Disusun Oleh :
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pembiayaan dengan Sistem
Jual beli di Bank Syariah” ini dengan tepat waktu. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Pendanaan dan Pembiayaan Bank
Syariah. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi pembaca dan
penulis.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Suhirman, S.H.I., MA.Ek, selaku dosen mata
kuliah Manajemen Pendanaan dan Pembiayaan Bank Syariah yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
JUDUL...............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang...................................................................................................................4
Rumusan Masalah..............................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
Pembiayaan Murabahah....................................................................................................8
Pembiayaaan Istisna’.........................................................................................................9
Pembiayaan Salam...........................................................................................................10
BAB III
Kesimpulan......................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................14
3
BAB I
PENDAHULUAN
1
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank syariah (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005), hlm. 1.
2
Undang-undang Republik Indonesia nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah Bab I Pasal 1 Ayat 1.
4
pelengkap ditunjukkan untuk memperlancar pembiayaan dengan menggunakan tiga prinsip
lainnya3
Pembiayaan murabahah merupakan akad dari penjual dan pembeli dalam akad jual beli
barang dengan menyatakan harga asal dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual
dan pembeli. Produk pembiayaan murabahah adalah suatu produk di mana bank membiayai
terlebih dahulu atau membeli barang yang dibutuhkan oleh nasabah, kemudian nasabah
membayar kepada pihak ketiga beserta margin yang telah disepakati.4
Pembiayaan murabahah dapat dipengaruhi oleh suku bunga bank kredit, yaitu jika suku
bunga kredit naik maka kemampuan masyarakat akan turun dan permintaan kredit bank
konvensional akan turun sehingga masyarakat akan beralih kepada Bank syariah yaitu
menggunakan akad pembiayaan murabahah. Tingkat suku bunga dijadikan acuan oleh
kebanyakan Bank syariah dalam menetapkan margin murabahah karena tidak ada penetapan
untuk margin murabahah sehingga diatur oleh kebijakan instansi masing-masing, tetapi di
awal akad pembiayaan murabahah disepakati terlebih dahulu .
Pembiayaan musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu
usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan
kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai kesepakatan di
awal.5 Pembiayaan ini berupa penanaman dana dari pemilik modal, dalam hal ini bank
mencampurkan dana atau modal nasabah pada suatu usaha tertentu dengan pembagian
keuntungan berdasarkan nisbah yang disepakati sebelumnya, sedangkan kerugian ditanggung
semua pemilik dana berdasarkan bagian dana masing-masing.6
Salah satu faktor penting dalam kegiatan Bank syariah adalah bagaimana Bank syariah
mendapatkan pemasukan atau pendapatan untuk menjalankan kegiatan operasionalnya.
Pendapatan bank sangat penting bagi pihak yang berkaitan di dalamnya, seperti pemegang
saham, nasabah, deposan, dan masyarakat. Apabila pendapatan bank naik maka besar
kemungkinan laba Bank syariah tersebut juga akan naik. Jika pendapatan bank meningkat,
3
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan. (Jakarta: PT Rajawali Pers, 2011), hlm. 97
4
Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, (Jakarta: Intermedia, 1995). hlm. 82.
5
M. Sulhan dan Ely Siswanto, Manajemen Bank Konvensional dan Syariah, (Malang: UIN Malang Press, 2008), hlm.
133.
6
Abdul Ghofur Anshori, Penerapan Prinsip Syariah dalam Lembaga Keuangan Lembaga Pembiayaan dan
Perusahaan Pembiayaan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 22.
5
maka tingkat bagi hasil yang diterima oleh nasabah juga meningkat. Sebaliknya apabila
pendapatan bank turun, maka besar kemungkinan laba Bank syariah tersebut jugaakan turun.
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), 68.
8
Hendi, Fiqih, 75.
7
Akad jual beli yang dilakukan dengan lisan adalah akad yang dilakukan oleh kebanyakan
orang. Sedangkan penyampaian akad jual beli melalui utusan, perantara, tulisan, atau
surat menyurat sama halnya dengan ijab qobul dengan ucapan. Jual beli ini dilakukan
antara penjual dan pembeli tidak berhadapan dalam satu majelis akad, tetapi melalui
perantara, hal ini diperbolehkan oleh syaraʻ. Dalam pemahaman sebagian ulama, bentuk
ini hampir sama dengan bentuk jual beli salam, hanya saja pada jual beli salam antara
penjual dan pembeli saling berhadapan dalam satu majelis, sedangkan dalam jual beli
perantara antara penjual dan pembeli tidak berada dalam satu majelis akad.
9
Zainul Arifin. 2001. Pelatihan Aspek Hukum Dalam Perbankan Syariah Makalah dari
8
Contoh: Mamat seorang pengusaha membutuhkan kendaraan sepeda motor yang
harganya Rp. 5. 000 000,- untuk fasilitas transportasi urusan usaha, ia mengajukan
permohonan pembiayaan kepada bank syariah dengan jangka waktu dua tahun. Setelah
bank meneliti kemampuan nasabah untuk membayar dan aspek legalnya, ia mendapat
pembiayaan dengan cara sebagai berikut: Diketahui harga sepeda motor Rp. 5.000 000,-
hasil negosiasi bank memperoleh keuntungan sebesar Rp. 1.000 000,- selama dua tahun.
Dengan demikian nasabah mengembalikan kepada bank sebesar Rp. 5.000 000,-
ditambah keuntungan Rp. 1.000 000,- (20% dari modal) jumlah Rp. 6.000 000,- diangsur
selama dua tahun Rp. 6.000 000,- diangsur 24 bulan yaitu tiap bulan Rp. 250.000,-
Jual beli yang dimaksudkan adalah bank menyanggupi pembelian barang yang masih
dalam proses pembuatan sesuai dengan pesanan nasabah. Tanggung jawab selama barang
itu belum jadi masih menjadi tanggung jawab bank dan produsen. Setelah barang pesanan
itu jadi, bank membelinya dan menjual barang tersebut kepada nasabah. Tetapi bila
nasabahnya itu adalah perusahaan yang memproduksi barang tersebut, maka tanggung
9
jawab ada pada nasabah dan bank selama proses pembuatan dimana bank dapat menuntut
kerugian bila pesanan tidak sesuai dengan kriteria yang diperjanjikan.
Skema pembiayaan istisna’
10
Contoh: Petani (nasabah) membutuhkan modal untuk mengolah sawahnya sebesar Rp.
4.000 000,- untuk menanam bibit padi IR.36 umurnya 4 bulan, Perolehan beras untuk dua
hektar sawah pada waktu panen sebanyak 2 ton. Setiap kilogram harga beras dipasar Rp.
2.000,- Setelah bank bernegosiasi dengan bulog harga beras satu kilogram Rp. 2.500,- ia
sepakat memberikan modal, sehingga bank mendapatkan keuntungan sebesar Rp.500 /Kg
x 2000 Kg = Rp. 1.000 000,- dari modal Rp. 4.000 000,-
Jual beli menurut KUH Perdata pasal 1457 adalah suatu perjanjian, dengan mana pihak
yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang lain
untuk membayar harga yang telah dijanjikan.
Jual beli dalam pembiayaan berdasarkan prinsip murabahah, istishna dan as-salam tidak
jauh berbeda dengan jual beli yang ada dalam KUH Perdata dimana kedudukan bank
sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli, yang menjadi materi perjanjian adalah
barang dan harga, bank berjanji akan menyerahkan hak milik atas barang yang telah
dipesan oleh nasabah sedangkan pihak nasabah membayar harga yang telah disetujui
karenanya hubungan hukum antara bank syariah dengan nasabah adalah bank sebagai
penjual dan nasabah sebagai pembeli, adapun pembayaran ditentukan sesuai kesepakatan.
Struktur hukum yang digunakan adalah struktur hukum jual beli sebagaimana diatur
dalam KUH Perdata buku ke tiga bab kelima tentang jual beli. Jual beli itu disatu pihak
menyerahkan barang dan dilain pihak membayar harga yang disepakati. Barang yang
dimaksud dalam perjanjian adalah barang yang telah dipesan oleh nasabah kepada bank
11
dan yang dimaksud harga adalah harga pokok ditambah margin keuntungan. Dengan
adanya kesepakatan para pihak tentang harga dan barang maka terjadilah jual beli
meskipun kebendaan itu belum diserahkan maupun harganya belum diayar (pasal 1458
KUH Perdata). Ketentuan itu menunjukkan bahwa perjanjian jual beli bersifat konsensuil
obligatoir, sehingga berlaku asas konsensualisme, tidak mensyaratkan formalitas pada
barang bergerak kecuali pada barang tak bergerak seperti tanah harus dengan formalitas
tertentu.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kesimpulan nya adalah sistem jual beli berdasarkan prinsip murabahah, al-
istishna dan as-salam menggunakan struktur hukum jual beli. Perjanjian pembiayaan
yang menggunakan struktur hukum persekutuan dan jual beli sifatnya konsensuil
obligatoir karena perjanjiannya terbentuk dengan kata sepakat. Kedua struktur itu adalah
termasuk perjanjian bernama karena telah diatur dalam KUH Perdata, termasuk juga
perjanjian timbal balik karena menimbulkan hak dan kewajiban secara timbal balik,
termasuk juga perjanjian riil apabila obyek perjanjiannya barang bergerak atau perjanjian
formil apabila obyek perjanjiannya barang tak bergerak.
Murabahah adalah akad jual beli antara bank dan nasabah, bank membeli barang
yang diperlukan dan menjual kepada nasabah yang bersangkutan sebesar harga pokok di
tambah dengan keuntungan yang disepakati.
Istishna adalah akad jual beli barang pesanan antara nasabah (pembeli) dan bank
(Penjual), spesifikasi dan harga barang pesanan disepakati diawal akad dengan
pembayaran dilakukan secara bertahap sesuai kesepakatan. Jual beli dengan prinsip al-
istishna diperuntukkan bagi perusahaan yang punya pesanan barang tetapi tidak
mempunyai dana untuk produksi.
As-salam artinya akad jual beli barang pesanan antara nasabah(pembeli) dan bank
(penjual), spesifikasi dan harga barang pesanan berkenaan dengan hasil bumi.
13
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank syariah (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005),
Undang-undang Republik Indonesia nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah Bab I
Pasal 1 Ayat 1.
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan. (Jakarta: PT Rajawali Pers,
2011), hlm. 97
Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, (Jakarta: Intermedia, 1995). hlm. 82. M. Sulhan
dan Ely Siswanto, Manajemen Bank Konvensional dan Syariah, (Malang: UIN Malang Press,
2008), hlm. 133.
Abdul Ghofur Anshori, Penerapan Prinsip Syariah dalam Lembaga Keuangan Lembaga
Pembiayaan dan Perusahaan Pembiayaan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 22
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), 68
14