Disusun oleh:
Alfira Auliana
Nim : 4032019079
Cut Fatimah Syam
Nim : 4032019019
Balqis Atikah
Nim : 4032019001
Mauliayanti
Nim : 4032010049
Dosen Pembimbing :
Nurjanah, M.Ek
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta nikmat-Nya kepada kami sehingga dapat meyelesaikan makalah ini untuk
memenuhi tugas perkuliahan dari mata kuliah Manajemen Risiko Keuangan Syariah yang
berjudul Risiko Likuiditas.
Kami sebagai penyusun pastinya tidak pernah lepas dari kesalahan. Begitu pula dalam
penyusunan makalah ini, yang mempunyai banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mohon
maaf atas segala kekurangannya.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam
menyelesaikan makalah ini. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai kita semua.
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................1
C. Tujuan Penulisan................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................2
Kesimpulan.................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Risiko likuiditas mempunyai dua arti, pengertian pertama yaitu ketidakpastian atau
kemungkinan perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran jangka pendek atau
pengeluaran tak terduganya. Pengertian kedua yaitu kemungkinan penjualan suatu asset
perusahaan dengan diskon yang tinggi karena sulitnya mencari pembeli. Perusahaan
menghadapi risiko likuiditas jenis ini terutama bagi yang menanamkan uang di surat
berharga.
Ciri dari risiko likuiditas tipe kedua ini adalah besarnya spread, yaitu selisih harga beli dan
jual. Sekalipun risiko likuiditas berkaitan dengan jangka waktu yang pendek, kondisi tidak
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan risiko likuiditas?
2. Apa saja faktor yang bisa mempengaruhi risiko likuiditas?
3. Bagaimana karakteristik risiko likuiditas perbankan syariah?
4. Bagaimana proses terjadinya manajemen risiko likuiditas?
C. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk menjelaskan kepada para pembaca bagaimanakah
definis risiko likuiditas, faktor yang bisa mempengaruhi risiko likuiditas, karakteristik risiko
likuiditas dalam perbankan syariah, dan bagaimana proses terjdinya manajemen risiko
likuiditas.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Manajemen risiko merupakan suatu pelaksanaan fungsi dari manajemen dan bertujuan
baik untuk penanggulangan risiko yang telah terjadi ataupun peminimalisiran risiko yang
akan terjadi. Dalam kehidupan sehari-hari tentu selalu ada risiko dalam setiap pengambilan
keputusan, termasuk pada nilai tukar mata uang atau kurs dan adanya perubahan penawaran
Resiko likuiditas adalah resiko akibat ketidakmampuan bank syariah untuk memenuhi
kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas atau aset likuid yang berkualitas
tinggi yang dapat digunakan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan yang baik.1
Manajemen risiko dalam bank Islam mempunyai karakter yang berbeda dengan bank
konvensional, terutama karena adanya jenis-jenis resiko yang khas melekat pad bank-bank
yang beroprasi secara syariah. Dengan kata lain, perbedaan mendasar antara bank islam
dengan bank konvensional bukan terletak pada bagaimana cara mengukur, melainkan pada
Resiko likuiditas sebagai potensi kerugian yang dapat dialami oleh bank islam karena
ketidakmampuannya memenuhi liabilitasnya yang telah jatuh tempo atau ketidak mampuan
bank islam dalam menandai peningkatan asetnya dengan biaya yang relatif murah dan tanpa
adanya kerugian berarti yang diderita. Sementara itu PBI Nomor 13/23/PBI/2011
mendefinisikan resiko likuiditas sebagai resiko akibat ketidak mampuan bank memenuhi
liabilitas yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas dan atau aset likuid berkualitas
tinggi yang dapat diagungkan, tanpa mengganggu aktivitas dan keuangan bank.
1
Bambang Rianto Rustam, Manajemen Resiko Perbankan Syariah di Indonesia, Jakarta,Salemba Empat, 2013,
hlm.147.
2
Adiwarman, A. karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, cet. 3 (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
2006) hlm.35
2
Dapat disimpulkan bahwa likuiditas bagi institusi perbankan lebih kompleks
dibandingkan lembaga keuangan lainnya. Likuiditas bagi bank mencakup dua hal, yakni
kemampuan bank islam untuk segera memenuhi liabilitas yang jatuh tempo dan kemampuan
bank islam untuk mendapatkan dana baru dengan biaya relatif murah. Liabilitas bank yang
jatuh tempo adalah jumlah dana simpanan (giro, tabungan, dan deposito) yang akan ditarik
kembali oleh nasabah. Sementara dana baru yang dimaksud adalah akses atau sumber
pendanaan yang dapat diperoleh oleh bank islam ketika bank islam membutuhkan dana cepat,
untuk mendanai aset atau untuk memenuhi liabilitas jangka pendek yang jatuh tempo.
a. Identifikasi Risiko
Identifikasi risiko yang dilakukan dalam bank Islam tidak hanya mencakup berbagai
risiko yang ada pada bank pada umumnya, melainkan juga meliputi risiko yang khas hanya
ada pada bank-bank yang beroprasi berdasarkan prinsip syariah. Dalam hal ini, keunikan
Proses manajemen,
Teknologi,
Lingkungan eksternal,
Kerusakan.
b. Penilaian Risiko
Dalam penilaian risiko, keunikan bank Islam terlihat pada hubungan antara probability
c. Antisipasi Risiko
3
Preventive. Dalam hal ini, bank islam memerlukan persetujuan DPS untuk
mencegah kekeliruan proses dan transaksi dari aspek syariah. Disamping itu,
bank islam juga memerlukan opini bahwa fatwa DSN bila bank Indonesia
Detective. Pengawasan dalam bank islam meliputi dua aspek, yaitu aspek
d. Monitoring Risiko
Aktivitas dalam bank islam tidak hanya meliputi manajemen bank islam, tetapi juga
Resiko likuiditas perbankan merupakan akibat dari interaksi antara aset dan liabilias yang
bank islam miliki. Sehingga permasalah likuiditas pada bank islam dapat terjadi jika
1 Pada saat terjadi penarikan dana simpanan berjumlah besar, bank islam tidak
memiliki cukup dana dan sumber pendanaan cepat yang dapat digunakan
2 Ketika bank islam telah memiliki komitmen pembiayaan dalam jumlah besar
yang belum terealisasi dengan debitur dan pada saat realisasi, bank islam tidak
3 Terjadi penarikan simpanan yang cukup besar dan bank islam tidak memiliki
nasabah.
4
Terjadinya penurunan besar-besaran terhadap nilai aset yang bank memiliki memicu ketidak
Likuiditas menjadi hal yang penting bagi bank islam untuk dikelola. Pengelolaan
likuiditas pada bank islam sedikit lebih rumit dibandingkan jenis resiko lainnya. Hal ini
disebabkan karena likuiditas memiliki dua sisi yang bertolak blakang. Disatu sisi tingginya
likuiditas membuat posisi bank relatif aman dan stabil, tetapi disisi lain likuiditas yang
terlalu tinggi justru membuat tingkat profitabilitas mmenjadi rendah karena aset-aset yang
likuid biasanya tidak dapat memberikan tingkat imbal hasil yang tinggi. Manajemen resiko
likuiditas yang baik harus diawali denngan proses pengukuran likuiditas pada bank islam dan
diakhiri dengan berbagi strategi mitigrasi resiko yang dapat dilakukan oleh bank islam untuk
Secara historis penerapan manajemen risiko pada bank syariah, dalam hal ini BI sendiri
baru mulai menerapkan aturan perhitungan capital adequacy ratio (CAR) pada bank sejak
1992. Sementra itu, bank dengan prinsip syariah lahir pertama kali di-Indonesia pada tahun
yang sama. Jadi jika dilihat dari usia system perbankan syariah, hal ini merupakan tantangan
yang berat.
Bank syariahpun akan sangat sulit mengikuti konsep yang telah dijalankan perbankan
membutuhkan waktu yang panjang untuk membangun system dan mengembangkan teknik
manajemen risiko.
3
Imam Wahyudi dkk, Manajemen Resiko Bank Islam, Jakarta, Salemba Empat, 2013. Hlm 212.
5
Dilain pihak, operasi bank syariah memiliki karakteristik dan perbedaan yang sangat
mendasar jika dibandingkan dengan bank konvensional, sementara manajemen risiko juga
harus diimplementasikan oleh bank syariah agar tidak hancur dihantam risiko.
Maka cara yang paling cepat dan efektif adalah mengadopsi system manajemen risiko
bank konvensional yang disesuaikan dengan karakteristik perbankan syariah, inilah yang
dilakukan BI sebagai regulator perbankan nasional yang akan menerapkan juga bagi bank
syariah.
Dalam hal ini Islamic Financial Services Board (IFSB) telah merumuskan prinsip-
prinsip manajemen risiko bagi bank dan lembaga keuangan yang berprinsip syariah.
Disebutkan bahwa bahwa kerangka manajemen risiko lembaga keuangan syariah mengacu
pada Basel Accord II,4(yang juga diterapkan perbankan konvensional) dan disesuaikan
Secara umum risiko yang dihadapi perbankan syariah bisa diklasifikasikan menjadi dua
bagian besar, yakni risiko yang sama denganyang dhadapi oleh perbankan konvensional dan
risiko yang memiliki keunikan tersendiri karena harus mengikuti prinsip-prinsip syariah.
Resiko kredit, risiko pasar, risiko opResikonal, risiko likuiditas, dan risiko hukum harus
dihadapi bank syariah tetapi, karena harus mematuhi aturan, risiko-risiko yang dihadapi bank
Bank syariah juga harus menghadapi risiko-risiko lain yang unik (khas).Risiko unik ini
muncul karena isi neraca bank syariah yang berbeda dengan bank konvensional. Dalam hal
ini pola bagi hasil (profit and loss sharing) yang dilakukan bank syariah menambah
kemungkinan munculnya risiko-risiko lain. Seperti withdrawal risk, fiduciary risk, dan
4
5
Siswanto. Ely, Sulhan, Manajemen Bank Konvensional dan Syariah, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), Cet. I,
h. 151-152
6
displaced commercial risk merupakan contoh risiko unik yang harus dihadapi bank
pada prinsip-prinsip syariah. Withdrawal risk, adalah risiko penarikan dana yang disebabkan
oleh deposan bila keuntungan yang mereka terima lebih rendah dari tingkat return.
Fiduciary risk sebagai risiko yang secara hukumbertanggung jawab atas pelanggaran kontrak
investasi baik ketidaksesuaiannya dengan dengan ketentuan syariah atau salah kelola
yang berhubungan dengan simpanan kepada pemegang ekuitas.Risiko ini bisa muncul ketika
bank berada dibawah tekanan untuk mendapatkan profit, namun bank justru harus
ringan sehubungan dengan penerapan manajemen risiko ini, seperti pemilihan instrument
finansial yang sesuai dengan prinsip syariah, termasuk juga instrument pasar uang yang bisa
Perbedaan antara rumusan teoritis dan realita dari perbankan syariah dapat
diidentifikasikan dengan jelas. Secara teoritis, para ekonom muslim menjelaskan bahwa pada
sisi liabilitas, bank syariah hanya memiliki dan investasi (investment deposit). Sedangkan
pada sisi aset, dana investasi ini selanjutnya akan disalurkan melalui bagi hasil (profit
sharing). Berdasarkan sistem ini, gejolak yang terjadi pada sisi aset, secara otomatis
ditompang oleh konsep berbagi risiko (risk sharing) sebagai karakteristik dari dana
investasi. Dengan demikian, secara teoritis perbankan syariah menawarkan alternatif yang
dari sistem ini adalah sebanding dengan risiko yang melekat pada reksadana (mutual fund).
7
Fokus perhatian dari studi ini adalah pada aspek praktik perbankan syariah.
Bagaimanapun, praktik perbankan syariah tidaklah sama dengan apa yang ada dalam teori.
Pada sisi aset, investasi dapat dilakukan melalui model pembiayaan berbasis bagi hasil
(mudharabah dan musyarakah) dan model pembiayaan berbasis pendapatan tetap (fix
income), seperti murabahah (jual beli dengan mark-up), jual beli dengan cicilan (murabahah
pembayaran dimuka) dan ijarah (sewa-menyewa). Dana hanya disediakan untuk membiayai
aktivitas bisnis yang sesuai dengan prinsip syariah. Sementara disisi liabilitas, dana pihak
ketiga dapat dihimpun dalam bentuk rekening giro (current account) dan rekening investasi
(investment account). Jenis dana yang pertama dalam bank syariah adalah qard hasan
(pinjaman tanpa bunga) atau amanah (kontrak kepercayaan). Dana tersebut harus
dikembalikan secara penuh kepada deposan atas unjuk(giro). Sedang deposan investasi akan
menerima imbalan berdasarkan skema profit and loss sharing (PLS) dan dana tersebut ikut
berbagi dalam risiko opResikonal bank. Penerapan konsep bagi hasil kepada deposan
model pembiayaan dan kepatuhan pada prinsip-prinsip syariah, telah mengubah karakteristik
Untuk dapat menerapkan proses manajemen risiko, pada tahap awal bank syariah harus
secara tepat mengenal, memahami serta mengidentifikasi seluruh risiko, baik yang sudah ada
maupun yang mungkin timbul dari suatu bisnis baru bank. Selanjutnya, secara berturut-turut
bank syariah perlu melakukan pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko. Proses ini
6
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (yogyakarta: UUP STIM YKPN, 2011), Ed. Rev, Cet. II. Hlm 56.
8
Dalam pelaksanaannya, proses ini melalui langkah-langkah berikut :
risiko yang melekat pada aktivitas fungsional, risiko terhadap produk dan kegiatan
usaha.
kesesuaian asumsi, sumber data dan prosedur yang digunakan untuk mengukur
terdapat perubahan kegiatan usaha, produk, transaksi dan factor risiko yang bersifat
material.
Manajemen risiko likuiditas diawali dengan identifikasi berbagai komponen pada aset dan
liabilitas yang sangat terkait dengan likuiditas pada bang islam. Aset-aset yang dimiliki akan
menghasilkan arus kas masuk, sementara liabilitas yang dimiliki akan mengakibatkan arus
kas keluardari bank islam. Sehingga, proses manajemen risiko likuiditas diawali dengan
pengumpulan data yang didalamnya mencakup proses inditifikasi berbagai sumber arus kas
masuk dan arus kas keluar yang telah dikelompokkan berdasarkan waktu jatuh tempo.
Pengumpulan data arus kas masuk dan arus kas keluar sangat penting karena akan
menjadi sumber informasi dalam penyusunan proyeksi arus kas. Dengan teknik pemodelan
tertentu, bank islam mendefinisikan perilaku pola arus kas masuk dan keluar dimasa lalu dan
kemudian menggunakannya untuk memperoleh proyeksi arus kas dimas depan. Sehingga,
9
dengan menggunakan data proyeksi arus kas masuk dan keluar, bank islam dapat
Jika arus kas masuk lebih besar dibandingkan arus kas keluar, maka bank islam
mengalami kondisi kelebihan likuiditas (excess liquidity) dan jika sebaliknya, maka bank
islam mengalami kekurangan likuiditas (shortage liquiditas). Informasi tersebut berguna bagi
bank islam untuk menentukan kapan pendanaan kekurangan likuiditas harus dilakukan agar
10
PENUTUP
Kesimpulan
Manajemen risiko dalam bank Islam mempunyai karakter yang berbeda dengan bank
konvensional, terutama karena adanya jenis-jenis resiko yang khas melekat pada bank-bank
yang beroprasi secara syariah. Dengan kata lain, perbedaan mendasar antara bank islam
dengan bank konvensional bukan terletak pada bagaimana cara mengukur, melainkan pada
dunia bisnis secara umum. Dari sudut aktiva, likuiditas adalah mengubah seluruh aset
menjadi kas/uang tunai, sedangkan dari sudut pasiva likuiditas adalah kemempuan bank
Resiko likuiditas muncul sebagai salah satu resiko yang sangat penting dimana bank
perlu menanganinya untuk menghindari kerugian jika tidak dikelola dengan baik.
11
DAFTAR PUSTAKA
Adiwarman, A. karim, 2006. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, cet. 3
Imam Wahyudi dkk, 2013. Manajemen Resiko Bank Islam, (Jakarta : Salemba
Empat).
12