Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PEMBIAYAAN SINDIKASI PADA BANK SYARIAH


Diajukan untuk memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Manajemen
Pembiayaan Bank Syariah dan Dipresentasikan di kelas PS-3G

DOSEN PRMBIMBING :
EKA FEBRIANTI, SE.,MM., CRBD

OLEH KELOMPOK 13:

Riva Armela 3319280


Hafidz Chan 3319260
Afri Yoni Syahputra 3321254

JURUSAN S1 PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN


BISNIS ISLAM UIN SJECH M. DJAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI
TA.2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kehadiran Allah SAW yang telah melimpahkan Rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pembiayaan Sindikasi pada Bank Syariah” ini dapat penulis selesaikan dengan
tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penulis tidak akan mampu
menyelesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas
terstruktur maka kuliah Manajemen Pembiayaan Bank Syariah.
Penulis mengucapkan terimasih kepada ibu EKA FEBRIANTI, SE., MM.,
CRBD selaku dosen mata kuliah Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Program
Studi Perbankan Syariah yang telah memberikan arahan dalam menyusun
makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas
kepada pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh lebih
sempurna. Oleh karenanya, penulis mengharapkan kritik dan saranyang bersifat
membangun dari para pembaca untuk kesempurnaan makalah ini. Terima kasih.

Bukittinggi, 01 Desember 2022


penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulis
BAB II PEMBAHASAN
A. Defenisi pembiayaan sindikasi syariah.…………………………………...
B. Aspek syariah ………………………………………………..……...……4
C. Ketentuan-ketentuan dalam pembiayaan sindikasi bank syariah...……….4
D. Skema pembiayaan sindikasi syariah……………………………………..6
E. Mudharib……………...…………………………………………………..7
F. Pricing (Harga)……………………………………………………………8
G. Aspek hukum……………………………………………………………...9
H. Pencatatan dan pelaporan………………………………………………...10
I. Penerapan sindikasi pada bank-bank syariah di
Indonesia………………11
J. Tantangan pengembangan pembiayaan sindikasi syariah………………..13
BAB III PENUTUP …………………………………………………………......17
A. Kesimpulan……………………………………………………………...17
B. Saran…………………………………………………………………….17
Daftar Pustaka

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bank Syariah mempunyai keharusan melakukan pengembangan
inovasi produk untuk menjaga eksistensi perbankan syariah agar terus
meningkat di tengah persaingan. Bank Syariah dalam kegiatan usahanya
menggunakan beberapa produk yang meliputi penghimpunan dana,
pembiayaan atau penyaluran dana dan jasa perbankan lainnya. Perbankan
syariah dalam hal memberikan pembiayaan kepada nasabah dapat
dikategorikan pada dua segmen, yakni segmen UMKM dan non UMKM.
Seiring perkembangan usaha dan meningkatnya kebutuhan
pembiayaan investasi dengan jumlah yang besar, seringkali diperlukan
lebih dari satu bank dan/atau lembaga keuangan syariah untuk secara
bersama-sama memenuhi kebutuhan keuangan tersebut. Konsep itulah
yang kemudian disebut dengan sindikasi. Syndicated loan atau dalam
istilah bahasa Indonesia disebut sebagai kredit sindikasi/ pembiayaan
sindikasi merupakan pembiayaan atau pinjaman yang diberikan secara
bersama-sama oleh lebih dari satu bank kepada suatu debitur tertentu yang
membutuhkan pembiayaan. Pembiayaan sindikasi dapat berupa kredit
investasi atau juga kredit modal kerja. Pembiayaan sindikasi muncul
dalam perbankan atas dasar kebutuhan terhadap pembiayaan dengan
jumlah besar, sehingga perbankan tidak mampu jika hanya dilakukan oleh
satu bank saja. Di lain sisi, pembiayaan jumlah besar juga pasti diikuti
dengan resiko yang besar pula. Pembiayaan sindikasi hadir sebagai salah
satu cara untuk memperkecil resiko karena pembiayaan dilakukan oleh dua
bank atau lebih sehingga akan mencerminkan prinsip berbagi resiko.
Pembiayaan sindikasi pada perbankan syariah memiliki komponen
yang sangat banyak. Mulai dari hubungan yang terjalin antara sesama
lembaga penyedia modal baik bank maupun non bank atau relasi antara
lembaga keuangan konvensional dan lembaga keuangan berprinsip
syariah. Di samping itu juga terdapat hubungan antara pihak penyedia
modal (lembaga keuangan) dengan pihak yang membutuhkan pembiayaan
atau disebut nasabah. Sebagaimana sindikasi adalah pembiayaan yang
dilakukan oleh lebih dari dua bank terhadap kebutuhan pembiayaan
nasabah baik berupa pembiayaan infrastruktur, listrik, telekomunikasi, dan
proyek usaha besar lainnya.
Kerjasama sindikasi pada perbankan syariah dapat dilakukan oleh
sesama Bank Syariah atau antara Bank Syariah satu dengan bank
konvensional untuk bersama-sama membiayai kebutuhan nasabah yang
dalam hal ini memiliki perjanjian/ akad yang tidak hanya satu. Beberapa
kontrak/ akad dalam pembiayaan sindikasi Bank Syariah dibuat untuk

1
mengisi celah akibat adanya hubungan timbal balik antara beberapa pihak
yang terkait dengan pembiayaan ini. Produk pembiayaan ini tidak dapat
dipisahkan dengan skema multi akad (hybrid contract) dalam teori hukum
ekonomi syariah atau fiqh muamalah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Defenisi Pembiayaan Sindikasi Syariah?
2. Bagaimana Aspek Syariah?
3. Bagaimana Ketentuan – ketentuan dalam Pembiayaan Pindikasi Bank
Syariah ?
4. Bagaimana Skema Pembiayaan Sindikasi Syariah?
5. Bagaimana Mudharib?
6. Bagaiman Pricing?
7. Bagaimana Aspek Hukum?
8. Bagaiman Pencatatan dan Pelaporan?
9. Bagaiman Penerapan Sindikasi pada Bank-Bank Syariah di Indonesia?
10. Bagaimana Pengembangan Pembiayaan Sindikasi Syariah?

C. Tujuan Penulis
1. Untuk mengetahui Defenisi pembiayaan sindikasi syariah
2. Untuk mengetahui Aspek syariah
3. Untuk mengetahui Ketentuan – ketentuan dalam pembiayaan sindikasi
bank syariah
4. Untuk mengetahui Skema pembiayaan sindikasi syariah
5. Untuk mengetahui Mudharib
6. Untuk mengetahui Pricing
7. Untuk mengetahui Aspek hukum
8. Untuk mengetahui Pencatatan dan Pelaporan
9. Untuk mengetahui Penerapan Sindikasi pada Bank-Bank Syariah di
Indonesia
10. Untuk mengetahui Pengembangan Pembiayaan Sindikasi Syariah

2
BAB II
PEMBAHASAN

K. Defenisi pembiayaan sindikasi syariah


Rekening dan Dokumen dalam Sindikasi Syariah Mengenai akad
pada pembiyaan ini yang dilakukan antar LKS dilakukan menggunakan
rekening, dokumen kontrak, dan dokumen lainnya disusun dalam satu
dokumen. Adapun ketka kerjasama sindikasi dilakukan antara LKS dan
LKK maka dokumennya harus dibuatkan dokumen induk (berupa
perjanjian bersama) lalu dibuatkan dokumen turunan untuk LKS dan LKK
yang dibuat secara terpisah untuk masing-masing LKS dan LKK. Selain
itu juga rekening antar LKS dan LKK dibuat secara terpisah
pula.Ketentuan sindikasi termaktub dalam Surat Edaran Bank Indonesia
No.7/23/DPD tertanggal 8 Juli 2005 dan Peraturan Bank Indonesia
No.7/14/PBI/2005 tentang Pembatasan Transaksi Rupiah dan Pemberian
Kredit Valuta Asing oleh Bank. Pembiayaan sindikasi atau pinjaman
sindikasi menurut Stanley Hurn ialah pinjaman yang dibuat oleh dua atau
lebih lembaga pemberi pinjaman, dengan syarat dan kode yang sama,
menggunakan dokumentasi umum dan dikelola oleh agen umum. Secara
definitif, pembiayaan sindikasi merupakan pembiayaan yang diberikan
oleh lebih dari satu lembaga keuangan bank untuk satu objek pembiyaan
tertentu. Umumnya, pembiayaan tersebut diberikan bank kepada nasabah
korporasi yang memiliki nilai transaksi yang sangat besar1.
Dalam pengertian lain yang lebih spesifik tentang pembiayaan
sindikasi syariah dapat dipahami seperti apa yang tertuang dalam fatwa
Dewan Syariah Nasional MUI. Pembiayaan sindikasi (al-tamwil al-
mashrifi al-mujamma’) merupakan sebuah akad antara beberapa Lembaga
Keuangan, baik antar sesama Lembaga Keuangan Syariah maupun antar
Lembaga Keuangan Syariah dengan Lembaga Keuangan Konvensional,
dalam rangka membiayai proyek tertentu secara bersama-sama. Sedangkan
entitas sindikasi adalah kumpulan beberapa Lembaga Keuangan Syariah,
atau Lembaga Keuangan Syariah dengan Lembaga Keuangan
Konvensional, yang memberikan pembiayaan secara bersama kepada
nasabah.2Berdasarkan beberapa tinjauan terhadap pengertian pembiayaan
sindikasi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pembiayaan sindikasi
syariah adalah jenis pembiayaan yang dilakukan oleh Bank Syariah yang
bermitra dengan Bank Syariah lain atau dengan bank konvensional untuk

1
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada, 2010), hlm, 245.
2
Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor:
91/DSN-MUI/IV/2014 tentang Pembiayaan Sindikasi.

3
membiayai sebuah proyek strategis perekonomian berdasarkan prinsip
syariah. Pembiayaan sindikasi menjadi salah satu startegi yang dapat
dilakukan oleh perbankan syariah untuk mendapat dorongan asset industri
perbankan syariah secara relatif aman. Dengan pemberlakuan sindikasi,
perbankan syariah dapat masuk ke dalam sektor korporasi maupun proyek
infrastruktur pemerintah. Perbankan syariah berpotensi mendapatkan
keuntungan yang besar, namun juga dapat memitigasi risiko yang relatif
besar.3 Pembiayaan sindikasi ini ditujukan untuk menyalurkan pembiayaan
tanpa perlu merasa khawatir terhadap batas maksimum pemberian kredit di
lembaga keuangan dan untuk meningkatkan pendapatan lembaga
keuangan dengan memperkecil adanya risiko pembiayaan besar yang
terjadi, apabila terdapat risiko dikemudian hari maka seluruh anggota
sindikasi harus bersedia menanggung secara bersama-sama seluruh risiko
yang muncul karena penyaluran pembiayaan tersebut.4

L. Aspek syariah
Analisis kritis fatwa DSN nomor 91/DSN-MUI/IV/2014 sebagai
landasan mengenai pembiayaan sindikasi antara bank syariah dan bank
konvensional dengan akad musyarakah berdasarkan pada prinsip – prinsip
syariah, berisi defenisi fatwa, syarat mufti dan metode fatwa, fatwa DSN
MUI dan peranannya bagi bank syariah, analisi terhadap redaksi dan teknis
sindikasi dalam fatwa DSN MUI tentang kebolehan sindikasi antara bank
syariah dengan bank konvensional, analisis prinsip syariah dalam fatwa
DSN MUI tentang kebolehan sindikasi antara bank syariah dengan bank
konvensional, analisis sisi positif dan negatif sindikasi dengan akad
musyarakah antara bank syariah dengan bank konvensional.

M. Ketentuan – ketentuan dalam pembiayaan sindikasi bank syariah


Dewan Syariah Nasional Majlis Ulama Indonesia (DSN MUI)
merupakan lembaga dibawah MUI yang memiliki peran dan fungsi dalam
menjalankan tugas yang diamanahkan oleh MUI berkaitan dengan
ekonomi syariah di Indonesia.24 Sejak diberlakukannya Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2008 Keberadaan fatwa DSN MUI memberikan andil
yang sangat penting sebagai acuan dalam hal implementasi pada lembaga
keuangan dalam menerapkan prinsip syariah yang mesti dipatuhi oleh para
stakeholder di Indonesia.5 Berkenanan dengan pembiayaan sindikasi
syariah DSN MUI telah mengeluarkan fatwa No. 91 Tahun 2014 yang
3
Rahmayati, “Pembiayaan Sindikasi Sebagai Peningkatan Portofolio Pembiayaan
Perbankan Syariah,” Jurnal Ilmu Ekonomi Dan Keislaman 7, no. 1 (June 24, 2019): 1–16,
http://194.31.53.129/index.php/Al-masharif/article/view/1617.
4
Mardiana Yose and Rully Trihantana, “Peran Serta Dan Mekanisme Bank Syariah Pada
Pembiayaan Sindikasi Di Bank Syariah Mandiri Pusat,” Nisbah: Jurnal Perbnakan Syariah 3, no. 2
(December 18, 2017): hlm, 410, https://doi.org/10.30997/jn.v3i2.814.

4
mengatur mekanisme operasional pembiayaan sindikasi tersebut. Fatwa ini
lahir dilatarbelakangi dari diskusi pada Working Group Perbankan Syariah
(WGPS) yang diselenggarakan di Hotel Mercure Alam Sutera Tangerang
Selatan tahun 2013 diantara isinya menyebutkan mengenai pihak regulator
yang memberikan dorongan kepada LKS untuk memiliki pengalaman
dalam melakukan sindikasi, ditambah dengan tidak memungkinkannya
LKK untuk dipaksa menjalakan sindikasinya dengan prinsip syariah.
Oleh karenanya WGPS menyimpulkan mengenai bolehnya
pembiayaan sindikasi LKS bersama LKK dengan ketentuan dokumennya
diatur secara rinci dengan tujuan tidak tercampurnya secara administratif
antara modal dari sumber halal dan riba. Diantaranya melalui pembuatan
dokumen induk, kemudian diikuti dengan dokumen turunan yang
memisahkan antara transaksi halal dan ribawi dengan rekening
pembiayaan yang dipisah pula.26 Maka untuk mengatur mengenai hal
tersebut maka lahirlah fatwa No.91 Tahun 2014 yang mengatur mengenai
pembiayaan sindikasi berdasarkan prinsip syariah.
Pada fatwa tersebut disebutkan bahwa dalam melakukan
pembiayaan sindikasi dengan lembaga keuangan konvensional mesti
mengikuti ketentuan sebagai berikut :
1. Akad antara Sesama Lembaga Keuangan Peserta Sindikasi
Akad yang mengikat sesama peserta sindikasi dapat dilakukan
skema sebagai berikut :
a. Akad Mudharabah, dengan akad ini para lembaga keuangan
diposisikan menjadi shohibul mal yang mengikutsertakan
modalnya pada proyek tertentu, adapun pihak mudharib (leader)
dalam hal ini tidak terlibat penyertaan modal aset namun berperan
dalam penyertaan modal berupa skill/keahlian.
b. Akad Musyarakah, akad ini memposisikan peserta sindikasi dan
leader bersama-sama mengikutsertakan modal berupa aset atau
ro’sul mal, melalui kesepakatan bersama diantara syarik ada yang
ditunjuk sebagai leader. Dengan akad ini pihak leader pun berhak
mendapat pendapatan tambahan dikarenakan kedudukannya
sebagai manager (pengelola) dan diakadkan secara khusus
berkenaan hal tersebut.
c. Akad Wakalah, dengan akad ini semua peserta bersama leader
sindikasi berperan sebagai wakil. Mengenai akad ini berlaku akad
wakalah bil al-ujroh dengan yang berhak memperoleh ujroh.
2. Akad antar Peserta Sindikasi dengan Pihak Nasabah

5
Ahyar Ari Gayo dan Ade Irawan Taufik, “Kedudukan Fatwa Dewan Syariah Nasional
Majelis Ulama Indonesia Dalam Mendorong Perkembangan Bisnis Perbankan Syariah (Perspektif
Hukum Perbankan Syariah”), Jurnal Rechtsvinding, Media Pembinaan Hukum Nasional, Volume
1 (2), 2012, hal 269.

5
Berkenaan interaksi bisnis yang dilakukan antara peserta sindikasi
dan nasabah dalam diikat dengan akad sebagai berikut :
a. Akad jual beli atau al-ba’i baik itu ba’i al-musawamah (harga
ditentukan berdasarkan tawar menawar), jual beli murabahah
(ba’i al-murabahah), jual beli salam (ba’i al-salam), atau jual beli
salam secara parelel (ba’i al-salam al-muwazi), ba’i al-ishtishna’
atau ba’i al-ishtishna’ al-muwazi (jual beli istishna’ secara
paralel.
b. Ijarah (sewa menyewa) atau ijarah muntahiyah bi al-Tamlik
(sewa dengan pengalihan kepemilikan objek sewa).
c. Menggunakan akad musyarakah mutanaqishah.
d. Akad-akad bersama di sektor pertanian yaitu musaqoh,
muzaro’ah, mughorosah, dan mukhobarah.
3. Rekening dan Dokumen dalam Sindikasi Syariah
Mengenai akad pada pembiyaan ini yang dilakukan antar LKS
dilakukan menggunakan rekening, dokumen kontrak, dan dokumen
lainnya disusun dalam satu dokumen. Adapun ketka kerjasama
sindikasi dilakukan antara LKS dan LKK maka dokumennya harus
dibuatkan dokumen induk (berupa perjanjian bersama) lalu dibuatkan
dokumen turunan untuk LKS dan LKK yang dibuat secara terpisah
untuk masing-masing LKS dan LKK. Selain itu juga rekening antar
LKS dan LKK dibuat secara terpisah pula.

N. Skema pembiayaan sindikasi syariah


terdapat dua bentuk sindikasi, yaitu pembentukan pembiayaan lead
syndication dan pementukan pembiayaan sindikasi club deal.
Pembentukkan sindikasi tersebut berupa :6
1. Bilateral
a. Hubungan antara satu debitur dan satu kreditur.
b. Jaminan di ambil alih oleh kreditur.
c. Satu akad pembiayaan.
Sindikasi dengan skema bilateral yaitu perjanjian pembiayaan
yang melibatkan dua pihak, yaitu nasabah dengan bank.
Jaminan/agunan nasabah akan dikuasai oleh bank secara paripasu,
serta pada pembiayaan tersebut akan menggunakan satu akad/kontral
dimana menjadi simbol perjanjian yang sah antar keduanya.

BILATERAL

6 BANK DEBITUR COLLATERAL


https://123dok.com/document/zgr3p66q-peran-serta-mekanisme-syariah-pembiayaan-sindikasi-
syariah-mandiri.html

6
2. club deal
a. Pembentukkan fasilitas di arrange sendiri oleh debitur.
b. Fasilitas pembiayaan disalurkan oleh beberapa kreditur.
c. Jaminan akan dikuasai secara paripasu oleh bank.
d. Akad pembiayaan masing-masing.
Sindikasi dengan skema club dealmerupakan penyatuan modal
tertentu yang dilakukan untuk mendanai sebuah proyek skala besar yang
akan dijalankan oleh nasabah, namun antar bank tidak mempunyai
ikatan ataupun hubungan bisnis. Dikarenakan pada skema club deal
pembiayaan yang diperoleh tidak hanya bersumber dari bank syariah
saja, melainkan dari bank konvensionalpun dapat turut serta dalam
melaksanakan pembiayaan tersebut, sehingga untuk agunan atau
jaminan akan dikuasai secara paripasu. Sedangkan pada kesepakatan
antar bank tidak dibuatkan satu akad (kontrak). Melainkan pada akad
pembiayaannya dibuat secara terpisah atau masing-masing
berdasarkan dengan porsi yang akan diberikan, meskipun pada
dasarnya isi dari setiap akad/kontrak tersebut sama.

BANK Club Deal

BANK DEBITUR COLLATERAL

BANK

O. Mudharib
Sindikasi dapat memberikan manfaat bagi Nasabah dan Mudharib
yaitu sebagai berikut :
1. Dengan sindikasi memungkinkan bagi mudharib atau nasabah
mendapatkan nilai pembiayaan jumbo tanpa harus berinteraksi
langsung dengan beberapa bank. Pihak pemoho pembiayaan cukup
berkordinasi kepada leader peserta sindikasi.
2. Dalam melakukan negosiasi maka syarat-syarat dan ketentuan
mengenai pembiayaan, maka nasabah debitur cukup berhubungan
dengan satu bank sebagai leader. Hal ini lebih mengefesienkan
daripada harus berhubungan dengan beberapa bank untuk proses
negosiasi.
3. Secara proses pemberian pembiayaan akan lebih cepat daripada
nasabah mendapatkan modal pembiayaan melalui penerbitan obligasi
maupun menjual sahamnya di pasar modal.

7
4. Menjadi jalan keluar bagi mudharib dan nasabah yang penyertaan
permohonan pembiayaannya dianggap melampaui legal lending limit
suatu bank.
5. Bagi mudharib/nasabah tidak harus melakukan proses pengungkapan
(disclosure) berkaitan dengan perusahaannya, berbeda dengan nasabah
melakukan penerbitan saham atau obligasinya.
6. Bagi Mudharib/debitur akan memiliki track record dan reputasi dari di
mata bank-bank peserta sindikasi.
7. Mudharib/nasabah memungkinkan untuk mendapat kesempatan
mendapatkan pembiayaan dari bank luar negeri.

P. Pricing (Harga)
Pricing atau harga adalah nilai yang diberikan oleh konsumen
terhadap barang atau jasa. Penetapan harga merupakan hal untuk
menentukan sejumlah harga tertentu untuk kategori produk tertentu. 7
Oleh karena itu, kunci untuk menentukan harga produk terletak pada
pemahaman terhadap nilai yang akan diberikan konsumen kepada
produk. Apabila harga lebih tinggi dari pada nilai yang dirasakan
konsumen pertukaran tidak akan terjadi.
Terdapat beberapa strategi yang di gunakan dalam penetapan harga
yaitu sebagai berikut:
a. Penetapan harga
Harga merupakan nilai suatu barang yang dinyatkan dengan
uang untuk menyesuaikan fitur produk, saluran, dan
komunikasi serta memperoleh manfaat dari memiliki atau
menggunakan suatu produk atau jasa.
b. Keputusan penetapan harga seperti halnya keputusan bauran
pemasaran yang lainnya, harus berorientasi pada pembelin
yang efektif.
Konsep harga menurut Ibnu Taimiyah, harga yang adil pada
hakikatnya telah ada digunakan sejak awal kehadiran agama Islam
Al-Quran sendiri sangat menekan keadilan dalam setiap aspek
kehidupan umat manusia. Oleh karena itu adalah hal wajar jika
keahlian juga diwujudkan dalam aktivitas pasar khususnya harga,
dengan ini Rasulullah menggolongkan riba sebagai penjualan yang
terlalu mahal yang melebihi kepercayaan konsumen. Dijelaskan
dalam firman Allah dalam surat Al-baqarah:278 yang berbunyi:
          
  

7
Nana Herdian Abdurrahman, Manajemen Bisnis Syariah & kewirausahaan…., hal.346-347.

8
278. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
tinggalkan sisa Riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang
beriman.
Ayat diatas menjelaskan bahwasanya perintah untuk bertakwa
kepada Allah dan menggalkan segala bentuk riba dalam arti yang
sebenarnya, karena sifat atau ciri-ciri orang beriman adalah mengikuti
perintah Allah.
Istilah harga yang adil telah disebutkan dalam beberapa hadist Nabi
dalam konteks kompensasi seorang majikan membebaskan budaknya dalam
hal ini budak tersebut menjadi manusia merdeka dan pemiliknya memperoleh
kompensasi yang adil (qimqh al-adl) istilah yang sama juga telah pernah
digunakan sahabat Nabi yakni Umar Ibn Khatab. Ketika menetapkan nilai
baru untuk diyat, setelah daya beli dirham mengalami penurunan
mengakibatkan kenaikan harga-harga.
Para Fuqaha telah menyusun berbagai aturan transaksi bisnis juga
menggunakan konsep harga didalam kasus penjualan barang-barang cacat.
Para Fuqaha berfikir bahwa harga yang adil adalah harga yang dibayar untuk
objek serupa, oleh karena itu mereka mengenalnya dengan harga setara. Ibnu
Taimiyah merupakan orang pertama kali menaruh perhatian terhadap
permasalahan harga adil. Ia sering mengggunakan dua istilah ini yaitu
kompensasi yang setara dari harga yang setara.
Q. Aspek hukum
Penelusuran mengenai bersyarikat dapat ditemukan dalam
beberapa taqrir (persetujuan) Rasulullah SAW mengenai aktivitas syirkah
yang berlangsung di masa Rasulullah SAW bahkan dalam salah satu hadits
qudsi yang diriwayatkan dari Abu Dawud dari sahabat sahabat Abu
Hurairah disebutkan bahwa Allah SWT akan membersamai siapa saja
yang sedang bersyirkah selama orang tersebut tidak saling berkhianat
kepada yang lainnya. Termasuk juga mafhum mukhalafah dalam
QS.Shad:24 yang melarang berbuat dzalim terhadap pihak lain yang sama-
sama dalam kontrak perjanjian musyarakah. Termasuk larangan
mengharamkan yang jelas halalnya dan menghalalkan yang jelas
haramnya. Dengan demikian bentuk kerjasama yang dibolehkan dalam
syariah adalah bentuk kerjasama yang tidak memiliki unsur kedzaliman,
menghalalkan yang haram atau mengharamkan yang halal, juga tidak
dirusak dengan khianatnya antara pihak yang sedang berakad.
Mengenai pembiayaan sindikasi ini Ibnu Qudamah menyebutkan
tentang kebolehan transaksi model tersebut dengan syarat tidak
mengandung riba dan terhindar dari akad bathil sebagaimana yang
disandarkan kepada madzhab syafi’i, maliki, hambali, dan hanafi. AAOFI
memberikan fatwa mengenai bolehnya pembiayaan sindikasi antar
lembaga keuangan syariah. Begitupun menyebutkan tidak ada larangan
mengenai mengikut sertakan lembaga keuangan konveksional untuk

9
terlibat dalam sindikasi ini dengan syarat dilakukan secara prinsip dan
ketentuan syariah. Juga tidak ada larangan juga pemberian pembiayaan
sebagian porsi dari suatu proyek dengan cara pembiayaan konveksional
dengan ketentuan bahwa rekening dan leader manager dari kedua model
pembiayaan tersebut dilakukan secara terpisah. Adapun mengenai
transaksi riba dalam pembiayaan tersebut menjadi tanggung jawab pihak
yang melakukannya.
Fatwa DSN-MUI dalam membolehkan pembiayaan sindikasi ini
mengacu kepada beberapa fatwa sebelumnya diantaranya Nomor 10
Tahun 2000 tentang murabahah, No.5 Tahun 2000 mengenai Jual beli
berbentuk salam, fatwa no.6 tahun 2000 mengenai Istishna’, Fatwa no.9
tahun 2000 mengenai model Pembiayaan Ijarah (sewa menyewa), fatwa
No.27 Tahun 2002 mengenai IMBT (al-ijaroh al-muntahiyah bi al-
Tamlik), fatwa No.8 Tahun 2000 mengenai musyarakah, fatwa No.73
Tahun 2008 mengenai Musyarakah Mutanaqishah, fatwa No.7 Tahun
2000 mengenai bagi hasil/mudharabah (qiradh), fatwa No.20 Tahun 2001
mengenai Pedoman Pelaksanaan Investasi Reksa Dana Syariah, fatwa
No.37 Tahun 2002 mengenai pasar uang antar bank yang berlandasarkan
syariah, fatwa No.38 Tahun 2002 mengenai Sertifikat Investasi
Mudharabah (bagi hasil) antar Bank (Sertifikat IMA), dan fatwa No.78
Tahun 2010 mengenai tata cara dan instrumen pasar uang antar bank
berlandasarkan syariah.

R. Pencatatan dan pelaporan


Rasio Pembiayaan Inklusif Makroprudensial yang selanjutnya
disingkat RPIM adalah rasio yang menggambarkan porsi Pembiayaan
Inklusif Bank sesuai dengan ketentuan Peraturan Bank Indonesia.
Ketentuan dalam pembuatan laporan terdapat dalam BAB III tentang
sumber data dan laporan dalam Pasal 9 yang berbunyi:

1) Sumber data untuk perhitungan RPIM diperoleh dari laporan Bank


kepada Bank Indonesia.
2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. laporan bulanan bank umum;
b. laporan stabilitas moneter dan sistem keuangan bulanan BUS dan
UUS
c. laporan bank umum terintegrasi; dan/atau
d. laporan lain yang ditetapkan Bank Indonesia.
3) Bank wajib menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf a sampai dengan huruf c sesuai dengan ketentuan Peraturan
Bank Indonesia mengenai laporan.
4) Selain laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dalam hal
diperlukan Bank wajib menyampaikan laporan lain sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf d kepada Bank Indonesia.

10
5) Penyampaian laporan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dilakukan secara luring.
6) Dalam hal terdapat kesalahan pada laporan lain yang telah
disampaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Bank wajib
menyampaikan koreksi atas laporan lain secara luring.
7) Penyampaian laporan lain secara luring sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) dan ayat (6) disampaikan untuk posisi akhir bulan Juni dan
posisi akhir bulan Desember.
8) Penyampaian laporan lain secara luring sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) disampaikan pertama kali untuk posisi akhir bulan Juni 2022.

S. Penerapan sindikasi pada bank-bank syariah di Indonesia


Pembiayaan sindikasi muncul dalam perbankan atas dasar
kebutuhan terhadap pembiayaan dengan jumlah besar, sehingga perbankan
tidak mampu jika hanya dilakukan oleh satu bank saja. Di lain sisi,
pembiayaan jumlah besar juga pasti diikuti dengan resiko yang besar pula.
Pembiayaan sindikasi hadir sebagai salah satu cara untuk memperkecil
resiko karena pembiayaan dilakukan oleh dua bank atau lebih sehingga
akan mencerminkan prinsip berbagi resiko. Perbankan syariah di
Indonesia telah banyak melakukan pembiayaan terhadap investasi jumlah
besar yang sangat berpengaruh kepada perekonomian. Misalnya melalui
produk Pembiayaan Sindikasi iB Hasanah di BNI Syariah, Kredit
Sindikasi di Bank Syariah Mandiri, Sindikasi di BCA Syariah dan
pembiayaan sindikasi perbankan syariah lainnya di Indonesia. Pembiayaan
terhadap investasi ini tidak dapat dijalankan sendiri oleh satu Bank
Syariah, melainkan harus bekerja sama dengan bank lainnya. Berikut ini
merupakan contoh aplikasi pembiayaan sindikasi yang dilakukan oleh
beberapa Bank Syariah di Indonesia:
1. Pembiayaan Sindikasi di Bank Syariah Mandiri
Skema pembiayaan sindikasi di Bank Syariah Mandiri
setidaknya membutuhkan waktu enam bulan. Pembiayaan
sindikasi di BSM memiliki syarat yakni bukti permohonan dari
nasabah, bukti legalitas pemohon, bukti legalitas usaha, laporan
keuangan dua tahun terakhir dan laporan keuangan tahun
berjalan, serta bukti kepemilikkan agunan, dokumen
pendukung lain (jenis kontrak, company profile, dan lain
sebagainya). Persyaratan tersebut harus dilengkapi oleh calon
nasabah yang ingin memperoleh pembiayaan sindikasi melalui
BSM dan ketentuan tersebut dijalankan oleh BSM sebagai
standar prudential banking untuk memperkecil risiko kerugian
bagi bank.
Apabila persyaratan tersebut telah terpenuhi, maka
selanjutnya dapat dilakukan proses selanjutnya. Ada dua

11
tingkatan dalam proses mendapatkan pembiayaan sindikasi
yakni primary market syndication dan secondary market
syndication. Primary market syndication adalah pasar
berlangsungnya proses sindikasi, dimulai dari pembentukkan
sampai sebelum akad pembiayaan sindikasi ditandatangani.
Sedangkan secondary market syndication adalah pasar yang
terbentuk jika salah satu peserta sindikasi menjual sebagian
atau seluruh partisipasinya kepada bank lainnya.
Dalam pembiayaan sindikasi, apabila Bank Syariah
Mandiri bertindak sebagai leader maka proses dan alunya dapat
dirumuskan melalui tahapan berikut ini :8
a. Bank dan nasabah bernegosiasi. Pada negosiasi ini bank
akan menawarkan produk sindikasi, jumlah angsuran dan
jumlah marginnya. Kemudian dilanjutkan pengumpulan
berkas persyaratan. Bank akan menganalisis berkas-berkas
persyaratan, apakah nasabah layak diberikan pembiayaan
atau tidak.
b. Bank akan mengirimkan offering letter dengan kondisi
underwitten basis yaitu dimana Bank melakukan
pengikatan diri untuk menyediakan sebagian (partially
underwritten) atau seluruh (fully underwritten) dari seluruh
jumlah dana pembiayaan.
c. Bank meminta mandat dan penunjukkan sebagai MLA.
Kemudian Bank akan menyusun info memo yang berisikan
informasi mengenai profil usaha nasabah, dan term &
condition dari pembiayaan sindikasi.
d. Bank akan menawarkan pembiayaan proyek tersebut
kepada beberapa bank yang mempunyai kemampuan
sindikasi dengan mengirimkan surat penawaran disertai
info memo. Setelahnya, MLA beserta lembaga keuangan
calon anggota sindikasi melakukan analisis terhadap
proyek tersebut dan mempresentasikan kepada para komite
pembiayaan dari setiap bank.
e. Jika lembaga keuangan tertarik pada usaha nasabah, maka
setiap bank akan menyampaikan komitmen mereka ke
dalam bentuk participation letter. Sesudah para partisipan
bersedia berpartisipasi, Bank bersama peserta sindikasi
akan memberikan term sheet final kepada nasabah yang
meliputi mencantumkan jumlah limit pembiayaan dan porsi
partisipasi dari setiap peserta sindikasi.

8
Yose and Trihantana, hlm. 412.

12
f. Legal meeting oleh Bank selaku wakil dari lembaga
keuangan peserta sindikasi, konsultan hukum independen
atau lawyer, notaris dan nasabah.
g. Jaminan akan dikuasai secara paripasu oleh peserta
sindikasi sesuai dengan proporsi jumlah penyertaan
modalnya.
h. Sesudah sindikasi terbentuk, maka dilakukan
penandatanganan akad yang diikuti dengan pemasangan
iklan (public expose) di media terkemuka tentang
pembiayaan sindikasi tersebut.
i. BSM sebagai lead akan mencairkan pembiayaan tersebut
dn selanjutnya ialah memonitoring kewajaran pembiayaan,
monitoring pembayaran, monitoring kewajiban jatuh
tempo, monitoring masa berlaku asuransi, monitoring masa
berlaku legalitas usaha, monitoring masa berlaku
pembiayaan, monitoring pembentukkan Penyisihan
Penghapusan Aktiva (PPA) dan monitoring penyampaian
laporan nasabah kepada lead arranger. Dan pencairan
dengan cara diangsur setiap kali nasabah
membutuhkannya.
j. Selama berlangsungnya proyek nasabah, facility agent
bertugas dalam pengumpulan margin, yang selanjutnya
akan menyerahkan margin tersebut kepada lead sindikasi.
k. Sesudah seluruh proses sindikasi selesai, maka facility
agent akan memberikan invoice sebagai pemberitahuan
atas tagihan nasabah.
Namun apabila Bank Syariah Mandiri bertugas sebagai
anggota sindikasi atau participant maka prosedurnya sedikit
berbeda. Dimana diawali dengan BSM menerima surat
penawaran sindikasi dari MLA atau lead sindikasi, kemudian
menilai kapasitas dan kredibilitas bank yang akan bertindak
sebagai lead, selanjutnya senantiasa mempertimbangkan
seluruh faktor risk & return balance, sesudahnya harus
menganalisa pembiayaan sindikasi tersebut yang diikuti dengan
penerbitan surat persetujuan kepada lead sindikasi, dilanjut
dengan mengikuti legal meeting yang diselanggarakan oleh
MLA sindikasi untuk membahas draft akad beserta
kelengkapannya, dan turut serta menandatangani akad
pembiayaan sindikasi.

2. Contoh pembiayaan sindikasi di BNI syariah

13
Sebagai bahan studi kasus terkait pembiayaan sindikasi
yang dilakukan oleh perbankan syariah di Indoensia. BNI
Syariah pada bulan agustus tahun 2020 kemarin telah
menyalurkan pembiayaan sindikasi dalam proyek Sistem
Penyediaan Air Minum (SPAM) Kali Angke, Kota Tangerang
Selatan, Provinsi Banten senilai Rp. 126 miliar dari total
pembiayaan sindikasi Rp226 miliar. Dalam pembiayaan
sindikasi ini, BNI Syariah berperan sebagai Mandated Lead
Arranger dan Bookrunner (MLAB), facility agent (agen
fasilitas), escrow agent (agen escrow), dan security agent (agen
jaminan). Selain BNI Syariah, ada 2 Bank Syariah yang
berpartisipasi dalam sindikasi ini yaitu Bank Panin Dubai
Syariah dan Bank Jabar Banten Syariah. Sindikasi ini
menggunakan akad musyarakah mutanaqisah yang mempunyai
jangka waktu pembiayaan maksimum 120 bulan sejak
ditandatangani Perjanjian Line Facility pembiayaan
musyarakah mutanaqisah. Dalam menyalurkan pembiayaan,
BNI Syariah mengutamakan prinsip kehati-hatian dan mitigasi
risiko, serta berlandaskan prinsip syariah. Dengan membiayai
proyek pemerintah daerah, diharapkan risiko bisnisnya lebih
rendah.9

T. Tantangan pengembangan pembiayaan sindikasi syariah


Pembiayaan sindikasi menjadi opsi bagi para bankir ketika
dihadapkan antara mengembangkan asetnya secara signifikan, sekaligus
mematuhi peraturan bank sentral dalam memenuhi prinsip kehati-hatian.
Sehingga, pembiayaan sindikasi sering dijalankan sebagai sharing (dana)
pembiayaan dan risiko
Pembiayaan sindikasi dapat menjadi salah satu strategi yang dapat
dilakukan oleh perbankan syariah untuk dapat mendongkrak aset industri
perbankan syariah secara relatif aman. Dengan adanya pembiayaan
sindikasi, perbankan syariah dapat masuk ke dalam sektor korporasi
maupun proyek infrastruktur pemerintah. Perbankan syariah berpotensi
memperoleh pendapatan yang besar, tetapi secara otomatis juga dapat
memitigasi risiko yang besar pula, mengingat dalam investasi berlaku
“high risk, high return”. Risiko kredit/pembiayaan adalah risiko kerugian
terkait dengan kemungkinan kegagalan counter party memenuhi
kewajibannya, atau risiko debitur tidak membayar kembali hutangnya.

9
Ni Putu Eka Wiratmini, BNI Syariah Salurkan Pembiayaan Sindikasi Rp126 Miliar di Proyek Air
Minum, Financial Bisnis: https:// finansial.bisnis.com/read/20200820/231/1281342/ bni-syariah-
salurkan-pembiayaan-sindikasi-rp126-miliar-di-proyek-air-minum, diakses pada tanggal 22
Oktober 2020 Pukul 13:00 WIB.

14
Pembiayaan sindikasi juga masih menyisakan permasalahan atau
kendala yang tidak sedikit. Sebut saja, dari sisi risiko likuiditas, berbagai
faktor akan muncul sebagai pencetus permasalahan yang dihadapi
perbankan syariah dalam mengimplementasikan pembiayaan sindikasi
tersebut.
Pertama, akibat  liquidity gap. Jika jenis pendanaan yang dihimpun
perbankan syariah masih berupa dana-dana tradisional atau mayoritas
berasal dari produk tabungan dan deposito nasabah perorangan (yang
notabene adalah dana-dana jangka pendek), secara teori, penyaluran
pembiayaan sindikasi, akan menimbulkan masalah likuiditas. Sebab,
biasanya proyek-proyek sindikasi adalah proyek-proyek besar dengan
jangka waktu menengah (medium term) hingga panjang (long term).
 Kedua, dari sisi investor, mayoritas masih menginginkan fix-
rate dalam imbalannya. Perbedaan (aplikatif) antara bank syariah di
Indonesia dengan bank syariah asing dalam penerapan commodity
murabahah product (CMP) dan akad tawarruq, harus diakui menjadi salah
satu penyebab utama mengapa dana-dana investasi asing berbasis syariah
masih belum optimal masuk ke bank-bank syariah di Indonesia. Perbankan
syariah lokal menerapkan produk ini hanya untuk kegiatan treasurry,
sementara tuntutan bank syariah asing adalah sebisa mungkin
mengembangkannya menjadi semacam commodity murabahah deposit.
Ketiga, dari sisi pemilik proyek atau bohir, nasabah korporasi,
maupun pemerintah ternyata juga dapat menyimpan tingkat risiko
likuiditas yang cukup tinggi. Perbankan syariah harus optimis, tetapi tetap
berhati-hati dalam melakukan pengembangan pembiayaan sindikasi di
tengah ketidakpastian ekonomi global. Adalah penting bagi perbankan
syariah untuk terus menjaga keseimbangan portofolio pembiayaan
sindikasi dan korporasi dalam rangka menghindari konsentrasi di satu
sektor.
Dengan demikian, dapat dikatakan implikasi pembiayaan sindikasi
perbankan syariah berjalan seiring pertumbuhan perbankan syariah itu
sendiri. Dalam pengembangannya, dibutuhkan peran banyak pihak.
Tantangan tersebut antara lain:
1. adanya jaminan dari pemerintah terkait likuiditas dalam proyek-proyek
tersebut.
2. Ada keseriusan dari sektor korporasi dalam mengelola bisnisnya agar
senantiasa profitable dan kuat diterpa krisis ekonomi.
3. Peranan perbankan syariah dalam menyediakan SDM yang mumpuni
dalam menangani proyek sindikasi, dan mampu menciptakan produk
pendanaan yang inovatif, tetapi tetap dalam bingkai syariah (agar lebih
dapat menarik investor asing maupun domestik).

15
4. Meningkatkan pemahaman masyarakat akan konsep investasi syariah
yang sesungguhnya (berbasis bagi hasil bukan fix-return).10

10
http://blog.mysharing.co/tantangan-pengembangan-pembiayaan-sindikasi-syariah/

16
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa Kerjasama sindikasi pada perbankan
syariah dapat dilakukan oleh sesama Bank Syariah atau antara Bank
Syariah satu dengan bank konvensional untuk bersama-sama membiayai
kebutuhan nasabah yang dalam hal ini memiliki perjanjian/ akad yang
tidak hanya satu. Beberapa kontrak/ akad dalam pembiayaan sindikasi
Bank Syariah dibuat untuk mengisi celah akibat adanya hubungan timbal
balik antara beberapa pihak yang terkait dengan pembiayaan ini. Produk
pembiayaan ini tidak dapat dipisahkan dengan skema multi akad (hybrid
contract) dalam teori hukum ekonomi syariah atau fiqh muamalah, dan
untuk melakukan pembiayaan skala besar bagi pihak perbankan maupun
lembaga keuangan dapat ditempuh melalui sindikasi sebagai alternatif
mendapatkan dana dengan jumlah besar. Sindikasi syariah pembiayaan
sindikasi syariah merupakan merupakan akad yang dilakukan lembaga
keuangan baik sesama LKS maupun bersama LKK yang memiliki tujuan
secara bersama-sama memberikan pembiayaan terhadap suatu proyek
dengan skema akad beragam tergantung kedudukannya pada sindikasi
tersebut dan menerapkan prinsip-prinsip syariah dalam menjalankan
kegiatannya.

B. SARAN
Sebagai mahasiswa yang dipandang sebagai generasi intelektual,
yang tinggi hendaknya kita mampu merangkum setiap ilmu yang di dapat
dengan pemahaman konsep dan penerapan ilmu secara seimbang. Semoga
dengan ada nya makalah ini, sedikit banyak mampu menyumbangkan ilmu
pengetahuan tentang Pembiayaan Sindikasi Pada Bank Syariah dan dapat
praktekkan dalam kehidupan sehari- hari.

17
DAFTAR PUSTAKA

Adiwarman A. Karim, 2010. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta :
PT Raja Grafindo Persada)
Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor:
91/DSN-MUI/IV/2014 tentang Pembiayaan Sindikasi.
Rahmayati, “Pembiayaan Sindikasi Sebagai Peningkatan Portofolio Pembiayaan
Perbankan Syariah,” Jurnal Ilmu Ekonomi Dan Keislaman 7, no. 1 (June
24, 2019): 1–16, http://194.31.53.129/index.php/Al
masharif/article/view/1617.
Mardiana Yose and Rully Trihantana, “Peran Serta Dan Mekanisme Bank Syariah
Pada Pembiayaan Sindikasi Di Bank Syariah Mandiri Pusat,” Nisbah:
Jurnal Perbnakan Syariah 3, no. 2 (December 18, 2017): hlm, 410,
https://doi.org/10.30997/jn.v3i2.814.
Ahyar Ari Gayo dan Ade Irawan Taufik, “Kedudukan Fatwa Dewan Syariah
Nasional Majelis Ulama Indonesia Dalam Mendorong Perkembangan
Bisnis Perbankan Syariah (Perspektif Hukum Perbankan Syariah”),
Jurnal Rechtsvinding, Media Pembinaan Hukum Nasional, Volume 1 (2),
2012, hal 269.
https://123dok.com/document/zgr3p66q-peran-serta-mekanisme-syariah-
pembiayaan-sindikasi-syariah-mandiri.html
Nana Herdian Abdurrahman, Manajemen Bisnis Syariah & kewirausahaan.
Yose and Trihantana.
Ni Putu Eka Wiratmini, BNI Syariah Salurkan Pembiayaan Sindikasi Rp126
Miliar di Proyek Air Minum, Financial Bisnis: https://
finansial.bisnis.com/read/20200820/231/1281342/ bni-syariah-salurkan-
pembiayaan-sindikasi-rp126-miliar-di-proyek-air-minum, diakses pada
tanggal 22 Oktober 2020 Pukul 13:00 WIB.
http://blog.mysharing.co/tantangan-pengembangan-pembiayaan-sindikasi-syariah/

Anda mungkin juga menyukai