Anda di halaman 1dari 20

MANAJEMEN RESIKO SYARIAH

MAKALAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas : Mata Kuliah

:Manajemen KeuanganSyariah

Dosen Pengampu : Dr. Yusran Zainuddin, SE.,MM

Oleh:

Zulkifli Repikasa Asipu


(194022018)

PERBANKAN SYARIAH 3B
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
IAIN SULTAN AMAI GORONTALO
GORONTALO
2020
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji bagi Allah atas limpahan Rahmat, Taufiq, serta Hidayah
Nya sehingga tugas makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat
serta salam semoga terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW yang telah banyak memberikan inspirasi kepada penulis sehingga
terselesaikanlah tugas makalah ini. walaupun masih banyak kekurangan,
sebagaimana kata pepatah “Tak ada gading yang tak retak” untuk itu kritik dan saran
yang membangun sangat diharapkan oleh penyusun.

Ucapan terimakasih kepada semua pihak yang dengan keikhlasan


membantu dalam proses penyelesaian makalah ini. Kami ucapkan
terimakasih kepada Bapak Dr. Yusran Zainuddin, SE.,MM. Selaku dosen
mata kuliah Manajemen Keuangan Syariah.

Semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi pembaca. Amin……


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
A. Latar Belakang..........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................5
PEMBAHASAN................................................................................................................5
A.Jenis dan Karakter Resiko..........................................................................................5
B. Manajemen Pengawasan Resiko Syariah.......................................................10
C. Resiko dan Operasional Bank Syariah....................................................................24
BAB III............................................................................................................................29
PENUTUP.......................................................................................................................29
A. Kesimpulan.............................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................30
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai intermediary dan seiring dengan situasi lingkungan eksternal dan
internal perbankan yang mengalami perkembangan pesat, bank syariah akan
selalu berharap dengan berbagai jenis risiko dengan tingkat kompleksitas yang
beragam dan melekat pada kegiatan usahanya.
Risiko dalam konteks perbankan merupakan suatu kejadian potensial, baik
yang dapat diperkirakan maupun yang tidak dapat diperkirakan yang berdampak
negatif terhadap pendapatan dan permodalan bank. Risiko-risiko tersebut tidak
dapat dihindari, tetapi dapat dikelola dan dikendalikan.
Oleh karena itu, sebagaimana lembaga perbankan pada umumnya, bank syariah
juga memerlukan serangkaian prosedur dan metodologi yang dapat digunakan
untuk mengidentifikasi,mengukur memantau, dan mengendalikan risiko yang
timbul dari kegiatan usaha, atau yang biasa disebut sebagai manajemen risiko.
Sasaran kebijakan manajemen risiko adalah mengidentifikasi, mengukur,
memantau dan mengendalikan jalannya kegiatan usaha bank dengan tingkat risiko
yang wajar secara terarah, terintegrasi, dan berkesinambungan.
Dengan demikian, manajemen risiko berfungsi sebagai filter atau pemberi
peringatan dini terhadap kegiatan usaha bank.
Tujuan manajemen risiko itu sendiri adalah menyediakan informasi
tentang risiko kepada pihak regulator, memastikan bank tidak mengalami
kerugian yang bersifat unacceptable, meminimalisasi kerugian dari berbagai risiko
yang bersifat uncontrolled, mengukur eksposur dan pemusatan risiko, serta
mengalokasikan modal dan membatasi risiko.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Jenis dan Karakter Manajemen resiko?
2. Bagaimana Manajemen Pengawasan Resiko Syariah?
3. bagaimana Resiko dan Operasional Bank syariah?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Jenis dan Karakter Resiko


1. Manajemen Resiko
Manajemen risiko didefinisikan sebagai suatu metode  logis dan sistematik
dalam identifikasi, kuantifikasi, menentukan sikap, menetapkan solusi, serta
melakukan monitor dan pelaporan risiko yang berlangsung pada setiap aktivitas
atau proses.
Manejemen risiko diperlukan untuk :
a. Mendukung pencapaian tujuan
b. Memungkinkan untuk melakukan aktivitas yang memberikan peluang
yang jauh lebih tinggi dengan mengambil risiko yang lebih tinggi; risiko
yang lebih tinggi diambil dengan dukungan sikap dan solusi yang sesuai
terhadap risiko.
c. Mengurangi kemungkinan kesalahan fatal.
d. Menyadari bahwa risiko dapat terjadi pada setiap aktivitas dan tindakan
dalam organisasi sehingga setiap individu harus mengambil dan mengelola
risiko masing-masing sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya.
2. Karakter Manajemen Resiko Dalam Bank Islam
Manajemen risiko dalam bank islam mempunyai karakter yang berbeda
dengan bank konvensional, terutama dengan adanya jenis-jenis risiko yang khas
melekat hanya pada bank-bank beroprasi secara syariah.
Dengan kata lain, perbedaan mendasar antara bank islam dengan bank
konvensional bukan terletak pada bagaimana cara mengukur (how to masure),
melainkan pada apa yang dinilai (what to masure), perbedaan tersebut akan
tampak terlihat dalam proses manajemen risiko operasional bank islam yang
meliputi identifikasi risiko, penilaian risiko, antisipasi risiko dan monitoring
risiko.
Identifikasi risiko
Identifikasi risiko yang dilakukan dalam bank islam tidak hanya mencakup
berbagai risiko yang ada pada bank-bank pada umumnya, melainkan juga meliputi
berbagai risiko yang khas hanya ada pada bank-bank yang beroperasi berdasarkan
prinsip syariah.
Dalam identifikasi risiko ini terdapat  enam hal, yaitu:
1. Proses transaksi pembiayaan. Karakteristik bank islam dalam proses ini
setidaknya terlihat pada tiga aspek, yaitu: proses transaksi pembiayaan syariah,
proses transaksi bagi hasil dana pihak ketiga dan proses transaksi devisa.
2. Proses manajemen, keunikan bank islam dalam proses manajemen terlihat pada
sistem dan prosedur operasianal akuntansi dan Chart of Account (COA), sistem
dan prosedur operasional.
teknologi informasi, sistem dan prosedur operasional tutup buku, serta sistem dan
prosedur operasional pengembangan produk.
3. Sumber daya manusia. Keunikan bank islam dalam sumber daya manusia
terlihat pada spesifikasi kapabilitas yang tidak hanya mencakup dalam bidang
perbankan secara umum tetapi juga meliputi aspek-aspek syariah.
4. Teknologi. Keunikan bank islam dalam bidang teknologi terlihat pada Business
Requirement Specification (BRS) untuk pembiayaan berbasis bagi hasil dan
Business Requirement Specification (BRS) dana pihak ketiga.
5. Lingkungan eksternal. Keunikan bank islam dalam hal ini terlihat pada
keberadaan dual regulatory body, yaitu bank Indonesia dan Dewan Syariah
Nasional.
6. Kerusakan. Keunikan bank islam dalam hal ini terlihat misalnya ketika terjadi
kerusakan pada objek ijarah atau IMBT.
Penilaian risiko
Setelah dapat diidentifikasi, maka risiko-risiko tesebut harus dinilai untuk
mengetahui tingkat keparahan kerugian yang akan diakibatkan dan tingkat
kemungkinaan keterjadian risiko tersebut.Dalam penilaian risiko, keunikan bank
islam terlihat pada hubungan antara probability dan impact, atau yang biasa
dikenal sebagai Qualitative Approach.
Antisipasi risiko
Antisipasi risiko dalam islam bertujuan untuk :
a. Preventive. Dalam hal ini, bank islam memerlukan persetujuan DPS untuk
mencegah kekeliruan proses dan transaksi dari aspek syariah.
b.Detective.Pengawasan dalam bank islam meliputi dua aspek, yaitu aspek
perbankan oleh Bank Indonesia dan aspek syariah oleh DPS.
c. Recovery.Koreksi atas suatu kesalahan dapat melibatkan Bank Indonesia untuk
aspek perbankan dan DSN untuk aspek syariah.
d. Monitoring risiko
Aktivitas monitoring dalam bank islam tidak hanya meliputi manajemen bank
islam, tetapi juga melibatkan Dewan Pengawas Syariah.
3. Jenis-jenis Resiko
Secara umum risiko-risiko yang melekat pada aktivitas fungsional bank
syariah dapat diklasifikasikan kedalam tiga jenis risiko, yaitu risiko pembiayaan,
risiko pasar serta risiko operasional.
a. . Risiko pembiayaan/kredit
Yang dimaksud dengan risiko pembiayaan adalah risiko yang disebabkan oleh
adanya kegagalan counterparty dalam memenuhi kewajiban. Dalam bank syariah,
risiko pembiayaan mencakup risiko terkait produk dan risiko terkait pembiayaan
korporasi.
1. Risiko terkait produk
• Risiko terkait pembiayaan berbasis Natural Certainty Contracts (NCC)
Yang dimaksud dengan Analisis Risiko Pembiayaan Berbasis Natural Certainty
Contracts adalah mengidentifikasi dan menganalisis dampak dari seluruh risiko
nasabah sehingga keputusan pembiayaan yang diambil sudah memperhitungkan
risiko yang ada dari pembiayaan berbasis Natural Certainty Contracts, seperti
murobahah, ijarah, salam dan istishna’.
• Risiko terkait pembiayaan berbasis Natural Uncertainty Contracts (NUC)
Yang dimaksud dengan analisis Risiko Pembiayaan Berbasis Natural Uncertainty
Contracts adalah mengidentifikasi dan menganalisis dampak dari seluruh risiko
nasabah sehingga keputusan pembiayaan yang diambil sudah memperhitungkan
risiko yang ada dari pembiayaan berbasis Natural Uncertainty Contracts, seperti
mudharabah dan musyarokah.
2. Risiko terkait pembiayaan korporasi
Kompleksitas dan volume pembiayaan korporasi menimbulkan  risiko tambahan
selain risiko yang terkait dengan produk. Oleh karena itu, analisisnya harus lebih
komprehensif.
2. Risiko pasar
Risiko pasar adalah risiko pada posisi neraca dan rekening administratif akibat
perubahan harga pasar, antara lain risiko berupa perubahan nilai dari aset yang
dapat diperdagangkan atau disewakan.
Risiko pasar meliputi:
• Risiko benchmark rate

Risiko benchmark rate adalah risiko akibat perubahan harga instrument keuangan
dari posisi trading book yang disebabkan oleh perubahan surat berharga syariah.
• Risiko nilai tukar

Risiko nilai tukar  adalah  risiko akibat perubahan nilai posisi trading book dan
banking book yang disebabkan oleh perubahan nilai tukar valuta asing atau
perubahan harga emas.
• Risiko komoditas

Risiko komoditas  adalah risiko akibat perubahan harga instrument keuangan dari
posisi trading book dan banking book yang disebabkan oleh perubahan harga
komoditas.
• Risiko ekuitas

Risiko ekuitis adalah risiko akibat perubahan harga instrument keuangan dari
posisi trading book yang disebabkan oleh perubahan harga saham.
3. Risiko operasional
Risiko operasional adalah risiko akibat ketidakcukupan dan atau tidak
berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem dan atau
adanya kejadian-kejadian eksternal yang memengaruhi operasional bank.
Contoh: pemalsuan bilyet deposito oleh karyawan bank yang kemudian di jadikan
tanggunan pembiayaan, kesalahan posting uang masuk karena pegawai yang
ditunjuk kurang berpengalaman.
Ada tiga factor yang menjadi penyebab timbulnya risiko ini, yaitu:
• Infrastruktur,  seperti teknologi, kebijakan, lingkungan, pengamanan,
perselisihan dan sebagainya.
• Proses
• Sumber daya
Risiko operasional ini mencakup lima hal, yaitu:
1. Resiko reputasi (reputation risk)
Resiko reputasi (reputation risk) adalah risiko yang antara lain disebabkan
oleh adanya publikasi negative yang terkait dengan kegiatan bank atau adanya
persepsi negatif terhadap bank.
2. Resiko kepatuhan (compliance risk)
Resiko kepatuhan (compliance risk) adalah risiko yang disebabkan oleh
tidak dipatuhinya ketentuan-ketentuan yang ada, baik ketentuan internal maupun
eksternal.
3. Risiko transaksi (transaction risk)
Risiko transaksi (transaction risk) adalah risiko yang disebabkan oleh
permasalahan dalam pelayanan atau produk-produk yang disediakan.
4. Risiko strategis (strategic risk)
Risiko strategis (strategic risk) adalah risiko yang antara lain disebabkan
oleh adanya penetapan dan pelaksanaan strategi bank yang tidak tepat,
pengambilan keputusan bisnis yang tidak tepat atau bank tidak  mematuhi atau
tidak melaksanakan perubahan perundang-undangan dan ketentuan lain yang
berlaku.
5. Risiko hukum (legal risk)
Risiko hukum (legal risk) adalah risiko yang disebabkan oleh adanya
kelemahan aspek yuridis, seperti: adanya tuntutan hukum, ketiadaan peraturan
perundang-undangan yang mendukung atau kelemahan perikatan (perjanjian)
seperti tidak terpenuhinya syarat keabsahan suatu kontrak yang tidak sempurna.

B. Manajemen Pengawasan Resiko Syariah


1. Bank Indonesia sebagai Otoritas Pengawasan Bank
Pengaturan dan pengawasan yang efektif sangat diperlukan bagi
keamanan dan kesehatan lembaga keuangan, tak terkecuali bank syariah. Regulasi
tidak akan memiliki peran yang cukup berarti tanpa disertai sistem monitoring
yang tepat. Oleh karena itulah, efektivitas pengawasan merupakan suatu
keharusan.[1] Agar pengawasan bisa berjalan secara efektif, maka tujuannya harus
dinyatakan secara jelas dengan mekanisme yang tepat. Tujuannya adalah untuk
memastikan bahwa sistem keuangan bisa berjalan secara aman dan sehat, sesuai
dengan ajaran Islam dan bisa menyesuaikan dengan ketentuan internasional serta
mampu bersaing dalam tataran domestik atau di pasar keuangan internasional.
Kesehatan atau kondisi keuangan dan non-keuangan bank merupakan
kepentingan semua pihak terkait, baik pemilik, masyarakat pengguna jasa bank
maupun Bank Indonesia selaku otoritas pengawasan Bank di Indonesia,
[2] sehingga untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan beberapa pendekatan
yaitu:
1.        Kebijakan memberikan keleluasaan berusaha (deregulasi);
2.        Kebijakan prinsip kehati-hatian bank (prudential banking); dan
3.        Pengawasan bank yang mendorong bank untuk melaksanakan secara konsisten
ketentuan intern yang dibuat sendiri (self regulatory banking) dalam
melaksanakan kegiatan operasionalnya dengan tetap mengacu kepada prinsip
kehati-hatian.
Hal diatas kemudian di atur dalam Undang-undang No 23 Tahun 1999
tentang Bank Indonesia yang mengamanatkan Bank Indonesia sebagai otoritas
yang melakukan Pengaturan dan Pengawasan Bank. Dalam rangka melaksanakan
tugasnya, Bank Indonesia menetapkan peraturan, memberikan dan mencabut izin
atas kelembagaan dan kegiatan usaha tertentu bank, melaksanakan pengawasan
bank, serta mengenakan sanksi terhadap bank. Selain itu, Bank Indonesia
berwenang menetapkan ketentuan-ketentuan perbankan yang memuat prinsip
kehati-hatian.
Pengawasan yang dilakukan oleh Bank Indonesia meliputi pengawasan
langsung dan tidak langsung. Dalam hal ini, Bank Indonesia berwenang
mewajibkan bank untuk menyampaikan laporan, keterangan, dan penjelasan
sesuai dengan tata cara yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, dimana hal ini dapat
dilakukan terhadap perusahaan induk, perusahaan anak, pihak terkait dan pihak
terafiliasi dari bank. Hal ini sangat penting untuk dilakukan agar prudential
regulation yang diterapkan dapat secara efektif dengan melakukan transparansi
dan akuntabilitas melalui accounting  dan auditing  serta good corporate
governance.
Selanjutnya, Bank Indonesia dapat menugasi pihak lain untuk dan atas
nama Bank Indonesia melaksanakan pemeriksaaan terhadap bank.[3] Bank
Indonesia dapat memerintahkan bank untuk menghentikan sementara sebagian
atau seluruh kegiatan transaksi tertentu apabila menurut penilaian Bank Indonesia
transaksi tersebut diduga merupakan tindak pidana di bidang perbankan.Dalam
hal keadaan suatu bank menurut penilaian Bank Indonesia membahayakan
kelangsungan usaha bank yang bersangkutan dan/atau membahayakan sistem
perbankan atau terjadi kesulitan perbankan yang membahayakan perekonomian
nasional, Bank Indonesia dapat melakukan tindakan sebagaimana diatur dalam
undang-undang tentang Perbankan yang berlaku.
2. Sistem Pengawasan pada Bank oleh Bank Indonesia
Industri perbankan yang sehat juga perlu didukung dengan pengawasan
bank yang independen dan efektif. Untuk itu, dalam menjalankan tugas
pengawasan bank, saat ini BI melaksanakan sistem pengawasannya dengan
menggunakan 2 (dua) pendekatan yakni pengawasan berdasarkan kepatuhan
(compliance based supervision) dan pengawasan berdasarkan risiko (risk based
supervision/RBS). Dengan adanya pendekatan RBS tersebut, bukan berarti
mengesampingkan pendekatan berdasarkan kepatuhan, namun merupakan upaya
untuk menyempurnakan sistem pengawasan sehingga dapat meningkatkan
efektivitas dan efisiensi pengawasan perbankan. Secara bertahap, pendekatan
pengawasan yang diterapkan oleh BI akan beralih menjadi sepenuhnya
pengawasan berdasarkan risiko.
a. Pengawasan Berdasarkan Kepatuhan (Compliance Based Supervision)
Pendekatan pengawasan berdasarkan kepatuhan pada dasarnya
menekankan pemantauan kepatuhan bank untuk melaksanakan ketentuan
ketentuan yang terkait dengan operasi dan pengelolaan bank. Pendekatan ini lebih
terfokus pada mengacu pada kondisi bank di masa lalu dengan tujuan untuk
memastikan bahwa bank telah beroperasi dan dikelola secara baik dan benar
menurut prinsip-prinsip kehati-hatian.
b. Pengawasan Berdasarkan Risiko (Risk Based Supervision)
Tujuan utama dari pengawasan Bank adalah melindungi kepentingan
masyarakat penyimpan (deposan dan Kreditur) yang mempercayakan dananya
pada bank untuk memperoleh pembayaran kembali dan manfaatnya dari bank
sesuai dengan sifat, jenis, dan cara pembayaran yang telah dijanjikan.[4] Untuk itu
Bank Indonesia menyempurnakan sistem pengawasannya melalui pendekatan
pengawasan berdasarkan risiko. Dengan menggunakan pendekatan tersebut
pengawasan/pemeriksaan suatu bank difokuskan pada risiko-risiko yang melekat
(inherent risk) pada aktivitas fungsional bank serta sistem pengendalian risiko
(risk control system).
Untuk mendukung efektivitas implementasi pengawasan berbasis risiko,
terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. Pertama, tersedianya kerangka
ketentuan (regulatory framework). Kedua, terjalinnya komunikasi dan sinergi
antara pengawas dengan manajemen bank yang memungkinkan tercapainya
kesamaan cara pandangmengenai penilaian dan risiko dan tindak lanjut. Ketiga,
adanya transparansi dan kesadaran manajemen bank terhadap pentingnya
manajemen risiko.[5]
Melalui pendekatan ini akan lebih memungkinkan otoritas pengawasan
bank untuk proaktif dalam melakukan pencegahan terhadap permasalahan yang
potensial timbul di bank. Pendekatan pengawasan berdasarkan risiko memiliki
siklus pengawasan sebagai berikut :

Jenis-Jenis Risiko Bank :


a.         Risiko Kredit : Risiko yang timbul sebagai akibat kegagalan counterparty
memenuhi kewajibannya.
b.        Risiko Pasar : Risiko yang timbul karena adanya pergerakan variabel pasar
(adverse movement) dari portofolio yang dimiliki oleh Bank,yang dapat
merugikan Bank. Variabel pasar antara lain adalah suku bunga dan nilai tukar.
c.         Risiko Likuiditas : Risiko yang antara lain disebabkan Bank tidak mampu
memenuhi kewajiban yang telah jatuh waktu.
d.        Risiko Operasional : Risiko yang antara lain disebabkan adanya
ketidakcukupan dan atau tidak berfungsinya proses internal,kesalahanmanusia,
kegagalan sistem, atau adanya problem eksternal yang mempengaruhi operasional
Bank.
e.         Risiko Hukum : Risiko yang disebabkan oleh adanya kelemahan aspek
yuridis. Kelemahan aspek yuridis antara lain disebabkan adanya tuntutan hukum,
ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendukung atau kelemahan
perikatan seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya kontra.
f.          Risiko Reputasi : Risiko yang antara lain disebabkan adanya publikasi negatif
yang terkait dengan kegiatan usaha Bank atau persepsi negatif terhadap Bank.
g.        Risiko Strategik : Risiko yang antara lain disebabkan adanya penetapan dan
pelaksanaan strategi Bank yang tidak tepat dalam pengambilan keputusan bisnis
atau kurang responsifnya Bank terhadap perubahan eksternal.
h.        Risiko Kepatuhan : Risiko yang disebabkan Bank tidak mematuhi atau tidak
melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku.
C. Resiko dan Operasional Bank Syariah
1. Pengertian Risiko Operasional
Salah satu jenis resiko pengaturan adalah resiko operasional, didefinisikan
sebagai resiko kerugian yang berasal dari ketidakcukupan atau kegagalan proses
internal, berkaitan dengan masyarakat dan sistem atau dari resiko
internal. (Afriyeni & Susanto, 2017, hal. 6)
Risiko operasional adalah resiko yang antara lain disebabkan oleh
ketidakcukupan atau tidak berfungsinya proses internal,human error, kegagalan
sistem atau yang mempengaruhi operasional bank. (Fasa, 2016, hal. 41)
Risiko Operasional adalah Risiko kerugian yang diakibatkan oleh proses
internal yang kurang memadai, kegagalan proses internal, kesalahan manusia,
kegagalan sistem, dan/atau adanya kejadian-kejadian eksternal yang
mempengaruhi operasional Bank. (BTPN Syariah, hal. 7)
Dari beberapa penjelasan diatas, dapat disimpulkan risiko operasional
adalah risiko kerugian yang disebabkan oleh kegagalan proses internal, kegagalan
manusia, kegagalan sistem atau hal-hal yang mepengaruhi operasional suatu bank
yang akan menimbulkan risiko.
2. Kategori Risiko Operasional
Risiko yang antara lain disebabkan oleh adanya ketidakcukupan dan
atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, atau
adanya problem eksternal yang mempengaruhi operasional bank. Risiko
operasional melekat pada setiap aktivitas fungsional bank, seperti kegiatan
perkreditan, treasury dan investasi, operasional dan jasa, pembiayaan
perdagangan, pendanaan dan instrumen utang, teknologi sistem informasi dan
sistem informasi manajemen dan pengelolaan sumber daya manusia. (Yulianti,
2009, hal. 158)
Adapun kategori resiko operasional adalah:
1.      Resiko proses internal
Risiko proses internal terdiri dari:
a.       Kelalaian pemasaran
b.      Pencucian uang
c.       Kesalahan transaksi.
2.      Resiko manusia
Risiko manusia terdiri dari:
a.       Pelatihan karyawan tidak berkualitas
b.      Tingginya turn over (pergantian) karyawan
c.       Praktik manajemen yang buruk.
3.      Resiko eksternal
Risiko eksternal terdiri dari:
a.       Bencana alam
b.      Kebakaran
c.       Fraud eksternal (Rianto, 2013: 181).
3. Identifikasi Faktor Penentu Risiko Operasional
Bank mengimplementasi kerangka kerja pengelolaan risiko operasional
dalam melakukan proses identifikasi, penilaian (assessment), mitigasi (treatment),
monitoring serta pelaporan kepada Direksi dan Dewan Komisaris atas eksposur
risiko yang berdampak terhadap Bank. Kerangka kerja pengelolaan risiko
operasional Bank didukung pula dengan Sistem Pengendalian Intern yang efektif
melalui penetapan tugas, tanggung jawab serta wewenang yang jelas kepada
karyawan dalam melaksanakan tugas dan fungsi kontrol. Masing-masing unit
kerja melakukan Self-Assessment atas risiko yang melekat pada proses kerjanya
masing-masing, termasuk pemenuhan ketentuan regulasi. Selanjutnya, hasil Self-
Assessment akan menghasilkan tingkat efektivitas kontrol sebagaimana telah
ditetapkan oleh masing-masing unit kerja. Key Risk Indicator (KRI) telah
digunakan untuk mendeteksi dan menentukan tindakan segera yang harus diambil
oleh manajemen sebelum potensi risiko menimbulkan kerugian terhadap Bank.
Untuk mengurangi dampak kerugian finansial akibat risiko  operasional, Bank
juga memiliki program asuransi.Bank telah memiliki sistem untuk mendukung
Unit Kerja dalam melakukan pelaporan kejadian/kerugian akibat risiko
operasional serta melaksanakan program pengelolaan risiko. Dalam rangka
mengoptimalkan fungsi kontrol pada aktivitas trading, Bank telah membentuk
Unit Control Assurance Function. Setiap tahun, pihak manajemen secara rutin
menyampaikan laporan kepada Presiden Direktur dan Dewan Komisaris mengenai
kecukupan dan efektivitas pengelolaan risiko dan Sistem Pengendalian Intern
Bank. Untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran risiko terhadap karyawan,
Bank sudah mengadakan pelatihan kepada karyawan baik yang dilakukan di
dalam kelas, e-learning maupun mengirimkan email blast. (Bank OCBC NISP,
Manajemen Risiko, hal. 175)
Identififikasi risiko dilakukan melalui proses registrasi seluruh potensi
risiko operasional berdasarkan proses, produk, kejadian risiko dan aset informasi
yang dimiliki oleh bank. Proses pengukuran risiko dijalankan dengan aktivitas self
assessment berkala, pengelolaan risk/loss event data-base dan perhitungan
kecukupan permodalan untuk risiko operasional. Proses pengendalian risiko
dilakukan oleh satuan kerja operasional dan SKMR dengan
menambah  mekanisme kontrol yang efektif dan atau menyediakan asuransi yang
mencukupi untuk meminimalkan risiko bagi Bank.Sistem informasi manajemen
risiko dilakukan untuk menyajikan kebutuhan informasi secara akurat, tepat waktu
dan terkini dan mendukung fungsi manajemen untuk memudahkan
proses  perencanaan dan pengambilan keputusan. (BTPN Syariah, hal. 7)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
 Manajemen risiko bank syariah adalah serangkaian prosedur dan
metodologi yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau,
dan mengendalikan resiko yang timbul dari kegiatan bank syariah itu sendiri.
Karakter manajemen resiko dalam bank syariahtampak terlihat dalam
proses manajemen risiko operasional yang meliputi identifikasi risiko, penilaian
risiko, antisipasi risiko dan monitoring risiko.
Risiko-risiko yang melekat pada aktivitas fungsional bank syariah dapat
diklasifikasikan kedalam tiga jenis risiko, yaitu risiko pembiayaan, risiko pasar
serta risiko operasional.
DAFTAR PUSTAKA
Ikatan Bankir Indonesia. 2014.Memahami bisnis bank syariah. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Karim, Adiwarman A. 2009. Bank Islam.  Jakarta: Rajawali Pers.
Idroes, Ferry N. 2008. Manajemen Risiko Perbankan. Jakarta: Rajawali Pers.
Wahyudi, Imam. 2013. Manajemen Risiko Bank Islam. Jakarta: Salemba Empat
Abdullah, Mal An Abdullah, Corporate Governance Perbankan Syariah di
Indonesia Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010
Antonio, Muhammad Syafi’I, Bank Syariah Dari Teori ke Praktek Jakarta: Gema
Insani, 2001.
Ayub, Muhammad, Understanding Islamic Finance Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2009
Chapra, M. Umer dan Habib Ahmed, Corporate Governance Lembaga Keuangan
Syariah Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Gandapradja, Permadi, Dasar dan Prinsip Pengawasan Bank Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2004.
Grunieng, Hennie van dan Zaid Iqbal dalam Simon Archer dan Rifaat Ahmed
Abdel Karim, Islamic Finance: The Regulatory Challenge Singapura: John willey
& Son, 2007.
Rae, Dian Ediana Rae, Transaksi Derivatif dan Masalah Regulasi Ekonomi di
Indonesia Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2008, 248.
Undang-undang No 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia
Usman, Rachmadi, Aspek-aspek hukum perbankan di Indonesia Jakarta: PT
Gramedia Pustaka utama, 2003
Wibowo, Muh. Ghafur Potret Perbankan Syariah Terkini: Kajian Kritis
Perkembangan Perbankan Syariah Terkini Yogyakarta: Biruni Press, 2007.

Afriyeni, & Susanto, R. (2017). Manajemen Risiko di Bank Syariah. Akademi


Keuangan dan Perbankan , 4.
BTPN Syariah.
Bank OCBC NISP
Fasa, M. I. (2016). Manajemen Risiko Perbankan Syariah di Indonesia. Jurnal
Studi Ekonomi dan Bisnis Islam Vol. 1, No. 2 , 43.
Yulianti, R. T. (2009). Manajemen Risiko Perbankan Syariah. Jurnal Ekonomi
Islam Vol. III, No. 2 .

Anda mungkin juga menyukai