Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KEGIATAN PENYALURAN DANA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Bank dan Lembaga Keuangan

Dosen Pengampu : Ahmad Majuri, M.E.

DISUSUN OLEH :

PUJI LESTARI ( 21241047 )

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM TERPADU

JOGJA

TAHUN PELAJARAN 202


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Bank merupakan lembaga keuangan yang dibangun atas dasar
kepercayaan dari masyarakat. Secara umum Bank, berfungsi menghimpun dana
dari masyarakat luas dan menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk
pinjaman atau kredit untuk berbagai tujuan. Dari segi operasional Bank di bagi
menjadi dua macam yaitu Bank umum dan Bank pengkreditan rakyat. Bank
umum adalah bank yang dalam kegiiatan operasionalnya memberikan layanan lalu
lintas pembayaran sedangkan bank pengkreditan rakyat adalah bank yang dalam
operasionalnya tidak memberikan layanan lalu lintas pembayaran. Bila di tinjau
dari segi prinsip bank di bagi menjadi dua macam yaitu Bank konvensional dan
Bank syariah. Bank konvensional adalah bank yang dalam kegiatannya di
jalankan secara prinsip konvensional atau berdasarkan hukum hukum positif
sedangkan Bank syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya
berdasarkan prinsip syariah yaitu berdasar pada hukum – hukum syariah yang
berasal dari Al- Quran dan Hadist namun di samping itu bank syariah juga harus
tunduk pada aturan – aturan hukum positif yang berlaku.
Sesuai dengan fungsi utamanya yaitu Bank menghimpun dana dari
masyarakat, Bankmenyediakan beberapa produk – produk penghimpun dana
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Produk-produk tersebut bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan penyimpanan kekayaan maupun lain
sebagainya. Produk-produk tersebut yaitu: giro, tabungan, dan deposito,
dll.produk produk tersebut sangatlah umum terdapat dalam bank konvensional
maupun bank syariah namun keduanya mempunyai perbedaan dalam prinsip
operasionalnya. Produk produk perbankan syariah umumnya memakai akad –
akad yang sesuai dengan syariat islam namun perbankan syariah memakai aturan
– aturan yang berlaku di negara tersebut. Di samping itu bank juga mempunyai
fungsi penyaluran dana.Bank dalam penyaluran dananya kepada nasabah
menyediakan berbagai macam produk. Dalam bank konvensional penyaluran dana
kepada nasabah di namakan kredit sedangkan dalam bank syariah penyaluran
dana di namakan pembiayaan. proses penyaluran dana dalam bank syariah
memiliki perbedaan yang cukup signifikan terhadap penyaluran dana dalam bank
konvensional perbedaan tersebutmembuat penulis ingin mengkaji apa saja produk
produk pembiayaan di bank syariah dan bagaimana proses penyaluran dana dalam
bank syariah.
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, penulis akan membahas beberapa point sebagai berikut:
1. Apa itu penyaluran dana bank syariah?
2. Apa saja produk produk penyaluran dana dalam Bank syariah
C. Tujuan
Mengetahui pengertian penyaluran dana Bank syariah dan apa saja produk-produk
penyaluran dana bank syariah dan bagaimana proses penyaluran dana Bank
syariah
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Penyaluran Dana


Penyaluran dana melalui pembiayaan merupakan salah satu kegiatan usaha
paling besar dari lembaga keuangan terutama perbankan. Lembaga keuangan
syariah yang cenderung bergerak di sektor produktif juga tidak lepas dari
penyaluran pembiayaan karena adanya persaingan kompetitif dari tiap lembaga
keuangan. Sesuai fungsi bank syariah yaitu menghimpun dana masyarakat dalam
bentuk simpanan. Maka bank harus harus mengelola dana – dana yang terhimpun
dari masyarakat. Yang pada dasarnya pengelolaan dana tersebut di lakukan untuk
kepetingan Bank dan Masyarakat. Menurut Kamsir ( 2002 :32 ) penyaluran dana
merupakan kegiatan menjual dana yang berhasil di himpun dari masyarakat.
Kegiatan ini dalam istilah perbankan di namakan lending. Dalam perbankan
konvensional kegiatan penyaluran dana terhadap pelaku usaha di salurkan kepada
siapa saja tanpa pandang kegiatan usaha nya sedangkan perbankan syariah
pnyaluran dana di lakukan hanya untuk pelaku – pelaku bisnis yang tidak di
larang oleh syariat islam. Di samping itu kegiatan penyaluran dana dalam bank
syariah memakai prinsip yang berbeda dengan bank konvensional. Bank
konvensional dalam penyaluran dananya memakai sistem bunga yang dalam
padanan syariat islam bunga adalah riba. Sehingga perbankan syariah tidak
menerapkan sitem bunga dalam proses penyaluran dananya melainkan margin
atau lainnya tergantung akad apa yang di pakai dalam pembiayaan tersebut.
2.2 Produk produk pembiayaan di bank syariah
Menurut Undang – Undang perbankan nomor 21 Tahun 2008, Bank
syariah merupakan Bank yang menjalankann kegiatan usahanya berdasarkan
prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri antara Bank umum syariah dan Bank
pembiayaan Rakyat Syariah. Bank syariahDalam menyalurkan dananya dalam
bentuk pembiayaan pada nasabah terbagi kedalam beberapa kategori yang
dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu:
1. Pembiayaan dengan prinsip jual-beli,
2. Pembiayaan dengan prinsip sewa,
3. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil,1
4. Pembiayaan dengan akad Qard

I. Pembiayaan dengan prinsip jual beli


Pembiayaan jual beli yang dimaksud di sini adalah pembiayaan yang
disalurkan oleh bank syariah dengan prinsip jual beli. Prinsip jual beli
dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan kepemilikan barang atau
benda (transfer of property). Tingkat keuntungan bank ditentukan di depan
menjadi bagian harga atas barang yang dijual.Transaksi jual-beli dapat
dibedakan berdasarkan bentuk pembayarannya dan waktu penyerahan
barangnya, yakni sebagai berikut:
a) Bai' al-salam atau akad Salm adalah jual beli dalam bentuk pemesanan
atas suatu barang dengan kriteria tertentu yang harganya wajib dibayar
tunai pada saat akad2. Dalam definisi lain Salam adalah transaksi jual
beli di mana barang yang diperjualbelikan belum ada. Oleh karena itu,
barang diserahkan secara tangguh sementara pembayaran dilakukan
secara tunai pada awal terjadinya akad .Rukun dan syarat Salam
Merujuk pada Fatwa DSN-MUI Nomor: 05/DSN-MUI/IV/2000 tentang
Jual-Beli Salam3 ¸ telah diatur ketentuan rukun dan syarat serta hal
lainnya terkait Salam ini dalam tataran konseptual dan aplikasinya.
Rukun dari akad salam yang harus dipenuhi dalam transaksi ada
beberapa, yaitu :
1. Muslam (pembeli) adalah pihak yang membutuhkan dan
memesan barang,
2. Muslam ilaih (penjual) adalah pihak yang memasok atau
memproduksi barang pesanan.
3. Objek akad, yaitu barang atau hasil produksi (muslam fiih)
dengan spesifikasinya
4. Harga (tsaman).
1
Muhammad, Bank Syariah Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang Dan Ancaman Edisi II Cet.I (
Ekonisia : Yogyakarta,2006 ). Hlm 69
2
FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJELIS ULAMA INDONESIA NO: 1 1 0IDSN-
MUL/IYJ2O|7 Tentang AKAD JUAL BELI
3
Kumpulan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Buku I tahun 2000. MUI. Jakarta
5. Shigat, yaitu ijab dan qabul
Dalam akad salam, pembeli wajib menyerahkan uang/modal di
awal atas objek yang dibelinya, lalu barang diserah terimakan dalam
kurun waktu tertentu. Salam dapat diaplikasikan sebagai bagian dari
pembiayaan yang dapat diberikan oleh bank kepada nasabah debitur
yang membutuhkan modal guna menjalankan usahanya, sedangkan
bank dapat memperoleh hasil dari usaha nasabah lalu menjualnya

kepada yang berkepentingan. Ini lebih dikenal dengan salam pararel .

Aplikasi akad salam dalam bank, bank bertindak sebagai pembeli,


sementara nasabah sebagai penjual. Ketika barang telah diserahkan
kepada bank, maka bank akan menjualnya kepada rekanan nasabah.
sekema akad salam dalam pandangan fiqh dan dalam praktek di dunia
perbankan4

4
Ascarya, 2007, Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
b) Bai' al-istishna' adalah jual beli dalam bentuk pemesanan suatu barang
dengan kriteria tertentu yang pembayaran harganya berdasarkan
kesepakatan antara pemesan dan penjual. Menurut mazhab Hanafi,
istishna’ hukumnya boleh (jawaz) karena hal itu telah dilakukan oleh
masyarakat muslim sejak masa awal tanpa ada pihak (ulama) yang
mengingkarinya. Ketentuan – ketentuan umum pembiayaan akad
Istishna adalah
1) Pembayaran harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa
uang, barang, atau manfaat. Pembayaran dilakukan sesuai
dengan kesepakatan dan Pembayaran tidak boleh dalam bentuk
pembebasan hutang.
2) Barang harus jelas ciri-cirinya dan dapat diakui sebagai hutang,
dapat dijelaskan spesifikasinya. Penyerahan barang dilakukan
kemudian Waktu dan tempat penyerahan barang harus
ditetapkan berdasarkan kesepakatan. Pembeli (mustashni’) tidak
boleh menjual barang sebelum menerimanya. Tidak boleh
menukar barang, kecuali dengan barang sejenis sesuai
kesepakatan. Dalam hal terdapat cacat atau barang tidak sesuai
dengan kesepakatan, pemesan memiliki hak khiyar (hak
memilih) untuk melanjutkan atau membatalkan akad.5
Skema pembiayaan dengan sistem akad istishna

Contoh pembiayaan dengan sistem akad istishna adalah pembiayaan


rumah ( KPR ),
5
FATWA DEWAN SYARI’AH NASIONAL NO: 06/DSN-MUI/IV/2000 Tentang JUAL BELI
ISTISHNA
c) Bai' al-murabahah adalah jual beli suatu barang dengan menegaskan
harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan
hargayang lebih sebagai laba.Pembiayaan Murabahah dapat digunakan
untuk tujuan konsumtif seperti pembelian kendaraan bermotor, rumah

dan alat rumah tangga. Saat penyusunan perjanjian Pembiayaan


Murabahah, Bank (sebagai penjual) harus menyampaikan semua hal
yang berkaitan dengan pembelian Obyek Pembiayaan kepada Nasabah
(sebagai pembeli) seperti harga pokok, margin, kualitas dan kuantitas
Obyek Pembiayaan yang akan diperjualbelikan. Obyek Pembiayaan
Murabahah maupun kegiatan usaha yang diselenggarakan
menggunakan obyek pembiayaan tersebut harus terhindar dari sifat-sifat
yang melanggar prinsip Syariah seperti:
1. Riba, penambahan pendapatan secara batil akibat pertukaranbarang
sejenis yang tidak sama kualitas, kuantitas, dan waktu (riba fadhl)
atau dalam transaksi pinjam-meminjamyang mempersyaratkan
nasabah penerima fasilitas mengembalikandana yang diterima
melebihi pokok pinjaman karena berjalannyawaktu (riba nasi’ah)
2. Maysir, transaksi yang digantungkan pada suatu keadaan yangtidak
pasti dan memiliki probabilitas mengambil keuntungan
ataskerugian pihak lain
3. Gharar, transaksi dengan menggunakan obyek yang tidak
jelas,tidak dimiliki, tidak diketahui keberadaannya atau tidak
dapatdiserahkan pada saat transaksi dilakukan
4. Haram, baik obyek maupun transaksi yang dilarang oleh syariah
5. Zalim, transaksi yang menimbulkan ketidakadilan bagi satu pihak
6. Risywah (suap), pemberian yang diberikan kepada seseorang
agarmendapatkan kepentingan tertentu
Jual beli Murabahah dalam perspektif ekonomi Islam memiliki beberapa
rukun dan syarat yang harus dipenuhi, terdiri dari:
1. Pihak yang berakad (Al-'aqidain)
 Penjual (Bank)
 Pembeli (Nasabah)
 Pemasok (Supplier)
2. Obyek yang diakadkan (Mahallul 'Aqad)
 Adanya wujud barang yang diperjualbelikan
 Harga barang
3. Tujuan Akad (Maudhu'ul Aqad)
4. Akad (Sighat al-'Aqad)
 Serah (ijab)
 Terima (qabul)6
Skema pembiayaan pada bank syariah dengan akad murabahah

II. Pembiayaan dengan prinsip sewa


a) Ijarah

6
Divisi Pengembangan Produk dan Edukasi, Standar Produk Perbankan Syariah Murabahah
( Jakarta : Departemen Perbankan Syariah Otoritas Jasa Keuangan, 2016 )hlm 22
adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui
pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan
atas barang itu sendiri.7 Hal ini sesuai dengan pengertian ijarah
menurut Fatwa DSN-MUI No. 09/DSN-MUI/IV/2000 tentang
Pembiayaan Ijarah, yaitu ijarah adalah akad pemindahan hak guna
(manfaat) atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui
pembayaran sewa/upah, tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan barang itu sendiri8
Dalam hukum islam, istilah orang yang menyewakan disebut
mu’jir, sedangkan orang yang menyewa/ penyewa disebut musta’jir,
dan benda yang disewakan disebut ma’jur, serta uang sewa atau
imbalan atas pemakaian manfaat barang disebut ujrah. 9Rukun dan
syarat syarat akad Ijarah
Menurut ulama Hanafiyah, rukun al-ijarah itu hanya satu, yaitu ijab
(ungkapan menyewakan) dan qabul (persetujuan terhadap sewa
menyewa). Akan tetapi, jumhur ulama mengatakan bahwa rukun al-
ijarah itu ada empat, yaitu:
a) orang yang berakad,
b) sewa/imbalan,
c) manfaat, dan
d) shighat (ijab dan qabul).
Ulama Hanafiyah menyatakan bahwa orang yang berakad,
sewa/imbalan, dan manfaat, termasuk syarat- syarat al-ijarah, bukan
rukunnya.10 Sedangkan untuk sahnya perjanjian sewa-menyewa harus
terpenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a) orang yang melakukan akad haru tamyiz (± berumur 7 tahun),
berakal, sehat, dan tidak dalam pengampuan

7
Muhammad Syafi’i Antonio, Op., cit, hal. 117
8
DSN-MUI bersama BI, 2001. Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional untuk Lembaga
Keuangan Syariah, Edisi Pertama, DSN-MUI bersama BI, Jakarta, hlm. 55
9
Abdul Ghofur Anshori, 2006. Pokok-pokok Hukum Perjanjian Islam di Indonesia, Citra Media,
Yogyakarta. hal. 45
10
Nasrun Harun, Fiqh Muamalah, (Cet. II; Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), h. 231
b) pemilik barang jelas maksudnya adalah pemilik sah dari
barang sewa, walinya atau orang yang menerima wasiat
(washiy) untuk bertindak sebagai wali
c) Masing-masing pihak rela untuk melakukan perjanjian sewa-
menyewa. Bahwa di dalam perjanjian sewa-menyewa tidak
boleh mengandung unsur paksaan karena dengan adanya
paksaan menyebabkan perjanjian yang dibuat menjadi tidak
sah.
d) Harus jelas dan terang mengenai objek yang diperjanjikan
bahkan objek tersebut telah benar-benar milik mu’jir
e) Objek sewa menyewa dapat digunakan sesuai dengan
peruntukannya atau mempunyai nilai manfaat
f) Objek sewa menyewa dapat diserahkan
g) Kemanfaatan objek yang diperjanjian adalah yang
diperbolehkan oleh agama
h) Harus ada kejelasan mengenai berapa lama suatu barang itu
akan disewakan dan harga sewa atas barang tersebut
Bentuk- bentuk ijarah
Dilihat dari obyeknya, akad Ijarah oleh para ulama dibagi menjadi dua
yaitu:
a. Al-Ijarah yang bersifat manfaat, seperti sewa menyewa rumah,
toko, kendaraan, pakaian dan perhiasan. Apabila manfaat itu
merupakan manfaat yang dibolehkan syara’ untuk dipergunakan,
maka para ulama fiqh sepakat menyatakan boleh dijadikan obyek
sewa menyewa.
b. Al-Ijarah yang bersifat pekerjaan ialah dengan cara
mempekerjakan seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan. Al-
Ijarah seperti ini menurut para ulama fiqh hukumnya boleh, apabila
jenis pekerjaan itu jelas.
Sedangkan dalam praktek pengembangan perbankan syariah di
indonesia akad Ijarah mengalami inovasi antara lain yaitu :
a. Ijarah Mutlaqah
Ijarah adalah akad proses sewa menyewa yang biasa kita temui dalam
kegiatan perekonomian sehari-hari yang tujuannya untuk
memanfaatkan jasa, baik jasa atas barang ataupun jasa atas tenaga
kerja. Bila digunakan untuk mendapatkan manfaat barang, maka
disebut sewa menyewa. Sedangkan jika digunakan untuk
mendapatkan manfaat tenaga kerja, disebut upah-mengupah. Pada
ijarah, tidak terjadi perpindahan kepemilikan objek ijarah. Objek
ijarah tetap menjadi milik pihak yang menyewakan
Contoh :
Pemilik sawah menyewakan sawahnya dengan memperoleh imbalan
uang sewa. Seorang mandor proyek memperoleh upah dari manfaat
tenaga kerja yang diberikan kepada pemilik proyek.
b. Al-Ijarah al-Muntahia bit-Tamlik
al-ijarah al-muntahia bit-tamlik (IMBT) adalah perpaduan antara
kontrak jual beli dan sewa atau lebih tepatnya akad sewa yang diakhiri
dengan kepemilikan barang di tangan si penyewa. IMBT hanya dapat
memanfaatkan berupa barang saja dan akan terjadi pemindahan
kepemilikan aset karena di awal perjanjian telah ditetapkan untuk
diakhiri dengan kepemilikan.
Sekema pembiayaan dengan sitem ijarah

pada praktek perbankan pembiayaan ijarah biasanya di padukan antara


kontrak jual beli dan sewa atau biasa di sebut dengan akad al-ijarah al-
muntahia bit-tamlik (IMBT).

III. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil


a) Pembiayaan musyarakah
Musyarakah, yaitu akad kerjasama antara dua pihak atau
lebih untuk usaha tertentu, di mana masing-masing pihak
memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa
keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan
kesepakatan.11Bentuk umum dari usaha melibatkan dua pihak atau
lebih di mana mereka secara bersama-sama memadukan seluruh
bentuk sumber daya baik yang berwujud maupun yang tidak
berwujud.
Rukun akad musyarakah adalah:
1) pihak yang berakad
2) objek akad/proyek atau usaha (modal dan kerja)
3) Shighat/ijab qobul12

Beberapa Ketentuan:

1. Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para


pihakuntuk menunjukkan kehendak mereka dalam
mengadakankontrak (akad), dengan memperhatikan hal-hal
berikut:

2. Pihak-pihak yang berkontrak harus cakap hukum.

3. Obyek akad (modal, kerja, keuntungan dan kerugian)

a. Modal

Modal yang diberikan harus uang tunai, emas, perak atauyang


nilainya sama.Modal dapat terdiri dari aset perdagangan,
sepertibarang-barang, properti, dan sebagainya. Jika
modalberbentuk aset, harus terlebih dahulu dinilai dengantunai
dan disepakati oleh para mitra.

b. Kerja

11
Nurul Ichsan Hasan, Perbankan Syariah: Sebuah Pengantar, (Jakarta: GP Press Group,
2014), h. 129
12
Sofyan S. Harahap, Muhammad Yusuf, Akuntansi Perbankan Syariah, ( Jakarta: LPFE,
2009), h. 476
Partisipasi para mitra dalam pekerjaan merupakan
dasarpelaksanaan musyarakah; akan tetapi, kesamaan porsikerja
bukanlah merupakan syarat. Seorang mitra bolehmelaksanakan
kerja lebih banyak dari yang lainnya, dandalam hal ini ia boleh
menuntut bagian keuntungantambahan bagi dirinya.

c. Keuntungan
Keuntungan harus dikuantifikasi dengan jelas
untukmenghindarkan perbedaan dan sengketa pada waktualokasi
keuntungan atau penghentian musyarakah.
d. Kerugian
Kerugian harus dibagi di antara para mitra secaraproporsional
menurut saham masing-masing dalam modal.13
b) Pembiayaan Mudharabah
Secara spesifik terdapat bentuk musyarakah yang populer dalam
produk perbankan syariah yaitu mudharabah. Mudharabah adalah
bentuk kerja sama anatara dua atau lebih pihak di mana pemilik
modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian
pembagian keuntungan. Bentuk ini menegaskan kerja sama dalam
paduan kontribusi 100% modal kas dari shahib al-maal dan
keahlian dari mudharib.
Transaksi jenis ini tidak mensyaratkan adanya wakil shahib
al-maal dalam manajemn proyek. Sebagai orang
kepercayaan, mudharib harus bertindak hati-hati dan bertanggung
jawab untuk setiap kerugian yang terjadi akibat kelalaian.
Sedangkan sebagai wakil shahib al-maal dia diharapkan untuk
mengelola modal dengan cara tertentu untuk menciptakan laba
optimal.
Perbedaan yang essensial dari musyarakah dan mudharabah
terletak pada besarnya kontribusi atas manajemen dan keuangan
atau salah satu di anatara itu. Dalam mudharabah, modal hanya

13
FATWADEWAN SYARI’AH NASIONALNO: 08/DSN-MUI/IV/2000TentangPEMBIAYAAN
MUSYARAKAH
berasal dari satu pihak, sedangkan dalam musyarakah modal
berasal dari dua pihak atau lebih.
IV. Pembiayaan dengan akad Qard
a) Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih
atau diminta kembali. Menurut teknis perbankan, qardh adalah
pemberian pinjaman dari bank kepada nasabah yang dipergunakan
untuk kebutuhan mendesak, seperti dana talangan dengan kriteria
tertentu dan bukan untuk pinjaman yang bersifat
konsumtif.Pengembalian pinjaman ditentukan dalam jangka waktu
tertentu (sesuai kesepakatan bersama) sebesar pinjaman tanpa ada
tambahan keuntungan dan pembayarannya dilakukan secara
angsuran atau sekaligus. Bank dapat meminta jaminan atas
pinjaman ini kepada peminjam.
Ketentuan Umum al-Qardh
1. Al-Qardh adalah pinjaman yang diberikan kepada
nasabah(muqtaridh) yang memerlukan.
2. Nasabah al-Qardh wajib mengembalikan jumlah pokok
yangditerima pada waktu yang telah disepakati bersama.
3. Biaya administrasi dibebankan kepada nasabah.
4. LKS dapat meminta jaminan kepada nasabah
bilamanadipandang perlu.
5. Nasabah al-Qardh dapat memberikan tambahan
(sumbangan)dengan sukarela kepada LKS selama tidak
diperjanjikan dalamakad.
6. Jika nasabah tidak dapat mengembalikan sebagian atau
seluruhkewajibannya pada saat yang telah disepakati dan
LKS telahmemastikan ketidakmampuannya, LKS
dapat:memperpanjang jangka waktu pengembalian,
ataumenghapus (write off) sebagian atau seluruh
kewajibannya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyaluran dana melalui pembiayaan merupakan salah satu kegiatan usaha
paling besar dari lembaga keuangan terutama perbankan. Lembaga
keuangan syariah yang cenderung bergerak di sektor produktif juga tidak
lepas dari penyaluran pembiayaan karena adanya persaingan kompetitif
dari tiap lembaga keuangan. Sesuai fungsi bank syariah yaitu menghimpun
dana masyarakat dalam bentuk simpanan. Maka bank harus harus
mengelola dana – dana yang terhimpun dari masyarakat. Yang pada
dasarnya pengelolaan dana tersebut di lakukan untuk kepetingan Bank
dan Masyarakat.) penyaluran dana merupakan kegiatan menjual dana
yang berhasil di himpun dari masyarakat. Kegiatan ini dalam istilah
perbankan di namakan lending. Dalam perbankan konvensional kegiatan
penyaluran dana terhadap pelaku usaha di salurkan kepada siapa saja
tanpa pandang kegiatan usaha nya sedangkan perbankan syariah pnyaluran
dana di lakukan hanya untuk pelaku – pelaku bisnis yang tidak di larang
oleh syariat islam. Bank syariah Dalam menyalurkan dananya dalam
bentuk pembiayaan pada nasabah terbagi kedalam beberapa kategori yang
di bedakan berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu:
1. Pembiayaan dengan prinsip jual-beli, yaitu pembiayaan dengan
akad salm, istishna,murabahah
2. Pembiayaan dengan prinsip sewa, yaitu pembiayaan dengan akad
ijarah
3. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil, yaitu pembiayaan dengan
akad mudharabah dan musyarakah
4. Pembiayaan dengan akad Qard
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Sofyan S. Harahap, Muhammad Yusuf, Akuntansi Perbankan Syariah, Jakarta:


LPFE, 2009.
Nasrun Harun, Fiqh Muamalah, Cet. II; Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007.

Muhammad, Bank Syariah Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang Dan


Ancaman Edisi II Cet.I Ekonisia : Yogyakarta, 2006.

Kumpulan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Buku I tahun 2000. MUI. Jakarta
DSN-MUI bersama BI, 2001.

Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional untuk Lembaga Keuangan Syariah,


Edisi Pertama, DSN-MUI bersama BI, Jakarta.

Divisi Pengembangan Produk dan Edukasi, Standar Produk Perbankan Syariah


Murabahah Jakarta : Departemen Perbankan Syariah Otoritas Jasa Keuangan,
2016.

Ascarya, 2007, Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta: PT Rajagrafindo


PersadaAbdul Ghofur Anshori, 2006.

Pokok-pokok Hukum Perjanjian Islam di Indonesia, Citra Media, Yogyakarta.

2014.

Anda mungkin juga menyukai