaan dana agar tidak terjadi idle fund yang besar dan tidak terjebak dalam kesulitan
likuiditas. Untuk itu estimasi kebutuhan dana likuiditas yang diperoleh melalui proyeksi arus kas
menjadi sangat penting. Intsrumen di Pasar Uang Antar Bank Syariah masih kurang.
1.Cadangan yang dibutuhkan dan yang telah di tetapkan oleh bank sentral karena kalau tidak
dipenuhi nakan terkena pinalti dari bank sentral.
2.Memperkecil dana yang menganmggur karena kalau memiliki banyak dana yang menganggur
akan Mencapai mengurangi profitabilitas bank.
3.Mencapai likuiditas yang aman menjaga proyeksi cashflow kedalam kondisi yang sangat
mendesak misalnya penarikan dana dari nasabah, pengambilan nasabah.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari berbagai penjelasan diatas, maka ditarik sebuah kesimpiulan bahwa manajemen
likuiditas bank syariah diartikan sebagai suatu program pengendalian alat-alat likuiditas yang
mudah ditunaikan guna memenuhi suatu kewajiban bank yang segera harus dibayar. Adapun
tujuan dari manajemen likuiditas adalah
1.Cadangan yang dibutuhkan dan yang telah di tetapkan oleh bank sentral karena kalau tidak
dipenuhi nakan terkena pinalti dari bank sentral.
2.Memperkecil dana yang menganmggur karena kalau memiliki banyak dana yang menganggur
akan mencapai mengurangi profitabilitas bank.
Mencapai likuiditas yang aman menjaga proyeksi cashflow kedalam kondisi yang sangat
mendesak misalnya penarikan dana dari nasabah, pengambilan nasabah.
B. SARAN
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kekeliruan dalam apa yang penulis
tulis, baca, dan pahami. Oleh karena itu untuk menjadikan makalah yang penulis sajikan ini lebih
baik, penulis memerlukan kritik dan saran dari para pembaca yang budiman sebagai salah satu
tanggung jawab ilmiah penulis. Semoga apa yang penulis tulis bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan. Terima kasih
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, Muhamad Syafi, 1999. Bank Syariah, Wacana Ulama dan Cedekiawan. Jakarta:
diterbitkan atas Kerja Sama BI dan Tazkiya Institute.
Tanggal 29 Mei1993
1986. Bank Management. Teks and Case. New York: Johan Wiley dan Sons
Johson, Prak P. Dan Richerd D. Johson. 1995. Comercial Bank Management. New York : UPP –
AMP YKPN.