Anda di halaman 1dari 35

HUKUM PERBANKAN DAN PEMBIAYAAN

PRINSIP-PRINSIP BANK SYARIAH SERTA PRODUK


PEMBIAYAAN PERBANKAN SYARIAH
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai
untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu
tertentu dengan imbalan atau bagi hasil Menurut Kasmir (2008:96). Bank
Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan
Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Bank Umum Syariah adalah Bank
Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.1
Dalam masyarakat Indonesia, selain dikenal istilah utang-piutang,
juga dikenal istilah kredit dalam perbankan konvensional dan istilah
pembiayaan dalam perbankan syari’ah. Utang-piutang biasanya
digunakan oleh masyarakat dalam konteks pemberian pinjaman kepada
pihak lain. Seseorang yang meminjamkan hartanya kepada orang lain,
maka ia dapat disebut telah memberikan utang kepadanya. Adapun
istilah kredit atau pembiayaan lebih banyak digunakan oleh masyarakat
pada transaksi perbankan dan pembelian yang tidak dibayar secara tunai.
Secara esensial, antara utang dan kredit atau pembiyaan tidak jauh
berbeda dalam pemaknaannya di masyarakat.
Perbankan Syariah mulai muncul seiring dengan perkembangan
zaman manusia di bumi. Kebutuhan manusia tidak terbatas namun,
keinginan manusia untuk menabung yang tak terbatas. Pada dasarnya

1 UU Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah


perbankan syariah adalahsuatu pengaplikasian ilmu ekonomi yang lebih
luas terlebih dalam urusan keuangan. Inti dari masalah perbankan
syariah ini adalah adanya ketidakseimbangan antara pengeluaran dan
pendapatn yang masuk untul disimpan,sedangakan biaya yang keluar
jauh lebih besar daripada tabungan yang masuk. Meningkatnya
kebutuhan manusia sesuai peradaban masa kini mengakibatkan sumber
pemasukan menjadi tidak menentu. Kebutuhan manusia yg tak terbatas
mengakibatkan pengeluaran biaya juga tak terbatas pula. Karena itu
untuk memberikan kemudahan dalam mengelola keunagn maka suatu
bank syariah memberikan beberapa fasiliatas yang akan memberikan
kemudahan dan kemudahan bagi para nasabah agar pembiayaan yang
dikeluarkan itu bisa teralokasikan dengan baik, dan bahkan
menguntungkan kedua belah pihak, sehingga kehidupan ekonomi akan
berjalan sesuai porosnya tanpa danya masalah keuangan.
Mekanisme keuangan dalam Islam harus terbebas dari praktik
bunga. Padahalbunga ini menjadi landasan pokok dalam keuangan
konvensional. Jika model bungatelah dikenal luas oleh masyarakat, maka
sistem bagi hasil mungkin masih dianggaphal baru, sangat sedikit orang
memahaminya. Perbedaan antara sistem ekonomi Islamdengan sistem
ekonomi lainnya adalah tidak diterapkannya bunga sebagai pranata
beroperasinya sistem ekonomi tersebut. Dalam sistem ekonomi Islam,
bunga dapatdinyatakan sebagai riba yang haram hukumnya menurut
syariah Islamiyah. Dalam praktiknya ketentuan bagi hasil usaha harus
ditentukan di muka atau pada awal akad atau kontrak usaha disepakati
oleh pihak-pihak yang terlibat dalam akad.
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, beberapa rumusan
masalah yang penulisan akan uraikan pada bab pembahasan yaitu:
1. Prinsip-Prinsip Bank Syariah?
2. Produk produk Bank Syariah?

1.3. Tujuan
Beberapa tujuan dari penulisan makalah ini yaitu antara lain:
1. Deskripsi produk-produk dari Bank Syariah.
2. Deskripsi prinsip-prinsip Bank Syariah.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Prinsip-Prinsip Bank Syariah


Pembiayaan syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
antara bank dengan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau
tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan bagi
hasil. Pemberian pinjaman/pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip
bagi hasil, jual beli, atau sewa beli yang terbebas dari penetapan bunga
dan memberikan rasa aman,karena yang diberikan kepada nasabah
adalah barang bukan uang dan tidak ada beban bunga yang ditetapkan
di muka.2
Pembiayaan merupakan aktivitas bank syariah dalam menyalurkan
dana kepada pihak lain selain bank berdasarkan prinsip syariah.
Penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan didasarikan pada
kepercayaan yang diberikan oleh pihak pemilik dana kepada pengguna
dana. Pemilik dana percaya kepada penerima dana bahwa dana dalam
bentuk pembiayaan yang diberikan pasti akan terbayar. Penerimaan
pembiayaan mendapat kepercayaan dari pemberi pembiayaan, sehingga
penerima pembiayaan berkewajiban untuk mengembalikan pembiayaan
yang telah diterimanya sesuai dengan jangka waktu yang telah
diperjanjikan dalam akad pembiayaan.
Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu
pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-
pihak yang merupakan defisit unit. Dalam kegitan penyaluran dana atau
pembiayaan dana bank syariah harus berpedoman pada prinsip-prinsip

2 Rudy Badrudin dan Subagyo. Edisi ke-2. Bank dan Lembaga Keuangan Lainny. 124.
yang sudah diatur oleh Bank Indonesia. Maka dari itu bank wajib meneliti
nasabah secara seksama berdasarkan ketentuan yang sudah ditetapkan
oleh syariat.
Pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah kepada nasabah
berbeda dengan kredit yang diberikan oleh bank konvensional. Dalam
perbankan syariah, return atas pembiayaan tidak berbentuk bunga, akan
tetapi dalam bentuk lain sesuai dengan akad-akad yang disediakan di
bank syariah. Dalam Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998,
kedrit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam
antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak lain peminjam untuk
melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian
bunga. Bank syariah memiliki skema yang berbeda dengan bank
konvensional dalam penyaluran dananya kepada nasabah yang
membutuhkan. Bank syariah menyalurkan dananya kepada nasabah
dalam bentuk pembiayaan. Sifat pembiayaan tersebut bukan merupakan
hutang piutang tetapi merupakan investasi yang diberikan pihak bank
kepada nasabah dalam melakukan usaha.3
Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998,
Pembiayaan adalah penyedia uang atau taguhan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan suatu kesepakatan
antara bank dan pihak lain yang dibiayai untuk mengembalikan uang
atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau
bagi hasil. Jadi didalam perbankan syariah penyaluran dana yang
diberikan kepada nasabah berdasarkan prinsip syariah. Dengan aturan
yang sesuai hukum Islam.

3 https://www.hestanto.web.id/pengertian-pembiayaan/
Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu
pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-
pihak yang merupakan defisit unit. Menurut sifat penggunaannya,
pembiayaan dapat dibagi menjadi dua hal berikut:
1. Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk
peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan, maupun
investasi.
2. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk
memenuhi kebutuhan.
Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi
dua hal berikut:
1. Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi
kebutuhan:
a. Peningkatan produksi, baik secara kuantitatif, yaitu jumlah hasil
produksi maupun secara kuantitatif, yaitu peningkatan kualitas
atau mutu hasil produksi; dan
b. Untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place
dari suatu barang.
2. Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-
barang modal (capital goods) serta fasilitas-fasilitas yang erat
kaitannya dengan itu.
Bank syari’ah adalah bank yang beroperasi dengan tidak
mengandalkan pada bunga. Bank islam atau biasa disebut bank tanpa
bunga, lembaga keuangan yang operasional dan produknya dikembagkan
berlandaskan pada al-qur’an dan hadits. Menurut Karnaen A.
Perwataatmadja, bank syari’ah adalah bank yang berperasi sesuai
dengan prinsip-prinsip islam, yakni bank dengan tata cara operasinya
mengikuti ketentuan-ketentuan syari’ah Islam. Bank sebagai perantara
jasa keuangan (financial intermediary), yang tugas pokoknya adalah
menghimpun dana dari masyarakat, diharapkan dana dimaksud dapat
memenuhi kebutuhan dana pembiayaan yag tidak disediakan oleh dua
lembaga sebelumnya (swasta dan negara). Pembiayaan dalam perbankan
syari’ah atau istilah teknisnya aktiva produktif,dimana perbankan
memberikan sejumlah dana kepada nasabah untuk memutar uang yang
dimiliki oleh perbankan dengan memperoleh margin (tambahan) atas
pembiayaan. menurut ketentuan bank indonesia adalah peneneman dana
bank syari’ah baik dalam rupiah maupun valuta asing dalam bentuk
pembiayaan, piutang, qardh, surat berharga syari’ah, penentapan,
penyertaan modal sementara, komitmen dan kontijensi pada rekening
administrasi serta sertifikat wadi’ah Bank Indonesia.
Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan Prinsip-Prinsip
Syariah. Implementasi prinsip syariah inilah yang menjadi pembeda utama
dengan bank konvensional. Pada intinya prinsip syariah tersebut mengacu
kepada syariah Islam yang berpedoman utama kepada Al Quran dan Hadist.
Islam sebagai agama merupakan konsep yang mengatur kehidupan manusia
secara komprehensif dan universal baik dalam hubungan dengan Sang
Pencipta (HabluminAllah) maupun dalam hubungan sesama
manusia (Hablumminannas).
Ada tiga pilar pokok dalam ajaran Islam yaitu :
1. Aqidah : Komponen ajaran Islam yang mengatur tentang keyakinan
atas keberadaan dan kekuasaan Allah sehingga harus
menjadi keimanan seorang muslim manakala melakukan
berbagai aktivitas dimuka bumi semata-mata untuk
mendapatkan keridlaan Allah sebagai khalifah yang
mendapat amanah dari Allah.
2. Syariah : Komponen ajaran Islam yang mengatur tentang kehidupan
seorang muslim baik dalam bidang ibadah (habluminAllah)
maupun dalam bidang muamalah (hablumminannas) yang
merupakan aktualisasi dari akidah yang menjadi
keyakinannya. Sedangkan muamalah sendiri meliputi
berbagai bidang kehidupan antara lain yang menyangkut
ekonomi atau harta dan perniagaan disebut muamalah
maliyah
3. Akhlaq : Landasan perilaku dan kepribadian yang akan mencirikan
dirinya sebagai seorang muslim yang taat berdasarkan
syariah dan aqidah yang menjadi pedoman hidupnya
sehingga disebut memiliki akhlaqul karimah sebagaimana
hadis nabi yang menyatakan “Tidaklah sekiranya Aku
diutus kecuali untuk menjadikan akhlaqul karimah”
Cukup banyak tuntunan Islam yang mengatur tentang kehidupan
ekonomi umat yang antara lain secara garis besar adalah sebagai berikut:
1. Tidak memperkenankan berbagai bentuk kegiatan yang mengandung
unsur spekulasi dan perjudian termasuk didalamnya aktivitas
ekonomi yang diyakini akan mendatangkan kerugian bagi
masyarakat. Islam menempatkan fungsi uang semata-mata sebagai
alat tukar dan bukan sebagai komoditi, sehingga tidak layak untuk
diperdagangkan apalagi mengandung unsur ketidakpastian atau
spekulasi (gharar) sehingga yang ada adalah bukan harga uang
apalagi dikaitkan dengan berlalunya waktu tetapi nilai uang untuk
menukar dengan barang.
2. Harta harus berputar (diniagakan) sehingga tidak boleh hanya
berpusat pada segelintir orang dan Allah sangat tidak menyukai
orang yang menimbun harta sehingga tidak produktif dan oleh
karenanya bagi mereka yang mempunyai harta yang tidak produktif
akan dikenakan zakat yang lebih besar dibanding jika diproduktifkan.
Hal ini juga dilandasi ajaran yang menyatakan bahwa kedudukan
manusia dibumi sebagai khalifah yang menerima amanah dari Allah
sebagai pemilik mutlak segala yang terkandung didalam bumi dan
tugas manusia untuk menjadikannya sebesar-besar kemakmuran dan
kesejahteraan manusia.
3. Bekerja dan atau mencari nafkah adalah ibadah dan waJib dlakukan
sehingga tidak seorangpun tanpa bekerja-yang berarti siap
menghadapi resiko-dapat memperoleh keuntungan atau manfaat
(bandingkan dengan perolehan bunga bank dari deposito yang
bersifat tetap dan hampir tanpa resiko).
4. Dalam berbagai bidang kehidupan termasuk dalam kegiatan ekonomi
harus dilakukan secara transparan dan adil atas dasar suka sama
suka tanpa paksaan dari pihak manapun.
5. Adanya kewajiban untuk melakukan pencatatan atas setiap transaksi
khususnya yang tidak bersifat tunai dan adanya saksi yang bisa
dipercaya (simetri dengan profesi akuntansi dan notaris).
6. Zakat sebagai instrumen untuk pemenuhan kewajiban penyisihan
harta yang merupakan hak orang lain yang memenuhi syarat untuk
menerima, demikian juga anjuran yang kuat untuk mengeluarkan
infaq dan shodaqah sebagai manifestasi dari pentingnya pemerataan
kekayaan dan memerangi kemiskinan.
7. Sesungguhnya telah menjadi kesepakatan ulama, ahli fikih dan
Islamic banker dikalangan dunia Islam yang menyatakan bahwa
bunga bank adalah riba dan riba diharamkan.
Dalam operasionalnya, perbankan syariah harus selalu dalam
koridor-koridor prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Keadilan, yakni berbagi keuntungan atas dasar penjualan riil sesuai
kontribusi dan resiko masing-masing pihak
2. Kemitraan, yang berarti posisi nasabah investor (penyimpan dana),
dan pengguna dana, serta lembaga keuangan itu sendiri, sejajar
sebagai mitra usaha yang saling bersinergi untuk memperoleh
keuntungan
3. Transparansi, lembaga keuangan Syariah akan memberikan laporan
keuangan secara terbuka dan berkesinambungan agar nasabah
investor dapat mengetahui kondisi dananya
4. Universal, yang artinya tidak membedakan suku, agama, ras, dan
golongan dalam masyarakat sesuai dengan prinsip Islam sebagai
rahmatan lil alamin.
Prinsip-Prinsip syariah yang dilarang dalam operasional perbankan
syariah adalah kegiatan yang mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
1. Maisir
Menurut bahasa maisir berarti gampang/mudah. Menurut
istilah maisir berarti memperoleh keuntungan tanpa harus bekerja
keras. Maisir sering dikenal dengan perjudian karena dalam praktik
perjudian seseorang dapat memperoleh keuntungan dengan cara
mudah. Dalam perjudian, seseorang dalam kondisi bisa untung atau
bisa rugi.Judi dilarang dalam praktik keuangan Islam, sebagaimana
yang disebutkan dalam firman Allah sebagai berikut:” Hai orang-orang
yang beriman, sesungguhnya khamar, maisir, berhala, mengundi
nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan
syetan, maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat
keberuntungan” (QS Al-Maaidah : 90)
Pelarangan maisir oleh Allah SWT dikarenakan efek negative
maisir. Ketika melakukan perjudian seseorang dihadapkan kondisi
dapat untung maupun rugi secara abnormal. Suatu saat ketika
seseorang beruntung ia mendapatkan keuntungan yang lebih besar
ketimbang usaha yang dilakukannya. Sedangkan ketika tidak
beruntung seseorang dapat mengalami kerugian yang sangat besar.
Perjudian tidak sesuai dengan prinsip keadilan dan keseimbangan
sehingga diharamkan dalam sistem keuangan Islam.
2. Gharar
Menurut bahasa gharar berarti pertaruhan. Menurut istilah
gharar berarti sesuatu yang mengandung ketidakjelasan, pertaruhan
atau perjudian. Setiap transaksi yang masih belum jelas barangnya
atau tidak berada dalam kuasanya alias di luar jangkauan termasuk
jual beli gharar. Misalnya membeli burung di udara atau ikan dalam
air atau membeli ternak yang masih dalam kandungan induknya
termasuk dalam transaksi yang bersifat gharar. Pelarangan gharar
karena memberikan efek negative dalam kehidupan karena gharar
merupakan praktik pengambilan keuntungan secara bathil. Ayat dan
hadits yang melarang gharar diantaranya :“Dan janganlah sebagian
kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan
jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu
kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada
harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal
kamu mengetahui” (Al-Baqarah : 188)
3. Riba
Makna harfiyah dari kata Riba adalah pertambahan, kelebihan,
pertumbuhan atau peningkatan. Sedangkan menurut istilah teknis,
riba berarti pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal
secara bathil. Para ulama sepakat bahwa hukumnya riba adalah
haram. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Ali Imran ayat
130 yang melarang kita untuk memakan harta riba secara berlipat
ganda. Sangatlah penting bagi kita sejak awal pembahasan bahwa
tidak terdapat perbedaan pendapat di antara umat Muslim mengenai
pengharaman Riba dan bahwa semua mazhab Muslim berpendapat
keterlibatan dalam transaksi yang mengandung riba adalah dosa
besar. Hal ini dikarenakan sumber utama syariah, yaitu Al-Qur’an dan
Sunah benar-benar mengutuk riba. Akan tetapi, ada perbedaan
terkait dengan makna dari riba atau apa saja yang merupakan riba
harus dihindari untuk kesesuaian aktivitas-aktivitas perekonomian
dengan ajaran Syariah.
Ada banyak ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang
keharaman riba, diantaranya:
1. Surat Al-Baqarah, ayat 275:
Orang-orang yang makan (mengambil) RIBA’ tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan
lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian
itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
sesungguhnya jual beli itu sama dengan RIBA’, padahal Allah
telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan RIBA’. Orang-
orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu
terus berhenti (dari mengambil RIBA’), maka baginya apa yang
telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan
urusannya (terserah) kepada Alloh. Orang yang kembali
(mengambil RIBA’), maka orang itu adalah penghuni-penghuni
neraka; mereka kekal di dalamnya.
2. Surat An-Nisa, ayat 161:
Dan karena mereka menjalankan riba, padahal sesungguhnya
mereka telah dilarang darinya dan karena mereka memakan
harta orang dengan cara yang tidak sah (bathil). Kami telah
menyediakan untuk orang-orang kafir diantara mereka azab yang
pedih.
3. Surat Ali ‘Imran, ayat 130:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba
dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah
supaya kamu mendapat keberuntungan.
4. Surat Ar-Rum, ayat 39:
Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia
bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah
pada sisi Allah.
2.1.2. Jenis-jenis Riba
Menurut para ulama fiqih, riba dibagi menjadi 4 (empat)
macam:
a. Riba Fadhl, yaitu tukar menukar dua barang yang sama
jenisnya dengan tidak sama timbangannya atau takarannya
yang disyaratkan oleh orang yang menukarkan. Contoh:
tukar menukar dengan emas, perak dengan perak, beras
dengan beras, gandum dan sebagainya.
b. Riba Qardh, yaitu meminjamkan sesuatu dengan syarat ada
keuntungan atau tambahan bagi orang yang meminjami/
mempiutangi. Contoh : Andi meminjam uang sebesar Rp.
25.000 kepada Budi. Budi mengharuskan Andi mengembalikan
hutangnya kepada Budi sebesar Rp. 30.000. maka tambahan
Rp. 5.000 adalah riba Qardh.
c. Riba Yad, yaitu berpisah dari tempat sebelum timbang
diterima. Maksudnya: orang yang membeli suatu barang,
kemudian sebelumnya ia menerima barang tersebut dari
sipenjual, pembeli menjualnya kepada orang lain. Jual beli
seperti itu tidak boleh, sebab jual-beli masih dalam ikatan
dengan pihak pertama.
d. Riba Nasi’ah, yaitu tukar menukar dua barang yang sejenis
maupun tidak sejenis yang pembayarannya disyaratkan lebih,
dengan diakhiri/dilambatkan oleh yang meminjam. Contoh :
Rusminah membeli cincin seberat 10 Gram. Oleh penjualnya
disyaratkan membayarnya tahun depan dengan cincin emas
seberat 12 gram, dan jika terlambat satu tahun lagi, maka
tambah 2 gram lagi menjadi 14 gram dan seterusnya.

2.1.2. Hikmah Pelarangan Riba


Banyak pihak yang telah menyatakan pandangan berbeda
mengenai dasar rasional atau tujuan pengharaman riba oleh
Syariah. Secara keseluruhan, keadilan sosio ekonomi dan
distribusi, keseimbangan antargenerasi, instabilitas perekonomian,
dan kehancuran ekologis dianggap sebagai dasar pengharaman
riba. Mengingat semua teks dan prinsip yang relevan dalam
hukum Islam, alasan satu-satunya yang meyakinkan adalah
tentang keadilan distribusi karena pengharaman Riba
dimaksudkan untuk mencegah akumulasi kekayaan pada
segelintir orang, yaitu harta itu jangan hanya “beredar di antara
orang-orang kaya” (Kitab Suci Al-Quran, 59:7). Oleh sebab itu,
tujuan utama pelarangan atas Riba adalah untuk menghalangi
sarana yang dapat menuntun ke akumulasi kekayaan pada
segelintir pihak, baik itu bank maupun individu.
2.2. Produk Produk Bank Syariah
Tujuan Bank Syariah yang diuraikan berikut ini merujuk pada
buku Bank dan Lembaga Keuangan Syariah yang ditulis oleh Hari
Sudarsono. Tujuan Bank dapat dijabarkan dalam 6 point tujuan utama
yakni:
1. Mengarahkan kegiatan ekonomi ummat untuk bermualamalat secara
Islam, khususnya muamalat yang berhubungan dengan perbankan,
agar terhindar dari praktek- praktek riba atau jenis- jenis
usaha/perdagangan lain yang mengandung unsur gharar (tipuan),
dimana jenis usaha tersebut selain di larang dalam Islam, juga telah
menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan ekonomi rakyat.
2. Untuk menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi dengan jalan
meratakan pendapatan melalui kegiatan investasi, agar tidak terjadi
kesenjangan yang amamt besar antara pemilik modal dengan pihak
membutuhkan dana.
3. Untuk meningkatkan kualitas hidup ummat dengan jalan membuka
peluang berusaha yang lebih besar terutama kelompok miskin, yang
di arahkan kepada kegiatan usaha yang produktif, menuju
terciptanya kemandirian usaha.
4. Untuk menaggulangi masalah kemiskinan, yang pada umumnya
merupakan program utama dari Negara-negara yang sedang
berkembang. Upaya bank syariah di dalam mengentaskan kemiskinan
ini berupa pembinaan nasabah yang lebih menonjol kebersamaannya
dari siklus usaha yang lengkap seperti program pembinaan
pengusaha produsen, pembinaan pedagang perantara, program
pembinaan consumen, program pengembangan moda kerja, dan
program pengembangan usaha bersama.
5. Untuk menjaga stabilitas ekonomi dan moneter. Dengan aktivitas
bank syariah akan mampu menghindari pemanasan ekonomi di
akibatkan adanay inflasi, menghindari persaiangan yang tidak sehat
antara lembaga keungan.
6. Tujuan bank syariah yang keenam adalah untuk menyalamatkan
ketergantungan ummat Islam terhadap bank non-syariah.
Pembiayaan merupakan sumber pendapatan bagi bank syari’ah.
Tujuan pembiayaan yang dilaksanakan perbankan syari’ah terkait dengan
stake holder, yakni:
1. Pemilik : Dari sumber pendapatan diatas, para pemilik
mengharapkan akan memperoleh penghasilan atas
dana yang ditanamkan pada bank tersebut.
2. Pegawai : Para pegawai mengharapkan dapat memperoleh
kesejahteraan dari bak yang dikelolanya.
3. Masyarakat : Pemilik dana, sebagai pemilik mereka mengharapkan
dari dana yang diinvestasi akan diperoleh bagi hasil.
Debitur yang bersangkutan, dengan menyediakan
dana baginya mereka membantu guna menjalankan
usahanya (sektor produktif) atau terbantu untuk
pengadaan barang yang diinginkannya (pembiayaan
konsumtif). Masyarakat umumnya-konsumen, mereka
memperoleh barang-barang yang dibutuhkan.
4. Pemerintah : Akibat penyediaan pembiayaan pemerintah terbantu
dalam pembiayaan pembangunan negara, disamping
akan diperoleh pajak (berupa pajak penghasilan atas
keuntungan yang diperoleh bank dan juga
perusahaan-perusahaan.
5. Bank : Bagi bank yang bersangkutan, hasil dari penyaluran
pembiayaan, diharapkan bank dapat meneruskan dan
mengembangkan usahanya agar tetap survival dan
meluas jaringan usahanya, sehingga semakin banyak
masyarakat yang dapat dilayaninya.
Pada sistem operasi bank syariah, pemilik dana menanamkan
uangnya di bank tidak dengan motif mendapatkan bunga, tapi dalam
rangka mendapatkan keuntungan bagi hasil. Dana nasabah tersebut
kemudian disalurkan kepada mereka yang membutuhkan (misalnya
modal usaha), dengan perjanjian pembagian keuntungan sesuai
kesepakatan. Secara garis besar, pengembangan produk bank syariah
dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu :
1. Penyaluran Dana
a. Prinsip Jual Beli
Jual beli dilaksanakan karena adanya pemindahan
kepemilikan barang. Keuntungan bank disebutkan di depan dan
termasuk harga dari harga yang dijual. Terdapat tiga jenis jual
beli dalam pembiayaan komsumtif, modal kerja dan investasi
dalam bank syariah, yaitu:
1) Ba’i Al-Murabahah
Jual beli dengan harha asal ditambah keuntungan yang
disepakati antara pihak bank dengan nasabah.
2) Ba’i As- Salam
Dalam jual beli ini nasabah sebagai pembeli dan pemesan
memberikan uangnya di tempat akad sesuai dengan harga
barang yang dipesan dan sifat barang yang telah disebutkan
sebelumnya
3) Ba’i Al- Istishna
Merupakan bagian dari Ba’i As- Salam namun Ba’i Al- Istishna
bisa digunakan dalam bidang manufaktur.
b. Prinsip Sewa
Sewa juga bisa disebut ijarah adalah kesepakatan
pemindahan hak guna atas barang atau jasa melalui sewa tanpa
diikuti pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa. Dalam
hal ini bank menyewakan peralatan kepada nasabah dengan
biaya yang telah ditetapkan secara pasti sebelumnya.
c. Prinsip Bagi Hasil
1) Musyarakah adalah salah satu produk bank syariah yang
mana terdapat dua pihak atau lebih yang bekerja sama
untuk meningkatkan aset yang dimiliki bersama di mana
seluruh pihak memadukan sumber daya yang mereka miliki
baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud.
2) Mudharabah adalah kerjasama dua orang atau lebih di mana
pemilik modal memberikan mempercayakan seluruh modal
kepada pengelola dengan pejanjian pembagian keuntungan.
2. Penghimpun Dana
Produk penghimpun dana pada bank syariah meliputi giro,
tabungan, dan deposito. Simpanan giro adalah simpanan yang
penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek,
bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara
pemindahbukuan. Tabungan adalah simpanan yang penarikannya
hanya dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati,
tetapi tidak dapat di tarik dengan cek, bilyet giro, dan/atau alat
lainnya yang dipersamakan dengan itu. Deposito adalah salah satu
tempat bagi nasabah untuk melakukan investasi dalam bentuk surat-
surat berharga.
1. Mengarahkan kegiatan ekonomi ummat ke bermuamalat Islam,
khususnya muamalat yang berkaitan dengan perbankan, untuk
menghindari praktik riba atau jenis usaha/perdagangan lainnya
yang mengandung unsur gharar (penipuan), di mana jenis usaha
dilarang dalam Islam, juga telah menimbulkan dampak negatif
pada kehidupan ekonomi masyarakat.
2. Untuk menciptakan keadilan di sektor ekonomi dengan
meratakan pendapatan melalui kegiatan investasi, sehingga tidak
ada kesenjangan besar antara pemilik modal dan pihak yang
membutuhkan dana.
3. Untuk meningkatkan kualitas hidup umat dengan membuka
peluang bisnis yang lebih besar, terutama kaum miskin, yang
diarahkan pada kegiatan bisnis yang produktif, menuju
terciptanya kemandirian bisnis.
4. Untuk mengatasi masalah kemiskinan, yang umumnya
merupakan program utama negara berkembang. Upaya bank
syariah dalam menuntaskan kemiskinan adalah dalam bentuk
membina pelanggan yang lebih menonjol dari siklus bisnis yang
lengkap seperti program bimbingan untuk pengusaha produsen,
pembinaan broker, program pengembangan konsumen, program
pengembangan mode kerja, dan program pengembangan bisnis
bersama.
5. Untuk menjaga stabilitas ekonomi dan moneter. Dengan kegiatan
bank syariah akan dapat menghindari pemanasan ekonomi yang
disebabkan oleh inflasi, menghindari persaingan tidak sehat
antara lembaga keuangan.
6. Tujuan dari bank Islam keenam adalah untuk mengatasi
ketergantungan umat Islam pada bank-bank non-Islam
Perbankan syariah atau Perbankan islam adalah suatu sistem
perbankan yang pelaksanaanya berdasarkan hukum islam (Syariah).
Pembentukan sistem ini berdasarkan adanya larangna dalam agama
islam untuk meminjamkan atau memungut pinjaman dengan
menegnakan bunga pinjaman (Riba), serta larangan untuk berinvestasi
pada usaha-usaha berkategori terlarang (Haram). Dalam Sistem
perbankan konvensional tidak dapat menjamin absennya hal-hal tersebut
dalam investasinya, misalnya dalam usaha yang berkaitan dengan
produksi makanan atau minuman haram, usaha media atau hiburan yang
tidak Islami, dan lain-lain.
Meskipun prinsip-prinsip tersebut mungkin saja telah diterapkan
dalam sejarah perekonomian Islam, namun baru pada akhir abad ke-20
mulai berdiri bank-bank Islam yang menerapkannya bagi lembaga-
lembaga komersial swasta atau semi-swasta dalam komunitas muslim di
dunia. Perbankan syariah memiliki tujuan yang sama seperti perbankan
konvensional, yaitu agar lembaga perbankan dapat menghasilkan
keuntungan dengan cara meminjamkan modal, menyimpan dana,
membiayai kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang sesuai. Prinsip
hukum Islam melarang unsur-unsur di bawah ini dalam transaksi-
transaksi perbankan tersebut.
1. Perniagaan atas barang-barang yang haram
2. Bunga (Riba)
3. Perjudian dan spekulasi yang disengaja (maisir), serta
4. Ketidakjelasan dan manipulatif (gharar).
Perbandingan antara bank syariah dan bank konvensional adalah
bank syariah melakukan hanya investasi yang halal menurut hukum islam
memakai prinsip bagihasil, jual-beli, dan sewa berorientasi keuntungan
dan falah (Kebahagiaan dunia dan akhirat sesuai ajaran islam), hubungan
dengan nasabah dalam bentuk kemitraan penghimpunan dan penyalur
dana sesuai Fatwa Dewan Pengawas Syariah. Sedangkan bank
konvensional melakukan investasi baik yang halal atau yang haram
menurut hukum islam, memakai perangkat suku bunga, berorientasi
keuntungan, hubungan dengan nasabah dalam bentuk kreditur-debitur,
penghimpunan dan penyaluran dana tidak diatur oleh Dewan Pengawas
Syariah atau sejenisnya. Afzalur Rahman dalam bukunya Islamic Doctrine
on Banking and Insurance (1980) berpendapat bahwa prinsip perbankan
syariah bertujuan membawa kemaslahatan bagi nasabah, karena
menjanjikan keadilan yang sesuai dengan syariah dalam sistem
ekonominya. Beberapa produk jasa yang disediakan oleh bank berbasis
syariah bias kita lihat dibawah ini.4
1. Titipan atau Simpanan
Al-Wadi'ah (jasa penitipan), adalah jasa penitipan dana dimana
penitip dapat mengambil dana tersebut sewaktu-waktu. Dengan
sistem wadiah Bank tidak berkewajiban, namun diperbolehkan, untuk
memberikan bonus kepada nasabah. Bank Muamalat Indonesia-
Shahibul Maal. Deposito Mudharabah, nasabah menyimpan dana di
Bank dalam kurun waktu yang tertentu. Keuntungan dari investasi
terhadap dana nasabah yang dilakukan bank akan dibagikan antara
bank dan nasabah dengan nisbah bagi hasil tertentu.
2. Bagi Hasil
Al-Musyarakah (Joint Venture), konsep ini diterapkan pada
model partnership atau joint venture. Keuntungan yang diraih akan
dibagi dalam rasio yang disepakati sementara kerugian akan dibagi
berdasarkan rasio ekuitas yang dimiliki masing-masing pihak.
4 Rachmadi Usman. SH. MH. Produk dan Akad Perbankan Syariah di Indonesia. 2019.
Perbedaan mendasar dengan mudharabah ialah dalam konsep ini ada
campur tangan pengelolaan manajemennya sedangkan mudharabah
tidak ada campur tangan. Al-Mudharabah, adalah perjanjian antara
penyedia modal dengan pengusaha. Setiap keuntungan yang diraih
akan dibagi menurut rasio tertentu yang disepakati. Risiko kerugian
ditanggung penuh oleh pihak Bank kecuali kerugian yang diakibatkan
oleh kesalahan pengelolaan, kelalaian dan penyimpangan pihak
nasabah seperti penyelewengan, kecurangan dan penyalahgunaan.
Al-Muzara'ah, adalah bank memberikan pembiayaan bagi nasabah
yang bergerak dalam bidang pertanian/perkebunan atas dasar bagi
hasil dari hasil panen. Al-Musaqah, adalah bentuk lebih yang
sederhana dari muzara'ah, di mana nasabah hanya bertanggung-
jawab atas penyiramaan dan pemeliharaan, dan sebagai imbalannya
nasabah berhak atas nisbah tertentu dari hasil panen.
3. Jual Beli
Bai' Al-Murabahah, adalah penyaluran dana dalam bentuk
jual beli. Bank akan membelikan barang yang dibutuhkan pengguna
jasa kemudian menjualnya kembali ke pengguna jasa dengan harga
yang dinaikkan sesuai margin keuntungan yang ditetapkan bank, dan
pengguna jasa dapat mengangsur barang tersebut. Besarnya
angsuran flat sesuai akad diawal dan besarnya angsuran=harga
pokok ditambah margin yang disepakati. Contoh: harga rumah 500
juta, margin bank/ keuntungan bank 100 jt, maka yang dibayar
nasabah peminjam ialah 600 juta dan diangsur selama waktu yang
disepakati diawal antara Bank dan Nasabah.
Bai' As-Salam, Bank akan membelikan barang yang
dibutuhkan di kemudian hari, sedangkan pembayaran dilakukan di
muka. Barang yang dibeli harus diukur dan ditimbang secara jelas
dan spesifik, dan penetapan harga beli berdasarkan keridhaan yang
utuh antara kedua belah pihak. Contoh: Pembiayaan bagi petani
dalam jangka waktu yang pendek (2-6 bulan). Karena barang yang
dibeli (misalnya padi, jagung, cabai) tidak dimaksudkan sebagai
inventori, maka bank melakukan akad bai' as-salam kepada pembeli
kedua (misalnya Bulog, pedagang pasar induk, grosir). Contoh lain
misalnya pada produk garmen, yaitu antara penjual, bank, dan
rekanan yang direkomendasikan penjual.
Bai' Al-Istishna', merupakan bentuk As-Salam khusus di mana
harga barang bisa dibayar saat kontrak, dibayar secara angsuran,
atau dibayar di kemudian hari. Bank mengikat masing-masing kepada
pembeli dan penjual secara terpisah, tidak seperti As-Salam di mana
semua pihak diikat secara bersama sejak semula. Dengan demikian,
bank sebagai pihak yang mengadakan barang bertanggung-jawab
kepada nasabah atas kesalahan pelaksanaan pekerjaan dan jaminan
yang timbul dari transaksi tersebut.
Al-Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang dan
jasa melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri. Al-Ijarah Al-
Muntahia Bit-Tamlik sama dengan ijarah adalah akad pemindahan
hak guna atas barang dan jasa melalui pembayaran upah sewa,
namun dimasa akhir sewa terjadi pemindahan kepemilikan atas
barang sewa.
4. Jasa
Al-Wakalah adalah suatu akad pada transaksi perbankan
syariah, yang merupakan akad (perwakilan) yang sesuai dengan
prinsip prinsip yang di terapkan dalam syariat Islam. Al-Kafalah
adalah memberikan jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada
pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang
ditanggung, dengan kata lain mengalihkan tanggung jawab seorang
yang dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain
sebagai jaminan.
Al-Hawalah adalah akad perpindahan dimana dalam
prakteknya memindahkan hutang dari tanggungan orang yang
berhutang menjadi tanggungan orang yang berkewajiban membayar
hutang (contoh: lembaga pengambilalihan hutang). Ar-Rahn, adalah
suatu akad pada transaksi perbankan syariah, yang merupakan akad
gadai yang sesuai dengan syariah. Al-Qardh adalah salah satu akad
yang terdapat pada sistem perbankan syariah yang tidak lain adalah
memberikan pinjaman baik berupa uang ataupun lainnya tanpa
mengharapkan imbalan atau bunga (riba). Secara tidak langsung
berniat untuk tolong menolong bukan komersial.
Dari penjelasan di atas bahwasannya manfaat daripada
perbankan syariah yaitu sebagai jembatan untuk meningkatkan
pendapatan nasional atau tujuan peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Produk pembiayaan perbankan sendiri meliputi
pembiayaan yang bersifat komsumtif atau pembiayaan yang bersifat
produktif antara lain pembiayaan-pembiayaan perbankan syariah
yaitu.
a. Pembiayaan berprinsip jual beli yaitu murabahah, salam, istisna’
b. Pembiayaan berprinsip sewa yaitu ijarah dan ijarah munthia bit-
tamlik
c. Pembiayaan berprinsip bagi hasil yaitu musyarakah, dan
mudharabah.
d. Dan beberapa pembiayaan pelengkap yaitu hawalah, kafalah,
rahn, qard, dan wakalah
Maksud pembiayaan perbankan syariah merupakan aktifa produktif
dimana perbankan memeberikan sejumlah dana kepada nasabah untuk
memutar uang yang dimiliki oleh perbankan dengan memperoleh margin
(tambahan) atas pembiayaan. Beberapa tujuan daripada pembiayaan
yang dilakukan perbankan syariah berdasarkan penempatan
(stakeholder) yaitu ditujukan kepada pemilik, pegawai, masyarakat,
pemerintah, bank. Manfaat daripada perbankan syariah diantaranya yaitu
Sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional atau tujuan
peningkatan kesejahteraan masyarakat
Sama seperti halnya dengan bank konvensional, bank syariah juga
menawarkan nasabah dengan bank konvensional adalah dalam produk
perbankan. Hanya saja bedanya denga bank konvensional adalah dalam hal
penentuan harga, baik terhadap harga jual maupun harga belinya. Produk-
produk yang ditawarkan sudah tentu sangat Islami., termasuk dalam
memberikan pelayanan kepada nasabahnya. Berikut ini jeis-jenis produk bank
syariah yang ditawarkan adalah sebagai berikut:
1. Al-wadi’ah (Simpanan)
Al-Wadi’ah atau dikenal dengan nama titipan atau simpanan,
merupakan titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik
perorangan maupun badan hukum yang harus dijaga dan
dikembalikan kapan saja bila si penitip menghendaki. Penerima
simpanan disebut yad al-amanah yang artinya tangan amanah. Si
penyimpan tidak bertanggung jawab atas segala kehilangan dan
kerusakan yang terjadi pada titipan selama hal itu bukan akibat dari
kelalaian atau kecerobohan yang bersangkutan dalam memelihara
barang titipan. Penggunaan uang titipan harus terlebih dulu meminta
izin kepada si pemilik uang dan dengan catatan si pengguna uang
menjamin akan mengembalikan uang tersebut secara utuh. Dengan
demikian prinsip yad al-amanah (tangan amanah) menjadi yad adh-
dhamanah (tangan penanggung).
Prinsip wadi’ah yang diterapkan adalah wadi’ah yad dhamanah
yang diterapkan pada produk rekening giro. Wadh’ah dhamanah
berbeda dengan wadi’ah amanah. Dalam wadi’ah amanah harta
titipan tidak boleh dimanfaatkan oleh yang dititipi, sedangkan
dhamanah yang dititipi (bank) boleh memanfaatkan harta titipan
tersebut. Implikasi hukumnya sama dengan qardh, dimanan nasabah
meminjamkan uang kepada bank. Pemilik dana tidak mendapat
imbalan tapi insentif yang tidak diperjanjikan. Dalam praktiknya
nisbah antara bank (shahibul maal) dengan deposan (mudharib)
biasanya bonus untuk giro wadiah sebesar 30%, nisbah 40%:60%
untuk simpanan tabungan dan nisbah 45%:55% untuk simpanan
deposito.
2. Pembiayaan dengan Bagi Hasil
a. Al-musyarakah (Partisipasi Modal)
Al-musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak
atau lebih untuk melakukan usaha tertentu. Masing-masing pihak
memberikan dana atau amal dengan kesepakatan bahwa
keuntungan atau resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan
kesepakatan. Al-musyarakah dalam praktik perbankan diaplikasikan
dalam hal pembiayaan proyek. Dalam hal ini nasabah yang
dibiayai dengan bank sama-sama menyediakan dana untuk
melaksanakan proyek tersebut. Keuntungan dari proyek dibagi
sesuai dengan kesepakatan untuk bank setelah terlebih dulu
mengembalikan dana yang dipakai nasabah. Al-musyarakah
dapat pula dilakukan untuk kegiatan investasi seperti pada
lembaga keuangan modal ventura.
b. Al-mudharabah
Pengertian Mudharabah dapat didefinisikan sebagai
sebuah akad atau perjanjian diantara dua belah pihak, dimana
pihak pertama sebagai pemilik modal (shahib al-mal atau al-mal),
memercayakan kepada pihak kedua atau pihak lain (pengusaha),
untuk menjalankan suatu aktivitas atau usaha. Apabila
mengalami kerugian maka akan ditanggung pemilik modal selama
kerugian itu bukan akibat kelalaian pengelola, maka si pengelola
lah yang bertanggug jawab dan didalam prktiknya mudharabah
terbagi menjadi 2 macam, yakni:
1) Mudharabah muthlaqah merupakan kerja sama antara pihak
pertama dan pihak lain yang cakupannya lebih luas.
Maksudnya tidak dibatasi oleh waktu, spesifikasi usaha dan
daerah bisnis.
2) Mudharabah muqayyadah merupakan kebalikan dari
mudharabah muthlaqah di mana pihak lain dibatasi oleh
waktu spesifikasi usaha dan daerah bisnis.
Dalam dunia perbankan Al-mudharabah biasanya
diaplikasikan pada produk pembiayaan atau pendanaan seperti,
pembiayaan modal kerja. Dana untuk kegiatan mudharabah
diambil dari simpanan tabungan berjangka seperti tabungan haji
atau tabungan kurban. Dana juga dapat dilakukan dari deposito
biasa dan deposito spesial yang dititipkan. Dan keistmewaan dari
sebuah mudharabah adalah pada peran ganda dari mudharib,
yakni sebagai wakil (agen) sekaligus mitra. Mudharib adalah wakil
dari rabb al- mal dalam setiap transaksi yang ia lakukan pada
harta mudharabah. Mudharib kemudian menjadi mitra dari rabb
al-mal ketika ada keuntungan.
c. Al-muzara’ah
Pengertian Al-muzara’ah adalah kerja sama pengolahan
pertanian antara pemilik lahan dengan penggarap. Pemilik lahan
menyediakan lahan kepada penggarap untuk ditanami produk
pertanian dengan imbalan bagian tertentu dari hasil panen.
Dalam dunia perbankan kasus ini diaplikasikan untuk pembiayaan
bidang plantation atas dasar bagi hasil panen. Pemilik lahan
dalam hal ini menyediakan lahan, benih, dan pupuk. Sedangkan
penggarap menyediakan keahlian, tenaga, dan waktu. Keuntungan
diperoleh dari hasil panen dengan imbalan yang telah disepakati.
d. Al-musaqah
Pengertian Al-musaqah merupakan bagian dari al-
muza’arah yaitu penggarap hanya bertanggung jawab atas
penyiraman dan pemeliharaan dengan menggunakan dana dan
peralatan mereka sendiri. Imbalan tetap diperoleh dari
persentase hasil panen pertanian. Jadi tetap dalam konteks
adalah kerja sama pengolahan pertanian antara pemilik lahan
dengan penggarap.
3. Bai’al Murabahah
Pengertian Bai’al-Murabahah merupakan kegiatan jual beli
pada harga pokok dengan tambahan keuntungan yang disepakati.
Dalam hal ini penjual harus terlebih dulu memberitahukan harga
pokok yang ia beli ditambah keuntungan yang diinginkannya. Sebagai
contoh harga pokok barang “X” Rp 100.000,-. Keuntungan yang
diharapkan adalah sebesar Rp 5.000,-, sehingga harga jualnya Rp
105.000,-. Kegiatan Bai’al-Murabahah ini baru dilakukan setelah ada
kesepakatan dengan pembeli, baru kemudian dilakukan pemesanan.
Dalam dunia perbankan kegiatan Bai’al-Murabahah pada pembiayaan
produk barang-barang investasi baik dalam negeri maupun luar
negeri seperti Letter of credit atau lebih dikenal dengan nama L/C.
4. Bai’as-Salam
Bai’as-salam artinya pembelian barang yang diserahkan kemu-
dian hari, sedangkan pembayaran dilakukan di muka. Prinsip yang
harus dianut adalah harus diketahui terlebih dulu jenis, kualitas dan
jumlah barang dan hukum awal pembayaran harus dalam bentuk
uang.
5. Bai’al Istishna’
Bai’ Al istishna’ merupakan bentuk khusus dari akad Bai’as-
salam, oleh karena itu ketentuan dalam Bai` Al istishna’ mengikuti
ketentuan dan aturan Bai’as-salam. Pengertian Bai’ Al istishna’ adalah
kontrak penjualan antara pembeli dengan produsen (pembuat ba-
rang). Kedua belah pihak harus saling menyetujui atau sepakat lebih
dulu tentang harga dan sistem pembayaran. Kesepakatan harga
dapat dilakukan tawar-menawar dan sistem pembayaran dapat
dilakukan di muka atau secara angsuran per bulan atau di belakang.
6. Al-Ijarah (Leasing)
Pengertian Al-Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas
barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti
dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri. Dalam
praktiknya kegiatan ini dilakukan oleh perusahaan leasing, baik untuk
kegiatan operating lease maupun financial lease.
7. Al-Wakalah (Amanat)
Wakalah atau wakilah artinya penyerahan atau pendelegasian
atau pemberian mandat dari satu pihak kepada pihak lain. Mandat ini
harus dilakukan sesuai dengan yang telah disepakati oleh si pemberi
mandat.
8. Al-Kafalah (Garansi)
Al-Kafalah merupakan jaminan yang diberikan penanggung ke-
pada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang
ditanggung. Dapat pula diartikan sebagai pengalihan tanggung jawab
dari satu pihak kepada pihak lain. Dalam dunia perbankan dapat di-
lakukan dalam hal pembiayaan dengan jaminan seseorang.
9. Al-Hawalah
Al-Hawalah merupakan pengalihan utang dari orang yang ber-
utang kepada orang lain yang wajib menanggungnya. Atau dengan
kata lain pemindahan beban utang dari satu pihak kepada lain pihak.
Dalam dunia keuangan atau perbankan dikenal dengan kegiatan
anjak piutang atau factoring.
10. Ar-Rahn
Ar-Rahn merupakan kegiatan menahan salah satu harta milik
si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya.
Kegiatan seperti ini dilakukan seperti jaminan utang atau gadai.
Selain itu produk pemberian jasa lainnya, seperti:
a) Jasa penerbitan L/C
b) Jasa Transfer
c) Jasa Inkaso
d) Bank Garansi
e) Menerima Zakat, Infak, dan Sadaqoh (untuk disalurkan)
Produk bank syariah memang menentramkan khususnya bagi
umat Islam. Masyarakat kontemporer yang mulai memperdalam
agama biasanya lebih sadar tentang bahaya riba demi menaati
aturan syariat. Perlu diketahui bahwa produk bank syariah tidak
dikhususkan untuk umat dan golongan tertentu saja. Bank syariah
bersifat terbuka kepada seluruh masyarakat yang ingin
memanfaatkan produk-produk syariah yang disediakan. Hanya saja
kekurangan produk bank syariah menjadikan produk-produknya
kurang kompetitif dibandingkan dengan bank konvensional. Hal
tersebut terjadi karena bagi hasil maupun akad keuntungan
pembagian laba benar-benar harus diperhitungkan dengan matang.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Pembiayaan merupakan aktivitas bank syariah dalam menyalurkan
dana kepada pihak lain selain bank berdasarkan prinsip syariah.
Penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan didasarikan pada
kepercayaan yang diberikan oleh pihak pemilik dana kepada pengguna
dana. Pemilik dana percaya kepada penerima dana bahwa dana dalam
bentuk pembiayaan yang diberikan pasti akan terbayar. Penerimaan
pembiayaan mendapat kepercayaan dari pemberi pembiayaan, sehingga
penerima pembiayaan berkewajiban untuk mengembalikan pembiayaan
yang telah diterimanya sesuai dengan jangka waktu yang telah
diperjanjikan dalam akad pembiayaan.
Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu
pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-
pihak yang merupakan defisit unit. Dalam kegitan penyaluran dana atau
pembiayaan dana bank syariah harus berpedoman pada prinsip-prinsip
yang sudah diatur oleh Bank Indonesia. Maka dari itu bank wajib meneliti
nasabah secara seksama berdasarkan ketentuan yang sudah ditetapkan
oleh syariat. Pembiayaan perbankan syariah merupakan aktifa produktif
dimana perbankan memeberikan sejumlah dana kepada nasabah untuk
memutar uang yang dimiliki oleh perbankan dengan memperoleh margin
(tambahan) atas pembiayaan.
Beberapa tujuan daripada pembiayaan yang dilakukan perbankan
syariah berdasarkan penempatan (stakeholder) yaitu ditujukan kepada
pemilik, pegawai, masyarakat, pemerintah, bank Manfaat daripada
perbankan syariah diantaranya yaitu Sebagai jembatan untuk
meningkatkan pendapatan nasional atau tujuan peningkatan
kesejahteraan masyarakat Produk pembiayaan perbankan meliputi
pembiayaan yang bersifat konsumtif atau pembiayaan yang bersifat
produktif. Antara lain pembiayaan-pembiayan perbankan syariah yaitu:
1. Pembiayaan berprinsip jual beli yaitu Murabahah, Salam, Istisna’
2. Pembiayaan berprinsip sewa yaitu Ijarah dan Ijarah munthia bit-
Tamlik
3. Pembiayaan berprinsip bagi hasil yaitu Musyarakah, Mudharabah dan
beberapa pembiayaan pelengkap yaitu, Hawalah, Kafalah, Rahn,
Qard, dan wakalah

2.2. Saran
Saya sebagai penulis sangat menyadari akan kekurangan dalam
makalah yang telah saya sajikan ini. Saya berharap kita lebih banyak lagi
membaca buku referensi mengenai produk-produk bank syariah, dan kita
lebih memilih menggunakan jasa bank syariah dan alangkah baiknya
yang sudah menggunakan bank konvensional pindah ke bank
syariah.Dan saya juga mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca
dalam menyempurnakan tulisan saya.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Perbankan_syariah

https://www.hestanto.web.id/pengertian-pembiayaan/

https://www.syariahbukopin.co.id/id/syariah/bank-syariah

https://www.hestanto.web.id/pembiayaan-syariah-dan-agunan-syariah/

https://www.mandirisyariah.co.id/news-update/edukasi-syariah/prinsip-dan-
konsep-dasar-perbankan-syariah

https://tipsserbaserbi.blogspot.com/2014/03/tujuan-bank-syariah-dan-
konsep.html

https://www.kompasiana.com/edwynrahmat/5bfe56856ddcae5b4c1706f3/
mengetahui-akad-dalam-perbank-syariah-di-indonesia?page=all#section2

https://lifepal.co.id/media/produk-bank-syariah/

https://muttaqinhasyim.wordpress.com/2009/05/15/konsep-dasar-bank-syariah/

https://bprsalsalaam.co.id/main/mengenal-jenis-akad-bank-syariah/

Anda mungkin juga menyukai