Disusun Oleh :
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-
Nya tentunya kami tidak sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya diakhirat kelak.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada
Dosen Pembimbing mata kuliah Operasional Perbankan Syariah. Yang telah
membimbing kami dalam menulis makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih terdapat banyak kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah
ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, semoga
makalah ini dapat bermanfaat dan apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………...
DAFTAR ISI…………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………….
B. Rumusan Masalah……………………………………………
C. Tujuan………………………………………………………..
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Pembiayaan
B. Jenis-Jenis Pembiayaan
C. Prinsip-Prinsip Pembiayaan
D. Aspek Hukum Dalam Pemberian Pembiayaan
BAB III PEMBAHASAN
A. Profit Perusahaan
B. Sejarah Bank Syariah Mandiri
C. Kriteria dan Produk Layanan Pembiayaan Bank Syariah Mandiri
D. Kesimpulan
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………..
B. Saran…………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan, dan menyalurkan kepada masyarakat untuk meningkatkan
taraf hidup arga masyarakat. Kegiatan usaha bank memiliki aturan-aturan yandi
maksud untuk menjamin keselamatan manusia sepanjang hidupnya, baik yang
menyangkut keselamatan agama, keselamat diri (jiwa dan raga), keselamatan
akal, keselamatan harta benda, maupun keselamatan keturunn. Mengingat
pentingnya lembaga perbankan dalam menunjang ekonomi suatu bangsa maka
terdapat begitu banyak peraturan baik yang di keluarkan pemeritah maupun
bank Bank Indonesia. Indonesia sebagi Negara yang mayoritas penduduk
beragama islam, juga mendambakan kehadiran sistem lembaga keuangan yang
sesuai dengan tuntutan kebutuhan tidak hanya pada financial namun juga
tuntutan kebutuhan moralitas sistem yang terbebas dari praktek bunga
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
A. Pengertian Pembiayaan
1
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005, 17.
2
Ismail, Perbankan Syariah, Jakarta: kencana Prenada Media Group, 2011, 105-106.
3
Veithzal, Andria permata, Islamin Financial Manajement, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008,
03.
4
Veithzal, Arfiyan Arifin, Islamic Banking, Jakarta: Bumi Aksara, 2001, 681.
B. Jenis-Jenis Pembiayaan
C. Prinsip-Prinsip Pembiayaan
Islam merumuskan suatu sistem ekonomi yang sama sekali berbeda dari
sistem-sistem lainnya. Hal ini karena ekonomi Islam memiliki akar dari syariah
5
Aisyah, Bintu Nur, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Yogyakarta: Kalimedia, 2015, 13.
yang menjadi sumber dan panduan bagi setiap muslim dalam melaksanakan
aktivitasnya. Islam mempunyai tujuan-tujuan syariah (maqosid asy-syari’ah)
serta petunjuk operasional (strategi) untuk mencapai tujuan tersebut. Tujuan-
tujuan itu sendiri selain mengacu pada kepentingan manusia untuk mencapai
kesejahteraan dan kehidupan yang lebih baik, juga memiliki nilai yang sangat
penting bagi persaudaraan dan keadilan sosial ekonomi, serta menuntut tingkat
kepuasan yang seimbang antara kepuasan materi dan rohani.
Dari uraian mengenai pengertian kredit dan pembiayaan ini dapat ditarik
suatu perbedaan dalam hal jenis transaksinya. Pembiayaan tidak menggunakan
transaksi yang berupa utang piutang dengan konsekuensi bunga, akan tetapi
menggunakan transaksi yang berupa sharing modal dengan sistem bagi hasil
atau transaksi jual beli dengan margin keuntungan dan sewa serta fee untuk
transaksi yang bersifat jasa.
Dalam bisnis syariah lazimnya ada tiga skema dalam melakukan akad
pada bank syariah, yaitu:
6
Ibid., 02.
1. Prinsip bagi hasil
Fasilitas pembiayaan yang disediakan di sini berupa uang tunai atau
barang yang dinilai dengan uang. Jika dilihat dari sisi jumlah, dapat
menyediakan sampai 100% dari modal yang diperlukan, ataupun dapat pula
hanya sebagian saja berupa patungan antar bank dengan pengusaha
(customer). Jika dilihat dari sisi bagi hasilnya, ada dua jenis bagi hasil
(tergantung kesepakatan), yaitu revenue sharing atau profit sharing.
Adapun dalam hal presentase bagi hasilnya dikenal dengan nisbah, yang
dapat disepakati dengan customer yang mendapat faslitas pembiayaan pada
saat akad pembiayaan. Prinsip bagi hasil ini terdapat dalam produk-produk:
a. Mudaharabah, yaitu akad kerja sama uaha antara dua pihak di mana
pihak pertama shahibul maal menyediakan seluruh (100%) modal,
sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara
mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak,
sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian
itu bukan akibat kelalaian pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan
karena kecurangan atau kelalaian pengelola, maka pengelola harus
bertanggung jawab atas kerugian tersebut.
b. Musyarakah, yaitu akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk
suatu usaha tertentu di mana masing-masing pihak memberikan
kontribusi dana (atau amal/expertise) dengan kesepakatan bahwa
keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan
kesepakatan.7
Prinsip ini merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara jual beli, di
mana bank akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan atau
mengangkat nasabah sebagai agen bank melakukan pembelian barang atas
nama bank, kemudian bank menjual barang tersebut kepada nasabah
dengan harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan (margin/mark-up). 8
7
Muhammad Syafi’i, Bank Syari’ah dari Teori ke Praktik, Jakarta: Gema Insani Press, 2001, 95.
8
Ibid.,8.
Prinsip ini dilaksanakan karena adanya perpindahan kepemilikan barang
atau benda. Tingkat keuntungan bank ditetapkan di muka dan menjadi
bagian antar harga barang yang diperjualbelikan. Prinsip ini terdapat dalam
produk:
a. Bai‘ al-Murabahah, yaitu akad jual beli barang tertentu. Dalam transaksi
jual beli tersebut, penjual menyebutkan dengan jelas barang yang
diperjualbelikan, termasuk harga pembelian dan keuntungan yang
diambil.
c. Bai‘ al-mutlaqah, yaitu pertukaran antara barang atau jasa dengan uang.
Uang berperan sebagai alat tukar. Jual beli semacam ini menjiwai semua
produk lembaga keuangan yang didasarkan atas prinsip jual beli.
d. Bai‘ as-salam, yaitu akad jual beli di mana pembeli membayar uang
(sebesar harga) atas barang yang telah disebutkan spesifikasinya,
sedangkan barang yang diperjualbelikan itu akan diserahkan kemudian,
yaitu pada tanggal yang disepakati.
e. Bai‘ al-istisna, yaitu kontrak jual beli di mana harga atas barang tersebut
dibayar lebih dulu, tetapi dapat diangsur sesuai dengan jadwal dan syarat-
syarat yang disepakati bersama, sedangkan barang yang dibeli diproduksi
dan diserahkan kemudian.
3. Prinsip sewa-menyewa
Selain akad jual beli yang telah dijelaskan sebelumnya, ada pula akad
sewa-menyewa yang dilaksanakan dalam perbankan syari’ah. Prinsip ini
terdiri atas dua jenis akad, yaitu: Akad ijarah, yaitu akad pemindahan hak
guna atas barang atau jasa melalui pembayaran upah sewa tanpa
diikuti dengan pemindahan kepemilikan (ownership/milkiyah) atas barang
itu sendiri. Dan Akad ijarah muntahiya bi at-tamlik, yaitu sejenis
perpaduan antara kontrak jual beli dan sewa atau lebih tepatnya akad sewa
yang diakhiri dengan kepemilikan barang di tangan si penyewa. Sifat
pemindahan kepemilikan ini pula yang menandakan dengan ijarah biasa.
Kesadaran bahwa bank Islam adalah solusi masalah ekonomi untuk
mencapai kesejahteraan sosial telah muncul, namun upaya nyata yang
memungkinkan implementasi praktis gagasan tersebut nyaris tenggelam dalam
lautan sistem ekonomi dunia yang tidak bisa melepaskan diri dari bunga.
Walaupun demikian, gagasan tersebut terus berkembang meski secara
perlahan. Beberapa uji coba terus dilakukan mulai dari bentuk proyek yang
sederhana hingga kerjasama yang berskala besar. Dari upaya ini para
pemrakarsa bank Islam dapat memikirkan untuk membuat infrastrukstur sistem
perbankan yang bebas bunga.
Meskipun perbankan syariah tersebut relatif baru di Indonesia,
akan tetapi pertumbuhannya dari tahun ke tahun-baik dari sisi jumlah banknya
maupun ekspansi penghimpunan dana dan pembiayaannyacukup signifikan
dalam memberikan kontribusi pada market share perbankan nasional. Hal ini
menjadi fenomena yang terus dicermati kalangan bisnis karena merupakan
peluang yang sangat prospektif untuk terus dikembangkan, mengingat bahwa
penduduk di Indo nesia yang mayoritas muslim merupakan pasar yang cukup
potensial bagi perkembangan perbankan syariah.9
Untuk itulah peran serta para ahli dibidang perbankan syariah sangat
dibutuhkan untuk terus mengembangkan konsep-konsep perbankan yang
berlandaskan prinsip-prinsip syariah ini, serta dukungan pemerintah sebagai
pembuat kebijakan dan peraturan perundangan yang diharapkan mampu
memberikan ruang gerak bagi berkembangkan perbankan syariah di Indonesia.
Islam merumuskan suatu sistem ekonomi yang sama sekali berbeda dari
sistem-sistem lainnya. Hal ini karena ekonomi Islam memiliki akar dari syariah
yang menjadi sumber dan panduan bagi setiap muslim dalam melaksanakan
aktivitasnya. Islam mempunyai tujuan-tujuan syariah (maqosid asy-syari’ah)
serta petunjuk operasional (strategi) untuk mencapai tujuan tersebut. Tujuan-
9
Rahadi, SH, Jurnal Law Reform, 2010. Vol. 5.No. 1
tujuan itu sendiri selain mengacu pada kepentingan manusia untuk mencapai
kesejahteraan dan kehidupan yang lebih baik, juga memiliki nilai yang sangat
penting bagi persaudaraan dan keadilan sosial ekonomi, serta menuntut tingkat
kepuasan yang seimbang antara kepuasan materi dan ruhani.
Dalam awal pemberian kredit yang harus diperhatikan adalah identitas dari
calon debitur, dimana identitas adalah faktor penting untuk mengenal dan
mengetahui informasi awal, baik dari sisi diri pribadi maupun dari sisi
kegiatan usahanya. Adapun aspek-aspek yang dimaksud adalah sebagai
berikut:
1). Adendum
a. pembayaran;
b. pembaruan hutang (novasi);
c. perjumpaan hutang/kompensasi;
d. percampuran utang;
e. pembebasan utang/hapus tagih;
f. kebatalan dan pembatalan;
g. lewatnya waktu.
Sebagaimana perikatan pada umumnya, perikatan yang timbul dari
perjanjian pembiayaan juga hapus atau dianggap selesai karena alasan
alasan sebagaimana tersebut diatas. Namun cara penyelesaian yang
umum untuk pemberian pembiayaan adalah melalui
pembayaran/pelunasan. Meskipun demikian tidak tertutup
kemungkinan pembiayaan dianggap hapus karena sebab-sebab lain
seperti seperti karena dilakukannya pembaruan hutang (novasi),
perjumpaan hutang/kompensasi, percampuran utang, pembebasan
utang/hapus tagih, kebatalan dan pembatalan, dan lewatnya waktu.
BAB III
PEMBAHASAN
A. PROFIL PERUSAHAAN
Visi :
Misi
Salah satu bank konvensional, PT Bank Susila Bakti (BSB) yang dimiliki
oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara dan PT
Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB berusaha keluar dari
situasi tersebut dengan melakukan upaya merger dengan beberapa bank lain
serta mengundang investor asing.Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan
penggabungan (merger) empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi
Daya, Bank Exim, dan Bapindo) menjadi satu bank baru bernama PT Bank
Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan
tersebut juga menempatkan dan menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.
sebagai pemilik mayoritas baru BSB.
Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri melakukan
konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan Syariah.
Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan
syariah di kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon atas
diberlakukannya UU No. 10 tahun 1998, yang memberi peluang bank umum
untuk melayani transaksi syariah (dual banking system).Tim Pengembangan
Perbankan Syariah memandang bahwa pemberlakuan UU tersebut merupakan
momentum yang tepat untuk melakukan konversi PT Bank Susila Bakti dari
bank konvensional menjadi bank syariah. Oleh karenanya, Tim
Pengembangan Perbankan Syariah segera mempersiapkan sistem dan
infrastrukturnya, sehingga kegiatan usaha BSB berubah dari bank
konvensional menjadi bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah
dengan nama PT Bank Syariah Mandiri sebagaimana tercantum dalam Akta
Notaris: Sutjipto, SH, No. 23 tanggal 8 September 1999.
PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank yang
mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang
melandasi kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealisme usaha dan
nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah
Mandiri dalam kiprahnya di perbankan Indonesia. BSM hadir untuk bersama
membangun Indonesia menuju Indonesia yang lebih baik.
Fitur:
Pengajuan Pembiayaan:
Fitur:
Persyaratan:
Fitur:
b) Plafon pembiayaan mulai dari Rp5 juta hingga Rp250 juta, dengan
maksimum pembiayaan sebesar 80% dari harga perolehan manfaat
layanan pendidikan
c) Bisa diangsur mulai dari 1 tahun hingga 3 tahun Besar angsuran tidak
melebihi 40% dari pendapatan bersih bulanan nasabah.
Fitur :
Persyaratan:
Usia minimal 21 tahun dan maksimal 55 tahun pada saat jatuh tempo
pembiayaan
Minimal uang muka nasabah 10% dari harga rumah
Surat keterangan harga rumah, tipe rumah, luas tanah, dan luas
bangunan yang akan dibeli
Fotokopi SHM/SHGB
Fitur:
Fitur:
Persyaratan:
b) Usia minimal 21 tahun dan maksimal 55 tahun pada saat jatuh tempo
pembiayaan
Syarat:
Fitur:
a) Angsuran tetap hingga jatuh tempo pembiayaan
D. Kesimpulan
Kegiatan Bank Syariah Mandiri (BSM) Cabang Gresik tidak jauh berbeda
dengan kegiatan Bank Syariah Mandiri (BSM) pusat, salah satunya adalah adanya
pemberian pembiayaan. Prosedur pengajuan pembiayaan dimulai dari
permohonan pembiayaan secara tertulis kemudian pihak bank akan memeriksa
perrmohonan untuk kemudian diputuskan. Berdasarkan hasil observasi , penulis
berpendapat bahwa dari ketujuh tahapan prosedur permohonan pembiayaan
menggambarkan bahwa pihak Bank Syariah Mandiri (BSM) cabang Gresik
sangtlah berhati-hati dalam memberikan persetujuan pembiayaan.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Syafi’I Muhammad, 2011. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema
Insani Press.