Anda di halaman 1dari 13

MANAJEMEN PEMBIAYAAN DANA BANK SYARIAH

Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Terstruktur

Mata Kuliah : Manajemen Dana Bank Syari’ah

Dosen Pengampu : H. Sochimin, Lc, M.Si

Disusun oleh :

Laely Ayu Rakhmawati (1617201146)

7 Ekonomi Syariah D

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PURWOKERTO
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa saya juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, Saya yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu saya sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Purwokerto, November 2019


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam perbankan syari’ah terdapat beberapa manajemen pengaturan dalam
bank salah satunya adalah manajemen pembiayaan. Manajemen pembiayaan
merupakan aktivitas yang sangat penting karena dengan pembiayaan akan
diperoleh sumber pendapatan utama dan menjadi penunjang kelangsungan usaha
bank. Sebaliknya, bila pengelolaannya tidak baik akan menimbulkan
permasalahan dan berhentinya usaha bank.
Oleh karena itu, diperlukan adanya suatu manajemen pembiayaan syari’ah
yang baik sehingga penyaluran dan atau dalam hal ini pembiayaan kepada
nasabah bisa efektif dan efisien sesuai dengan tujuan dari perusahaan maupun
syariat Islam itu sendiri. Oleh karena itu kami sebagai penulis makalah ini
mencoba memaparkan bagaimana konsep dari manajemen pembiayaan syariah
itu sendiri sehingga diharapkan baik penulis, rekan mahasiswa, maupun
masyarakat bisa lebih memahami mengenai manajemen pembiayaan syariah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah dipaparkan tersebut,
maka rumusan masalah adalah:
1. Apa definisi dari Manajemen pembiayaan syariah?
2. Bagaimana bentuk-bentuk pembiayaan pada perbankan syariah?
3. Apa Tujuan Pembiyaan?
4. Apa Fungsi Pembiayaan?
5. Apa saja jenis-jenis pembiayaan pada perbankan syariah?
6. Bagaimana tahapan pembiayaan pada bank syariah?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun tersebut, maka tujuan dalam
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui definisi dari manajemen pembiayaan syariah.
2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk pembiayaan pada perbankan syariah.
3. Untuk mengetahui tujuan pembiyaan.
4. Untuk mengetahui fungsi pembiyaan.
5. Untuk mengetahui jenis-jenis pembiyaan dalam perbankan syariah.
6. Untuk mengetahui tahapan-tahapan perbankan syariah.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini terbagi menjadi dua, yakini manfaat secara teoritis dan
praktis.
1. Teoritis
a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk tema penelitian yang
serupa.
b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan di perpustakaan IAIN
Purwokerto.
2. Praktis
a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan ajar untuk mata kuliah
Manajemen Dana Bank Syariah, IAIN Purwokerto.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Manajemen Pembiayaan


Secara etimologi Manajemen berarti seni melaksanakan dan mengatur.
Pembiayaan diartikan sebagai suatu kegiatan pemberian fasilitas keuangan/
finansial yang diberikan satu pihak kepada pihak lain untuk mendukung
kelancaran usaha maupun untuk investasi yang telah direncakan.
Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan pendanaan yang
dilakukan oleh lembaga pembiayaan seperti bank syariah kepada nasabah.
Pembiayaan secara luas berarti financing atau pembelanjaan yaitu pendanaan
yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncakan, baik
dilakukan sendiri maupun dikerjakan oleh orang lain.1
Jadi, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah adalah sebuah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber
daya yang dilakukan oleh Bank yang menjalankan kegiatan usahanya
berdasarkan Prinsip Syariah dalam hal pemberian fasilitas keuangan/ finansial
kepada pihak lain berdasarkan prinsip-prinsip syariah yang mendukung
kelancaran usaha maupun untuk investasi yang telah direncakan.
Menurut Adiwarman Karim, dalam menyalurkan dananya kepada nasabah
secara garis besar produk pembiayaan syariah terbagi ke dalam empat kategori
yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaanya, yaitu:
1. Pembiayaan dengan prinsip jual-beli.
2. Pembiayaan dengan prinsip sewa.
3. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil.
4. Pembiayaan dengan akad pelengkap.
Pembiayaan dengan prindip jual-beli ditujukan untuk memiliki barang,
sedangkan yang menggunakan prinsip sewa ditujukan untuk mendapatkan jasa.
1
Muhammad, Manajemen Bank Syariah (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005), Hal. 304.
Prinsip bagi hasil digunakan untuk usaha kerjasama yang ditujukan guna
mendapatkan barang dan jasa sekaligus.2
2. Bentuk- Bentuk Pembiayaan Bank Syariah
Dalam perbankan syariah ada beberapa bentuk pembiayaan yang diterapkan
dalam bank syariah yaitu:
a. Pembiayaan Murabahah dan Istisna
Pembiyaan murabahah merupakan pembiayaan dengan cara bank bank
membeli barang atau komoditi khusus, kemudian dijual kembali kepada
nasabah dengan harga pokok ditambah dengan margin yang telah disepakati
bersama dengan model pembayaran baik dalam bentuk angsuran atau
maupun dalam bentuk tangguh.
Pembiyaan istisna adalah akad jual beli dimana produsen ditugaskan
untuk membuat suatu barang pesanan sesuai dengan permintaan pemesan
atau nasabah. 3
b. Pembiayaan Ijarah dan IMBT
Pembiayaan ijarah merupakan pemberian kesempatan kepada penyewa
untuk mengambil kemanfaatan dari barang sewaan untuk jangka waktu
tertentu dengan imbalan yang besarnya telah disepakati. Pada prinsipnya,
transaksi ijarah dilandasi adanya pemindahan manfaat (hak guna), bukan
pemindahan kepemilikan (hak milik).
Berdasarkan akad ijarah ini, bank syariah misalkan menyewakan
rumah, sebagai objek akad, kepada nasabah. Meskipun pada prinsipnya tidak
terjadi pemindahan kepemilikan (hanya pemanfaatan rumah), tetapi pada
akhir masa sewa bank dapat menjual atau menghibahkan rumah yang
disewakan kepada nasabah. Model transaksi seperti ini, dalam perbankan

2
Karim, Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2010), Hal. 87.
3
M.Sholahuddin,” Risiko Pembiayaan dalam Perbankan Syariah”, Jurnal Benefit, 2004, Vol. 8 No.2.
Hal 133-134
syariah dikenal dengan nama ijarah muntahiya bi tamlik (IMBT) atau sewa
yang diikuti atau diakhiri dengan perpindahan kepemilikan.4
c. Pembiyaan Mudharabah
Pembiayaan mudharabah adalah kerjasama antara seorang partner
yang memberikan uang kepada partner lain untuk diinvestasikan ke
perusahaan komersial. Pihak bank (shahibul maal) berkewajiban
memberikan dana 100% kepada nasabah (mudharib) dan mudharib hanya
mengelola usaha yang sudah ditentukan oleh pihak shahibul maal.
Pembagian keuntungan akan dibagi berdasarkan kesepakatan pada awal
kontrak, sedangkan jka terjadi kerugian akan ditanggung oleh pihak
pengelola.5
3. Tujuan Pembiyaan Dana Bank Syariah
Secara umum tujuan pembiayaan dibedakan menjadi dua kelompok yaitu:
tujuan pembiayaan untuk tingkat makro, dan tujuan pembiayaan untuk tingkat
mikro. Secara makro dijelaskan bahwa pembiayaan bertujuan:
a. Peningkatan ekonomi umat
Artinya: masyarakat yang tidak dapat akses secara ekonomi, dengan
adanya pembiayaan mereka dapat melakukan akses ekonom.
b. Tersedianya dana bagi peningkatan usaha
Artinya: untuk pengembangan usaha membutuhkan dana tambahan.
Dana tambahan ini dapat diperoleh melalui aktivitas pembiayaaan. Pihak
yang surplus dana menyalurkan kepada pihakyang kekurangan dana,
sehingga dapat digulirkan.
c. Meningkatkan produktivitas

4
Helmi Haris, “Pembiayaan Kepemilikan Rumah (Sebuah Inovasi Pembiayaan Perbankan Syariah)”,
Jurnal Ekonomi Islam, 2007, Vol. 1 No.1, Hal. 121-122.
5
Russely Inti Dwi Permata dan Fransisca Yaningwati, “Analisis Pengaruh Pembiayaan Mudharabah
dan Musyarakah Terhadap Tingkat Profitabilitas (Return On Equity) (Studi pada Bank Umum Syariah
yang terdaftar di Bank Indonesia Periode 2009-2012)”, Jurnal Administrasi Bisnis, 2014, Vol.12 No.1,
Hal.3.
Artinya: adanya pembiayaan memberikan peluang bagi masyarakat
agar mampu meningkatkan daya produksinya.
d. Membuka lapangan kerja baru
Artinya: dengan dibukanya sector-sektor usaha melalui penmbahan
dana pembiayaan, maka sector usaha tersebut akan menyerap tenaga kerja.
e. Terjadinya distribusi pendapatan
Artinya: masyarakat usaha produktif mampu melakukan aktivitas
kerja, berarti mereka akan memperoleh pendapatan dari hasil usahanya.6
Secara mikro, pembiayaan diberikan dengan tujuan:
a. Dalam upaya memaksimalkan laba
Artinya setiap usaha yang dibuka memiliki tujuan tertinggi, yaitu
menghasilkan laba usaha. Setiap pengusaha berkeinginan untuk memperoleh
laba maksimal. Dalam usaha mewujudkan usaha tersebut, maka mereka
perludukungan dana yang cukup.
b. Upaya meminimalkan resiko
Artinya usaha yang dilakukan bisa menghasilkan laba yang maksimal,
maka salah satu unsurnya ialah dengan cara meminimalkan resiko yang
mungkin timbul. Resiko kekurangan modal usaha dapat diperoleh dengan
cara pembiayaan.
c. Penyaluran kelebihan dana
Artinya dalam kehidupan masyarakat ini ada pihak yang memiliki
kelebihan sementara dan ada piak yang kekurangan. Dalam kaitannya
dengan masalah dana, maka mekanisme pembiayaan dapat menjadi sarana
penghubung dalam penyeimbangan dan penyaluran kelebihan dana dari
pihak yang kelebihan (surplus) kepada pihak yang kekurangan (deficit) dana.
d. Menghindari terjadinya dana menganggur

6
Binti Nur Aisiyah, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta:Kalimedia, 2015).
Dana yang masuk melalui berbagai rekening pada passive bank
syariah, harus segera disalurkan dalam bentuk aktiva produktif. Sehingga
terjadi keseimbangan antara dana yang masuk dan dana keluar.7
4. Fungsi Pembiyaan Dana Bank Syariah
Fungsi pembiyaan secara umum meliputi:
a. Meningkatkan daya guna uang
Para nasabah yang menyimpan dananya di bank dalam bentuk giro,
tabungan dan deposito, uang tersebut dalam persentase tertentu ditingkatkan
kegunaannya oleh bank dalam bentuk pembiayaan yang disalurkan kepada
para pengusaha.
b. Meningkatkan daya guna barang
Produsen yang memperoleh bantuan pembiayaan dari bank, dapat
menggunakan dana tersebut untuk mengubah bahan mentah menjadi bahan
jadi.
c. Meningkatkan peredaran uang
Pembiayaan yang disalurkan melalui rekening-rekening koran
pengusaha akan menciptakan pertambahan peredaran uang giral dan jenisnya
seperti cek, bilyet giro, wesel dan lain-lain. Menimbulkan kegairahan
berusaha.8
5. Jenis-jenis Pembiayaan Dana Bank Syariah
Menurut sifat penggunaannya, pembiayaan dapat dibagi menjadi dua yaitu:
a. Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik
usaha produksi, perdagangan maupun investasi. Menurut keperluannya,
pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi dua yaitu:

7
Sumar’in, Konsep Kelembagaan Bank Syariah, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), Hal.115-116.
8
Muhammad Ridwan, Konstruksi Bank Syariah, (Yogyakarta: Pustaka SM,
2007), Hal. 95.
a) Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan
peningkatan produksi serta untuk keperluan perdagangan.
b) Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-barang
modal (capital goods) serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan
itu.
b. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk
memenuhi kebutuhan.
Menurut tujuan penggunaannya, pembiayaan syariah dibagi kedalam 3
kategori:
a) Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil (mudhrabah, musyarakah)
b) Pembiayaan dengan prinsip jual beli (murabahah, salam dan istishna)
c) Pembiayaan dengan prinsip sewa (ijarah dan ijarah muntahiyah bit
tamlik)
d) Pembiayaan atas dasar Qardh.
Pembiayaan dengan prinsip jual beli ditujukan untuk memiliki barang,
sedangkan yang menggunakan prinsip sewa ditujukan untuk mendapatkan jasa.
Prinsip bagi hasil digunakan untuk usaha kerjasama yang ditujukan guna
mendapatkan barang dan jasa sekaligus. Sedangkan pembiayaan dengan akad
elengkap ditujukan untuk memperlancar pembiayaan dengan menggunakan tiga
prinsip diatas.9
6. Tahapan-tahapan Pembiyaan Dana Bank Syariah
Setiap pembiayaan yang akan disalurkan kepada nasabah oleh bank syariah
tidak akan lepas dari tahapantahapan. Ada 4 tahapan sebagai berikut:
a. Tahap analisis pembiayaan, yaitu tahap sebelum pemberian pembiayaan
diputuskan oleh bank syariah, yaitu tahap bank mempertimbangkan
permohonan pembiayaan oleh calon nasabah penerima fasilitas.

9
http://myactivity.google.com/myactivity?product=19 diakses pada tanggal 11 November 2019 pada
pukul 18.33 WIB.
b. Tahap dokumentasi pembiayaan, yaitu tahap setelah pembiayaan
diputuskan pemberiannya oleh bank syariah dan kemudian penuangan
keputusan kedalam perjanjian pembiayaan serta dilaksanakannya
pengikatan agunan untuk pembiayaan yang diberikan.
c. Tahap pengawasan dan pengamanan pembiayaan, yaitu tahap setelah
perjanjian pembiayaan ditandatangani oleh kedua belah pihak dan
dokumentasi pengikatan agunan pembiayaan telah selesai dibuat serta
selama pembiayaan itu digunakan oleh nasabah penerima fasilitas
sampai jangka waktu pembiayaan belum berakhir.
d. Tahap penyelamatan dan penagihan pembiayaan, yaitu tahap setelah
pembiayaan menjadi pembiayaan yang bermasalah.10

10
Trisandini P. Usanti dan Abd.Shomad, Transaksi Bank Syariah, (Jakarta, Bumi Aksara, 2013), Hal. 69.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyedia uang atau tagihan
yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk
mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan
imbalan atau bagi hasil. Dalam melakukan pembiayaan maka bank syariah
memerlukan analisis pembiayaan agar bank syariah memperoleh keyakinan
bahwa pembiayaan yang diberikan dapat dikembalikan oleh nasabahnya.
Namun realisasi pembiayaan bukanlah tahap terakhir dari proses pembiayaan.
Setelah realisasi pembiayaan, maka pejabat bank syariah perlu melakukan
pemantauan dan pengawasan pembiayaan supaya memajukan efisiensi di dalam
pengelolaan tata laksana usaha di bidang peminjaman dan sasaran pencapaian
yang ditetapkan sehingga tujuan daripada adanya pembiayaan bisa tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad. 2005. Manajemen Bank Syariah. UPP AMP YKPN. Yogyakarta.

Karim, Adiwarman. 2010. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan. PT.Grafindo
Persada. Jakarta.

M.Sholahudin. 2004. Risiko Pembiayaan dalam Perbankan Syariah. Jurnal Benefit


Vol.8 No.2.

Haris, Helmi. 2007. Pembiayaan Rumah (Sebuah Inovasi Pembiayaan Perbankan


Syariah). Jurnal Ekonomi Islam Vol.1 No.1.

Dwi Permata, Russely Inti dan Yaningwati, Fransisca. 2014. Analisis Pengaruh
Pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah Terhadap Tingkat
Profitabilitas. Jurnal Administrasi Bisnis Vol.12 No.1.

Aisyah, Binti Nur. 2015. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Kalimedia.


Yogyakarta.

Sumar’in. 2012. Konsep Kelembagaan Bank Syariah. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Ridwan, Muhammad. 2007. Konstruksi Bank Syariah. Pustaka SM. Yogyakarta.

P.Usanti, Trisandi dan Shomad, Abd. 2013. Transaksi Bank Syariah. Bumi Aksara.
Jakarta.

http://myactivity.google.com/myactivity?product=19 diakses pada tanggal 11


November 2019 pada pukul 18.33 WIB.

Anda mungkin juga menyukai