Anda di halaman 1dari 27

1

Makalah
“KEPEMIMPINAN dalam MANAJEMEN”

( Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah KDM)

Oleh

Nama: Cindrawati Tahiji

Nim: 201022009

Kelas: MPI 3A

Dosen Pengampu: Dr.Dr. Lisdawati Muda M.si, S.pd, M.Si

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SULTAN AMAI GORONTALO

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

T.A 2021-2022
2

KATAPENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb.
Alhamdulillah, puji syukur kehadiran Allah SWT karena berkat
limpahan rahmatNya. penulis dapat menyelesaikan makalah Ini dalam
rangka memenuhi tugas mata kuliah “Kepemimpinan Dalam
Manajemen”
Shalawat serta salam selalu dilimpahkan kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya, atas jasa beliau
kita sebagai umat Islam bisa melihat dunia ini dipenuhi akhlak yang
mulia, rahmat dan kasih sayang yang selalu tumbuh diantara umatnya.
Penulis sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Tidak ada
kesempurnaan dalam makalah ini karena kesempurnaan hanya milik
Allah SWT.
Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis memohon maaf apa bila dalam
makalah terdapat kesalahan yang tidak disengaja. Dan penulis
mengharap kritik serta saran dari para pembaca agar penulis dapat
menjadi lebih baik lagi dalam penulisan makalah selanjutnya.
Akhir kata, semoga makalah ini bisa membantu menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca.
Wassalamualaikumwr.wb.

GORONTALO, 2021
3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………. i

DAFTAR ISI…………………………………………..….……….... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................1

B. Rumusan Masalah..........................................................................2

C. Tujuan Penulisan............................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

1.Kepemimpinan untuk Mengefektifkan Organisasi........................4

2. Kepemimpinan, pemimpin, dan pimpinan.....................................5

3. Strategi dan Pengendalian dalam Kepemimpian...........................7

4. Teori Kepemimpinan........................................................................9

5. Tipe dan gaya Kepemimpinan........................................................11

6. Konsep Kecerdasan. SQ dalam Mengefektifkan organisasi........13

7. Budaya Organisasi dalam Mengefektifkan Kepemimpinan........14

BAB III PENUTUP


A. Simpulan...........................................................................................15
B. Saran .................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................iii
4

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap manusia adalah pemimpin, minimal memimpin dirinya sendiri. Oleh

sebab itu, kepemimpinan adalah urusan setiap orang. Setiap pemimpin diminta

pertanggungjawabannya kepada atasan yang mengangkatnya. Sebagai contoh,

kepala sekolah bertanggung jawab kepada kepala dinas pendidikan. Pemimpin

yang lebih rendah posisinya bertanggung jawab kepada pemimpin yang lebih

tinggi posisinya.1

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Kepemimpinan untuk Mengefektifkan Organisasi ?

2. Apa Pengertian Kepemimpinan, pemimpin, dan pimpinan ?

3. Bagaimana Strategi dan Pengendalian dalam Kepemimpian ?

4. Bagaimana Teori Kepemimpinan ?

5. Bagaimana Tipe dan gaya Kepemimpinan ?

6. Apa Konsep Kecerdasan. SQ dalam Mengefektifkan organisasi ?

7. Bagaimana Budaya Organisasi dalam Mengefektifkan Kepemimpinan ?

C. Tujuan Penulisan

Untuk memberikan pengetahuan tentang Kepemimpinan Dalam manajemen

1
Husaini usman, kepemimpinan efektif teori, penelitian, dan praktik, (PT bumi aksara,
jakarta timur 2019). Hlm 1.
5

BAB II
PEMBAHASAN

A. Kepemimpinan Untuk Mengefektifkan Organisasi


Kepemimpinan merupakan suatu topik bahasan yang klasik, namun
tetap sangat Menarik untuk diteliti karena sangat menentukan
berlangsungnya suatu organisasi. Kepemimpinan itu esensinya adalah
pertanggungjawaban. Masalah kepemimpinan masih Sangat baik untuk
diteliti karena tiada habisnya untuk dibahas di sepanjang peradaban umat
Manusia. Terlebih pada zaman sekarang ini yang semakin buruk saja
moral dan mentalnya. Ibaratnya, semakin sulit mencari pemimpin yang
baik (good leader).
Kepemimpinan yang kuat diperlukan agar organisasi dapat mencapai
sasarannya. Kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi orang
lain untuk melakukan pekerjaannya Sesuai dengan sasaran yang
diharapkan . Kepemimpinan adalah sebuah alat/sarana atau suatu Proses
dalam organisasi untuk membujuk orang lain agar bersedia melakukan
sesuatu secara Sukarela/sukacita dalam mencapai sasaran organisasi.
6

Kepemimpinan terkadang dipahami sebagai sekedar kekuasaan


untuk menggerakkan Dan penghargaan, otoritas dan bujukan. Dengan
adanya ancaman, maka bawahan akan Takut dan mematuhi semua
perintah atasan. Kepemimpinan itu pengertiannya lebih luas Daripada
kekuasaan karena kepemimpinan adalah upaya mempengaruhi orang
bukan sekedar Melakukan apa yang atasan inginkan tapi juga untuk
mencapai tujuan / sasaran organisasi . Kalau ditelusuri lebih lanjut,
betapa pentingnya pemimpin dan kepemimpinan dalam Suatu kelompok
organisasi. Contohnya bila terjadi suatu konflik atau perselisihan antara
Orang-orang dalam kelompok tersebut, maka pemimpin organisasi
mencari alternative
Pemecahannya supaya terjadi kesepakatan dan aturan untuk dapat ditaati
bersama.2
Kepemimpinan dalam organisasi memiliki peran yang sangat besar
dalam membangun hubungan antar individu dan pembentuk nilai
organisasi yang dijadikan sebagai pondasi dasar bagi pencapaian tujuan
organisasi. 3
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Pemimpin dalam
Manajemen Pendidikan
               Dalam melaksanakan aktivitasnya bahwa pemimpin dipengaruhi oleh
berbagai macam faktor. Faktor-faktor tersebut sebagaimana dikemukakan oleh
H. Jodeph Reitz (1981) yang dikutif Nanang Fattah, sebagai berikut :
1. Kepribadian (personality), pengalaman masa lalu dan harapan pemimpin,
hal ini mencakup nilai-nilai, latar belakang dan pengalamannya akan
mempengaruhi pilihan akan gaya kepemimpinan.
2. Harapan dan perilaku atasan.
3. Karakteristik, harapan dan perilaku bawahan mempengaruhi terhadap
apa gaya kepemimpinan.

2
Luis Ma and others, ‘(Kajian Kritis Terhadap Pemikiran Muhammad Abduh Dan
Muhammad Iqbal)’, 3.1 (2016).
3
Hasan Baharun, ‘Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Sistem Kepemimpinan
Kepala Madrasah’, AtTajdid: Jurnal Ilmu Tarbiyah, 6.1 (2017), hlm. 25
7

4. Kebutuhan tugas, setiap tugas bawahan juga akan mempengaruhi gaya


pemimpin.
5. Iklim dan kebijakan organisasi mempengaruhi harapan dan perilaku
bawahan.
6. Harapan dan perilaku rekan.4
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, maka jelaslah bahwa kesuksesan
pemimpin dalam aktivitasnya dipengaruhi oleh factor-faktor yang dapat
menunjang untuk berhasilnya suatu kepemimpinan, oleh sebab itu suatu
tujuan akan tercapai apabila terjadinya keharmonisan dalam hubungan atau
interaksi yang baik antara atasan dengan bawahan, di samping dipengaruhi
oleh latar belakang yang dimiliki pemimpin, seperti motivasi diri untuk
berprestasi, kedewasaan dan keleluasaan dalam hubungan social dengan
sikap-sikap hubungan manusiawi. 
Selanjutnya peranan seorang pemimpin sebagaimana dikemukakan oleh M.
Ngalim
Purwanto, sebagai berikut :
1. Sebagai pelaksana (executive)
2. Sebagai perencana (planner)
3. Sebagai seorangahli (expert)
4. Sebagai mewakili kelompok dalm tindakannya ke luar (external
group representative)
5. Sebagai mengawasi hubungan antar anggota-anggota kelompok
(controller of internal relationship)
6. Bertindak sebagai pemberi gambaran/pujian atau hukuman (purveyor
of rewards and punishments)
7. Bentindak sebagai wasit dan penengah (arbitrator and mediator)
8. Merupakan bagian dari kelompok (exemplar)
9. Merupakan lambing dari pada kelompok (symbol of the group)
10. Pemegang tanggung jawab para anggota kelompoknya (surrogate for
individual

4
Nanang Fattah, Op. cit., hlm. 102..
8

11. Responsibility)
12. Sebagai pencipta/memiliki cita-cita (ideologist)
13. Bertindak sebagai seorang ayah (father figure)
Berdasarkan dari peranan pemimpin tersebut, jelaslah bahwa dalam
suatu kepemimpinan harus memiliki peranan-peranan yang dimaksud, di
samping itu juga bahwa pemimpin memiliki tugas yang embannya,
sebagaimana menurut M. Ngalim Purwanto, sebagai
berikut :
1. Menyelami kebutuhan-kebutuhan kelompok dan keinginan
kelompoknya.
2. Dari keinginan itu dapat dipetiknya kehendak-kehendak yang realistis
dan yang benarbenar dapat dicapai.
3. Meyakinkan kelompoknya mengenai apa-apa yang menjadi kehendak
mereka, mana yang realistis dan mana yang sebenarnya merupakan
khayalan.
4. Tugas pemimpin tersebut akan berhasil dengan baik apabila setiap
pemimpin memahami akan tugas yang harus dilaksanaknya. Oleh
sebab itu kepemimpinan akan tampak dalam proses di mana
seseorang mengarahkan, membimbing, mempengaruhi dan atau
menguasai pikiran-pikiran, perasaan-perasaan atau tingkah laku
orang lain.
5. Untuk keberhasilan dalam pencapaian suatu tujuan diperlukan
seorang pemimpian yang profesional, di mana ia memahami akan
tugas dan kewajibannya sebagai seorang pemimpin, serta
melaksanakan peranannya sebagai seorang pemimpin. Di samping itu
pemimpin harus menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan
bawahan, sehingga terciptanya suasana kerja yang membuat bawahan
merasa aman, tentram, dan memiliki suatu kebebasan dalam
mengembangkan gagasannya dalam rangka tercapai tujuan bersama
yang telah ditetapkan.5
5
 M. Ngalim Purwanto, Administrasi Pendidikan, (Jakarta : Mutiara Sumber-Sumber
Benih Kecerdasan,
9

B. Kepemimpinan, Pemimpin, pimpinan


1. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan dalam bahasa inggris disebut Leadership dan
dalam bahasa arab disebut Zi’amah atau Imamah . dalam terminologi
yang dikemukakan oleh Marifield dan Hamzah. Kepemimpinan adalah
menyangkut dalam menstimulasi, memobilisasi, mengarahkan,
mengkoordinasi motif-motif dan kesetiaan orang-orang yang terlibat
dalam usaha bersama.6
Kepemimpinan merupakan bagian dari fungsi-fungsi manajemen
yang menduduki posisi strategis dalam sistem dan hirarki kerja dan
tanggung jawab pada sebuah organisasi.7 Berikut merupakan definisi dari
kepemimpinan, berdasarkan para pakar:8
a. Kootz & O’donnel (1984), mendefinisikan kepemimpinan sebagai
proses mempengaruhi sekelompok orang sehingga mau bekerja
sungguh- sungguh untuk meraih tujuan kelompoknya.
b. Georger R. Terry (1960), kepemimpinan
adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang untuk berusaha
mencapai tujuan bersama.
c. Slamet (2002), kepemimpinan merupakan suatu kemampuan, proses,
atau fungsi, pada umumnya untuk mempengaruhi orang-orang agar
berbuat sesuatu dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
d. Thoha (1983), kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi
prilaku orang lain agar supaya mereka mau diarahkan untuk
mencapai tujuan tertentu.
Dari beberapa pendapat para pakar diatas penulis mendefinisikan
kepemimpinan adalah suatu usaha untuk mengarahkan, membimbing dan

1981) hlm. 38-39


6
Hamzah Zakub, Menuju Keberhasilan, Manajemen dan Kepemimpinan, Bandung, CV
Diponegoro, hlm.125
7
Nasharuddin Baidan& Erwati Aziz, Etika islam dalam Berbisnis, Yogyakarta, Pustaka
Pelajar, 2014, hlm.126
8
Moeheriono, Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi, Jakarta, PT Raja Grafindo
Jakarta, 2012, hlm.382
10

memotivasi serta bersama-sama mengatasi problem dalam proses


pencapaian tujuan suatu organisasi.
Kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang
kompleks dimana seorang pemimpin mempengaruhi bawahannya dalam
melaksanakan dan mencapai visi, misi, dan tugas, atau objektif-objektif
yang dengan itu membawa organisasi menjadi lebih maju dan bersatu.
Seorang pemimpin itu melakukan proses ini dengan mengaplikasikan sifat-
sifat kepemimpinan dirinya yaitu kepercayaan, nilai, etika, perwatakan,
pengetahuan, dan kemahiran kemahiran yang dimilikinya.
Kepemimpinan merupakan suatu interaksi antara anggota suatu
kelompok sehingga pemimpin merupakan agen pembaharu, agen
perubahan, orang yang perilakunya akan lebih mempengaruhi orang lain
daripada perilaku orang lain yang mempengaruhi mereka, dan
kepemimpinan itu sendiri timbul ketika satu anggota kelompok mengubah
motivasi kepentingan anggota lainnya dalam .9
2. Pengertian Pemimpin
      Pemimpin adalah orang – orang yang menentukan tujuan, motivasi
dan tindakan kepada orang lain. Pemimpin adalah orang yang
memimpin. Pemimpin dapat bersifat resmi (formal) dan tidak resmi (non
formal)
Pemimpin resmi diangkat atas dasar surat keputusan resmi dari orang
yang mengangkatnya dan biasanya mendapat gaji, sedangkan pemimpin
tidak resmi diangkat tanpa  surat keputusan dan biasanya tanpa gaji.
Seseorang dapat diangkat sebagai pemimpin karena mempunyai
kelebihan dari anggota lainnya. Kelebihan itu ada yang berasal dari
dalam dirinya dan ada pula yang berasal dari luar dirinya.  Kelebihan
dari dalam dirinya ia memiliki bakat sebagai pemimpin dan memiliki
sifat- sifat pemimpin yang efefktif’. Kelebihan dari luar diri karena ia
dikenal dan hubungan baik dengan yang sedang berkuasa, punya banyak

9
Bass, B.M. 1985. Leadership And Performance Beyond The Expectations. Hlm. 21
11

teman, dari keturunan orang yang kaya atau turunan bangsawan atau
penguasa.
3. Pengertian Pimpinan
      Pimpinan adalah jabatan atau posisi seseorang di dalam sebuah
organisasi baik organisasi formal maupun organisasi non formal.
Pimpinan adalah posisi,jabatan atau orng yg memiliki kedudukan satu
organisasi, pimpinan sekolah disebut kepala sekolah, principal, head
master, atau head teacher. Sebutan lainnya sebagai pimpinan organisasi
adalah presiden, ketua, kepala, Chief, chief executive officer (CEO),
captain, bos, manager, director, dan supervisior. Walaupun sampai
sekarang perdebatan definisi leader dengan manajer masih berlanjut terus
atau belum selesai.10
C. Strategi dan Pengendalian dalam Kepemimpinan
1. Strategi Kepemimpinan
Pentingnya strategi kepemimpinan karena sebagai proses
mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan tugas
dari para anggota kelompok, maka paling tidak ada implikasi penting
yaitu seorang pemimpin itu harus melibatkan bawahan atau pengikut.
Kesediannya untuk menerima pengarahan dari pemimpin, anggota
kelompok mampu menegaskan status pemimpin dan memungkinkan
proses kepemimpinan. Tanpa bawahan, semua sifat-sifat kepemimpinan
seorang pemimpin itu tidak akanmenjadi relevan. Kemudian
kepemimpinan itu mencakup distribusi kekuasaan yang tidak sama di
antara pemimpin dan anggota kelompok. Anggota kelompok itu bukan
tanpa kuasa, justru mereka bisa membentuk kegiatan kelompok dengan
berbagai cara, namun pemimpin masih lebih kuasa. Dan kepemimpinan
juga sebagai bentuk kekuasaan untuk mempengaruhi pegawai untuk
melakukan pengorbanan pribadi untuk mempengaruhi perilaku pengikut
melalui sejumlah cara. Sesungguhnya para pemimpin itu telah

10
Husaini usman, kepemimpinan efektif teori, penelitian, dan praktik, (PT bumi aksara,
jakarta timur 2019). Hlm 8.
12

mempengaruhi para pegawai untuk melakukan pengorbanan pribadi


demi organisasi.Untuk alasan ini, diharapkan para pemimpin itu
mempunyai kewajiban khusus untuk menjadikan strategi dalam
mempertimbangkan etika dari keputusan mereka.11
Strategi Kepemimpinan yaitu seorang di dalam kedudukan sebagai
pemimpin yang efektif, pengaruh keadaan sekitar tetap tidak dapat
dilepaskan sama sekali, baik pengaruh dari dalam, maupun pengaruh dari
luar kelompok atau organisasinya. Atas pengaruh-pengaruh yang ada,
maka dalam pembuatan kebijakan akan terdapat tiga sumber penting
yaitu:
1. Bersumber dari pihak yang lebih berkuasa, termasuk di dalamnya
aturanaturan yang berada di luar kelompoknya akan tetapi tetap
memberikan pengaruh terhadap kehidupan kelompoknya
2. Bersumber dari pihak bawahan, bagaiman juga bawahan sebagai
pengikut, tetap memegang peran yang tidak kecil dalam menentukan
pencapaian tujuan bersama,
3. Bersumber dari dirinya selaku pemimpin, maka sebagai seorang
pemimpin otonomi dipegangnya untuk menetapkan keputusan
mengenai suatu kebijakan yang akan diambil.12
Strategi kepemimpinan merupakan kemampuan seseorang untuk
mengantisipasi, memimpikan, mempertahankan fleksibilitas, berpikir
secara strategis, dan bekerja dengan orang lain untuk memulai perubahan
yang akan menciptakan masa depan yang lebih baik bagi organisasi.
Strategi kepemimpinan juga merupakan suatu proses memberikan arah
dan inspirasi yang diperlukan untuk membuat dan melaksanakan visi
organisasi, misi, dan strategi untuk mencapai tujuan organisasi.
Kepemimpinan strategis harus melibatkan manajer di bagian atas,
tengah, dan tingkat yang lebih rendah dari organisasi. Strategi pemimpin
yang efektif antara lain memiliki keterampilan untuk :

11
Sutrisno Edy, Manajemen Sumber Daya manusia (Jakarta: Kencana , 2010), hlm.218
12
Slideshare.Net, Strategi-Dalam-Kepemimpinan. Di Akses Pada 29-11-201
13

1. Mengantisipasi dan meramalkan kejadian dalam lingkungan eksternal


organisasi yang memiliki potensi untuk mempengaruhi kinerja
organisasi
2. Mencari dan mempertahankan keunggulan kompetitif dengan
membangun kompetensi inti dan memilih pasar yang tepat untuk
bersaing,
3. Mengevaluasi implementasi strategi dan hasil secara sistematis, dan
membuat penyesuaian strategis
4. Membangun tim karyawan yang sangat efektif, efisien, dan
termotivasi
5. Menentukan tujuan dan prioritas yang tepat untuk mencapainya
6. menjadi komunikator yang efektif.13
Strategi juga merupakan tema yang memberikan kesatuan arah bagi
pengambilan keputusan individual baik dalam organisasi maupun secara
pribadi dan tujuan utama strategi itu adalah untuk menghasilkan sebuah
keputusan dalam rangka membentuk dan mempertahankan keunggulan
kompetitif perusahaan sehingga perusahaan dapat mencapai sukses.14
2. Pengendalian Dalam Kepemimpinan
Dalam kepemimpinan ada yang namanya pengendalian sebagai salah
satu fungsi dari manajemen di sebuah kepemimpinan. Kegiatan
pengendalian di dalam sebuah kepemimpinan itu bermaksud untuk
mendapatkan respon yang bermakna atau sesuai dengan yang diinginkan
pemimpin, dari semua anggota kelompok / organisasi, disamping itu
apabila organisasi memiliki program kerja, berarti juga respon tersebut
harus merupakan realisasi kegiatan – kegiatan yang telah dirumuskan di
dalam program tersebut. Wewenang yang dimiliki pemimpin, bukan
jaminan bahwa pemimpin secara otomatis yang dimiliki pemimpin,

13
Birokrasi.Kompasiana, Kepemimpinan Strategis Dan Manajemen Perubahan.Di
Akses Pada Tanggal 29- L11-2014
14
Robert M. Grant, Analisis Strategi Kontemporer, (Jakarta: Erlangga, 1999), 88
14

bukan jaminan bahwa pemimpin secara otomatis dapat melakukan


kegiatan pengendalian.
Kegiatan mengendalikan organisasi sangat tergantung pada
kemampuan membina dan mengelola orang – orang yang dipimpin agar
menjadi suatu regu (team) yang kompak. Kegiatan tersebut berfungsi
untuk menyatukan perasaan dan pikiran setiap anggota-anggota.
Fungsi pengendalian sangat di butuhkan dalam kepemimpinan yaitu:
a. Menciptakan suatu mutu yang lebih baik, dengan pengendalian dapat
ditemukan suatu proses atau menyimpang dan kemudian dapat di
koreksi.
b. Dapat menciptakan sebuah siklus yang lebih cepat.
c. Untuk mempermudah pendelegasian dan kerja tim.15

D. Teori Kepemimpinan
Menurut Vietzal Rivai dalam buku Kepemimpinan Dan Prilaku Organisasi
mengatakan ada beberapa teori yang mendukung dari diri seorang pemimpin,
teori tersebut antara lain adalah;
a. Teori Sifat
Teori sifat merupakan teori yang menjelaskan Sifat-sifat yang
melekat dalam diri seorang pemimpin yang akan mewarnai tingkah laku,
perbuatan, tindakan dan keputusan-keputusan yang diambilnya. Sifat
merupakan tumpuan dan modal dasar untuk memberikan energi dalam
kepemimpinannya. Pemimpin dapat mencapai efektifitas dengan
mengembangkan sifat- sifat yang dimiliki.
b.Teori Prilaku
Di akhir tahun 1940-an para peneliti mulai mengeksplorasi
pemikiran bahwa bagaimana perilaku seseorang dapat menentukan
keefektifan kepemimpinan seseorang. Dan mereka menemukan sifat-
sifat, mereka meneliti pengaruhnya pada prestasi dan kepuasan dari
pengikut-pengikutnya.
15
M.Munir S.Ag. & Wahyu Ilaihi. S.Ag.MA. Manajemen Dakwah (Jakarta: Kencana,
2006) Hal.178
15

c.Teori kepemimpinan situasional


Suatu pendekatan terhadap kepemimpinan yang menyatakan bahwa
pemimpin memahami perilakunya, sifat-sifat bawahannya, dan situasi
sebelum menggunakan gaya kepemimpinan tertentu. Pendekatan ini
mensyaratkan pemimpin untuk memiliki keterampilan diagnostik dalam
perilaku manusia.16
d. Teori Great Man dan Big Bang
kepemimpinan merupakan bakat atau bawaan sejak seseorang lahir.
Bennis & nanus menjelaskan bahwa teori ini berasumsi pemimpin
dilahirkan bukan diciptakan. Kekuasaan berada pada sejumlah orang
tertentu, yang melalui proses pewarisan memiliki kemampuan memimpin
atau karena keberuntungan memiliki bakat untuk menempati posisi
sebagai pemimpin. “asal raja menjadi raja” ( anak raja pasti memiliki
bakat untuk menjadi raja sebagai pemimpin rakyatnya.
Suatu peristiwa besar menciptakan seseorang menjadi pemimpin.
Mengintegrasikan antara situasi dan pengikut. Situasi merupakan
peristiwa besar seperti revolusi, kekacauan/kerusuhan, pemberontakan,
reformasi. Pengikut adalah orang yang mengokohkan seseorang dan
bersedia patuh dan taat.17
E. Tipe dan gaya kepemimpinan
1. Kriteria Seorang Pemimpin
Menurut Vietzal Rivai dan Boy Raffi Amar dalam buku pemimpin
dan kepemimpinan dalam organisasi mengatakan Seorang pemimpin
dalam suatu organisasi harus memiliki kriteria tertentu layaknya seorang
pemimpin yang sejati kriteria tersebut, yaitu;
a. Pengaruh; seorang pemimpin adalah seorang yang memiliki orang–
orang yang mendukungnya yang turut membesarkan nama sang

16
Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Jakarta, PT Grafindo
persada,2003, h.10-11
17
Warren Bennis and Burt Nanus, 1990, Leaders (Strategi For Taking Charge), Hlm. 7
16

pimpinan. Pengaruh itu menjadikan sang pemimpin diikuti dan


membuat orang ain tunduk pada apa yang dikatakan sang pemimpin.
b. Kekuasaan/power; seorang pemimpin umumnya diikuti oleh orang
lain karena ia memiliki kekuasaan yang membuat orang lain
menghargai keberadaannya. Tanpa kekuasaan atau kekuatan yang
dimiliki sang pemimpin tentunya tidak ada orang yang mau menjadi
pendukungnya. Kekuasaan dan kekuatan yang dimiliki seorang
pemimpin ini menjadikan orang lain akan tergantung pada apa yang
dimiliki seorang pemimpin, tanpa itu ia tidak akan bisa berbuat apa-
apa. Hubungan ini menjadikan hubungan yang bersifat simbiosis
mutualisme, dimana kedua belah pihak merasa saling diuntungkan.
c. Wewenang; wewenang disini dapat diartikan sebagai hak yang
diberikan kepada pemimpin untuk menetapkan sebuah keputusan
dalam melaksanakan suatu hal/ kebijakan. Wewenang disini juga
dapat dialihkan kepada karyawan oleh pimpinan apabila pemimpin
percaya bahwa karyawan tersebut mampu melaksanakan tugas dan
tanggung jawab dengan baik, sehingga karyawan diberi kepercayaan
untuk melaksanakan tanpa perlu campur tangan dari segi sang
pemimpin.
d. Pengikut ; seorang pemimpin yang memiliki pengaruh, kekuasaan /
power dan wewenang tidak dapat dikatakan sebagai pemimpin
apabila dia tidak memiliki pengikut yang berada di belakangnya yang
memberi dukungan mengikuti apa yang dikatakan pemimpin.18
2. Gaya Kepemimpinan
Menurut Wirawan dalam buku Kepemimpinan mengatakan bahwa
Gaya kepemimpinan adalah cara atau seni yang digunakan oleh seorang
pemimpin untuk mengatur dan mengarahkan bawahannya dalam
pencapaian visi atau tujuan bersama yang telah ditetapkan dalam suatu
organisasi. berikut beberapa model dari gaya kepemimpinan adalah;

18
Vietzal Rivai, Bahtiar dan Boy Rafli Amar, Pemimpin dan Kepemimpinan dalam
Organisasi, Jakarta; PT Raja Grafindo Persada, 2013,hlm.21
17

a. Gaya Kepemimpinan Memberitahu


Gaya kepemimpinan ini cocok diaplikasikan kepada
karyawan yang tidak berani memikul tanggung jawab, yang memiliki
prilaku tugasnya di atas rata-rata dan prilaku hubungannya di bawah
rata-rata. pada gaya kepemimpinan memberitahu ini, pemimpin
memberikan instruksi khusus dan mensupervisi ketat kinerja para
pengikutnya. Ciriciri gaya kepemimpinan ini adalah;
1) Memberikan petunjuk secara jelas dan rinci mengenai tugas yang
harus dikerjakan para karyawan.
2) Mendefinisikan secara operasional peran pengikut.
3) Komunikasi sebagian besar satu arah.
4) Pemimpin yang membuat keputusan
5) Supervisi ketat dan meminta pertanggungjawaban pengikut.
6) Instruksi secara bertingkat.
b. Gaya Kepemimpinan Menjual.
Gaya kepemimpinan ini terbentuk dari prilaku tugas dan
prilaku hubungan diatas rata- rata. Pada gaya kepemimpinan ini
pemimpin menjelaskan keputusan dan memberikan peluang untuk
menjelaskan klarifikasi tugas kepada para pengikut. Ciri-ciri gaya
kepemimpinan ini adalah;
1) Menyediakan petunjuk mengenai siapa, apa, dimana, bagaimana,
dan mengapa mengenai tugas atau perintah yang harus dilakukan
para pengikut.
2) Pemimpin membuat keputusan dan menjelaskan keputusan serta
memungkinkan. peluang untuk klarifikasi.
3) Menjelaskan peran para pengikut.
4) Mengajukan pertanyaan untuk mengidentifikasi level
kemampuan.
c. Gaya Kepemimpinan Partisipasi.
Gaya kepemimpinan ini mempunyai karakteristik perilaku
hubungan di atas rata-rata dan perilaku tugasnya di bawah rata- rata.
18

Dalam gaya kepemimpinan ini pemimpin memberikan ide-ide kepada


para pengikutnya dan memfasilitasi pembuatan keputusan kepada
para pengikutnya. Ciri-ciri gaya kepemimpinan ini adalah;
1) Membagi tanggung jawab untuk membuat keputusan dengan
para pengikut.
2) Memfokuskan kegiatan untuk mencapai hasil
3) Mengikut sertakan karyawan dalam konsekuensi tugas untuk
meningkatkan komitmen dan motivasi
4) Menggabungkan dan pembuatan keputusan pemimpin dan
karyawan.
5) Menentukan langkah-langkah berikutnya.
6) Memberikan dorongan dan dukungan.
7) Mendorong untuk memberikan masukan.
8) Secara aktif mendengarkan apa yang dikemukakan para
karyawan.
d. Gaya Kepemimpinan Delegasi
kepemimpinan mendelegasikan prilaku tugas dan perilaku
hubungan di bawah rata-rata. Pada gaya kepemimpinan delegasi
pemimpin memberikan tanggung jawab dan pembuatan keputusan
serta pelaksanaan aktivitas kepada para pengikutnya. Ciri-ciri gaya
kepemimpinan ini adalah;
1) Mendengar untuk mengevaluasi perkembangan.
2) Mendelegasikan tugas dan aktivitas.
3) Pengikut membuat keputusan.
4) Mendorong kebebasan untuk mengambil risiko.
5) Supervisi longgar.
6) Memonitor aktivitas.
7) Memperkuat hasil.
8) Selalu mudah dihubungi.19
F. Konsep Kecerdasan SQ dalam Mengefektifkan Organisasi

19
Wirawan, Kepemimpinan, Jakarta; PT Raja Grafindo Persada, 2014, h.396-402
19

Apa yang dimaksudkan dengan kecerdasan spiritual dan apa bedanya


dengan kecerdasan intelektual maupun kecerdasan emosi? IQ, EQ dan SQ
adalah tiga istilah yang sudah cukup dikenal,terutama di kalangan praktisi dan
spesialis pengembangan sumber daya manusia.
Istilah pertama yaitu Intellectual Quotient atau IQ menggambarkan
kapasitas seseorang untuk melakukan kegiatan mental seperti berpikir, mencari
penjelasan, dan memecahkan masalah secara logis.
Berdasarkan hasil tes IQ, dapat ditentukan kemampuan seorang karyawan
yang terkait dengan angka, kata-kata, visualisasi, daya ingat, penjelasan deduktif
induktif, dan kecepatan mempersepsikan sesuatu. Dengan mengetahui dalam hal
apa seorang karyawan memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi,maka
perusahaan dapat menempatkan karyawan tersebut pada posisi atau pekerjaan
yang sesuai.
Istilah kedua yaitu Emotional Quotient atau EQ yang diperkenalkan oleh
Daniel Goleman di sekitar pertengahan tahun 1990-an menjelaskan kemampuan
seseorang untuk mendeteksi dan mengelola emosi.

Menurut Goleman, ada empat level kecerdasan emosi. Level pertama adalah
self awareness atau kesadaran diri. Pada tahap ini, seorang karyawan dapat
mengenal dan memahami emosi, kekuatan dan kelemahan, nilai-nilai serta
motivasi dirinya.
Pada level kedua, yaitu self management atau kelola diri, karyawan tidak
hanya mampu mengenal dan memahami emosinya, juga mampu mengelola,
mengendalikan dan mengarahkannya. Karyawan yang memiliki kemampuan
kelola diri yang baik secara rutin melakukan evaluasi diri setelah menghadapi
keberhasilan maupun kesuksesan dan mampu mempertahankan motivasi dan
perilaku kerjanya untuk menghasilkan kinerja yang baik.
Pada level ketiga yang disebut social awareness atau kesadaran sosial,
karyawan sudah mampu berempati, yaitu peka terhadap perasaan, pemikiran,
dan situasi yang dihadapi orang lain. Kecerdasan emosi memampukan kita untuk
20

menyadari dan memahami perasaan sendiri dan orang lain, memampukan kita
menilai suatu situasi dan bertindak sesuai dengan situasi yang dihadapi.
Dan pada level yang tertinggi yaitu relationship management atau kelola
hubungan, seorang karyawan mampu mengendalikan dan mengarahkan emosi
orang lain. Karyawan tersebut mampu menginspirasi orang lain, mempengaruhi
perasaan dan keyakinan orang lain, mengembangkan kapabilitas orang lain,
mengatasi konflik, membina hubungan, dan membentuk kerja sama yang
menguntungkan semua pihak.
Istilah yang ketiga, yaitu Spiritual Quotient atau SQ diyakini merupakan
tingkatan tertinggi dari kecerdasan,yang digunakan untuk menghasilkan arti
(meaning) dan nilai (value). Dua jenis kecerdasan yang disebutkan pertama,
yaitu IQ dan EQ, merupakan bagian yang terintegrasi dari SQ. Mengacu pada
teori motivasi yang dikemukakan Maslow, kecerdasan spiritual terkait dengan
aktualisasi diri atau pemenuhan tujuan hidup, yang merupakan tingkatan
motivasi yang tertinggi.
Kecerdasan spiritual yang tinggi ditandai dengan adanya pertumbuhan dan
transformasi pada diri seseorang, tercapainya kehidupan yang berimbang antara
karier/pekerjaan dan pribadi/keluarga, serta adanya perasaan suka cita serta puas
yang diwujudkan dalam bentuk menghasilkan kontribusi yang positif dan
berbagi kebahagiaan kepada lingkungan. SQ walaupun mengandung kata
spiritual tidak selalu terkait dengan kepercayaan atau agama. SQ lebih kepada
kebutuhan dan kemampuan manusia untuk menemukan arti dan menghasilkan
nilai melalui pengalaman yang mereka hadapi.
Akan tetapi, beberapa penelitian menunjukkan bahwa seseorang yang
memiliki kepercayaan atau menjalankan agama,umumnya memiliki tingkat
kecerdasan spiritual yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tidak
memiliki kepercayaan atau tidak menjalankan agama. Seperti misalnya
penelitian yang dilakukan Harold G Koenig dan kawan-kawan yang telah
dipublikasikan Oxford University Press dalam bentuk buku berjudul Handbook
of Religion and Health.
21

Penelitian yang mereka lakukan menemukan bahwa di setiap tingkatan


pendidikan dan usia, orang yang pergi ke rumah ibadah, berdoa dan membaca
kitab suci secara rutin, ternyata hidup lebih lama sekitar tujuh hingga 14 tahun
dan memiliki kesehatan fisik yang lebih baik dibandingkan dengan orang yang
tidak menjalankan ritual keagamaan.
Seperti apakah peran SQ di tempat kerja? Karyawan dengan SQ yang tinggi
biasanya akan lebih cepat mengalami pemulihan dari suatu penyakit, baik secara
fisik maupun mental. Ia lebih mudah bangkit dari suatu kejatuhan atau
penderitaan, lebih tahan menghadapi stres, lebih mudah melihat peluang karena
memiliki sikap mental positif,serta lebih ceria, bahagia dan merasa puas dalam
menjalani kehidupan.
Berbeda dengan karyawan yang memiliki SQ rendah. Pada orang dengan SQ
rendah, keberhasilan dalam hal karier, pekerjaan, penghasilan, status dan masih
banyak lagi hal-hal yang bersifat materi ternyata tidak selalu mampu
membuatnya bahagia. Persaingan dan perbedaan kepentingan yang berlangsung
begitu ketat sering kali membuat manusia kehilangan arah dan identitas.
Perubahan teknologi yang pesat menghasilkan tekanan yang begitu besar,
yang terkadang membutakan manusia dengan kecerdasan spiritual rendah dalam
menjalani visi dan misi hidupnya, membuat ia lupa melakukan refleksi diri dan
lupa menjalankan perannya sebagai bagian dari komunitas.Kesibukan kerja dan
keberhasilan yang dicapai tidak diamalkannya untuk penciptaan arti dan nilai
bagi lingkungan. Bagaimana membentuk kecerdasan spiritual yang tinggi di
tempat kerja ? Manusia memiliki pikiran dan roh, ingin mencari arti dan tujuan,
berhubungan dengan orang lain dan menjadi bagian dari komunitas. Oleh
karenanya,organisasi perlu membentuk budaya spiritualitas di lingkungan kerja.
Organisasi yang bersifat spiritual membantu karyawannya untuk
mengembangkan dan mencapai potensi penuh dari dirinya (aktualisasi diri).
Robbins & Judge dalam bukunya yang berjudul Organizational Behavior
menyebutkan budaya spiritualitas yang perlu dibentuk adalah:
1. Strong sense of purpose. Meskipun pencapaian keuntungan itu penting,
tetapi hal itu tidak menjadi nilai utama dari suatu organisasi dengan
22

budaya spiritual.Karyawan membutuhkan adanya tujuan perusahaan


yang lebih bernilai, yang biasanya dinyatakan dalam bentuk visi dan misi
organisasi.
2. Trust and respect. Organisasi dengan budaya spiritual senantiasa
memastikan terciptanya kondisi saling percaya, adanya keterbukaan dan
kejujuran. Salah satunya dalam bentuk manajer dan karyawan tidak takut
untuk melakukan dan mengakui kesalahan.
3. Humanistic work practices. Jam kerja yang fleksibel,penghargaan
berdasarkan kerja tim,mempersempit perbedaan status dan imbal jasa,
adanya jaminan terhadap hak-hak individu pekerja, kemampuan
karyawan, dan keamanan kerja merupakan bentuk-bentuk praktik
manajemen sumber daya manusia yang bersifat spiritual.
4. Toleration of employee expression. Organisasi dengan budaya spiritual
memiliki toleransi yang tinggi terhadap bentuk-bentuk ekspresi emosi
karyawan. Humor, spontanitas, keceriaan di tempat kerja tidak dibatasi.
Saat ini sudah cukup banyak perusahaan yang menerapkan budaya
spiritualitas di tempat kerja.
Bahkan, ada perusahaan yang mendorong dan mengizinkan setiap karyawan
untuk menyediakan satu persen dari waktu kerjanya untuk melakukan pekerjaan
sukarela bagi pengembangan komunitas, seperti membagikan makanan kepada
para tunawisma, kerja bakti membersihkan taman umum, mendirikan
perpustakaan atau rumah baca untuk anak-anak jalanan, dan memberi bantuan
bagi korban bencana alam.
Southwest Airlines adalah contoh sukses sebuah organisasi spiritual.
Pembentukan budaya spiritual di Southwest Airlines telah membuat perusahaan
itu menjadi salah satu perusahaan penerbangan dengan turn over terendah,
secara konsisten memiliki biaya tenaga kerja terendah per jarak penerbangan,
secara tetap mencatat waktu tiba yang lebih cepat dan tingkat komplain yang
lebih rendah dibandingkan pesaingnya, dan terbukti merupakan perusahaan
penerbangan yang paling konsisten dalam hal keuntungan di industri
penerbangan Amerika Serikat.
23

Dengan terbentuknya budaya spiritualitas di tempat kerja, diharapkan akan


terbentuk karyawan yang happy, tahu dan mampu memenuhi tujuan hidup.
Karyawan yang demikian umumnya memiliki hidup yang seimbang antara kerja
dan pribadi, antara tugas dan pelayanan.
Pada umumnya, mereka juga memiliki kinerja yang lebih tinggi. Hasil
penelitian yang dilakukan sebuah perusahaan konsultan besar, penerapan
lingkungan kerja yang spiritual meningkatkan produktivitas dan menurunkan
turn over.
Studi lainnya menunjukkan, karyawan yang kecerdasan spiritualnya tinggi
dan didukung lingkungan kerja yang juga spiritual, secara positif menjadi lebih
kreatif, memiliki kepuasan kerja yang tinggi, mampu bekerja dengan baik secara
tim, dan memiliki komitmen yang tinggi terhadap organisasi.20
G. Budaya Organisasi dalam Mengefektifkan kepemimpinan
1. Pengertian Budaya Organisasi
Penggunaan istilah budaya organisasi dengan mengacu pada budaya
yang berlaku dalam perusahaan, yaitu kerjasama antara beberapa orang
yang membentuk kelompok atau satuan kerjasama tersendiri.
Studi yang dilakukan ini mengenai budaya organisasi yang berlaku
pada perusahaan. Dalam pembicaraan selanjutnya yang disebut budaya
organisasi, diartikan atau sinonim dengan budaya perusahaan. Jika
disebut budaya perusahaan, diartikan pula budaya yang berlaku dalam
organisasi yang melakukan kegiatan perusahaan. Jadi, istilah budaya
organisasi dan istilah budaya perusahaan dalam studi ini juga seperti
yang digunakan para pengripta saling mengganti.
Budaya organisasi dapat didefinisikan sebagai perangkat sistem nilai-
nilai (values), keyakinan-keyakinan (beliefs), asumsi-asumsi
(assimptios), atau norma-norma yang telah lama berlaku, disepakati dan
diikuti oleh para anggota suatu organisasi sebagai pedoman perilaku dan
pemecahan masalah masalah organisasinya. Budaya organisasi juga
disebut budaya perusahaan, yaitu seperangkat nilai-nilai atau norma-
https://manajemenppm.wordpress.com/2013/05/03/kecerdasan-spiritual-dan-
20

pengaruhnya-terhadap-kinerja-karyawan-dan-organisasi/
24

norma yang telah relatif lama berlakunya, dianut bersama oleh para
anggota organisasi (karyawan) sebagai norma perilaku dalam
menyelesaikan masalah-masalah organisasi (perusahaan). Dalam budaya
organisasi, terjadi sosialisasi nilai-nilai dan menginternalisasi dalam diri
para anggota, menjiwai orang perorang di dalam organisasi.
2. Konsep Budaya Organisasi
a. Pandangan holistis
Pandangan ini yang mengikuti pikiran-pikiran yang dicetuskan
oleh Benedict, kroeber, dan kluckhonhn, yang memadukan
seluruh aspek kognitif, emosi, perilaku, dan benda-benda ke
dalam satu kesatuan budaya sebagai suatu totalitas atau
keseluruhan, baik mencakup perilaku, pikiran, atau nilai-nilai,
dan yang membedakan suatu organisasi terhadap organisasi
lainnya.
Menurut Tunstall (1983), yang dianggap mewakili kelompok
holistis, mengatakan budaya perusahaan dapat dideskripsikan
sebagai suatu konstelasi umum daripada keyakinan-keyakinan,
sistem-sistem nilai, norma-norma perilaku, dan cara-cara
melakukan bisnis yang unik bagi masing-masing perusahaan,
yang menetapkan pola-pola perilaku dan emosi-emosi yang
implisit dan yang muncul menandai kehidupan dalam organisasi.
Pandangan holistik ini mencakup semua fase budaya, dan
memadukan perkembangan historikal dengan sifat-sifat
evolusioner yang dinamik. Namun, apabila pandangan ini
digunakan dalam penelitian akan menimbulkan kesulitan, karena
mempelajari budaya organisasi dengan pandangan ini ini berarti
harus melakukan etnografi jangka panjang yang memfokuskan
berbagai aspek dan mengumpulkan berbagai macam data yang
diduga termasuk dalam budaya organisasi.
b. Pandangan variabel
25

Dalam kepustakaan manajemen pandangan variabel disebut juga


pandangan perilaku, lebih memfokuskan pada ekspresi budaya ya
yang dapat disimak dalam bentuk variabel dan perilaku fisikal
atau praktik, merupakan manifestasi kultur yang _tangible_.
Definisi yang biasanya digunakan cukup ringkas seperti yang
diberikan oleh Deal & Kannedy (1982), mengatakan bahwa
budaya iyalah _" the way we do things around here"_. Cukup
pendek, tetapi yang disebut _things dan way_ itu banyak sekali.
Jadi, meskipun definisinya pendek dan sederhana, tetapi dapat
berisi muatan yang banyak sekali. Menjelaskan dan menguraikan
dengan menggunakan pandangan ini juga sulit, karena banyak
kemungkinan terjadi dugaan-dugaan, sehingga dapat
menimbulkan kesalahan-kesalahan dan bias-bias dalam
sistematikanya.
c. Pandangan kognitif
Pandangan kognitif, seperti telah dikatakan di bagian depan
merupakan rancangan yang digunakan dalam studi ini,
memfokuskan pada ide-ide, konsep-konsep, rancangan-rancangan
_(blue-prins),_ keyakinan-keyakinan, nilai-nilai, atau norma-
norma yang dilihat sebagai inti _(core)_ dari fenomena yang
kompleks dan multifaset yang disebut budaya. Menurut
pandangan ini, yang akan disebut budaya organisasi dapat
digambarkan sebagai suatu konstruksi aturan-aturan sosial yang
mendominan atau menuntun persepsi dan pikiran. Budaya
organisasi menurut pandangan ini memberikan desain konseptual
yang berisi standar untuk mengambil suatu keputusan mengenai
apa yang harus dilakukan dan bagaimana melaksanakannya.
Desain konseptual muncul dalam suatu proses interaksi sosial
yang berorientasi terutama pada pemecahan masalah, yang dari
waktu ke waktu himpunan budaya yang diciptakannya itu
dialihkan dari generasi ke generasi secara berkesinambungan.
26

Salah satu definisi yang dianggap mewakili pandangan kognitif


ialah yang diberikan oleh Schein (1985), yang diakui oleh banyak
pakar dan dipandang jelas dalam menerangkan budaya organisasi.
Apa yang dimaksud dengan budaya organisasi, Menurut Schien
(1985) iyalah pola asumsi-asumsi dasar yang oleh suatu
kelompok telah ditemukan, dibuka, atau dikembangkan melalui
belajar untuk memecahkan masalah-masalah adaptasi eksternal
dan integrasi internal, dan yang telah berjalan cukup baik untuk
dipandang saja dan oleh karena itu, diajarkan kepada anggota
anggota baru sebagai cara yang benar untuk memandang, berfikir,
dan merasa dalam kaitannya dengan masalah-masalah tersebut.21

BAB III
PENUTUP
A.Simpulan

21
Edy Sutrisno, Budaya Organisasi, (PRENADAMEDIA GRUP: Kencana 2010) hlm.4
27

B. Saran

Anda mungkin juga menyukai