Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

ASPEK HUKUM PEMBIAYAAN PERBANKAN SYARIAH

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Oprasional Perbankan Syariah

Dosen Pengampu : Nurul Fitriandarari., MM

Disusun Oleh :

1. Ema Rosalinda (1914329319)


2. Fitri Uyunul Chusnah (1914329323)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ATTANWIR
TALUN SUMBERREJO BOJONEGORO
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-
Nya tentunya kami tidak sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya diakhirat kelak.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada
Dosen Pembimbing mata kuliah Operasional Perbankan Syariah. Yang telah
membimbing kami dalam menulis makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih terdapat banyak kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah
ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, semoga
makalah ini dapat bermanfaat dan apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Bojonegoro, 29 Oktober 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………...

DAFTAR ISI…………………………………………………………..

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……………………………………………….
B. Rumusan Masalah……………………………………………
C. Tujuan………………………………………………………..
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Pembiayaan
B. Jenis-Jenis Pembiayaan
C. Prinsip-Prinsip Pembiayaan
D. Aspek Hukum Dalam Pemberian Pembiayaan
BAB III PEMBAHASAN
A. Profit Perusahaan
B. Sejarah Bank Syariah Mandiri
C. Kriteria dan Produk Layanan Pembiayaan Bank Syariah Mandiri
D. Kesimpulan
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………..
B. Saran…………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan, dan menyalurkan kepada masyarakat untuk meningkatkan
taraf hidup arga masyarakat. Kegiatan usaha bank memiliki aturan-aturan yandi
maksud untuk menjamin keselamatan manusia sepanjang hidupnya, baik yang
menyangkut keselamatan agama, keselamat diri (jiwa dan raga), keselamatan
akal, keselamatan harta benda, maupun keselamatan keturunn. Mengingat
pentingnya lembaga perbankan dalam menunjang ekonomi suatu bangsa maka
terdapat begitu banyak peraturan baik yang di keluarkan pemeritah maupun
bank Bank Indonesia. Indonesia sebagi Negara yang mayoritas penduduk
beragama islam, juga mendambakan kehadiran sistem lembaga keuangan yang
sesuai dengan tuntutan kebutuhan tidak hanya pada financial namun juga
tuntutan kebutuhan moralitas sistem yang terbebas dari praktek bunga

Perkembangan dunia perbankan sudah terlihat kompleks, dengan berbagai


macam jenis produk dan sistem usaha yang memiliki keungulan kompetitif.
Hal ini menciptakan suatu sistem dan pesaing baru dalam dunia perbankan,
bukan hanya pesaingan antar bank tetapi juga antara bank dengan lembaga
keuangan. pemeritah pun mulai menyadari kebutuhan masyarakat muslim akan
sebuah bank berbasis syariah, hal ini dapat di lihat dari adanya dual banking
sistem pada undang-undang nomor 10 tahun 1998 tentang perubanhan atas
undang-undang nomer 7 tahun 1992 tentang perbankan yang memungkinkan
bank umum membuka cabang bank syariah.

Perkembangan perbankan syariah di Indonesia begitu cepat dan pesat,


namun sebagian masyarakat masih ada yang berasumsi bahwa bank syariah
hanyalah sebuah label yang digunakan untuk menarik simpati masyarakat
muslim di bidang perbankan, disisi lain bank syariah dalam pengoperasianya
tidak semata-mata berdasarkan pada prinsip bagi hasil melainkan terdapat
akad-akad tradisional islam yang didalamnya dapat diimplementasikan dalam
praktik bebas bunga. Akad tradisional islam yang sering disebut dalam prinsip
syariah, merupakan instrument yang menggantikan sistem konvensional berupa
bunga (riba), ketidakpastian (gharar), perjudian (maisyir), dan batil yang
merupakan unsur-unsur yang dilarang dalam Islam.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan pembiayaan bank syariah?


2. Apa saja jenis-jenis pembiayaan pada bank syariah?
3. Apa saja prinsip-prinsip pembiayaan pada bank syariah?
4. Bagaimana aspek hukum dalam pemberian pembiayaan?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian pembiayaan bank syariah


2. Untuk mengetahui jenis-jenis pembiayaan bank syariah
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip pembiayaan bank syariah
4. Untuk mengetahui aspek hukum dalam pemberian pembiayaan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Pembiayaan

Pembiayaan atau financing ialah pendanaan yang diberikan oleh suatu


pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan,
baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah
pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan.1
Menurut Undang-undang perbankan No. 10 Tahun 1998, pembiayaan
adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dan pihak lain yang
dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu
tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Didalam perbankan syariah,
pembiayaan yang diberikan kepada pihak pengguna dana berdasarkan pada
prinsip syariah. Aturan yang digunakan yaitu sesuai dengan hukum Islam.2
Istilah pembiayaan pada intinya berarti I believe, I Trust, saya percaya,
saya menaruh kepercayaan. Perkataan pembiayaan yang berarti (Trust) berarti
Lembaga pembiayaan selaku shahibul maal menaruh kepercayaan kepada
seseorang untuk melaksanakan amanah yang dberikan. Dana tersebut harus
digunak an dengan benar, adil, dan harus disertai dengan ikatan dan syarat-
syarat yang jelas dan saling menguntungkan bagi kedua belah pihak.3
Dalam kaitannya dengan pembiayaan pada perbankan Islam, istilah
teknisnya disebut sebagai aktiva produktif. Aktiva produktif adalah penanaman
dana bank Islam, baik dalam rupiah maupun valuta asing, dalam bentuk
pembiayaan, piutang, qard, surat berharga Islam, penempatan, penyertaan
modal, penyertaan modal sementara, komitmen dan kontijensi pada rekening
administrasi, serta sertifikat wadiah.4

1
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005, 17.
2
Ismail, Perbankan Syariah, Jakarta: kencana Prenada Media Group, 2011, 105-106.
3
Veithzal, Andria permata, Islamin Financial Manajement, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008,
03.
4
Veithzal, Arfiyan Arifin, Islamic Banking, Jakarta: Bumi Aksara, 2001, 681.
B. Jenis-Jenis Pembiayaan

Jenis-jenis produk pembiayaan di bank syariah adalah:

1. Pembiayaan modal kerja syariah


Yaitu pembiayaan yang diberikan perusahaan untuk membiayai kebutuhan
modal kerja usahanya berdasarkan prinsip-prinsip syariah dalam suatu
siklus usaha.
2. Pembiayaan investasi syariah
Yaitu penanaman dana dengan maksut untuk memperoleh manfaat atau
keuntungan dikemudian hari atau dapat disebut pembiayaan jangka
menengah atau jangka panjang untuk pembelian barang-barang modal yang
diperlukan dalam usaha.
3. Pembiayaan Konsumtif Syariah
Yaitu Pembiayaan yang diberikan untuk tujuan diluar usaha dan pada
umumnya bersifat perorangan.
4. Pembiayaan Sindikasi
Yaitu pembiayaan yang diberikan kepada lebih dari satu lembaga keuangan
bank untuk satu objek pembiayaan tertentu. Pembiayaan ini biasanya
diperlukan kepada nasabah koperasi karena nilai transaksinya yang sangat
besar.
5. Pembiayaan Take Over
Yaitu pembiayaan yang timbul akibat take over terhadap transaksi non
syariah yang telah berjalan yang dilakukan oleh bank syariah atas
permintaan nasabah.
6. Pembiayaan Letter of Credit
Yaitu pembiayaan yang diberikan dalam rangka memfasilitasi transaksi
import dan eksport nasabah.5

C. Prinsip-Prinsip Pembiayaan

Islam merumuskan suatu sistem ekonomi yang sama sekali berbeda dari
sistem-sistem lainnya. Hal ini karena ekonomi Islam memiliki akar dari syariah

5
Aisyah, Bintu Nur, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Yogyakarta: Kalimedia, 2015, 13.
yang menjadi sumber dan panduan bagi setiap muslim dalam melaksanakan
aktivitasnya. Islam mempunyai tujuan-tujuan syariah (maqosid asy-syari’ah)
serta petunjuk operasional (strategi) untuk mencapai tujuan tersebut. Tujuan-
tujuan itu sendiri selain mengacu pada kepentingan manusia untuk mencapai
kesejahteraan dan kehidupan yang lebih baik, juga memiliki nilai yang sangat
penting bagi persaudaraan dan keadilan sosial ekonomi, serta menuntut tingkat
kepuasan yang seimbang antara kepuasan materi dan rohani.

Dalam masyarakat Indonesia, selain dikenal istilah utangpiutang, juga


dikenal istilah kredit dalam perbankan konvensional dan istilah pembiayaan
dalam perbankan syari’ah. Utang-piutang biasanya digunakan oleh masyarakat
dalam konteks pemberian pinjaman kepada pihak lain. Dalam UU Nomor 10
Tahun 1998 disebutkan bahwa pembiayaan berdasarkan prinsip syari’ah adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan
pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah
jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Maka, setiap transaksi
kelembagaan syari’ah harus dilandasi atas dasar sistem bagi hasil dan
perdagangan atau transaksinya didasari oleh adanya pertukaran uang dengan
barang. Akibatnya, pada kegiatan mu’amalah berlaku prinsip ada barang/jasa
uang dengan barang, sehingga akan mendorong produksi barang/jasa,
mendorong kelancaran arus barang/jasa dapat dihindari adanya
penyalahgunaan kredit, spekulasi, dan inflas.6

Dari uraian mengenai pengertian kredit dan pembiayaan ini dapat ditarik
suatu perbedaan dalam hal jenis transaksinya. Pembiayaan tidak menggunakan
transaksi yang berupa utang piutang dengan konsekuensi bunga, akan tetapi
menggunakan transaksi yang berupa sharing modal dengan sistem bagi hasil
atau transaksi jual beli dengan margin keuntungan dan sewa serta fee untuk
transaksi yang bersifat jasa.

Dalam bisnis syariah lazimnya ada tiga skema dalam melakukan akad
pada bank syariah, yaitu:
6
Ibid., 02.
1. Prinsip bagi hasil
Fasilitas pembiayaan yang disediakan di sini berupa uang tunai atau
barang yang dinilai dengan uang. Jika dilihat dari sisi jumlah, dapat
menyediakan sampai 100% dari modal yang diperlukan, ataupun dapat pula
hanya sebagian saja berupa patungan antar bank dengan pengusaha
(customer). Jika dilihat dari sisi bagi hasilnya, ada dua jenis bagi hasil
(tergantung kesepakatan), yaitu revenue sharing atau profit sharing.
Adapun dalam hal presentase bagi hasilnya dikenal dengan nisbah, yang
dapat disepakati dengan customer yang mendapat faslitas pembiayaan pada
saat akad pembiayaan. Prinsip bagi hasil ini terdapat dalam produk-produk:

a. Mudaharabah, yaitu akad kerja sama uaha antara dua pihak di mana
pihak pertama shahibul maal menyediakan seluruh (100%) modal,
sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara
mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak,
sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian
itu bukan akibat kelalaian pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan
karena kecurangan atau kelalaian pengelola, maka pengelola harus
bertanggung jawab atas kerugian tersebut.

b. Musyarakah, yaitu akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk
suatu usaha tertentu di mana masing-masing pihak memberikan
kontribusi dana (atau amal/expertise) dengan kesepakatan bahwa
keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan
kesepakatan.7

2. Prinsip jual beli

Prinsip ini merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara jual beli, di
mana bank akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan atau
mengangkat nasabah sebagai agen bank melakukan pembelian barang atas
nama bank, kemudian bank menjual barang tersebut kepada nasabah
dengan harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan (margin/mark-up). 8

7
Muhammad Syafi’i, Bank Syari’ah dari Teori ke Praktik, Jakarta: Gema Insani Press, 2001, 95.
8
Ibid.,8.
Prinsip ini dilaksanakan karena adanya perpindahan kepemilikan barang
atau benda. Tingkat keuntungan bank ditetapkan di muka dan menjadi
bagian antar harga barang yang diperjualbelikan. Prinsip ini terdapat dalam
produk:

a. Bai‘ al-Murabahah, yaitu akad jual beli barang tertentu. Dalam transaksi
jual beli tersebut, penjual menyebutkan dengan jelas barang yang
diperjualbelikan, termasuk harga pembelian dan keuntungan yang
diambil.

b. Bai‘ al-muqayyadah, yaitu jual beli di mana pertukaran terjadi antara


barang dengan barang (barter). Aplikasi jual beli semacam ini dapat
dilakukan sebagai jalan keluar bagi transaksi ekspor yang tidak dapat
menghasilkan valuta asing (devisa).

c. Bai‘ al-mutlaqah, yaitu pertukaran antara barang atau jasa dengan uang.
Uang berperan sebagai alat tukar. Jual beli semacam ini menjiwai semua
produk lembaga keuangan yang didasarkan atas prinsip jual beli.

d. Bai‘ as-salam, yaitu akad jual beli di mana pembeli membayar uang
(sebesar harga) atas barang yang telah disebutkan spesifikasinya,
sedangkan barang yang diperjualbelikan itu akan diserahkan kemudian,
yaitu pada tanggal yang disepakati.

e. Bai‘ al-istisna, yaitu kontrak jual beli di mana harga atas barang tersebut
dibayar lebih dulu, tetapi dapat diangsur sesuai dengan jadwal dan syarat-
syarat yang disepakati bersama, sedangkan barang yang dibeli diproduksi
dan diserahkan kemudian.

3. Prinsip sewa-menyewa

Selain akad jual beli yang telah dijelaskan sebelumnya, ada pula akad
sewa-menyewa yang dilaksanakan dalam perbankan syari’ah. Prinsip ini
terdiri atas dua jenis akad, yaitu: Akad ijarah, yaitu akad pemindahan hak
guna atas barang atau jasa melalui pembayaran upah sewa tanpa
diikuti dengan pemindahan kepemilikan (ownership/milkiyah) atas barang
itu sendiri. Dan Akad ijarah muntahiya bi at-tamlik, yaitu sejenis
perpaduan antara kontrak jual beli dan sewa atau lebih tepatnya akad sewa
yang diakhiri dengan kepemilikan barang di tangan si penyewa. Sifat
pemindahan kepemilikan ini pula yang menandakan dengan ijarah biasa.
Kesadaran bahwa bank Islam adalah solusi masalah ekonomi untuk
mencapai kesejahteraan sosial telah muncul, namun upaya nyata yang
memungkinkan implementasi praktis gagasan tersebut nyaris tenggelam dalam
lautan sistem ekonomi dunia yang tidak bisa melepaskan diri dari bunga.
Walaupun demikian, gagasan tersebut terus berkembang meski secara
perlahan. Beberapa uji coba terus dilakukan mulai dari bentuk proyek yang
sederhana hingga kerjasama yang berskala besar. Dari upaya ini para
pemrakarsa bank Islam dapat memikirkan untuk membuat infrastrukstur sistem
perbankan yang bebas bunga.
Meskipun perbankan syariah tersebut relatif baru di Indonesia,
akan tetapi pertumbuhannya dari tahun ke tahun-baik dari sisi jumlah banknya
maupun ekspansi penghimpunan dana dan pembiayaannyacukup signifikan
dalam memberikan kontribusi pada market share perbankan nasional. Hal ini
menjadi fenomena yang terus dicermati kalangan bisnis karena merupakan
peluang yang sangat prospektif untuk terus dikembangkan, mengingat bahwa
penduduk di Indo nesia yang mayoritas muslim merupakan pasar yang cukup
potensial bagi perkembangan perbankan syariah.9
Untuk itulah peran serta para ahli dibidang perbankan syariah sangat
dibutuhkan untuk terus mengembangkan konsep-konsep perbankan yang
berlandaskan prinsip-prinsip syariah ini, serta dukungan pemerintah sebagai
pembuat kebijakan dan peraturan perundangan yang diharapkan mampu
memberikan ruang gerak bagi berkembangkan perbankan syariah di Indonesia.
Islam merumuskan suatu sistem ekonomi yang sama sekali berbeda dari
sistem-sistem lainnya. Hal ini karena ekonomi Islam memiliki akar dari syariah
yang menjadi sumber dan panduan bagi setiap muslim dalam melaksanakan
aktivitasnya. Islam mempunyai tujuan-tujuan syariah (maqosid asy-syari’ah)
serta petunjuk operasional (strategi) untuk mencapai tujuan tersebut. Tujuan-

9
Rahadi, SH, Jurnal Law Reform, 2010. Vol. 5.No. 1
tujuan itu sendiri selain mengacu pada kepentingan manusia untuk mencapai
kesejahteraan dan kehidupan yang lebih baik, juga memiliki nilai yang sangat
penting bagi persaudaraan dan keadilan sosial ekonomi, serta menuntut tingkat
kepuasan yang seimbang antara kepuasan materi dan ruhani.

D. Aspek Hukum Dalam Pemberian Pembiayaan

1. Aspek Hukum Dalam Proses Awal Pemberian Pembiayaan

Dalam awal pemberian kredit yang harus diperhatikan adalah identitas dari
calon debitur, dimana identitas adalah faktor penting untuk mengenal dan
mengetahui informasi awal, baik dari sisi diri pribadi maupun dari sisi
kegiatan usahanya. Adapun aspek-aspek yang dimaksud adalah sebagai
berikut:

a. Aspek Hukum Identifikasi Pribadi Calon Debitur


b. Aspek hukum Identifikasi Reputasi Calon Debitur
c. Aspek hukum Identifikasi Perizinan Usaha/profesi Calon Deburit
d. Aspek Hukum Identifikasi Bentuk Usaha Calon Deburit
2. Aspek Hukum Dalam Realisasi Pembiayaan
Sebagaimana perjanjian pada umumnya syarat sah perjanjian pembiayaan
harus mengacu pada syarat sah perjanjian yang di atur pada pasal 1320
KUHPER yaitu adanya kesepakatan para pihak yang mengingatkan diri,
kecakapan untuk membuat perjanjian suatu hal tertentu, dan suatu sebab
yang halal.
3. Aspek Hukum Jaminan
Pengikatan jaminan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: jaminan
kebendaan dan jaminan perorangan. Jaminan kebendaan dapat berupa:
a. Gadai
b. Fidusia
c. Hipotek
d. Hak tanggungan
e. Hak jaminan resi gudang
Sedangkan jaminan perorangan dapat berupa;
a. Perjanjian penanggungan (pasal 1820 KUHP)
b. Perjanjian tanggung menanggung/tanggung renteng (pasal 1278
KUHP)
c. Perjanjian garansi (pasal 1316 KUHP).

4. Aspek Hukum Dalam Perubahan Pemberian Pembiayaan

Dalam perjalanan pemberian pembiayaan adakalanya bank perlu


melakukan perubahan terhadap ketentuan yang diataur dalam perjanjian
kredit akibat adanya tuntutan kebutuhan debitur maupun kebutuhan pihak
bank sendiri. Pada dasarnya perubahan ketentuan pembiayaan tersebut dapat
digolongkan menjadi tiga hal sebagai berikut:

a. Perubahan syarat dan ketentuan Pembiayaan.

Perubahan ini dapat berupa perubahan jangka waktu, jumlah,


margin/ nisbah, jumlah tunggakan margin/ pokok, obyek yang dijadikan
jaminan, restrukturisasi, dan perubahan syarat dan ketentuan lainnya.

b. Perubahan obyek perjanjian kredit.

Perubahan ini dapat berupa penggantian esensi perjanjian


pembiayaan dengan pembuatan perjanjian baru, dengan mana perjanjian
lama dihapuskan seperti konversi pemberian pembiayaan menjadi
obligasi atau penyertaan sementara pada perusahaan debitur.

c. Perubahan subyek perjanjian kredit.

Perubahan ini dapat berupa perubahan terhadap diri pihak debitur


seperti penambahan debitur, penggantian dan pelepasan debitur maupun
perubahan terhadap pihak yang menjadi kreditur seperti penggantian
kedudukan bank oleh kreditur lain. Untuk melakukan perubahan terhadap
hal-hal yang telah diatur dalam suatu perjanjian diperlukan instrumen
yuridis berupa adendum, novasi, delegasi, atau subrogasi. Masing-masing
dari instrumen hukum tersebut pada prinsipnya mempunyai peruntukan
yang berbeda yang penggunaannya bergantung dari perubahan yang akan
dilakukan. Adapun kegunaan masingmasing instrumen tersebut adalah
sebagai berikut :

1). Adendum

Adendum diartikan sebagai perubahan dalam dokumen yang


dilakukan dengan menambahkan, mengganti, atau menghilangkan
bagian tertentu dari dokumen/perjanjian. Dalam prakteknya adendum
dijadikan sebagai untuk melakukan perubahan terhadap perjanjian
khususnya yang berupa perubahan syarat dan ketentuan perjanjian.
Penggunaan Adendum. Dari definisi tersebut diatas dan sesuai
kelaziman dalam praktek, adendum dipergunakan apabila terjadi
perubahan pemberian pembiayaan yang berkaitan dengan :

 Penambahan syarat/ketentuan dan hal-hal lain yang diatur dalam


perjanjian kredit.
 Penggantian syarat/ketentuan dan hal-hal lain yang diatur
perjanjian kredit.
 Penghapusan atau menghilangkan bagian tertentu dari syarat
dan ketentuan perjanjian kredit.
2). Novasi
Novasi atau pembaharuan hutang adalah suatu perjanjian yang
dibuat untuk membebaskan seseorang dari suatu perikatan yang
dibuatnya. Novasi dipergunakan apabila akan dilakukan perubahan
perjanjian kredit yang menyangkut obyek perjanjian kredit,
penggantian dan pembebasan debitur, serta penggantian kreditur.
3). Delegasi
Pada dasarnya delegasi adalah salah bentuk novasi yang tidak
sempurna (onvollendige novatie) berupa suatu pemindahan/
penggantian debitur dimana seorang yang berhutang/debitur
memberikan kepada pihak yang berpiutang (dalam hal ini bank)
seorang debitur baru yang mengikatkan dirinya kepada bank.
Berbeda dengan ketentuan Novasi, dalam delegasi tidak ada
pembebasan kewajiban terhadap debitur lama dan perjanjian yang
lama tidak menjadi hapus.
4). Subrogasi
Subrogasi adalah suatu penggantian kedudukan kreditur oleh pihak
lain yang terjadi akibat adanya pembayaran yang diperjanjikan atau
karena ditetapkan oleh undang-undang.

5. Aspek Hukum Dalam Penyelesaian Pembiayaan

Berdasarkan ketentuan pasal 1381 KUHPerdata suatu perikatan


hapus antara lain karena alasan-alasan sebagai berikut :

a. pembayaran;
b. pembaruan hutang (novasi);
c. perjumpaan hutang/kompensasi;
d. percampuran utang;
e. pembebasan utang/hapus tagih;
f. kebatalan dan pembatalan;
g. lewatnya waktu.
Sebagaimana perikatan pada umumnya, perikatan yang timbul dari
perjanjian pembiayaan juga hapus atau dianggap selesai karena alasan
alasan sebagaimana tersebut diatas. Namun cara penyelesaian yang
umum untuk pemberian pembiayaan adalah melalui
pembayaran/pelunasan. Meskipun demikian tidak tertutup
kemungkinan pembiayaan dianggap hapus karena sebab-sebab lain
seperti seperti karena dilakukannya pembaruan hutang (novasi),
perjumpaan hutang/kompensasi, percampuran utang, pembebasan
utang/hapus tagih, kebatalan dan pembatalan, dan lewatnya waktu.

BAB III
PEMBAHASAN

A. PROFIL PERUSAHAAN

Nama : PT Bank Syariah Mandiri

Alamat : Jl. RA. Kartini No. 180, Gresik, Jawa Timur.

Telepon : (031) 3972053

Faksimili : (031) 3972065,3979791

Situs Web: www.syariahmandiri.co.id

Tanggal Berdiri : juli 2003 (kantor cabang pembantu)

juni 2010 (kantor cabang induk)

Modal Aset : Rp2.000.000.000.000,-

Kantor Layanan : 2 kantor cabang pembantu,yaitu terketak di


lamongan,babat 2012 oktober,

Jumlah Jaringan ATM : 4 ATM Syariah Mandiri, Gresik 2 ATM Syariah


Mandiri

babat 1 ATM Syariah Mandiri, lamongan 1 ATM Syariah Mandiri

Jumlah Karyawan : 70orang (Per Oktober 2013)

Visi dan Misi Bank Syariah Mandiri

Visi :

- Menjadi Bank Syariah Terpercaya Pilihan Mitra Usaha.

Misi

- Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan yang berkesinambungan


- Mengutamakan penghimpunan dana konsumer dan penyaluran
pembiayaan pada segmen UMKM

- Merekrut dan mengembangkan pegawai profesional dalam lingkungan


kerja yang sehat

- Mengembangkan nilai-nilai syariah universal

- Menyelenggarakan operasional bank sesuai standar perbankan yang


sehat

B. SEJARAH BANK SYARIAH MANDIRI

Kehadiran BSM sejak tahun 1999, sesungguhnya merupakan hikmah


sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter 1997-1998. Sebagaimana
diketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, yang disusul dengan
krisis multi-dimensi termasuk di panggung politik nasional, telah
menimbulkan beragam dampak negatif yang sangat hebat terhadap seluruh
sendi kehidupan masyarakat, tidak terkecuali dunia usaha. Dalam kondisi
tersebut, industri perbankan nasional yang didominasi oleh bank-bank
konvensional mengalami krisis luar biasa. Pemerintah akhirnya mengambil
tindakan dengan merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank
di Indonesia.

Salah satu bank konvensional, PT Bank Susila Bakti (BSB) yang dimiliki
oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara dan PT
Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB berusaha keluar dari
situasi tersebut dengan melakukan upaya merger dengan beberapa bank lain
serta mengundang investor asing.Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan
penggabungan (merger) empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi
Daya, Bank Exim, dan Bapindo) menjadi satu bank baru bernama PT Bank
Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan
tersebut juga menempatkan dan menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.
sebagai pemilik mayoritas baru BSB.
Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri melakukan
konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan Syariah.
Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan
syariah di kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon atas
diberlakukannya UU No. 10 tahun 1998, yang memberi peluang bank umum
untuk melayani transaksi syariah (dual banking system).Tim Pengembangan
Perbankan Syariah memandang bahwa pemberlakuan UU tersebut merupakan
momentum yang tepat untuk melakukan konversi PT Bank Susila Bakti dari
bank konvensional menjadi bank syariah. Oleh karenanya, Tim
Pengembangan Perbankan Syariah segera mempersiapkan sistem dan
infrastrukturnya, sehingga kegiatan usaha BSB berubah dari bank
konvensional menjadi bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah
dengan nama PT Bank Syariah Mandiri sebagaimana tercantum dalam Akta
Notaris: Sutjipto, SH, No. 23 tanggal 8 September 1999.

Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah dikukuhkan


oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No. 1/24/
KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat Keputusan Deputi
Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/ 1999, BI menyetujui
perubahan nama menjadi PT Bank Syariah Mandiri. Menyusul pengukuhan
dan pengakuan legal tersebut, PT Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai
beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November
1999.

PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank yang
mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang
melandasi kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealisme usaha dan
nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah
Mandiri dalam kiprahnya di perbankan Indonesia. BSM hadir untuk bersama
membangun Indonesia menuju Indonesia yang lebih baik.

C. Kriteria dan Produk Layanan Pembiayaan Bank Syariah Mandiri

1. BSM Implan  mudaharabah/ musyarakah


yang BSM Implan adalah pembiayaan konsumer dalam valuta rupiah yang
diberikan oleh bank kepada karyawan tetap Perusahaan pengajuannya
dilakukan secara massal (kelompok).

BSM Implan dapat mengakomodir kebutuhan pembiayaan bagi para


karyawan perusahaan, misalnya dalam hal perusahaan tersebut tidak memiliki
koperasi karyawan, koperasi karyawan belum berpengalaman dalam kegiatan
simpan pinjam, atau perusahaan dengan jumlah karyawan terbatas.

Fitur:

a) Pemberian fasilitas pembiayaan konsumer dengan pola channeling


kepada sejumlah karyawan (kolektif) dengan rekomendasi
Perusahaan.

b) Limit pembiayaan minimum sebesar Rp5 juta dan maksimum sebesar


Rp250 juta per calon nasabah

c) Jangka waktu pembiayaan bervariasi

Pengajuan Pembiayaan:

- Pengajuan pembiayaan BSM Implan dilakukan melalui Perusahaan


tempat calon nasabah bekerja secara kolektif

- Jumlah minimum pengajuan pembiayaan dalam satu kelompok


permohonan adalah 10 (sepuluh) orang calon nasabah atau sebesar
Rp100 juta

- Pengelompokan calon nasabah disesuaikan dengan jenis


pembiayaannya, yaitu pembelian/pembiayaan keperluan konsumtif
tanpa agunan, dengan agunan, Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR),
dan Pembiayaan Pemilikan kendaraan mobil.

2. Pembiayaan Dana Berputar  musyarakah


Pembiayaan Dana Berputar adalah fasilitas pembiayaan modal kerja
dengan prinsip musyarakah yang penarikan dananya dapat dilakukan
sewaktu-waktu berdasarkan kebutuhan riil nasabah.

Fitur:

a) Jenis pembiayaan adalah pembiayaan modal kerja

b) Peruntukan pembiayaan adalah perorangan dan perusahaan

c) Jangka waktu pembiayaan 1 tahun dan dapat diperpanjang

d) Menggunakan 2 (dua) rekening, yaitu rekening giro dan rekening


pembiayaan

e) Penarikan dapat dilakukan sewaktu-waktu dengan menggunakan


cek/BG. Transfer dengan menyertakan cek/BG.

Persyaratan:

a) Merupakan nasabah komersial kecil, menengah, besar dan korporasi

b) Nasabah harus membuat laporan penggunaan dana selama 1 (satu)


bulan

c) Fasilitas diberikan untuk memenuhi kebutuhan modal kerja sementara


dan bukan untuk Permanent Working Capital, dimana bersifat self
liquidating

d) seiring dengan menurunnya aktifitas bisnis pada masa bersangkutan

e) Setiap periode penggunaan fasilitas Pembiayaan Dana Berputar harus


digunakan untuk pencapaian realisasi sales sehingga bagi hasil dapat

f) Memiliki aktifitas rekening koran yang aktif berkaitan dengan


kegiatan bisnisnya.

3. Pembiayaan Edukasi BSM  ijarah


Pembiayaan Edukasi BSM adalah pembiayaan jangka pendek dan
menengah yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan uang masuk
sekolah/perguruan tinggi/lembaga pendidikan lainnya atau uang pendidikan
pada saat pendaftaran tahun ajaran/semester baru berikutnya dengan akad
ijarah.

Fitur:

a) Untuk membiayai dana pendidikan di sekolah/perguruan tinggi yang


telah melakukan kerjasama dengan BSM

b) Plafon pembiayaan mulai dari Rp5 juta hingga Rp250 juta, dengan
maksimum pembiayaan sebesar 80% dari harga perolehan manfaat
layanan pendidikan

c) Bisa diangsur mulai dari 1 tahun hingga 3 tahun Besar angsuran tidak
melebihi 40% dari pendapatan bersih bulanan nasabah.

Fitur :

a) Angsuran tetap hingga jatuh tempo pembiayaan

b) Proses permohonan yang mudah dan cepat

c) Maksimal harga rumah yang dapat dibiayai sesuai dengan kebijakan


pemerintah

d) Jangka waktu pembiayaan yang panjang

e) Fasilitas autodebet dari Tabungan BSM.

Persyaratan:

 Bertatus sebagai karyawan tetap dengan masa kerja minimal 2 tahun

 WNI cakap hukum

 Usia minimal 21 tahun dan maksimal 55 tahun pada saat jatuh tempo
pembiayaan
 Minimal uang muka nasabah 10% dari harga rumah

 Batas penghasilan pemohon yang didasarkan atas gaji pokok pemohon


per bulan maksimal sebesar Rp2,5 juta

 Belum pernah memiliki rumah sendiri (surat keterangan dari


kelurahan/instansi setempat).

 Dokumen yang diperlukan:

 Fotokopi KTP pemohon dan suami/isteri

 Fotokopi kartu keluarga

 Fotokopi surat nikah/cerai

 Asli slip gaji/surat keterangan dari instansi tempat bekerja

 Surat keterangan penghasilan, surat keterangan lamanya bekerja serta


jabatan terakhir dari perusahaan dapat disampaikan dalam satu surat
keterangan

 Fotokopi Rekening tabungan 3 bulan terakhir

 Surat keterangan nasabah belum memiliki rumah (dari


kelurahan/instansi setempat)

 Surat keterangan harga rumah, tipe rumah, luas tanah, dan luas
bangunan yang akan dibeli

 Fotokopi rekening telepon dan listrik

 Fotokopi SHM/SHGB

 Fotokopi IMB dan Denah Bangunan

 Pembiayaan Griya BSM DP 0%

 Pembiayaan Griya BSM DP 0% adalah pembiayaan untuk pembelian


rumah tinggal (konsumer), baik baru maupun bekas di lingkungan
developer maupun non developer tanpa dipersyaratkan adanya uang
muka bagi nasabah (nilai pembiayaan 100% dari nilai taksasi).

Fitur:

 Angsuran tetap hingga jatuh tempo pembiayaan

 Proses permohonan yang mudah dan cepat

 Fleksibel untuk membeli rumah baru atau second

 Maksimum plafon pembiayaan sampai dengan Rp5 milyar

 Jangka waktu pembiayaan yang panjang

 Fasilitas autodebet BSM atas gaji yang disalurkan melalui Tabungan


BSM.

4. Pembiayaan Griya BSM Optima  murabahah

Pembiayaan pemilikan rumah dengan tambahan benefit berupa adanya


fasilitas pembiayaan tambahan yang dapat diambil nasabah pada waktu
tertentu sepanjang coverage atas agunannya masih dapat meng-cover total
pembiayaannya dan dengan memperhitungkan kecukupan debt to service
ratio Nasabah.

Pembiayaan yang dapat dikategorikan sebagai Pembiayaan Griya BSM


Optima adalah pembiayaan untuk pembelian rumah tinggal (konsumer) yang
telah bersertifikat, baik baru maupun bekas di lingkungan developer maupun
non developer, dan memungkinkan bagi Nasabah untuk menambah fasilitas
pembiayaannya guna pemenuhan kebutuhan konsumer lainnya sepanjang
DSR dan coverage atas agunannya masih meng-cover total pembiayaannya

5. Pembiayaan Griya BSM  murabahah

Pembiayaan Griya BSM adalah pembiayaan jangka pendek, menengah,


atau panjang untuk membiayai pembelian rumah tinggal (konsumer), baik
baru maupun bekas, di lingkungan developer maupun non developer, dengan
sistem murabahah.

Fitur:

a) Angsuran tetap hingga jatuh tempo pembiayaan

b) Proses permohonan yang mudah dan cepat

c) Fleksibel untuk membeli rumah baru atau second

d) Maksimum plafon pembiayaan sampai dengan Rp5 milyar Jangka


waktu pembiayaan yang panjang

e) Fasilitas autodebet dari Tabungan BSM.

Persyaratan:

a) WNI cakap hukum

b) Usia minimal 21 tahun dan maksimal 55 tahun pada saat jatuh tempo
pembiayaan

c) Maksimum pembiayaan 70% dari harga beli rumah

d) Besar angsuran tidak melebihi 40% dari penghasilan bulanan bersih.

e) Dokumen yang diperlukan:

f) Fotokopi KTP pemohon

g) Fotokopi Kartu Keluarga

h) Fotokopi Surat Nikah (bila sudah menikah)

i) Asli slip Gaji & Surat Keterangan Kerja

j) Fotokopi Tabungan/Rekening Koran 3 bulan terakhir

k) Fotokopi NPWP untuk pembiayaan di atas Rp50 juta

l) Fotokopi rekening telepon dan listrik


m) Fotokopi SHM/SHGB

n) Fotokopi IMB dan Denah Bangunan.

6. Pembiayaan Kendaraan Bermotor  murabahah

waktu pembiayaan hingga 5 tahun sedangkan kendaraan bekas hingga 10


tahun (dihitung termasuk usia kendaraan dan jangka waktu BSM Pembiayaan
Kendaraan Bermotor (PKB) merupakan pembiayaan untuk pembelian
kendaraan bermotor dengan sistem murabahah.

Pembiayaan yang dapat dikategorikan sebagai PKB adalah:

- Jenis kendaraan: Mobil dan motor

- Kondisi kendaraan: Baru dan bekas..

- Untuk kendaraan baru, jangka pembiayaan.

Syarat & Ketentuan:

 Pemohon harus mempunyai pekerjaan dan/atau pendapatan yang


tetap. Melalui komite,mareketing kepala canang.

 Usia pemohon pada saat pengajuan PKB minimal 21 tahun dan


maksimal 55 tahun pada saat jatuh tempo fasilitas PKB.

 Pengajuan PKB dapat dilakukan sendiri-sendiri atau koordinir secara


kolektif oleh instansi dimana pemohon bekerja.

 Dokumen yang Diperlukan:

 Fotocopy kartu identitas: KTP/SIM

 Fotocopy kartu keluarga


 Surat keterangan yang ditandatangani oleh pejabat yang berwenang
dari instansi/perusahan tempat pemohon bekerja yang menyatakan
pemohon adalah pegawai dari instansi/perusahaan yang dimaksud.

 Slip gaji yang dishkan oleh instansi/perusahaan tempat pemohon


bekerja.

 Keterangan mengenai kendaraan bermotor yang akan dibeli meliputi


jenis kendaraan, tahun pembuatan, fotocopy BPKB, nama pembeli
sebelumnya dan harga kendaraan.

 Fotocopy surat nikah (bagi pemohon yang telah beristri/bersuami)

 Surat persetujuan dari istri/suami (bagi pemohon telah


beristri/bersuami).

7. Pembiayaan Talangan Haji  ijarah

Merupakan pinjaman dana talangan dari bank kepada nasabah khusus


untuk menutupi kekurangan dana untuk memperoleh kursi/seat haji dan pada
saat pelunasan BPIH.

Syarat:

a) Memiliki rekening Tabungan MABRUR

b) Memiliki formulir SPPH yang telah dilegalisir Kandepag setempat.

8. Pembiayaan Umrah  ijarah

Pembiayaan Umrah adalah pembiayaan jangka pendek yang digunakan


untuk memfasilitasi kebutuhan biaya perjalanan umrah seperti namun tidak
terbatas untuk tiket, akomodasi dan persiapan biaya umrah lainnya dengan
akad ijarah.

Fitur:
a) Angsuran tetap hingga jatuh tempo pembiayaan

b) Proses permohonan yang mudah dan cepat

c) Maksimal sebesar Rp 25 juta, plafond pembiayaan tidak melebihi


80% dari kebutuhan yang akan dibiayai

d) Jangka waktu pembiayaan maksimal 2 tahun.

D. Kesimpulan

Dari hasil observasi yang dilakukan maka penulis dapat mengambil


kesimpulan sebagai berikut Bank Syariah Mandiri ( BSM ) memiliki banyaknya
produk – produk yang sangat beragam, hal tersebut bertujuan dalam meberikan
pelayanan yang terbaik terhadap nasabahnya, tetapi tidak hanya itu saja Bank
Syariah Mandiri tetap mengedepankan konsep syariah islam, berdasarkan
observasi yang dilakukan oleh penulis berpendapat bahwa bank syariah mandiri
telah menjalankan konsep syariah islam yaitu ditunjukkan dengan menyalurkan
dana malalui prinsip jual beli, prinsip sewa menyewa, prinsip pinjam meminjam
dan prinsip bagi hasil, prinsip bagi hasil tersebut terdiri dari mudharabah dan
musyarakah.Prosedur pembiayaan di Bank Syariah Mandiri dilakukan dalam
beberapa tahapan yaitu, tahap solisitas dan permohonan, tahap investigasi, tahap
analisa, tahap persetujuan, tahap pencairan, tahap monitoring, tahap
angsuran/pelunasan.

Dalam penerapan manajemennya Bank syariah mandiri dalam


memberikan pembiayaan selalu memperhatikan aspek 5C (charaket, capacity,
capital, condition dan collateral ) yaitu dengan melihat bagaimana karakter
nasabah, kelayakan usaha yang dijalankan oleh nasabah, kemampuan untuk
membayar, kondisi perekonomian serta meminta jaminan dan juga
memperhatikan aspek lain yang saling berkaitan, hal tersebut dilakuan oleh pihak
bank syariah mandiri sebagai suatu keharusan yang merupakan salah satu prinsip
suatu bank adalah prinsip kehati-hatian, sehingga dapat meminimalisirkan tingkat
pembiayaan bermasalah. Pada dasarnya dengan adanya jaminan tersebut
dimaksudkan untuk lebih membuat nasabah berhati-hati dalam menggunakan
dana pembiayaan karena Bank Syariah Mandiri (BSM) hanya menjalankan
amanah dari para nasabah yang telah menitipkan dananya pada bank syariah
mandiri.

Kegiatan Bank Syariah Mandiri (BSM) Cabang Gresik tidak jauh berbeda
dengan kegiatan Bank Syariah Mandiri (BSM) pusat, salah satunya adalah adanya
pemberian pembiayaan. Prosedur pengajuan pembiayaan dimulai dari
permohonan pembiayaan secara tertulis kemudian pihak bank akan memeriksa
perrmohonan untuk kemudian diputuskan. Berdasarkan hasil observasi , penulis
berpendapat bahwa dari ketujuh tahapan prosedur permohonan pembiayaan
menggambarkan bahwa pihak Bank Syariah Mandiri (BSM) cabang Gresik
sangtlah berhati-hati dalam memberikan persetujuan pembiayaan.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pembiayaan syariah dapat dipahami sebagai penyediaan barang, uang atau


yang dipersamakan dengan itu berdasarkan kontrak transaksi syariah yang
berupa transaksi jual beli, sewa, atau bagi hasil (dengan menghindari transaksi
yang ribawi dan yang dilarang oleh syariah Islam) dimana bank sebagai
pemilik barang atau sebagai pemilik dana (shahibul maal) dan nasabah sebagai
pembeli barang, penyewa atau sebagai pengelola dana (mudharib), dimana
bank mewajibkan nasabah tersebut membayar harga barang secara angsuran,
atau membayar sewa atau mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah
jangka waktu tertentu sebagai bentuk keuntungan dari transaksi jual beli, sewa
atau bagi hasil dari dana yang telah dikelola oleh nasabah. Sedangkan kredit
dapat diartikan sebagai penyediaan sejumlah uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan perjanjian utang-piutang antara bank
dengan nasabah, yang mewajibkan nasabah tersebut untuk melunasi hutangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan sejumlah bunga yang besaran
bunganya telah diperjanjikan pada saat perjanjian dibuat. Dalam perjanjian
kredit konvensional ini tidak mensyaratkan adanya kontrak bisnis/ transaksi
selain kesepakatan utang-piutang.

B. Saran

Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari bahwa makalah ini


tentunya masih jauh dari kata sempurna, masih terdapat banyak kesalahan baik
dari segi bahasa, materi dan penyusunannya. Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan kritik, saran, dan masukan yang dapat membangun kualitas
penulis khususnya dalam menulis sebuah makalah.
DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, Bintu Nur, 2015. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Yogyakarta:


Kalimedia.

Ismail, 2011. Perbankan Syariah. Jakarta: Media Group.

Muhammad, 2005. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Yogyakarta: UPP


AMP YKPN.

Rivai, Andria Permata, 2008. Islamic Financial Manajemen Jakarta: Raja


Grafindo Persada.

Rahadi, 2010. Jurnal Law Reform. Vol. 5. No. 1

Syafi’I Muhammad, 2011. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema
Insani Press.

Veithzal, Arfiyan Arifin, 2001. Islamic Banking. Jakarta: Bumi akasara.

Anda mungkin juga menyukai