Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PERHITUNGAN KEBUTUHAN PEMBIAYAAN (TUJUAN, KEBUTUHAN


MODAL KERJA, DAN KEBUTUHAN INVESTASI)

DiajukanUntuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Analisis Kelayakan


Pembiayaan Syariah

Dosen Pengampu: Gifari Bachmid, SE

Disusun Oleh:

Kelompok 2

Serli A Kuku NIM194022017

Ayu Anggraini Putri Hasan NIM194022020

Yelni NIM194022025

Nur Mifta Ningsih Abas NIM194022039

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SULTAN AMAI GORONTALO

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul
“Perhitungan Kebutuhan Pembiayaan (Tujuan, Kebutuhan Modal Kerja, dan
Kebutuhan Investasi)”.
Adapun tujuan dari penyusunan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
kelompok dari dosen Gifari Bachmid, SE. Pada Mata Kuliah Analisis Kelayakan
Pembiayaan Syariah. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penyusun.
Penyusun menyadari, penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penyusun nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Gorontalo, 28 Desember 2021

Penyusun

i
ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................

DAFTAR ISI.........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................

A. Latar Belakang...........................................................................................

B. Rumusan Masalah.....................................................................................

C. Tujuan........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................

A. Pembiayaan................................................................................................

B. Pembiayaan Bank Syariah.........................................................................

C. Analisa Kebutuhan Pembiayaan................................................................

D. Kriteria Penentuan Kebutuhan Pembiayaan..............................................

BAB III PENUTUP...............................................................................................

A. Kesimpulan................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bank pada dasarnya adalah entitas yang melakukan penghimpunan


dana dari masyarakat dalam bentuk pembiayaan atau dengan kata lain
melakukan fungsi intermediasi keuangan.

Pembiayaan atau financing, yaitu pembiayaan yang dilakukan oleh


suatu perusahaan Salah satu pihak lain yang mendukung investasi yang
diusulkan Dilakukan oleh diri sendiri atau lembaga. Dengan kata lain, ini
adalah pendanaan Pendanaan untuk mendukung investasi yang direncanakan.

Pembiayaan juga merupakan dukungan pendanaan untuk kebutuhan


atau pengadaan barang / aset / jasa tertentu yang mekanisme umumnya
melibatkan tiga pihak yaitu pihak pemberi pendanaan, pihak penyedia barang/
aset/ jasa tertentu, dan pihak yang memanfaatkan barang/ aset/ jasa tertentu.

Pembiayaan syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang


dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
antara bank dengan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau
tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan bagi hasil 

Pada bank syariah terdapat dua jenis pembiayaan yaitu pembiayaan


modal kerja dan pembiayaan investasi. Dalam mengajukan kedua pembiayaan
inni diperlukan beberapa persyaratan yang dibutuhkan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu Pembiayaan?

2. Apa saja pembiayaan yang ada di bank syariah?

1
3. Bagaimana menganalisa Kebutuhan Pembiayaan?

4. Bagaimana Kriteria Penentuan Kebutuhan Pembiayaan?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui apa itu pembiayaan

2. Untuk mengetahui apa saja pembiayaan pada bank syariah

3. Untuk mengetahui bagaimana cara menganalisa kebutuhan


pembiayaan

4. Untuk mengetahui seperti apa kriteria penentuan kebutuhan


pembiayaan..

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pembiayaan

a) Pengertian Pembiayaan

Sesuai Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun


2008 tentang Perbankan Syariah, yang dimaksud pembiayaan adalah
penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa:
1. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan
musyarakah

2. Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa


beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik

3. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam,


dan istishna

4. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh.

5. Transaksi sewa-menyewajasa dalam bentuk ijarah untuk


transaksi multijasa.

Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank syariah


dan/atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai
dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut
setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan
atau bagi hasil. Dari pengertian pembiayaan diatas dapat disimpulkan
bahwa pembiayaan adalah salah satu kegiataan penyaluran dana dari
pihak bank kepada nasabah atas kesepakatan kedua belah pihak yang
digunakan untuk kegiatan usaha, konsumtif atau pun modal kerja.
Berdasarkan pengertian tersebut, dalam pembiayaan terdapat
beberapa unsur pokok sebagai berikut:

3
1. Pihak yang terlibat. Ada pihak yang memberikan pinjaman
(kreditur) dan pihak yang memperoleh pinjaman (debitur).
2. Nilai ekonomi. Ada penyerahan suatu benda atau sejumlah
uang dari suatu pihak kepada pihak lainnya.
3. Kepercayaan. Ada keyakinan dari kreditur kepada debitur
bahwa pinjaman (pembiayaan) yang diberikan dapat
diselesaikan sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati,
berikut dengan kesepakatan terkait dengan margin/imbal hasil,
atau kesepakatan lainnya.
4. Waktu. Ada suatu periode yang jelas antara saat pemberian
pinjaman (pencairan) dan saat pelunasan.
5. Kompensasi/imbalan. Ada kompensasi/imbalan berupa
margin/imbal hasil yang diberikan kepada pihak yang
memberikan pinjaman, atau kesepakatan lainnya.
b) Tujuan Pembiayaan
Pembiayaan adalah sumber pendapatan dari bank syariah.
Tujuan pembiayaan yang dilaksanakan perbankan syariah terkait
dengan stakeholder, yakni:
1. Pemilik . Dari sumber pendapatan diatas, para pemilik
mengharapkan akan memperoleh penghasilan atas dana yang
ditanamkan pada bank tersebut.
2. Pegawai. Para pegawai mengharapkan akan memperoleh
kesejahteraan dari bank yang dikelolanya.
3. Masyarakat
Pemilik dana . Sebagaimana pemilik dana, mereka
mengharapkan dari dana yang diinvestasikan akan
diperoleh bagi hasil.
Debitur yang bersangkutan. Para debitur, dengan
menyediakan dana baginya, mereka terbantu guna
menjalankan usahanya (sektor produktif) atau terbantu

4
untuk pengadaan barang yang diinginkannya
(pembiayaan konsumtif).
Masyarakat umumnya-konsumen. Mereka dapat
memperoleh barang-barang yang dibutuhkan.
Pemerintah. Akibat penyediaan pembiayaan,
pemerintah terbantu dalam pembiayaan pembangunan
negara, disamping itu akan diperoleh pajak (berupa
pajak penghasilan atas keuntungan yang diperoleh bank
dan juga perusahaan-perusahaan).
c) Fungsi Pembiayaan
Menurut Muhammad terdapat beberapa fungsi pembiayaan
yang diberikan oleh bank syariah kepada masyarakat penerima,
diantaranya:
1. Meningkatkan daya guna uang.
Para penabung menyimpang uangnya dibank dalam
bentuk giro, tabungan dan deposito. Uang tersebut dalam
persentase tertentu ditingkatkan kegunaannya oleh bank guna
suatu usaha peningkatan produktivitas. Para pengusaha
menikmati pembiayaan dari bank untuk memperluas usahanya
baik untuk peningkatan produksi, perdagangan maupun untuk
usaha-usaha rehabilitasi maupun memulai usaha baru. Pada
dasarnya melalui pembiayaan terdapat suatu usaha peningkatan
produktivitas secara menyeluruh. Dengan demikian, dana yang
mengendap di bank (yang diperoleh dari para penyimpan uang)
tidaklah idle (diam) dan disalurkan untuk usaha-usaha yang
bermanfaat, baik kemanfaatan bagi pengusaha maupun
kemanfaatan bagi masyarakat.
2. Meningkatkan daya guna barang

5
Produsen dengan bantuan pembiayaan bank dapat
memproduksi bahan mentah menjadi bahan jadi sehingga
jumlah dari barang tersebut meningkat
3. Stabilitas Ekonomi
Dalam Perekonomian yang kurang sehat stabilisasi
ekonomi biasanya diarahkan pada usaha-usaha, diantaranya:
1) Pengendalian inflasi
2) Peningkatan Ekspor
3) Rehabilitasi Prasarana
4) Pemenuhan kebutuhan pokok rakyat
B. Pembiayaan Syariah
Pembiayaan yang ada pada bank syariah tidak jauh beda
dengan pembiayaan dengan system konvensional. Perbedaan yang paling
kelihatan adalah jika di sistem konvensional disebut dengan nama kredit
dan kredit tersebut ada bunga sebagai kompensasi menunggu kembalinya
uang yang diberikan untuk kredit sedangkan pada sistem syariah disebut
dengan pembiayaan dan pembiayaan ini menggunakan bonus yang nisbahnya
ditentukan pada saat akad. Jenis-jenis pembiayaan pada bank syariah adalah
sebagai berikut (Karim, 2010:231-254):
a) Pembiayaan Modal Kerja Syariah

Secara umum, yang dimaksud dengan Pembiayaan Modal


Kerja (PMK) Syariah adalah pembiayaan jangka pendek yang
diberikan kepada perusahaan untuk membiayai kebutuhan modal
kerja usahanya berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Jangka waktu
pembiayaan modal kerja maksimum 1 (satu) tahun dan dapat
diperpanjang sesuai dengan kebutuhan. Perpanjangan fasilitas
PMK dilakukan atas dasar hasil analisis terhadap debitur dan
fasilitas pembiayaan secara keseluruhan. Fasilitas PMK dapat
diberikan kepada seluruh sektor maupun sub sektor ekonomi yang

6
dinilai prospek, tidak bertentangan dengan syariat Islam dan tidak
dilarang oleh ketentuan perundang-undangan yang berlaku serta
yang dinyatakan jenuh oleh Bank Indonesia. Pemberian fasilitas
pembiayaan modal kerja kepada debitur/calon debitur dengan
tujuan untuk mengeliminasi risiko dan mengoptimalkan keuntungan
Bank. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan analisa
pemberianpembiayaan antara lain :

 Jenis usaha. Kebutuhan modal kerja masing-masing


jenis usaha berbeda-beda.
 Skala usaha. Besarnya kebutuhan modal kerja suatu
usaha sangat tergantung kepada skala usaha yang
dijalankan. Semakin besar skala usahayang dijalankan,
kebutuhan modal kerja akan semakin besar.
 Tingkat kesulitan usaha yang dijalankan.

Dalam hal pemberian Pembiayaan Modal Kerja, bank juga


harus mempunyaidaya analisis yang kuat tentang sumber
pembayaran kembali, yakni sumber pendapatan (income) proyek
yang akan dibiayai. Hal ini dapat diketahui dengan cara
mengklasifikasikan proyek menjadi (1) proyek dengan kontrak, (2)
Proyek tanpa kontrak.

Berdasarkan akad yang digunakan dalam produk pembiayaan


syariah, jenis Pembiayaan Modal Kerja (PMK) dapat dibagi
menjadi 5 macam yaitu PMK Mudharabah, PMK Istishna', PMK
Salam, PMK Murabahah, PMK Ijarah.

1. PMK Mudharabah. Pembiayaan mudharabah adalah perjanjian


antara peranan dana dan pengelola dana untuk melakukan
kegiatan usaha teartentu, dengan pembiayaan keuntungan

7
antara kedua belah pihak berdasarka nisbah yang telah
disepakati sebelumnya.

2. PMK Isthtisna. Istishna adalah perjanjian jual beli dalam


bentuk pemesanan pembuatan barang dengan kriteria dan
persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan dan
penjual.

3. PMK Salam. Salam adalah perjanjian jual beli barang dengan


cara pemesanan dengan syarat-syarat tertentu dan pembayaran
harga terlebih dahulu.

4. PMK Murabahah. Murabahah adalah perjanjian jual beli antara


bank dan nasabah dimana bank syariah membeli barang yang
diperlukan oleh nasabah dan kemudian menjualnya kepada
nasabah yang bersangkutan sebesar harga perolehan ditambah
dengan margin/keuntungan yang disepakati antara bank syariah
dan nasabah.

5. PMK Ijarah. Ijarah adalah perjanjian sewa menyewa suatu


barang dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa

Dalam melakukan penetapan akad Pembiayaan Modal


Kerja Syariah, proses analisis yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Hal pertama dan utama yang harus dilihat bank adalah


jenis proyek yangakan dibiayai tersebut apakah memiliki
kontrak atau belum.

2. Jika proyek tersebut memiliki kontrak, aktor berikutnya yang


harus dicermati adalah apakah proyek tersebut untuk
pembiayaan konstruksi atau pengadaan barang. Jika untuk
pembiayaan konstruksi, pembiayaan yang layak diberikan
adalah pembiayaan istishna'. Namun, jika bukan untuk

8
pembiayaan konstruksi, melainkan pengadaan barang, maka
pembiayaan yang patut diberikan adalah pembiayaan
mudharabah.

3. Jika proyek tersebut bukan untuk pembiayaan


konstruksi ataupun pengadaan barang, maka bank tidak layak
untuk memberikan pembiayaan.

4. Dalam hal proyek tersebut tidak memiliki kontrak, maka


faktor selanjutnyayang harus dilihat oleh bank adalah
apakah proyek tersebut untuk pem-belian barang atau
penyewaan barang.

b) Pembiayaan Investasi Syariah

Investasi adalah penanaman dana dengan maksud untuk


memperoleh imbalan atau manfaat keuntungan di kemudian hari,
mencakup hal-hal antaralain (Karim, 2010 : 236):

1. Imbalan yang diharapkan dari investasi adalah berupa


keuntungan dalam bentuk finansial atau uang (financial
benefit).

2. Badan Usaha umumnya bertujuan untuk memperoleh


keuntungan berupa uang, sedangkan badan sosial dan
Badan-badan Pemerintah lainnya lebih bertujuan untuk
memberikan manfaat sosial (social benefit) dibandingkan
dengan keuntungan finansialnya. Badan-badan usaha yang
mendapat pembiayaan investasi dari Bank hamsmampu
memperoleh keuntungan finansial (financial benefit) agar
dapat hidup dan berkembang serta memenuhi
kewajibannya kepada Bank. Investasi dapat digolongkan
menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu:

9
1) Investasi pada masing-masing komponen aktiva lancar.

2) Investasi pada aktiva tetap atau proyek.

3) Investasi dalam efek atau surat berharga (securities)

Dana yang ditanam dalam aktiva tetap seperti halnya


dana yang diinvestasikan ke dalam aktiva lancar juga mengalami
proses perputaran, walaupun secara konsepsional sebenarnya tidak
ada perbedaan antara investasi dalam aktiva tetap dengan investasi
dalam aktiva lancar. Baik investasi dalam aktiva lancar maupun
investasi dalam aktiva tetap dilakukan dengan harapan bahwa
perusahaan akan dapat memperoleh kembali dana yang telah
diinvestasikan tersebut. Masalahnya adalah perputaran dana yang
tertanam dalam kedua jenis aktiva tersebut berbeda, yaitu investasi
kedalam aktiva lancar diharapkan akan dapat diterima kembali dalam
waktu dekat dan secara sekaligus (paling lama dalam 1 tahun),
sebaliknya dalam investasi pada aktiva tetap dana yang tertanam
tersebut bam akan kembali secara keseluruhan dalam waktu
beberapa tahun dan kembalinya itu secara berangsur-angsur melalui
penyusutan (depresiasi). Dengan demikian, inti perbedaan antara
investasi dalam aktiva tetap dengan investasi dalam aktiva lancar
adalah terletak dalam soal "waktu" dan "cara perputaran" dana
yang tertanam didalamnya.

Dari pembahasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa


yang dimaksud dengan pembiayaan investasi adalah pembiayaan
jangka menengah atau jangka panjang untuk pembelian barang-
barang modal yang diperlukan untuk :

 Pendirian proyek baru, yakni pendirian atau


pembangunan proyek/pabrik dalam rangka usaha bam.

10
 Rehabilitasi, yakni penggantian mesin/peralatan lama
yang sudah rusak dengan mesin/peralatan baru yang lebih
baik.
 Modernisasi, yakni penggantian menyeluruh
mesin/peralatan lama dengan mesin/peralatan baru yang
tingkat teknologinya lebih baik/tinggi.
 Ekspansi, yakni penambahan mesin/pcralatan yang tclah
ada dengan mesln/peralatan baru dengan teknologi sama
atau lebih baik/tinggi, atau
 Relokasi proyek yang sudah ada, yakni pemindahan
lokasi proyek secara keseluruhan (termasuk sarana
penunjang kegiatan pabrik, sepciiila boratorium, dan
gudang) dari suatu tempat ke tempat lain yang lokasinya
lebih tepat/baik.

Pada dasarnya dalam penilaian usulan investasi itu


diperlukan suatu dasar pembahasan karena:

1) Investasi itu dilakukan dengan menggunakan dana


yang terbatai sumbernya.

2) Agar penggunaan dana yang langka sumbernya tersebut


dapat memberikan manfaat/imbalan/keuntungan yang
sebaik-baiknya, perlu dilakukan pembahasan proyek
investasi.

Maksud dari pembahasan proyek yang utama adalah


menetapkan potensi penghasilan proyek, yaitu menilai apakah akan
menghasilkan cukup dana untuk membayar kembali semua biaya
modal (capital cost) dalam jangka waktu yang diminta dan
selanjutnya proyek akan tetap hidup dan berkembang. Di samping itu,
sesuai dengan peranan bank dalam menunjang pelaksanaan

11
kebijaksanaan pembangunan, pembahasan proyek juga dimaksudkan
untuk menilai manfaat sosial ekonomis dari proyek investasi
dimaksud. Pembiayaan investasi dipergunakan untuk proyek-proyek
yang dapat mendorong pening-katan ekspor, menyerap banyak tenaga
kerja, mempunyai dampak ganda pada sektor-sektor lain (multiplier
effect), meningkatkan kegiatan koperasi dan golongan ekonomi lemah
termasuk sektor informal, serta memberikan social benefit. Bank
dapat memberikan Pembiayaan Investasi, dengan ketentuan sebagai
berikut (Karim, 2010 : 238):

1. Melakukan penilaian atas proyek yang akan dibiayai


dengan mendasarkan pada prinsip-prinsip pemberian
pembiayaan yang sehat.

2. Memperhatikan Peraturan Pemerintah tentang Analisis


Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).

3. Jangka waktu pembiayaan maksimal 12 (dua belas) tahun.

4. Memenuhi ketentuan-ketentuan bankable yang berlaku


(seperti persyaratan penerima pembiayaan, dan jaminan).

Berdasarkan akad yang digunakan dalam produk pembiayaan


syariah, pembiayaan investasi dapat dibagi menjadi empat
bagian, yaitu (1) Pembiayaan Investasi Murabahah, (2) Pembiayaan
Investasi IMBT, (3) Pembiayaan Investasi Salam, (4) Pembiayaan
Investasi Istishna’. Dalam menetapkan akad pembiayaan investasi,
langkah-langkah yangperludilakukan adalah sebagai benkut (Karim,
2010:241):

1) Hal pertama yang dilakukan adalah mengidentifikasi apakah


pembiayaan investasi tersebut untuk barang-barang yang
termasuk ready stock atau goodsin process.

12
2) Jika ready stock, maka faktor selanjutnya yang harus
dicermati adalahapakah barang tersebut sensitif terhadaptax
issuesatau tidak. Jika sensitif, pembiayaan yang diberikan bank
adalah pembiayaan Ijarah Muntahia Bit Tamlik (MET).
Namun jika tidak sensitif, pembiayaan yang diberikan adalah
pembiayaan murabahah. Jika barang tersebut termasuk goods
inprocess, yang harus dilihat adalah apakah proses
barang tersebut memerlukan waktu kurang dari 6 bulan
atau lebih. Jika kurang dari 6 bulan, pembiayaan yang
diberikan adalah pembiayaan Istishna.

C. Analisa Kebutuhan Pembiayaan

Cara mengevaluasi kebutuhan pembiayaan berdasarkan jenisnya yang


lazim dibiayai dibagi menjadi:

Untuk Modal Kerja Tetap dan Musiman (Peningkatan Piutang dan


Persediaan)

Untuk Investasi (Peningkatan Aktiva Tetap)

Adapun alat yang dapat dipergunakan untuk mengevaluasi kebutuhan


pembiayaan untuk modal kerja tetap dan musiman dapat menggunakan
pendekatan/metode:

1) Metode Quick & Dirty Approach

2) Sustainable Growth Rate Model

3) Cash Flow Analysis

1. Metode Quick & Dirty Approach

Cara menganalisis kebutuhan modal kerja yang secara cepat dapat


dilakukan untuk menetapkan plafond pembiayaan dari satu nasabah
adalah dengan menggunakan konsep asset working caoital turnover

13
period yaitu perputaran modal kerja dimulai dari saat kas
diinvestasikan dalam komponen modal kerja seperti persediaan,
piutang sampai menjadi kas kembali.

2. Sustainable Growth Rate Model

Konsep dasarnya adalah “Dalam dunia bisnis, untuk


mnghasilkan tambahan volume/nilai penjualan diperlukan adanya
tambahan dana untuk investasi dalam piutang, persediaan maupun
aktiva tetap.”

Kegunaan model ini dapat dipakai untuk:

 Menentukan besarnya kebutuhan pembiayaan dari


nasabah
 Mendeteksi kemungkinan terjadinya penyimpangan atau
penyalahgunaan pembiayaan oleh nasabah (monitoring
pembiayaan).

Sustainable Growth Rate (SGR) didefinisikan sebagai “tingkat


pertumbuhan nilai penjualan yang diikuti dengan tingkat struktur
modal (capital structure) yang stabil yang diharapkan tidak akan
menimbulkan problem keuangan bagi perusahaan yang bersangkutan,
sehingga dapat dikatakan bahwa sustainable growth rate merupakan
tingkat pertumbuhan penjualan yang seimbang”.

Untuk merealisasikan volume/nilai penjualan, diperlukan


adanya aktiva (asset) dan kemampuan aktiva untuk menghasilkan nilai
penjualan, ini dinyatakan sebagai capital output ratio. Dengan capital
output yang konstan, tambahan nilai penjualan akan bisa direalisasikan
bila ada tambahan aktiva. Tambahan sisi aktiva sebagai pemakai dana
(uses of funds) akan terjadi bila ada tambahan sisi pasiva sebagai dana

14
(sources of funds). Penyedia dana dapat berasal dari modal maupun
utang.

Besarnya SGR akan dipengaruhi oleh:

 Tingkat Capital Output Ratio, yaitu kemampuan aktiva


untuk menghasilkan nilai penjualan yang dihitung
dengan membagi aktiva dengan penjualan. Besarnya
Capital Output Ratio akan menentukan besarnya aktiva
yang diperlukan untuk menghasilkan nilai penjualan
tertentu.
 Tingkat Net Profit Margin (keuntungan setelah pajak)
 Kebijakan deviden (devidend policy), yang akan
menentukan besarnya Devidend Payout Ratio (rasio
deviden yang dibagi terhadap keuntungan setelah pajak)
dan Retention Ratio (rasio laba ditahan terhadap
keuntungan setelah pajak). Retention ratio akan
menentukan besarnya tambahan equity di sisi pasiva.
 Tingkat Debt to equity Ratio (rasio utang terhadap
modal sendiri yang diinginkan optimal).

D. Kriteria Penentuan Kebutuhan Pembiayaan

Upaya untuk mengetahui apakah suatu usaha masih membutuhkan


pembiayaan (khususnya modal kerja) atau tidak, secara umum bisa digunakan
dengan pendekatan cash-to-cash periode, dengan rumus:

keterangan : D/R = Days receivable

D/I = Days inventory

15
D/P = Days payable

Hpp Proyeksi = Proyeksi Harga Pokok Penjualan tahun


berikutnya

NWC = Net Working Capital = CA-CL

Apabila dari perhitungan tersebut bernilai positif, berarti perusahaan


masih membutuhkan dana modal kerja. Namun bila hasilnya negatif, berarti
perusahaan tersebut sudah tidak membutuhkan lagi modal kerja.

Dengan melakukan stuktur pembiayaan yang tepat, bank dapat


menentukan sumber pengembalian yang tepat dan sekaligus menentukan
jangka waktu pembiayaan yang tepat untuk nasabah. Kesalahan dalam
pemberian struktur pembiayan dapat membuat kekacauan bisnis nasabah.
Misalnya untuk membiayai permanent current asset, bank memberikan
embiayaan panjang yang harus dikembalikan (asset convertion lending), maka
dipastikan nasabah akan mengalami kesulitan dalam pengembalian nya karena
dana tersebut terikat dalam aktiva lancar yang memang tidak dimasukkan
untuk dijual dengan cepat. Sebaliknya, bila bank memberikan pinjaman
jangka pendek untukpembelian aktiva tetap, beban jangka pendek perusahaan
akan menjadi terlalu berat atau mengalami penurunan likuiditas.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

17
DAFTAR PUSTAKA

18

Anda mungkin juga menyukai