Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

MANAJEMEN OPERASIONAL BANK SYARIAH

“PROSES PEMBIAYAAN PADA BANK SYARIAH”

DISUSUN OLEH :

MUHAMMAD HAFIDZUDINAL AMIN 21410004

FAJRI RAMADHAN 22410005

S1 AKUNTANSI

FAKULTAS ILMU EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS DHARMA ANDALAS

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat &llah SWT karena berkat ridhanya kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya, semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan dan
menambah wawasan bagi para pembaca. Dengan selesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak, baik  bantuan moril maupun material maka untuk itu tidak lupa pula kami mengucapkan
terimakasih kepada berbagai pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini. Dalam penulisan makalah
ini kami menyadari bahwa hasilnya masih jauh dari sempurna maka dari itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang dapatmembangun demi perbaikan dimasa yang akan datang.  Semoga karya tulis ini
ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin…
Pendahuluan

Latar Belakang

Pembiayaan merupakan salah satu bentuk dari solidaritas sosial. Pemilik modal dan orang yang
membutuhkan modal untuk melakukan suatu kegiatan usaha atau untuk mengembangkan suatu usaha
yang telah berjalan. Menggerakkan roda perekonomian agar lebih produktif untuk menekan tingkat
pendapatan masyarakatagar mengalami peningkatan. Terciptanya lapangan pekerjaan baru
dan berkurangnya angka pengangguran dengan luasnya lapangan pekerjaan yang di buka dengan adanya
pembiayaan modal bagi para pebisnis.

Sejak terbentuknya undang-undang mengenai perbankan syariah yang bermuladari Undang-undang No 7


Tahun 1992. Kemudian undang-undang perbankansyariah yang dipertegas kembali pada Undang-undang
No. 10 Tahun 1998.Undang-undang mengenai perbankan syariah lebih memiliki titik terang
ketikadisahkannya Undang-undang No. 21 Tahun 2008. Akhirnya banyak dari sebagian perbankan
membuka atau melakukan peralihan dengan membentuk perbankansyariah demi menjaga kondisi
kestabilan keuangan.

Dalam dunia perbankan dikenal dengan yang dinaman dengan produk  pembiayaan. Pada
dasarnya sepintas dari segi tujuan produk pembiayaan yangdilakukan pihak perbakan konvensional dan
perbankan syariah memiliki persamaanyaitu melakukan pembiayaan atas barang atau jasa yang di
kehendaki oleh nasabahdengan tujuan memperoleh keuntungan yang hanya dikehendaki pihak
perbankan. Namun pada prinsipnya produk pembiyaan perbankan syariah lebih mengarah padaahklak
yaitu mengedepankan pemberian bantuan pembiayaan untuk mensejahterakan masyarakat dengan produk
pembiayaan perbankan syariah itu sendiri.
Pembahasan

A. Pengertian Pembiayaan

Pembiayaan atau financing ialah pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk
mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain,
pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan.

Menurut Undang-undang perbankan No. 10 Tahun 1998, pembiayaan adalah penyediaan uang atau
tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dan
pihak lain yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu
dengan imbalan atau bagi hasil. Didalam perbankan syariah, pembiayaan yang diberikan kepada pihak
pengguna dana berdasarkan pada prinsip syariah. Aturan yang digunakan yaitu sesuai dengan hukum
Islam.

Istilah pembiayaan pada intinya berarti I believe, I Trust, saya percaya, saya menaruh kepercayaan.
Perkataan pembiayaan yang berarti (Trust) berarti Lembaga pembiayaan selaku shahibul maal menaruh
kepercayaan kepada seseorang untuk melaksanakan amanah yang dberikan. Dana tersebut harus digunak
an dengan benar, adil, dan harus disertai dengan ikatan dan syarat-syarat yang jelas dan saling
menguntungkan bagi kedua belah pihak.

Dalam kaitannya dengan pembiayaan pada perbankan Islam, istilah teknisnya disebut sebagai aktiva
produktif. Aktiva produktif adalah penanaman dana bank Islam, baik dalam rupiah maupun valuta asing,
dalam bentuk pembiayaan, piutang, qard’, surat berharga Islam, penempatan, penyertaan modal,
penyertaan modal sementara, komitmen dan kontijensi pada rekening administrasi, serta sertifikat wadiah.

Menurut M. Syafi’i Antonio dalam bukunya yang berjudul “Bank Syariah Teori ke Praktek”
menjelaskan bahwa pembiayaan merupakan salah satu tugas pokokbank yaitu pemberian fasilitas dana
untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan deficit unit. Sedangkan menurut UU No. 10
tahun 1998 tentang Perbankan menyatakan bahwa Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah merupakan
penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau
tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu denganimbalan atau bagi hasil.

a) Sistem Pembiayaan Bank Syariah

Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok dari suatu bank, yaitu dimana bank melakukan
pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan deficit unit
(kekurangan dana). Menurut Menurut sifat penggunaannya, pembiayaan dapat dibagi menjadi dua hal
berikut. .

1) Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untukmemenuhi kebutuhan produksi


dalam arti luas, yaitu untuk peningkatanusaha, baik usaha produksi,perdagangan, maupun
investasi.
2) Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi
Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi dua hal yaitu: Pembiayaan
modal kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan peningkatan produksi, dan bentuk keperluan
perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu barang dan Pembiayaan investasi, yaitu untuk
memenuhi kebutuhan barang-barang modal (capital doods) serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya
dengan itu.

b) Jenis-Jenis Pembiayaan Bank Syariah

Pembiayaan dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan pendanaan yang
dilakukan oleh lembaga pembiayaan seperti bank syariah kepada nasabah. Pembiayaan secara luas berarti
financing atau pembelanjaan yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan baik dilakukan sendiri maupun dikerjakan oleh orang lain.

Disamping itu, dalam pelaksanaan pembiayaan, bank syariah harus memenuhi dua aspek yaitu
aspek syar’i dan aspek ekonomi. Aspek syar’i adalah setiap realisasi pembiayaan kepada nasabah, bank
syariah harus tetap berpedoman kepada syariat Islam, dimana di dalamnya tidak mengandung unsur
maysir, gharar, dan riba serta bidang usahanya harus halal. Sedangkan aspek ekonomi adalah
mempertimbangkan perolehan keuntungan baik bagi bank syariah maupun bagi nasabah.

Dalam perbankan syariah ada beberapa jenis-jenis pembiayaan yang dilakukan atau diterapkan dalam
bank syariah, antara lain sebagai berikut:

1) Pembiayaan Modal Kerja


Secara umum, yang dimaksud dengan pembiayaan modal kerja syariah adalah
pembiayaan jangka pendek yang diberikan kepada perusahaan untuk membiayai kebutuhan
modal kerja usahanya berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Pembiayaan modal kerja juga dapat
dikatakan sebagai penyediaan uang antara bank dengan pihak lain yang dimana pihak lainnya
diwajibkan untuk mengembalikan uang atau tagihan yang dilakukan setelah jangka waktu tertentu
dengan imbalan atau bagi hasil dari modal kerja.

Macam-macam akad Pembiayaan modal kerja sebagai berikut:

a) Mudharabah
Mudharabah adalah akad kerja sama usaha antaradua belah pihak, dimana pihak pertama
(shahibul maal) menyediakan seluruh modal (100%), sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola
(mudharib).
b) Istishna’
Istishna’ adalah akad jual beli atas dasar pesanan antara nasabah dan bank dengan
spesifikasi tertentu yang diminta oleh nasabah. Bank akan meminta produsen untuk membuatkan
barang pesanan sesuai permintaan nasabah. Setelah selesai, nasabah akan membeli barang
tersebut dari bank dengan harga yang telah disepakati bersama. Istishna’ dapat dikatakan bahwa
akad jual beli dimana barang yang ingin dijual belikan tersebut dalam bentuk pesanan.
c) Salam
Salam adalah perjanjian jual beli barang dengan cara pemesanan dengan syarat-syarat
tertentu dan pembayaran harga terlebih dahulu.
d) Murabahah
Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan
keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.Akad ini merupakan salah satu
bentuk natural certainty contracts, karena dalam murabahah ditentukan berapa required rate of
profit-nya (keuntungan yang ingin diperoleh). Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan
atau tanpa pesanan. Murabahah dapat dikatakan adalah akad jual beli yang transparansi mengenai
ketetapan harga serta keuntungan yang didapatkan yang bisa dilakukan dengan atau tanpa
pesanan terlebih dahulu.
e) Ijarah
Ijarah adalah transaksi sewa menyewa atas suatu barang dan/atau jasa antar pemilik objek
sewa termaksud kepemilikan hak pakai atas objek sewa dengan penyewa untuk mendapatkan
imbalan atas objek sewa yang disewakan. Menurut peneliti ijarah adalah akad sewa menyewa atas
barang atau jasa pada waku tertentu yang dimana penyewa akan memberikan imbalan atas
pemakaian atau pemanfaatan barang atau jasa yang ditawarkan oleh pemilik barang.

2) Pembiayaan Investasi Syariah


yaitu penanaman dana dengan maksud untuk memperoleh manfaat atau keuntungan dikemudian
hari atau dapat disebut pembiayaan jangka menengah atau jangka panjang untuk pembelian
barang-barang modal yang diperlukan dalam usaha.
3) Pembiayaan Konsumtif Syariah
Yaitu Pembiayaan yang diberikan untuk tujuan diluar usaha dan pada umumnya bersifat
perorangan.
4) Pembiayaan Sindikasi
Yaitu pembiayaan yang diberikan kepada lebih dari satu lembaga keuangan bank untuk satu
objek pembiayaan tertentu. Pembiayaan ini biasanya diperlukan kepada nasabah koperasi karena
nilai transaksinya yang sangat besar.
5) Pembiayaan Take Over
Yaitu pembiayaan yang timbul akibat take over terhadap transaksi non syariah yang telah berjalan
yang dilakukan oleh bank syariah atas permintaan nasabah.
6) Pembiayaan Letter of Credit
Yaitu pembiayaan yang diberikan dalam rangka memfasilitasi transaksi import dan eksport
nasabah.

c) Fungsi dan Tujuan Pembiayaan

Keberdaan prinsip bank syariah yang menjalankan pembiayaan berdasarkan prinsip bagi
hasil bukan hanya untuk mencari keuntungan dan meramaikan bisnis perbankan di Indonesia,
tetapi juga untuk menciptakan lingkungan bisnis yang aman, diantaranya:
1) Memberikan pembiayaan dengan prinsip syariah yang menerapkan system bagi hasil yang tidak
memberatkan debitur.
2) Membantu kaum dhuafa yang tidak tersentuh oleh bank konvensional karena tidak memenuhi
persyaratan yang ditetapkan oleh bank konvensional.
3) Membantu masyarakat ekonomi lemah yang selalu dipermainkan oleh rentenir dengan membantu
melalui pendanaan untuk usaha yang dilakukan.
Tujuan pembiayaan yang dilaksanakan perbankan syariah terkait dengan stakeholder, adalah:

a. Pemilik. Dari sumber pendapatan di atas, para pemilik mengharapkan akan memperoleh
penghasilan atas dana yang ditanamkan pada bank tersebut.
b. Pegawai. Para pegawai mengharapkan dapat memperoleh kesejahteraan dari bank yang
dikelolanya.
c. Masyarakat.
- Pemilik dana; masyarakat sebagai pemilik dana mengharapkan dari dana yang diinvestasikan
akan diperoleh bagi hasil.
- Debitur yang bersangkutan; dengan penyediaan dana baginya mereka merasaterbantu guna
menjalankan usahanya (sector produktif) atau terbantu untuk pengadaan barang yang
diinginkannya (pembiayaan konsumtif).
- Masyarakat (umumnya konsumen); dengan pembiayaan mereka dapat memperoleh barang-
barang yang dibutuhkan.
d. Pemerintah. Pemerintah terbantu dalam pembiayaan pembangunan negara, di samping itu akan
diperoleh pajak.
e. Bank. Bagi bank yang bersangkutan, hasil dari penyaluran pembiayaan diharapkan bank dapat
meneruskan dan mengembangkan usahanya agar tetap survival dan meluaskan jaringan usahanya,
sehingga semakin banyak masyarakat yang dapat dilayaninya.

d) Prinsip-prinsip Pemberian Pembiayaan Bank Syariah

Penilaian permohonan pembiayaan bank syariah dalam melakukan bagian marketing


harus memperhatikan beberapa prinsip utama yang berkaitan dengan kondisisecara keseluruhan
calon nasabah. Di dunia perbankan syariah, prinsip penilaian dikenal dengan 5 C + 1 S, yaitu:

1) Character
Yaitu penilaian terhadap karakter atau kepribadian calon penerima pembiayaan dengan tujuan
untuk memperkirakan kemungkinan bahwa penerima pembiayaan dapat memenuhi
kewajibannya.
2) Capacity
Yaitu penilaian secara subyektif tentang kemampuan penerima pembiayaan untuk melakukan
pembayaran. Kemampuan diukur dengan catatan prestasi penerima pembiayaan di masa lalu yang
didukung dengan pengamatan di lapangan atas sarana usahanya, seperti toko, karyawan, alat- alat,
pabrik serta metode kegiatan.
3) Capital
Yaitu penilaian terhadap kemampuan modal yang dimiliki oleh calon penerima pembiayaan yang
diukur dengan posisi perusahaan secara keseluruhan yang ditujukan oleh rasio finansial dan
penekanan pada komposisi modalnya.
4) Collateral
Yaitu jaminan yang dimiliki calon penerima pembiayaan. Penilaian ini bertujuan untuk lebih
meyakinkan bahwa jika suatu resiko kegagalan pembayaran tercapai terjadi, maka jaminan dapat
dipakai sebagai pengganti dari kewajiban.
5) Condition
Bank syariah harus melihat kondisi ekonomi yang terjadi di masyarakat secara spesifik melihat
adanya keterkaitan dengan jenis usaha yang dilakukan oleh calon penerima pembiayaan. Hal
tersebut karena kondisi eksternal berperan besar dalam proses berjalannya usaha calon penerima
pembiayaan.
6) Syariah
Penilaian ini dilakukan untuk menegaskan bahwa usaha yang akan dibiayai benarbenar usaha
yang tidak melanggar syariah sesuai dengan fatwa DSN. Pengelola tidak boleh menyalahi hukum
Islam dalam tindakannya yang berhubungan dengan aktifitas ekonomi.

Secara lebih terperinci perbedaan antara kredit konvensional dengan pembiayaan syariah dapat dilihat
dalam matrik sebagai berikut:

Deskripsi Kredit Pembiayaan Syariah

Konvensional

Dasar Hukum Undang-undang Al-Qur’an,Al Hadist dan Undang-undang

Kontrak/Perjanjian Utang-piutang Adanya underlying transaction yang berupa transaksi


jual-beli; sewa/ sewa beli; dan bagi hasil

Kompensasi Bunga/Interest Profit margin; pendapatan sewa; bagi hasil

Penggunaan Tidak boleh Tidak boleh bertentangan denganhukum positif dan


bertentangan dengan hukum Islam
hukum positif

Target bisnis Selalu untung sesuai Untuk bagi hasil, keuntungandan kerugian ditentukan
dengan besarnya bunga oleh hasil usaha yang dikelola nasabah
yang telah diperjanjikan

Dalam bisnis syariah lazimnya ada tiga skema dalam melakukan akad pada bank syariah, yaitu:

a) Prinsip bagi hasil

Fasilitas pembiayaan yang disediakan di sini berupa uang tunai atau barang yang dinilai dengan uang.
Jika dilihat dari sisi jumlah, dapat menyediakan sampai 100% dari modal yang diperlukan, ataupun dapat
pula hanya sebagian saja berupa patungan antar bank dengan pengusaha (customer). Jika dilihat dari sisi
bagi hasilnya, ada dua jenis bagi hasil (tergantung kesepakatan), yaitu revenue sharing atau profit sharing.
Adapun dalam hal presentase bagi hasilnya dikenal dengan nisbah, yang dapat disepakati dengan
customer yang mendapat faslitas pembiayaan pada saat akad pembiayaan.
Prinsip bagi hasil ini terdapat dalam produk-produk:

a. Mudaharabah, yaitu akad kerja sama uaha antara dua pihak di mana pihak pertama shahibul maal
menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan
usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak,
sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat
kelalaian pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian
pengelola, maka pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.
b. Musyarakah, yaitu akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu di
mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (atau amal/expertise) dengan
kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.
c. Muzara’ah, yaitu akad kerja sama atau percampuran pengolahan pertanian antara pemilik lahan
dengan penggarap dengan sistem bagi hasil atas dasar hasil panen. Adapun jenis-jenis muzara’ah
adalah: (a) muzara’ah, yaitu kerja sama pengolahan lahan di mana benih berasal dari pemilik
lahan; (b) mukhabarah, yaitu kerja sama pengolahan lahan di mana benih berasal dari penggarap.

b) Prinsip jual beli


Prinsip ini merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara jual beli, di mana bank akan
membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan atau mengangkat nasabah sebagai agen bank
melakukan pembelian barang atas nama bank, kemudian bank menjual barang tersebut kepada
nasabah dengan harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan (margin/mark-up).20 Prinsip ini
dilaksanakan karena adanya perpindahan kepemilikan barang atau benda. Tingkat keuntungan
bank ditetapkan di muka dan menjadi bagian antar harga barang yang diperjualbelikan. Prinsip ini
terdapat dalam produk:
a. Bai‘ al-Murabahah, yaitu akad jual beli barang tertentu. Dalam transaksi jual beli tersebut,
penjual menyebutkan dengan jelas barang yang diperjualbelikan, termasuk harga pembelian
dan keuntungan yang diambil.
b. Bai‘ al-muqayyadah, yaitu jual beli di mana pertukaran terjadi antara barang dengan barang
(barter). Aplikasi jual beli semacam ini dapat dilakukan sebagai jalan keluar bagi transaksi
ekspor yang tidak dapat menghasilkan valuta asing (devisa).
c. Bai‘ al-mutlaqah, yaitu pertukaran antara barang atau jasa dengan uang. Uang berperan
sebagai alat tukar. Jual beli semacam ini menjiwai semua produk lembaga keuangan yang
didasarkan atas prinsip jual beli.
d. Bai‘ as-salam, yaitu akad jual beli di mana pembeli membayar uang (sebesar harga) atas
barang yang telah disebutkan spesifikasinya, sedangkan barang yang diperjualbelikan itu
akan diserahkan kemudian, yaitu pada tanggal yang disepakati.
e. Bai‘ al-istisna, yaitu kontrak jual beli di mana harga atas barang tersebut dibayar lebih dulu,
tetapi dapat diangsur sesuai dengan jadwal dan syarat-syarat yang disepakati bersama,
sedangkan barang yang dibeli diproduksi dan diserahkan kemudian.
c) Prinsip sewa-menyewa
Selain akad jual beli yang telah dijelaskan sebelumnya, ada pula akad sewa-menyewa
yang dilaksanakan dalam perbankan syari’ah. Prinsip ini terdiri atas dua jenis akad, yaitu: Akad
ijarah, yaitu akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa melalui pembayaran upah sewa
tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan (ownership/milkiyah) atas barang itu
sendiri. Dan Akad ijarah muntahiya bi at-tamlik, yaitu sejenis perpaduan antara kontrak jual beli
dan sewa atau lebih tepatnya akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan barang di tangan si
penyewa. Sifat pemindahan kepemilikan ini pula yang menandakan dengan ijarah biasa.

Kesimpulan

Konsep Pembiayaan dalam perbankan syariah tidak menggunakan transaksi yang berupa utang
piutang dengan konsekuensi bunga, akan tetapi menggunakan transaksi yang berupa sharing modal
dengan sistem bagi hasil atau transaksi jual beli dengan margin keuntungan dan sewa serta fee untuk
transaksi yang bersifat jasa.

Dalam pelaksanaan pembiayaan, bank syari’ah harus memenuhi dua aspek yang sangat penting.
Pertama, aspek syar’i, di mana dalam setiap realisasi pembiayaan kepada para nasabah, bank syari’ah
harus tetap berpedoman pada syari’at Islam (anatara lain tidak mengandung unsur maysir, garar, riba,
serta bidang usahanya harus halal). Kedua, aspek ekonomi, yaitu dengan tetap mempertimbangkan
perolehan keuntungan, baik bagi bank syari’ah maupun bagi nasabah bank syari’ah. Ada tiga prinsip
dalam melakukan akad pada bank syari’ah, yaitu: pertama, prinsip bagi hasil; kedua, prinsip jual beli;
ketiga, prinsip sewa.

Anda mungkin juga menyukai