Anda di halaman 1dari 19

Kelompok 8

ANALISIS PEMBIAYAAN PADA LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH


Disusun untuk memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah: Analisis Laporan Keuangan Syariah
Dosen Pengampu: Mirza Purta Ashari, ME.

Disusun oleh:
Dicky Wahyudi
NIM. 2014140137
Emilia Rahman
NIM. 2014140125
Ria Muliyana
NIM. 2014140118

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
JURUSAN EKONOMI ISLAM
PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH
TAHUN 2022 M/1444 H
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji syukur yang mendalam kami panjatkan kehadirat Allah SWT. karena
berkat rahmat, hidayah, dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang
sederhana ini dengan judul “Analisis Pembiayaan pada Lembaga Keuangan
Syariah”. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada baginda Rasulullah
Muhammad SAW. serta keluarganya, para sahabatnya, dan umatnya hingga akhir
zaman.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari Bapak Mirza Purta Ashari,
ME. selaku dosen pengampu mata kuliah Analisis Laporan Keuangan Syariah.
Selain itu, tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan
dan sumber ilmu bagi para pembacanya.
Makalah ini tentunya masih sangat jauh dari kesempurnaan yang semestinya,
karena masih banyak kekurangan, baik dari segi isinya, bahasa, analisis, dan lain
sebagainya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca untuk kesempurnaan makalah ini serta sebagai acuan untuk pembuatan
makalah selanjutnya.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Palangka Raya, 21 November 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BABA I PENDAHULUAN...............................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................2
C. Tujuan....................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
A. Pentingnya Kegiatan Pembiayaan..........................................................................3
B. Fungsi Pembiayaan................................................................................................5
C. Prinsip Pembiayaan pada Lembaga Keuangan Syariah..........................................6
D. Analisis Jenis-jenis Pembiayaan.............................................................................9
E. Analisis Perhitungan Kebutuhan Pembiayaan......................................................11
F. Analisis Pembiayaan dan Laporan Keuangannya.................................................12
BAB III PENUTUP.........................................................................................................14
A. Kesimpulan..........................................................................................................14
B. Saran....................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembiayaan merupakan aktivitas pemberian dana kepada pihak yang
membutuhkan berdasarkan sistem bagi hasil. Pembiayaan mengacu pada
pemilik dana menyediakan dana untuk membantu investasi yang
direncanakan sendiri atau lembaga pihak yang membutuhkan terdapat banyak
jenis dari pembiayaan yaitu mudharabah, musyarakah, murabahah, istishna,
ijarah, salam, wadiah, dan qardh. Produk yang ditawarkan lembaga
keuangan syariah kepada nasabah berbeda dengan lembaga keuangan
konvensional. Produk yang disediakan oleh lembaga keuangan syariah tidak
mengandung unsur bunga. Pembiayaan mudharabah dan musyarakah
merupakan produk yang ditawarkan bank syariah dengan menerapkan sistem
pembagian hasil dan kerugian. Sistem bagi hasil atau pembagian keuntungan
adalah prinsip untung atau rugi para pihak yang terlibat dalam kegiatan usaha
bersama yang telah disepakati pada awal perjanjian bagi hasil.
Analisis pembiayaan memiliki tujuan, antara lain tujuan khusus dan
tujuan umum. Tujuan khusus dari analisis pembiayaan yaitu untuk
menentukan jumlah pembiayaan yang layak, untuk mengurangi risiko gagal
bayar, dan untuk mengetahui apakah calon nasabah ini layak mendapatkan
pembiayaan atau tidak. Sedangkan tujuan umumnya yaitu untuk memenuhi
pelayanan akan kebutuhan masyarakat, untuk mendorong dan memperlancar
perdagangan, jasa-jasa produksi, serta konsumsi yang bertujuan untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Analisis pembiayaan sangat diperlukan pada lembaga keuangan syariah
khususnya pada bank syariah karena dapat mengetahui kondisi dari calon
nasabah pembiayaan itu sendiri. Selain itu pembiayaan merupakan aktivitas
yang sangat penting karena dengan pembiyaan akan diperoleh sumber
pendapatan utama dan menjadi penunjang kelangsungan usaha.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan
masalahnya adalah sebagai berikut.
1. Apa pentingnya kegiatan pembiayaan?
2. Bagaimana fungsi pembiayaan?
3. Apa saja prinsip pembiayaan pada lembaga keuangan syariah?
4. Apa saja jenis-jenis pembiayaan?
5. Bagaimana analisis perhitungan kebutuhan pembiayaan?
6. Bagaimana analisis pembiayaan dan laporan keuangannya?

C. Tujuan
Dari rumusan masalah tersebut, maka tujuannya antara lain.
1. Untuk mengetahui pentingnya kegiatan pembiayaan.
2. Untuk mengetahui fungsi pembiayaan.
3. Untuk mengetahui prinsip pembiayaan pada lembaga keuangan
syariah.
4. Untuk mengetahui jenis-jenis pembiayaan.
5. Untuk mengetahui analisis perhitungan kebutuhan pembiayaan.
6. Untuk mengetahui analisis pembiayaan dan laporan keuangannya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pentingnya Kegiatan Pembiayaan


Pembiayaan secara luas berarti financing atau pembelanjaan, yaitu
pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan baik dilakukan sendiri maupun dijalankan oleh orang lain.
Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan pendanaan
yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan seperti bank syariah kepada
nasabah. Dalam Islam, manusia diwajibkan untuk berusaha agar ia
mendapatkan rezeki guna memenuhi kebutuhan kehidupannya. Islam juga
mengajarkan kepada manusia bahwa Allah Maha Pemurah sehingga Rezeki-
Nya sangat luas. Bahkan, Allah tidak akan memberikan rezeki itu kepada
kaum muslimin saja, tetapi kepada siapa saja yang bekerja keras.
Pembiayaan selalu berkaitan dengan aktivitas bisnis. Bisnis merupakan
aktivitas yang mengarah pada peningkatan nilai tambah, baik dalam
melakukan aktivitas produksi seperti pertanian, perkebunan, peternakan,
pengelolaan makanan dan minuman, maupun aktivitas distribusi seperti
perdagangan, atau dalam bidang jasa seperti transportasi, kesehatan, dan
sebagainya. Untuk memulai suatu usaha seperti itu diperlukan modal
seberapa pun kecilnya. Adakalanya orang mendapatkan modal dari
simpanannya atau dari keluarganya. Adapula yang meminjam kepada rekan-
rekannya. Jika tidak tersedia, peran institusi keuangan menjadi sangat penting
karena dapat menyediakan modal bagi orang yang ingin berusaha berupa
kredit atau pembiayaan.1
Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian
fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang
merupakan defisit unit.2 Sedangkan menurut Muhammad, pengertian

1
Muhammad Syafi’i Antonio, Islamic Banking, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik, Gema
Insani, Jakarta, 2005, Hlm. 169.
2
Habib Nazir, Muhammad Hasanuddin, Ensiklopedia Ekonomi dan Perbankan Syari'ah, Kafa
Publishing, Jakarta, 2008, Hlm. 516.

3
pembiayaan (financing), yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak
kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik
dilakukan oleh sendiri mapupun oleh lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan
adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan.3
Pengertian pembiayaan menurut Undang-Undang No. 21 Tahun 2008
Pasal 1 angka 25: “Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu berupa: (a) Transaksi bagi hasil dalam bentuk
mudharabah dan musyarakah; (b) Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk
ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik; (c) Transaksi
jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan isthisna; (d) Transaksi
pinjam-meminjam dalam bentuk piutang qardh; (e) Transaksi sewa-menyewa
jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa. Berdasarkan persetujuan
atau kesepakatan antar bank syariah dan atau UUS dan pihak lain yang
mewajibkan pihak yang dibiayai dan atau diberi fasilitas dana untuk
mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan
ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil”.
Sebagian besar dana bank disalurkan dalam bentuk pembiayaan, yang
jika dikelola dengan hati-hati akan memberikan hasil yang tidak kecil baik
bagi bank maupun bagi perekonomian nasional.4 Dari beberapa pengertian
pembiayaan di atas dapat disimpulkan bahwa sesuai dengan fungsinya, dalam
transaksi pembiayaan bank syariah bertindak sebagai penyedia dana dan
setiap nasabah penerima fasilitas (debitur) yang telah mendapatkan
pembiayaan dari bank syariah apapun jenisnya, setelah jangka waktu tertentu
wajib mengembalikan pembiayaan tersebut kepada bank syariah berikut
imbalan atau bagi hasil.5
Prinsip penyaluran kredit/pembiayaan adalah prinsip kepercayaan dan
kehati-hatian. Indikator ini adalah kepercayaan moral, komersial, financial,
3
Muhammad, Lembaga Ekonomi Syariah, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2012, Hlm. 17.
4
Neni Sri Imanayati, Pengantar Hukum Perbankan Indonesia, Rafika Aditama, Bandung, 2010,
Hlm. 137.
5
A. Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2012, Hlm.
79.

4
dan agunan. Kepercayaan dibedakan atas kepercayaan murni dan kepercayaan
reserve. Kepercayaan murni adalah jika kreditur memberikan kredit kepada
debiturnya hanya atas kepercayaanya saja, tanpa ada jaminan lainnya.
Sedangkan kepercayaan reserve adalah jika kreditur menyalurkan
kredit/pembiayaan kepada debitur atas kepercayaan, tetapi kurang yakin
sehingga bank selalu meminta agunan berupa materi. Bahkan suatu bank
dalam penyaluran kredit/pembiayaan lebih mengutamakan agunan atas
pinjaman tersebut.6

B. Fungsi Pembiayaan
Pembiayaan mempunyai peranan penting dalam perekonomian, secara
garis besar fungsi pembiayaan di dalam perekonomian, perdagangan, dan
keuangan dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Pembiayaan dapat meningkatkan daya guna (utility) dari modal atau
uang. Penabung menyimpan uangnya di lembaga keuangan. Uang
tersebut dalam presentase tertentu ditingkatkan kegunaannya oleh
lembaga keuangan untuk memperluas atau memperbesar usahanya.
2. Pembiayaan meningkatkan daya guna (utility) dari suatu barang, di
mana produsen dengan bantuan pembiayaan dapat memproduksi
barang jadi, sehingga utility dari barang tersebut meningkat.
Misalnya padi menjadi beras, benang menjadi tekstil, dan
sebagainya.
3. Pembiayaan meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang dengan
menyalurkan pembiayaan melalui rekening atau koran. Pengusaha
menciptakan pertambahan peredaran uang giral dan sejenisnya
seperti cheque, giro, bilyet, wesel, promes dan sebagainya.
4. Pembiayaan menimbulkan kegairahan usaha masyarakat. Manusia
adalah mahkluk yang selalu melakukan kegiatan ekonomi yaitu
berusaha memenuhi kebutuhannya, akan tetapi menigkatnya usaha
tidaklah selalu diimbangi dengan kemampuan.

6
Malayu S. P. Hasibuan, Dasar-dasar Perbankan, Bumi Aksara, Jakarta, 2013, Hlm. 87.

5
5. Sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional.
Pengusaha yang memperoleh pembiayaan tentu saja berusaha
meningkatkan usahanya. Peningkatan usaha yang berarti keuntungan
secara kumulatif kemudian dikembangkan lagi dalam bentuk
permodalan, maka peningkatan akan berlangsung terus-menerus.
6. Pembiayaan sebagai alat stabilitas ekonomi yang kurang sehat
langkah-langkahnya diarahkan pada usaha-usaha antara lain
pengendalian inflasi, peningkatan ekspor, rehabilitas sarana, dan
pemenuhan kebutuhan pokok rakyat.7

C. Prinsip Pembiayaan pada Lembaga Keuangan Syariah


Lazimnya dalam bisnis pembiayaan, ada tiga jenis prinsip dalam
melakukan akad pada bank syariah yaitu:
1. Prinsip Bagi Hasil
Fasilitas pembiayaan yang disediakan di sini berupa uang tunai
atau barang yang dinilai dengan uang. Jika dilihat dari sisi jumlah,
dapat menyediakan sampai 100% dari modal yang diperlukan,
ataupun dapat pula hanya sebagian saja berupa patungan antar bank
dengan pengusaha (customer). Jika dilihat dari sisi bagi hasilnya, ada
dua jenis bagi hasil (tergantung kesepakatan), yaitu revenue sharing
atau profit sharing. Sedangkan dalam hal persentase bagi hasilnya
dikenal dengan nisbah, yang dapat disepakati dengan customer yang
mendapat fasilitas pembiayaan pada saat akad pembiayaan. Prinsip
bagi hasil ini terdapat dalam produk-produk antara lain:
a. Mudharabah, yaitu akad kerja sama usaha antara dua pihak
di mana pihak pertama (shahibul mal) menyediakan seluruh
(100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola.
Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut
kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan
apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama

7
A. Wangsawidjaja, Op. Cit., Hlm. 82-83.

6
kerugian itu bukan akibat kelalaian pengelola. Seandainya
kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian
pengelola, maka pengelola harus bertanggung jawab atas
kerugian tersebut.
b. Musyarakah, yaitu akad kerja sama antara dua pihak atau
lebih untuk suatu usaha tertentu di mana masing-masing
pihak memberikan kontribusi dana (atau amal/expertis)
dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan
ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.
c. Muzara’ah, yaitu akad kerja sama atau percampuran
pengolahan pertanian antara pemilik lahan dengan
penggarap dengan sistem bagi hasil atas dasar hasil panen.
2. Prinsip Jual Beli
Prinsip ini merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara
jual beli, di mana bank akan membeli terlebih dahulu barang yang
dibutuhkan atau mengangkat nasabah sebagai agen bank melakukan
pembelian barang atas nama bank, kemudian bank menjual barang
tersebut kepada nasabah dengan harga sejumlah harga beli ditambah
keuntungan (margin/mark). Prinsip ini dilaksanakan karena adanya
perpindahan kepemilikan barang atau benda. Tingkat keuntungan
bank ditetapkan di muka dan menjadi bagian antar harga barang
yangdiperjualbelikan. Prinsip ini terdapat dalam produk antara lain:
a. Bai‘ al-Murabahah yaitu akad jual beli barang tertentu.
Dalam transaksi jual beli tersebut, penjual menyebutkan
dengan jelas barang yang diperjualbelikan, termasuk harga
pembelian dan keuntungan yang diambil.
b. Bai‘ al-Muqayyadah yaitu jual beli di mana pertukaran
terjadi antara barang dengan barang (barter). Aplikasi jual
beli semacam ini dapat dilakukan sebagai jalan keluar bagi
transaksi ekspor yang tidak dapat menghasilkan valuta asing
(devisa).

7
c. Bai‘al-Mutlaqah, yaitu pertukaran antara barang atau jasa
dengan uang. Uang berperan sebagai alat tukar. Jual beli
semacam ini menjiwai semua produk lembaga keuangan
yang didasarkan atas prinsip jual beli.
d. Bai‘ as-Salam yaitu akad jual beli di mana pembeli
membayar uang (sebesar harga) atas barang yang telah
disebutkan spesifikasinya, sedangkan barang itu akan
diserahkan kemudian, yaitu pada tanggal yang disepakati.
e. Bai‘ al-Istisna’ yaitu kontrak jual beli di mana harga atas
barang tersebut dibayar lebih dulu, tetapi dapat diangsur
sesuai dengan jadwal dan syarat-syarat yang disepakati
bersama, sedangkan barang yang dibeli, diproduksi dan
diserahkan kemudian.
3. Prinsip Sewa-menyewa
Selain akad jual beli yang telah dijelaskan sebelumnya, ada pula
akad sewa-menyewa yang dilaksanakan dalam perbankan syariah.
Prinsip ini terdiri atas dua jenis akad, yaitu:
a. Akad ijarah yaitu akad pemindahan hak guna atas barang
atau jasa melalui pembayaran upah sewa tanpa diikuti
dengan pemindahan kepemilikan (ownership/milk) atas
barang itu sendiri.
b. Akad ijarah muntahiya bit tamlik yaitu sejenis perpaduan
antara kontrak jual beli dan sewa atau lebih tepatnya akad
sewa yang diakhiri dengan kepemilikan barang di tangan si
penyewa. Sifat pemindahan kepemilikan ini pula yang
menandakan dengan ijarah bias.8
Adapun untuk prinsip-prinsip analisis pembiayaan terhadap pemberian
pembiayaan kepada seorang nasabah agar dapat mempertimbangkan terlebih
dahulu harus terpenuhi persyaratan yang dikenal dengan prinsip klasik yaitu:

8
Muhammad Syafi’i Antonio, Op. Cit., 2001, Hlm. 100.

8
1. Character, adalah keadaan watak/sifat dari customer baik dalam
kehidupan pribadi maupun lingkungan usaha.
2. Capital, yaitu jumlah dana/modal sendiri yang dimiliki oleh calon
mudharib.
3. Capacity, yaitu kemampuan mudharib untuk menjalankan usahanya
guna memperoleh laba yang diharapkan.
4. Collateral, yaitu barang yang diserahkan mudharib sebagai agunan
terhadap pembiayaan yang diterimanya.
5. Condition of economy, yaitu situasi atau kondisi politik, sosial,
ekonomi, dan budaya yang mempengaruhi keadaan perekonomian
yang kemungkinan pada suatu saat mempengaruhi kelancaran
perusahaan calon debitur.

D. Analisis Jenis-jenis Pembiayaan


1. Jenis Pembiayaan Dilihat dari Sifat Penggunanya
a. Pembiayaan Produktif
Yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha baik usaha
produksi, perdagagangan, maupun investasi. Pembiayaan produktif
ini terbagi lagi menjadi 2 yaitu:
1) Pembiayaan modal kerja adalah pembiayaan yang dimaksud
untuk memenuhi kebutuhan usaha bagi
pembelian/pengadaan barang dalam rangka usaha.
2) Pembiayaan investasi pembiayaan (berjangka menengah
atau panjang) yang diberikan kepada usaha-usaha guna
merehabilitasi, memodernisasi, pendirian proyek baru, dan
pembelian aset seperti mesin-mesin, bangunan, dan tanah
untuk pabrik.
b. Pembiayaan Konsumtif
Pembiayaan konsumtif adalah pembiayaan yang digunakan
untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan

9
untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan. Yang termasuk dalam
pembiayaan konsumtif ini adalah pembelian atau pengadaan
kendaraan pribadi, perumahan untuk dipakai sendiri, untuk
pembiayaan sewa/kontrak rumah, dan pembelian alat-alat rumah
tangga.
2. Jenis Pembiayaan Dilihat dari Jangka Waktunya
a. Short term financing (pembiayaan jangka pendek) ialah suatu bentuk
pembiayaan yang berjangka waktu maksimum satu tahun.
b. Intermediate term financing (pembiayaan jangka menengah) ialah
suaatu bentuk kredit yang berjangka waktu lebih dan satu tahun
sampai tiga tahun.
c. Long term financing (pembiayaan jangka panjang) ialah suatu
bentuk kredit yang berjangka waktu lebih dan tiga tahun.
3. Jenis Pembiayaan Dilihat dari Pihak yang Menerimanya
a. Pembiayaan untuk badan usaha pemerintah/daerah, yaitu
pembiayaan yang diberikan perusahaan/badan usaha yang dimiliki
pemerintah.
b. Pembiayaan untuk badan usaha swasta, yaitu pembiayaan yang
diberikan kepada perusahaan/badan usaha yang dimiliki swasta.
c. Pembiayaan untuk perorangan, yaitu pembiayaan yang diberikan
bukan perusahaan, tetapi kepada perorangan.
d. Pembiayaan untuk bank responden, lembaga pembiayaan dan
perusahaan asuransi yaitu pembiayaan yang diberikan kepada bank
responden, lembaga pembiayaan, dan perusahaan asuransi.9

9
Muhammad Wandisyah R Hutagalung, Analisis Pembiayaan Bank Syariah, Medan, CV.
Merdeka Kreasi Grup, 2021, Hlm. 23.

10
E. Analisis Perhitungan Kebutuhan Pembiayaan
Analisa untuk menghitung kebutuhan pembiayaan dengan perhitungan
untuk modal kerja tetap dan musiman terkait peningkatan piutang dan
persediaan serta untuk investasi terkait peningkatan aktiva tetap. Rumus
perhitungan yang digunakan yaitu method quick and dirty approach dan cash
flow analysis.
1. Method Qucik and Dirty Approach
Yaitu metode analisa kebutuhan modal kerja secara cepat untuk
menetapkan jumlah pembiayaan dari seorang nasabah dengan
menggunakan konsep asset working capital turnover period. Konsep
tersebut yakni perputaran modal kerja dimulai dari saat kas
diinvestasikan dalam komponen modal kerja yakni piutang dan
persediaan sampai kembali lagi menjadi kas.
Perhitungan Kebutuhan Modal Kerja
Data yang diperlukan berasal dari laporan posisi keuangan dan
laporan laba rugi antara lain:
a. Piutang dagang (account receivable)
b. Persediaan (invetory)
c. Total aset lancar (current assets)
d. Utang dagang (account payable)
e. Total kewajiban lancar (current liabilites)
f. Pendapatan atau penjualan (revenue)
g. Harga pokok pendapatan atau penjualan (cost of good sold)
Kemudian, setelah semua data tersebut diperoleh, selanjutnya
melakukan perhitungan dengan rumus-rumus sebagai berikut:

Net Working Capital = Current Asset – Current Liabilities

Cash to Cash Period = Days Receivables + Days Inventory –


Days Payables

11
Proyeksi Pendapatan = Persentase Kenaikan Pendapatan x
Pendapatan

Proyeksi HPP = Persentase HPP dari Pendapatan x Proyeksi


Pendapatan

Kebutuhan Modal Kerja dalam Setahun


CCP x Proyeksi HPP
360 Hari

Kebutuhan Tambahan Modal Kerja


Kebutuhan Modal Kerja dalam Setahun - NWC

2. Cash Flow Analysis


Yaitu metode yang paling baik dan sering digunakan untuk
mengetahui kebutuhan modal kerja pembiayaan nasabah. Di dalam
laporan arus kas dapat dilihat untuk menunjukkan perubahan kas
selama suatu periode tertentu dan memberikan alasan mengenai
perubahan kas tersebut dengan menunjukkan asal sumber-sumber
kas dan penggunaannya.

F. Analisis Pembiayaan dan Laporan Keuangannya


Melakukan analisis pembiayaan sebelum pembiayaan tersebut dicairkan
adalah penerapan prinsip kehati-hatian agar uang yang diberikan untuk
pembiayaan keperluan nasabah akan kembali ke pemberi pembiayaan sesuai
dengan akad yang berlaku. Analisis pembiayaan adalah kegiatan menelaah
aspek-aspek penting dan patut diketahui dari nasabah yang akan dibiayai oleh
koperasi jasa keuangan syariah (Gita, 2013). Prinsip analisis yang dipakai
dalam analisis pembiayaan adalah prinsip 5C antara lain Character, Capacity,
Capital, Collateral, dan Condition of Economy. Terkadang prinsip 5C
tersebut ditambahkan dengan 1C yaitu Constraint yang berarti hambatan-
hambatan yang mungkin mengganggu proses usaha.

12
Untuk perbankan syariah, prinsip 5C tersebut belumlah cukup karena
perlu memperhatikan kondisi sifat amanah, kejujuran, dan kepercayaan dari
masing-masing nasabah. Adapun menurut Kasmir, ia memiliki pemikiran
dengan analisis pembiayaan yang menggunakan prinsip 7P antara lain
Personality, Party, Purpose, Prospect, Payment, Profitability, dan Protection.
Analisis pembiayaan memiliki tujuan umum yaitu untuk pemenuhan jasa
pelayanan terhadap kebutuhan masyarakat dalam rangka mendorong dan
melancarkan usaha perdagangan, produksi, jasa-jasa, dan konsumsi untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat. Lalu, ada juga tujuan khusus yakni
untuk menilai kelayakan usaha calon peminjam, untuk menekan risiko akibat
tidak terbayarnya pembiayaan, dan untuk menghitung kebutuhan pembiayaan
yang layak.10

10
Karebet Gunawan, Permasalahan Pembiayaan dalam Lembaga Keuangan Syariah, Jurnal
Malia Vol. 1, 2017, Hlm. 99 dan 102.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengertian pembiayaan menurut Undang-Undang No. 21 Tahun 2008
Pasal 1 angka 25: “Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu berupa: (a) Transaksi bagi hasil dalam bentuk
mudharabah dan musyarakah; (b) Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk
ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik; (c) Transaksi
jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan isthisna; (d) Transaksi
pinjam-meminjam dalam bentuk piutang qardh; (e) Transaksi sewa-menyewa
jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa. Berdasarkan persetujuan
atau kesepakatan antar bank syariah dan atau UUS dan pihak lain yang
mewajibkan pihak yang dibiayai dan atau diberi fasilitas dana untuk
mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan
ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil”.
Pembiayaan mempunyai peranan penting dalam perekonomian, secara
garis besar fungsi pembiayaan di dalam perekonomian, perdagangan, dan
keuangan dapat dikemukakan sebagai berikut, pembiayaan dapat
meningkatkan daya guna dari barang atau modal, meningkatkan peredaran
dan lalu lintas uang, menimbulkan kegairahan usaha masyarakat, sebagai
jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional, dan stabilitas ekonomi.
Lazimnya dalam bisnis pembiayaan, ada tiga jenis prinsip dalam
melakukan akad pada bank syariah yaitu prinsip bagi hasil, jual beli, dan
sewa-menyewa.
Jenis-jenis pembiayaan dapat dilihat dari aspek pengguna pembiayaan,
jangka waktu pembiayaan, dan pihak yang menerima pembiayaan tersebut.

14
Analisa untuk menghitung kebutuhan pembiayaan dengan perhitungan
untuk modal kerja tetap dan musiman terkait peningkatan piutang dan
persediaan serta untuk investasi terkait peningkatan aktiva tetap. Rumus
perhitungan yang digunakan yaitu method quick and dirty approach dan cash
flow analysis.
Melakukan analisis pembiayaan sebelum pembiayaan tersebut dicairkan
adalah penerapan prinsip kehati-hatian agar uang yang diberikan untuk
pembiayaan keperluan nasabah akan kembali ke pemberi pembiayaan sesuai
dengan akad yang berlaku. Analisis pembiayaan adalah kegiatan menelaah
aspek-aspek penting dan patut diketahui dari nasabah yang akan dibiayai oleh
koperasi jasa keuangan syariah.

B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan kepada pembaca agar dapat
menambah wawasan atau pengetahuan tentang “Analisis Pembiayaan dalam
Lembaga Keuangan Syariah”. Lalu, kepada pembaca juga disarankan
menambah referensi dari sumber lain agar memperluas pandangan terkait
makalah ini.

15
DAFTAR PUSTAKA

Antonio, Muhammad Syafi’i. 2001. Islamic Banking, Bank Syariah: Dari Teori ke
Praktik. (Gema Insani: Jakarta)
_______________________. 2005. _____________________________________
Gunawan, Karebet. 2017. Permasalahan Pembiayaan dalam Lembaga Keuangan
Syariah. Jurnal Malia Vol. 1
Hasibuan, Malayu S. P. 2013. Dasar-dasar Perbankan. (Bumi Aksara: Jakarta)
Hutagalung, Muhammad Wandisyah R. 2021. Analisis Pembiayaan Bank Syariah.
(Medan: CV. Merdeka Kreasi Grup)
Imanayati, Neni Sri. 2010. Pengantar Hukum Perbankan Indonesia. (Rafika
Aditama: Bandung)
Muhammad. 2012. Lembaga Ekonomi Syariah. (Graha Ilmu: Yogyakarta)
Nazir, Habib, Muhammad Hasanuddin. 2008. Ensiklopedia Ekonomi dan
Perbankan Syari'ah. (Kafa Publishing: Jakarta)
Wangsawidjaja, A. 2012. Pembiayaan Bank Syariah. (Gramedia Pustaka Utama:
Jakarta)

16

Anda mungkin juga menyukai