Makalah
“KEPEMIMPINAN dalam MANAJEMEN”
Oleh
Nim: 201022009
Kelas: MPI 3A
T.A 2021-2022
2
KATAPENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb.
Alhamdulillah, puji syukur kehadiran Allah SWT karena berkat
limpahan rahmatNya. penulis dapat menyelesaikan makalah Ini dalam
rangka memenuhi tugas mata kuliah “Kepemimpinan Dalam
Manajemen”
Shalawat serta salam selalu dilimpahkan kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya, atas jasa beliau
kita sebagai umat Islam bisa melihat dunia ini dipenuhi akhlak yang
mulia, rahmat dan kasih sayang yang selalu tumbuh diantara umatnya.
Penulis sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Tidak ada
kesempurnaan dalam makalah ini karena kesempurnaan hanya milik
Allah SWT.
Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis memohon maaf apa bila dalam
makalah terdapat kesalahan yang tidak disengaja. Dan penulis
mengharap kritik serta saran dari para pembaca agar penulis dapat
menjadi lebih baik lagi dalam penulisan makalah selanjutnya.
Akhir kata, semoga makalah ini bisa membantu menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca.
Wassalamualaikumwr.wb.
GORONTALO, 2021
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………. i
DAFTAR ISI…………………………………………..….……….... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................2
C. Tujuan Penulisan............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
4. Teori Kepemimpinan........................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
sebab itu, kepemimpinan adalah urusan setiap orang. Setiap pemimpin diminta
yang lebih rendah posisinya bertanggung jawab kepada pemimpin yang lebih
tinggi posisinya.1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1
Husaini usman, kepemimpinan efektif teori, penelitian, dan praktik, (PT bumi aksara,
jakarta timur 2019). Hlm 1.
5
BAB II
PEMBAHASAN
2
Luis Ma and others, ‘(Kajian Kritis Terhadap Pemikiran Muhammad Abduh Dan
Muhammad Iqbal)’, 3.1 (2016).
3
Hasan Baharun, ‘Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Sistem Kepemimpinan
Kepala Madrasah’, AtTajdid: Jurnal Ilmu Tarbiyah, 6.1 (2017), hlm. 25
7
4
Nanang Fattah, Op. cit., hlm. 102..
8
11. Responsibility)
12. Sebagai pencipta/memiliki cita-cita (ideologist)
13. Bertindak sebagai seorang ayah (father figure)
Berdasarkan dari peranan pemimpin tersebut, jelaslah bahwa dalam
suatu kepemimpinan harus memiliki peranan-peranan yang dimaksud, di
samping itu juga bahwa pemimpin memiliki tugas yang embannya,
sebagaimana menurut M. Ngalim Purwanto, sebagai
berikut :
1. Menyelami kebutuhan-kebutuhan kelompok dan keinginan
kelompoknya.
2. Dari keinginan itu dapat dipetiknya kehendak-kehendak yang realistis
dan yang benarbenar dapat dicapai.
3. Meyakinkan kelompoknya mengenai apa-apa yang menjadi kehendak
mereka, mana yang realistis dan mana yang sebenarnya merupakan
khayalan.
4. Tugas pemimpin tersebut akan berhasil dengan baik apabila setiap
pemimpin memahami akan tugas yang harus dilaksanaknya. Oleh
sebab itu kepemimpinan akan tampak dalam proses di mana
seseorang mengarahkan, membimbing, mempengaruhi dan atau
menguasai pikiran-pikiran, perasaan-perasaan atau tingkah laku
orang lain.
5. Untuk keberhasilan dalam pencapaian suatu tujuan diperlukan
seorang pemimpian yang profesional, di mana ia memahami akan
tugas dan kewajibannya sebagai seorang pemimpin, serta
melaksanakan peranannya sebagai seorang pemimpin. Di samping itu
pemimpin harus menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan
bawahan, sehingga terciptanya suasana kerja yang membuat bawahan
merasa aman, tentram, dan memiliki suatu kebebasan dalam
mengembangkan gagasannya dalam rangka tercapai tujuan bersama
yang telah ditetapkan.5
5
M. Ngalim Purwanto, Administrasi Pendidikan, (Jakarta : Mutiara Sumber-Sumber
Benih Kecerdasan,
9
9
Bass, B.M. 1985. Leadership And Performance Beyond The Expectations. Hlm. 21
11
teman, dari keturunan orang yang kaya atau turunan bangsawan atau
penguasa.
3. Pengertian Pimpinan
Pimpinan adalah jabatan atau posisi seseorang di dalam sebuah
organisasi baik organisasi formal maupun organisasi non formal.
Pimpinan adalah posisi,jabatan atau orng yg memiliki kedudukan satu
organisasi, pimpinan sekolah disebut kepala sekolah, principal, head
master, atau head teacher. Sebutan lainnya sebagai pimpinan organisasi
adalah presiden, ketua, kepala, Chief, chief executive officer (CEO),
captain, bos, manager, director, dan supervisior. Walaupun sampai
sekarang perdebatan definisi leader dengan manajer masih berlanjut terus
atau belum selesai.10
C. Strategi dan Pengendalian dalam Kepemimpinan
1. Strategi Kepemimpinan
Pentingnya strategi kepemimpinan karena sebagai proses
mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan tugas
dari para anggota kelompok, maka paling tidak ada implikasi penting
yaitu seorang pemimpin itu harus melibatkan bawahan atau pengikut.
Kesediannya untuk menerima pengarahan dari pemimpin, anggota
kelompok mampu menegaskan status pemimpin dan memungkinkan
proses kepemimpinan. Tanpa bawahan, semua sifat-sifat kepemimpinan
seorang pemimpin itu tidak akanmenjadi relevan. Kemudian
kepemimpinan itu mencakup distribusi kekuasaan yang tidak sama di
antara pemimpin dan anggota kelompok. Anggota kelompok itu bukan
tanpa kuasa, justru mereka bisa membentuk kegiatan kelompok dengan
berbagai cara, namun pemimpin masih lebih kuasa. Dan kepemimpinan
juga sebagai bentuk kekuasaan untuk mempengaruhi pegawai untuk
melakukan pengorbanan pribadi untuk mempengaruhi perilaku pengikut
melalui sejumlah cara. Sesungguhnya para pemimpin itu telah
10
Husaini usman, kepemimpinan efektif teori, penelitian, dan praktik, (PT bumi aksara,
jakarta timur 2019). Hlm 8.
12
11
Sutrisno Edy, Manajemen Sumber Daya manusia (Jakarta: Kencana , 2010), hlm.218
12
Slideshare.Net, Strategi-Dalam-Kepemimpinan. Di Akses Pada 29-11-201
13
13
Birokrasi.Kompasiana, Kepemimpinan Strategis Dan Manajemen Perubahan.Di
Akses Pada Tanggal 29- L11-2014
14
Robert M. Grant, Analisis Strategi Kontemporer, (Jakarta: Erlangga, 1999), 88
14
D. Teori Kepemimpinan
Menurut Vietzal Rivai dalam buku Kepemimpinan Dan Prilaku Organisasi
mengatakan ada beberapa teori yang mendukung dari diri seorang pemimpin,
teori tersebut antara lain adalah;
a. Teori Sifat
Teori sifat merupakan teori yang menjelaskan Sifat-sifat yang
melekat dalam diri seorang pemimpin yang akan mewarnai tingkah laku,
perbuatan, tindakan dan keputusan-keputusan yang diambilnya. Sifat
merupakan tumpuan dan modal dasar untuk memberikan energi dalam
kepemimpinannya. Pemimpin dapat mencapai efektifitas dengan
mengembangkan sifat- sifat yang dimiliki.
b.Teori Prilaku
Di akhir tahun 1940-an para peneliti mulai mengeksplorasi
pemikiran bahwa bagaimana perilaku seseorang dapat menentukan
keefektifan kepemimpinan seseorang. Dan mereka menemukan sifat-
sifat, mereka meneliti pengaruhnya pada prestasi dan kepuasan dari
pengikut-pengikutnya.
15
M.Munir S.Ag. & Wahyu Ilaihi. S.Ag.MA. Manajemen Dakwah (Jakarta: Kencana,
2006) Hal.178
15
16
Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Jakarta, PT Grafindo
persada,2003, h.10-11
17
Warren Bennis and Burt Nanus, 1990, Leaders (Strategi For Taking Charge), Hlm. 7
16
18
Vietzal Rivai, Bahtiar dan Boy Rafli Amar, Pemimpin dan Kepemimpinan dalam
Organisasi, Jakarta; PT Raja Grafindo Persada, 2013,hlm.21
17
19
Wirawan, Kepemimpinan, Jakarta; PT Raja Grafindo Persada, 2014, h.396-402
19
Menurut Goleman, ada empat level kecerdasan emosi. Level pertama adalah
self awareness atau kesadaran diri. Pada tahap ini, seorang karyawan dapat
mengenal dan memahami emosi, kekuatan dan kelemahan, nilai-nilai serta
motivasi dirinya.
Pada level kedua, yaitu self management atau kelola diri, karyawan tidak
hanya mampu mengenal dan memahami emosinya, juga mampu mengelola,
mengendalikan dan mengarahkannya. Karyawan yang memiliki kemampuan
kelola diri yang baik secara rutin melakukan evaluasi diri setelah menghadapi
keberhasilan maupun kesuksesan dan mampu mempertahankan motivasi dan
perilaku kerjanya untuk menghasilkan kinerja yang baik.
Pada level ketiga yang disebut social awareness atau kesadaran sosial,
karyawan sudah mampu berempati, yaitu peka terhadap perasaan, pemikiran,
dan situasi yang dihadapi orang lain. Kecerdasan emosi memampukan kita untuk
20
menyadari dan memahami perasaan sendiri dan orang lain, memampukan kita
menilai suatu situasi dan bertindak sesuai dengan situasi yang dihadapi.
Dan pada level yang tertinggi yaitu relationship management atau kelola
hubungan, seorang karyawan mampu mengendalikan dan mengarahkan emosi
orang lain. Karyawan tersebut mampu menginspirasi orang lain, mempengaruhi
perasaan dan keyakinan orang lain, mengembangkan kapabilitas orang lain,
mengatasi konflik, membina hubungan, dan membentuk kerja sama yang
menguntungkan semua pihak.
Istilah yang ketiga, yaitu Spiritual Quotient atau SQ diyakini merupakan
tingkatan tertinggi dari kecerdasan,yang digunakan untuk menghasilkan arti
(meaning) dan nilai (value). Dua jenis kecerdasan yang disebutkan pertama,
yaitu IQ dan EQ, merupakan bagian yang terintegrasi dari SQ. Mengacu pada
teori motivasi yang dikemukakan Maslow, kecerdasan spiritual terkait dengan
aktualisasi diri atau pemenuhan tujuan hidup, yang merupakan tingkatan
motivasi yang tertinggi.
Kecerdasan spiritual yang tinggi ditandai dengan adanya pertumbuhan dan
transformasi pada diri seseorang, tercapainya kehidupan yang berimbang antara
karier/pekerjaan dan pribadi/keluarga, serta adanya perasaan suka cita serta puas
yang diwujudkan dalam bentuk menghasilkan kontribusi yang positif dan
berbagi kebahagiaan kepada lingkungan. SQ walaupun mengandung kata
spiritual tidak selalu terkait dengan kepercayaan atau agama. SQ lebih kepada
kebutuhan dan kemampuan manusia untuk menemukan arti dan menghasilkan
nilai melalui pengalaman yang mereka hadapi.
Akan tetapi, beberapa penelitian menunjukkan bahwa seseorang yang
memiliki kepercayaan atau menjalankan agama,umumnya memiliki tingkat
kecerdasan spiritual yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tidak
memiliki kepercayaan atau tidak menjalankan agama. Seperti misalnya
penelitian yang dilakukan Harold G Koenig dan kawan-kawan yang telah
dipublikasikan Oxford University Press dalam bentuk buku berjudul Handbook
of Religion and Health.
21
pengaruhnya-terhadap-kinerja-karyawan-dan-organisasi/
24
norma yang telah relatif lama berlakunya, dianut bersama oleh para
anggota organisasi (karyawan) sebagai norma perilaku dalam
menyelesaikan masalah-masalah organisasi (perusahaan). Dalam budaya
organisasi, terjadi sosialisasi nilai-nilai dan menginternalisasi dalam diri
para anggota, menjiwai orang perorang di dalam organisasi.
2. Konsep Budaya Organisasi
a. Pandangan holistis
Pandangan ini yang mengikuti pikiran-pikiran yang dicetuskan
oleh Benedict, kroeber, dan kluckhonhn, yang memadukan
seluruh aspek kognitif, emosi, perilaku, dan benda-benda ke
dalam satu kesatuan budaya sebagai suatu totalitas atau
keseluruhan, baik mencakup perilaku, pikiran, atau nilai-nilai,
dan yang membedakan suatu organisasi terhadap organisasi
lainnya.
Menurut Tunstall (1983), yang dianggap mewakili kelompok
holistis, mengatakan budaya perusahaan dapat dideskripsikan
sebagai suatu konstelasi umum daripada keyakinan-keyakinan,
sistem-sistem nilai, norma-norma perilaku, dan cara-cara
melakukan bisnis yang unik bagi masing-masing perusahaan,
yang menetapkan pola-pola perilaku dan emosi-emosi yang
implisit dan yang muncul menandai kehidupan dalam organisasi.
Pandangan holistik ini mencakup semua fase budaya, dan
memadukan perkembangan historikal dengan sifat-sifat
evolusioner yang dinamik. Namun, apabila pandangan ini
digunakan dalam penelitian akan menimbulkan kesulitan, karena
mempelajari budaya organisasi dengan pandangan ini ini berarti
harus melakukan etnografi jangka panjang yang memfokuskan
berbagai aspek dan mengumpulkan berbagai macam data yang
diduga termasuk dalam budaya organisasi.
b. Pandangan variabel
25
BAB III
PENUTUP
A.Simpulan
21
Edy Sutrisno, Budaya Organisasi, (PRENADAMEDIA GRUP: Kencana 2010) hlm.4
27
B. Saran