Anda di halaman 1dari 15

RISIKO LIKUIDITAS

Disusun oleh:
Alfira Auliana
Nim : 4032019079
Cut Fatimah Syam
Nim : 4032019019
Balqis Atikah
Nim : 4032019001
Mauliayanti
Nim : 4032010049

Dosen Pembimbing :
Nurjanah, M.Ek

PROGRAM STUDI MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LANGSA
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta nikmat-Nya kepada kami sehingga dapat meyelesaikan makalah ini untuk
memenuhi tugas perkuliahan dari mata kuliah Manajemen Risiko Keuangan Syariah yang
berjudul Risiko Likuiditas.

Kami sebagai penyusun pastinya tidak pernah lepas dari kesalahan. Begitu pula dalam
penyusunan makalah ini, yang mempunyai banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mohon
maaf atas segala kekurangannya.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam
menyelesaikan makalah ini. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai kita semua.

Langsa, Mei 2022

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................1
C. Tujuan Penulisan................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................2

A. Definisi Risiko Likuiditas...................................................................2


B. Factor Pendukung Terjadinya Risiko Likuiditas................................4
C. Karakteristik Risiko Likuiditas Perbankan Syariah............................5
D. Proses Manajemen Risiko Likuiditas.................................................8

BAB III PENUTUP.....................................................................................11

Kesimpulan.................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Risiko likuiditas mempunyai dua arti, pengertian pertama yaitu ketidakpastian atau

kemungkinan perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran jangka pendek atau

pengeluaran tak terduganya. Pengertian kedua yaitu kemungkinan penjualan suatu asset

perusahaan dengan diskon yang tinggi karena sulitnya mencari pembeli. Perusahaan

menghadapi risiko likuiditas jenis ini terutama bagi yang menanamkan uang di surat

berharga.

Ciri dari risiko likuiditas tipe kedua ini adalah besarnya spread, yaitu selisih harga beli dan

jual. Sekalipun risiko likuiditas berkaitan dengan jangka waktu yang pendek, kondisi tidak

likuid yang ekstrem dapat menyebabkan kebangkrutan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan risiko likuiditas?
2. Apa saja faktor yang bisa mempengaruhi risiko likuiditas?
3. Bagaimana karakteristik risiko likuiditas perbankan syariah?
4. Bagaimana proses terjadinya manajemen risiko likuiditas?

C. Tujuan Penulisan

Penulisan makalah ini bertujuan untuk menjelaskan kepada para pembaca bagaimanakah
definis risiko likuiditas, faktor yang bisa mempengaruhi risiko likuiditas, karakteristik risiko
likuiditas dalam perbankan syariah, dan bagaimana proses terjdinya manajemen risiko
likuiditas.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Risiko Likuiditas

Manajemen risiko merupakan suatu pelaksanaan fungsi dari manajemen dan bertujuan

baik untuk penanggulangan risiko yang telah terjadi ataupun peminimalisiran risiko yang

akan terjadi. Dalam kehidupan sehari-hari tentu selalu ada risiko dalam setiap pengambilan

keputusan, termasuk pada nilai tukar mata uang atau kurs dan adanya perubahan penawaran

dan permintaan valuta asing sesuai dengan kondisi pasar.

Resiko likuiditas adalah resiko akibat ketidakmampuan bank syariah untuk memenuhi

kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas atau aset likuid yang berkualitas

tinggi yang dapat digunakan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan yang baik.1

Manajemen risiko dalam bank Islam mempunyai karakter yang berbeda dengan bank

konvensional, terutama karena adanya jenis-jenis resiko yang khas melekat pad bank-bank

yang beroprasi secara syariah. Dengan kata lain, perbedaan mendasar antara bank islam

dengan bank konvensional bukan terletak pada bagaimana cara mengukur, melainkan pada

apa yang dinilai.2

Resiko likuiditas sebagai potensi kerugian yang dapat dialami oleh bank islam karena

ketidakmampuannya memenuhi liabilitasnya yang telah jatuh tempo atau ketidak mampuan

bank islam dalam menandai peningkatan asetnya dengan biaya yang relatif murah dan tanpa

adanya kerugian berarti yang diderita. Sementara itu PBI Nomor 13/23/PBI/2011

mendefinisikan resiko likuiditas sebagai resiko akibat ketidak mampuan bank memenuhi

liabilitas yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas dan atau aset likuid berkualitas

tinggi yang dapat diagungkan, tanpa mengganggu aktivitas dan keuangan bank.

1
Bambang Rianto Rustam, Manajemen Resiko Perbankan Syariah di Indonesia, Jakarta,Salemba Empat, 2013,
hlm.147.
2
Adiwarman, A. karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, cet. 3 (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
2006) hlm.35

2
Dapat disimpulkan bahwa likuiditas bagi institusi perbankan lebih kompleks

dibandingkan lembaga keuangan lainnya. Likuiditas bagi bank mencakup dua hal, yakni

kemampuan bank islam untuk segera memenuhi liabilitas yang jatuh tempo dan kemampuan

bank islam untuk mendapatkan dana baru dengan biaya relatif murah. Liabilitas bank yang

jatuh tempo adalah jumlah dana simpanan (giro, tabungan, dan deposito) yang akan ditarik

kembali oleh nasabah. Sementara dana baru yang dimaksud adalah akses atau sumber

pendanaan yang dapat diperoleh oleh bank islam ketika bank islam membutuhkan dana cepat,

untuk mendanai aset atau untuk memenuhi liabilitas jangka pendek yang jatuh tempo.

Adapun karakter manajemen risiko pada bank Islam, adalah :

a. Identifikasi Risiko

Identifikasi risiko yang dilakukan dalam bank Islam tidak hanya mencakup berbagai

risiko yang ada pada bank pada umumnya, melainkan juga meliputi risiko yang khas hanya

ada pada bank-bank yang beroprasi berdasarkan prinsip syariah. Dalam hal ini, keunikan

bank Islam terletak pada enam hal, yaitu :

 Proses transaksi pembiayaan,

 Proses manajemen,

 Sumber daya manusia (insani),

 Teknologi,

 Lingkungan eksternal,

 Kerusakan.

b. Penilaian Risiko

Dalam penilaian risiko, keunikan bank Islam terlihat pada hubungan antara probability

dan impact, atau biasa dikenal sebagai Qualitative Approach.

c. Antisipasi Risiko

Antisipasi risiko dalam bank islam bertujuan untuk :

3
 Preventive. Dalam hal ini, bank islam memerlukan persetujuan DPS untuk

mencegah kekeliruan proses dan transaksi dari aspek syariah. Disamping itu,

bank islam juga memerlukan opini bahwa fatwa DSN bila bank Indonesia

memandang persetujuan DPS belum memadai atau berada diluar wewenang.

 Detective. Pengawasan dalam bank islam meliputi dua aspek, yaitu aspek

perbankan oleh bank Indonesia dan aspek syariah oleh DPS.

 Recovery. Koreksi atau suatu permasalahan dapat melibatkan bank Indonesia

untuk aspek perbankan dan DSN untuk aspek syariah.

d. Monitoring Risiko

Aktivitas dalam bank islam tidak hanya meliputi manajemen bank islam, tetapi juga

melibatkan Dewan Pengawas Syariah

B. Faktor Pendukung Terjadinya Risiko Likuiditas

Resiko likuiditas perbankan merupakan akibat dari interaksi antara aset dan liabilias yang

bank islam miliki. Sehingga permasalah likuiditas pada bank islam dapat terjadi jika

1 Pada saat terjadi penarikan dana simpanan berjumlah besar, bank islam tidak

memiliki cukup dana dan sumber pendanaan cepat yang dapat digunakan

untuk memenuhi kebutuhan likuiditas tersebut.

2 Ketika bank islam telah memiliki komitmen pembiayaan dalam jumlah besar

yang belum terealisasi dengan debitur dan pada saat realisasi, bank islam tidak

memiliki dana yang cukup.

3 Terjadi penarikan simpanan yang cukup besar dan bank islam tidak memiliki

aset yang dapat segera dicairkan untuk memenuhi kebutuhan likuiditas

nasabah.

4
Terjadinya penurunan besar-besaran terhadap nilai aset yang bank memiliki memicu ketidak

percayaan nasabah sehingga menarik dana simpanannya dari bank.3

C. Karakteristik Risiko Likuiditas Perbankan Syariah

Likuiditas menjadi hal yang penting bagi bank islam untuk dikelola. Pengelolaan

likuiditas pada bank islam sedikit lebih rumit dibandingkan jenis resiko lainnya. Hal ini

disebabkan karena likuiditas memiliki dua sisi yang bertolak blakang. Disatu sisi tingginya

likuiditas membuat posisi bank relatif aman dan stabil, tetapi disisi lain likuiditas yang

terlalu tinggi justru membuat tingkat profitabilitas mmenjadi rendah karena aset-aset yang

likuid biasanya tidak dapat memberikan tingkat imbal hasil yang tinggi. Manajemen resiko

likuiditas yang baik harus diawali denngan proses pengukuran likuiditas pada bank islam dan

diakhiri dengan berbagi strategi mitigrasi resiko yang dapat dilakukan oleh bank islam untuk

menghadapi risiko likuiditas.

Secara historis penerapan manajemen risiko pada bank syariah, dalam hal ini BI sendiri

baru mulai menerapkan aturan perhitungan capital adequacy ratio (CAR) pada bank sejak

1992. Sementra itu, bank dengan prinsip syariah lahir pertama kali di-Indonesia pada tahun

yang sama. Jadi jika dilihat dari usia system perbankan syariah, hal ini merupakan tantangan

yang berat.

Bank syariahpun akan sangat sulit mengikuti konsep yang telah dijalankan perbankan

konvensional dalam hal manajemen risiko, mengingat perbankan konvensional

membutuhkan waktu yang panjang untuk membangun system dan mengembangkan teknik

manajemen risiko.

3
Imam Wahyudi dkk, Manajemen Resiko Bank Islam, Jakarta, Salemba Empat, 2013. Hlm 212.

5
Dilain pihak, operasi bank syariah memiliki karakteristik dan perbedaan yang sangat

mendasar jika dibandingkan dengan bank konvensional, sementara manajemen risiko juga

harus diimplementasikan oleh bank syariah agar tidak hancur dihantam risiko.

Maka cara yang paling cepat dan efektif adalah mengadopsi system manajemen risiko

bank konvensional yang disesuaikan dengan karakteristik perbankan syariah, inilah yang

dilakukan BI sebagai regulator perbankan nasional yang akan menerapkan juga bagi bank

syariah.

Dalam hal ini Islamic Financial Services Board (IFSB) telah merumuskan prinsip-

prinsip manajemen risiko bagi bank dan lembaga keuangan yang berprinsip syariah.

Disebutkan bahwa bahwa kerangka manajemen risiko lembaga keuangan syariah mengacu

pada Basel Accord II,4(yang juga diterapkan perbankan konvensional) dan disesuaikan

dengan karakteristik lembaga keuangan dengan prinsip syariah.

Secara umum risiko yang dihadapi perbankan syariah bisa diklasifikasikan menjadi dua

bagian besar, yakni risiko yang sama denganyang dhadapi oleh perbankan konvensional dan

risiko yang memiliki keunikan tersendiri karena harus mengikuti prinsip-prinsip syariah.

Resiko kredit, risiko pasar, risiko opResikonal, risiko likuiditas, dan risiko hukum harus

dihadapi bank syariah tetapi, karena harus mematuhi aturan, risiko-risiko yang dihadapi bank

syariah pun menjadi berbeda. 5

Bank syariah juga harus menghadapi risiko-risiko lain yang unik (khas).Risiko unik ini

muncul karena isi neraca bank syariah yang berbeda dengan bank konvensional. Dalam hal

ini pola bagi hasil (profit and loss sharing) yang dilakukan bank syariah menambah

kemungkinan munculnya risiko-risiko lain. Seperti withdrawal risk, fiduciary risk, dan
4

5
Siswanto. Ely, Sulhan, Manajemen Bank Konvensional dan Syariah, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), Cet. I,
h. 151-152

6
displaced commercial risk merupakan contoh risiko unik yang harus dihadapi bank

syariah.Karakteristik ini bersama-sama dengan variasi modal pembiayaan dan kepatuhan

pada prinsip-prinsip syariah. Withdrawal risk, adalah risiko penarikan dana yang disebabkan

oleh deposan bila keuntungan yang mereka terima lebih rendah dari tingkat return.

Fiduciary risk sebagai risiko yang secara hukumbertanggung jawab atas pelanggaran kontrak

investasi baik ketidaksesuaiannya dengan dengan ketentuan syariah atau salah kelola

(mismanagement) terhadap dana investor.Displaced commercial risk adalah transfer risiko

yang berhubungan dengan simpanan kepada pemegang ekuitas.Risiko ini bisa muncul ketika

bank berada dibawah tekanan untuk mendapatkan profit, namun bank justru harus

memberikan sebagian profitnya kepada deposan akibat rendahnya tingkat return.

Dalam pengembangannya kedepan, perbankan syariah menghadapi tantangan yang tidak

ringan sehubungan dengan penerapan manajemen risiko ini, seperti pemilihan instrument

finansial yang sesuai dengan prinsip syariah, termasuk juga instrument pasar uang yang bisa

digunakan untuk melakukan hedging (lindung nilai) terhadap risiko.

Perbedaan antara rumusan teoritis dan realita dari perbankan syariah dapat

diidentifikasikan dengan jelas. Secara teoritis, para ekonom muslim menjelaskan bahwa pada

sisi liabilitas, bank syariah hanya memiliki dan investasi (investment deposit). Sedangkan

pada sisi aset, dana investasi ini selanjutnya akan disalurkan melalui bagi hasil (profit

sharing). Berdasarkan sistem ini, gejolak yang terjadi pada sisi aset, secara otomatis

ditompang oleh konsep berbagi risiko (risk sharing) sebagai karakteristik dari dana

investasi. Dengan demikian, secara teoritis perbankan syariah menawarkan alternatif yang

lebih stabil dibandingkan sistem perbarbankan konvensional.Adapun karakteristik sistemik

dari sistem ini adalah sebanding dengan risiko yang melekat pada reksadana (mutual fund).

7
Fokus perhatian dari studi ini adalah pada aspek praktik perbankan syariah.

Bagaimanapun, praktik perbankan syariah tidaklah sama dengan apa yang ada dalam teori.

Pada sisi aset, investasi dapat dilakukan melalui model pembiayaan berbasis bagi hasil

(mudharabah dan musyarakah) dan model pembiayaan berbasis pendapatan tetap (fix

income), seperti murabahah (jual beli dengan mark-up), jual beli dengan cicilan (murabahah

jangka menengah/panjang), istishna’/salam (penyerahan objek jual beli ditangguhkan atau

pembayaran dimuka) dan ijarah (sewa-menyewa). Dana hanya disediakan untuk membiayai

aktivitas bisnis yang sesuai dengan prinsip syariah. Sementara disisi liabilitas, dana pihak

ketiga dapat dihimpun dalam bentuk rekening giro (current account) dan rekening investasi

(investment account). Jenis dana yang pertama dalam bank syariah adalah qard hasan

(pinjaman tanpa bunga) atau amanah (kontrak kepercayaan). Dana tersebut harus

dikembalikan secara penuh kepada deposan atas unjuk(giro). Sedang deposan investasi akan

menerima imbalan berdasarkan skema profit and loss sharing (PLS) dan dana tersebut ikut

berbagi dalam risiko opResikonal bank. Penerapan konsep bagi hasil kepada deposan

merupakan karakteristik unik bank syariah.Karakteristik ini bersama-sama dengan variasi

model pembiayaan dan kepatuhan pada prinsip-prinsip syariah, telah mengubah karakteristik

risiko yang dihadapi oleh bank syariah.

D. Proses Manajemen Risiko Likuiditas

Untuk dapat menerapkan proses manajemen risiko, pada tahap awal bank syariah harus

secara tepat mengenal, memahami serta mengidentifikasi seluruh risiko, baik yang sudah ada

maupun yang mungkin timbul dari suatu bisnis baru bank. Selanjutnya, secara berturut-turut

bank syariah perlu melakukan pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko. Proses ini

terus berkesinambugan sehingga menjadi sebuah lifecycle.6

6
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (yogyakarta: UUP STIM YKPN, 2011), Ed. Rev, Cet. II. Hlm 56.

8
Dalam pelaksanaannya, proses ini melalui langkah-langkah berikut :

 Identifikasi risiko, dilaksanakan dengan melakukan analisis terhadap karakteristik

risiko yang melekat pada aktivitas fungsional, risiko terhadap produk dan kegiatan

usaha.

 Pengukuran risiko, dilaksanakan dengan melakukan evaluasi secara berkala terhadap

kesesuaian asumsi, sumber data dan prosedur yang digunakan untuk mengukur

risiko. Penyempurnaan terhadap system pengukuran risiko dilakukan apabila

terdapat perubahan kegiatan usaha, produk, transaksi dan factor risiko yang bersifat

material.

 Pemantau risiko, dilaksanakan dengan melakukan evaluasi terhadap eksposure

risiko. Penyempurnaan proses pelaporan terhadap perubahan kegiatan usaha,

produk, transaksi, faktor risiko, teknologi informasi dan system informasi

manajemen yang berifat material.

Manajemen risiko likuiditas diawali dengan identifikasi berbagai komponen pada aset dan

liabilitas yang sangat terkait dengan likuiditas pada bang islam. Aset-aset yang dimiliki akan

menghasilkan arus kas masuk, sementara liabilitas yang dimiliki akan mengakibatkan arus

kas keluardari bank islam. Sehingga, proses manajemen risiko likuiditas diawali dengan

pengumpulan data yang didalamnya mencakup proses inditifikasi berbagai sumber arus kas

masuk dan arus kas keluar yang telah dikelompokkan berdasarkan waktu jatuh tempo.

Pengumpulan data arus kas masuk dan arus kas keluar sangat penting karena akan

menjadi sumber informasi dalam penyusunan proyeksi arus kas. Dengan teknik pemodelan

tertentu, bank islam mendefinisikan perilaku pola arus kas masuk dan keluar dimasa lalu dan

kemudian menggunakannya untuk memperoleh proyeksi arus kas dimas depan. Sehingga,

9
dengan menggunakan data proyeksi arus kas masuk dan keluar, bank islam dapat

memperoleh proyeksi kelebihan atau kekurangan likuiditas dimasa depan.

Jika arus kas masuk lebih besar dibandingkan arus kas keluar, maka bank islam

mengalami kondisi kelebihan likuiditas (excess liquidity) dan jika sebaliknya, maka bank

islam mengalami kekurangan likuiditas (shortage liquiditas). Informasi tersebut berguna bagi

bank islam untuk menentukan kapan pendanaan kekurangan likuiditas harus dilakukan agar

bank islam terhindar dari masalah likuditas.

10
PENUTUP

Kesimpulan
Manajemen risiko dalam bank Islam mempunyai karakter yang berbeda dengan bank

konvensional, terutama karena adanya jenis-jenis resiko yang khas melekat pada bank-bank

yang beroprasi secara syariah. Dengan kata lain, perbedaan mendasar antara bank islam

dengan bank konvensional bukan terletak pada bagaimana cara mengukur, melainkan pada

apa yang dinilai.

Pengertian likuiditas dalam dunia perbankan lebih kompleks dibandingkan dengan

dunia bisnis secara umum. Dari sudut aktiva, likuiditas adalah mengubah seluruh aset

menjadi kas/uang tunai, sedangkan dari sudut pasiva likuiditas adalah kemempuan bank

memenuhi kebutuhan dana melalui peningkatan liabilitas.

Resiko likuiditas muncul sebagai salah satu resiko yang sangat penting dimana bank

perlu menanganinya untuk menghindari kerugian jika tidak dikelola dengan baik.

11
DAFTAR PUSTAKA

Adiwarman, A. karim, 2006. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, cet. 3

(Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada).

Bambang Rianto Rustam, 2013. Manajemen Resiko Perbankan Syariah di

Indonesia, (Jakarta: Salemba Empat).

Imam Wahyudi dkk, 2013. Manajemen Resiko Bank Islam, (Jakarta : Salemba

Empat).

Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (yogyakarta: UUP STIM YKPN,

2011), Ed. Rev, Cet. II.

Siswanto. Ely, Sulhan. 2018. Manajemen Bank Konvensional dan Syariah,

(Malang: UIN-Malang Press), Cet. I.

12

Anda mungkin juga menyukai