DISUSUN OLEH :
22320073 NUR AIN
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt yang telah memberikan penulis
kesempatan dan kesehatan sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah tentang Akad
Mudharabah. Tidak lupa pula shalawat serta salam selalu penulis panjatkan kepada junjungan
Nabi Besar Muhammad saw yang telah membawa kita semua ke alam yang gelap menuju alam
yang terang benderang yakni agama islam.
Akad mudharabah merupakan salah satu produk pembiayaan yang disalurkan oleh
perbankan syari’ah. Seperti yang disebutkan dalam Undang-Undang No 21 Tahun 2008 Tentang
Perbankan Syari’ah (selanjutnya disebut UUPS). Pasal 19 UUPS menyebutkan, bahwa salah satu
akad pembiayaan yang ada dalam perbankan syari’ah adalah akad mudharabah.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan saya berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi saya sebagai penyusun merasa bahwa masih
banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman saya. Untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akad mudharabah merupakan salah satu produk pembiayaan yang disalurkan oleh
perbankan syari’ah. Seperti yang disebutkan dalam Undang-Undang No 21 Tahun 2008
Tentang Perbankan Syari’ah (selanjutnya disebut UUPS). Pasal 19 UUPS menyebutkan,
bahwa salah satu akad pembiayaan yang ada dalam perbankan syari’ah adalah akad
mudharabah. Selain itu bank Indonesia juga mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI)
Nomor, 10/16/PBI/2008 Tentang Prinsip Syari’ah Dalam Kegiatan Penghimpunan Dana Dan
Penyaluran Dana Serta Pelayanan Jasa Bank Syari’ah, juga menyebutkan mudharabah adalah
salah satu akad pembiayaan yang ada didalam perbankan syari’ah.
Akad Mudharabah adalah akad antara pemilik modal dengan pengelola modal, dengan
ketentuan bahwa keuntungan diperoleh dua belah pihak sesuai dengan kesepakatan. Didalam
pembiayaan mudharabah pemilik dana (Shahibul Maal) membiayai sepenuhnya suatu usaha
tertentu. Sedangkan nasabah bertindak sebagai pengelola usaha (Mudharib). Pada prinsipnya
akad mudharabah diperbolehkan dalam agama Islam, karena untuk saling membantu antara
pemilik modal dengan seorang yang pakar dalam mengelola uang. Dalam sejarah Islam
banyak pemilik modal yang tidak memiliki keahlian dalam mengelola uangnya. Sementara itu
banyak pula para pakar dalam perdagangan yang tidak memiliki modal untuk berdagang.
Oleh karena itu, atas dasar saling tolong menolong, Islam memberikan kesempatan untuk
saling berkerja sama antara pemilik modal dengan orang yang terampil dalam mengelola dan
memproduktifkan modal itu.
Akad mudharabah berbeda dengan akad pembiayaan yang ada pada perbankan pada
umumnya (perbankan konvensional). Perbankan konvensional pada umumya menawarkan
pembiayaan dengan menentukan suku bunga tertentu dan pengembalian modal yang telah
digunakan mudharib dalam jangka waktu tertentu. Namun Akad mudharabah tidak
menentukan suku bunga tertentu pada mudharib yang menggunakan pembiayaan
mudharabah, melainkan mewajibkan mudharib memberikan bagi hasil dari keuntungan yang
diperoleh mudharib. Pembiayaan mudharabah pada dasarnya diperuntukan untuk jenis usaha
tertentu atau bisnis tertentu. Oleh karena itu, kami sebagai pemakalah akan mencoba
membahas tentang mudharabah ini serta permasalahan yang ada didalamnya.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Akad Mudharabah?
2. Landasan Hukum Akad Mudharabah?
3. Apa saja Jenis-jenis Akad Mudharabah serta Rukun dan Syaratnya?
4. Bagaimana Berakhirnya Akad Mudharabah?
5. Aplikasi Akad Mudharabah?
D. Sistematika Penulisan
Sistematika penyusunan makalah ini dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu :
Bagaian kesatu adalah pendahuluan. Dalam bagian ini penyusun memaparkan beberapa
Pokok permasalahan awal yang berhubungan erat dengan permasalah utama. Pada bagian
pendahuluan ini di paparkan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah perumusan
masalah, tujuan penulisan makalah, dan sistematika penulisan makalah.
Bagian kedua, pada bagian ini merupakan bagian utama yang hendak dikaji dalam
proses penyusunan makalah. Yaitu pembahasan.
Bagian ketiga yaitu kesimpulan. Pada kesempatan ini penyusun berusaha untuk
mengemukakan terhadap semua permasalahan-permasalahan yang dikemukakan oleh
penyusun dalam perumusan masalah.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Hal tesebut sesuai dengan prinsip sistem keuangan syariah yaitu bahwa pihak-pihak
yang telibat dalam suatu transaksi harus bersama-sama menanggung resiko (berbagi resiko),
dalam hal transaksi mudharabah, pemilik dana akan menanggung resiko finansial sedangkan
pengelola dana akan memiliki resiko nonfinansial. Sebagaimana telah dijelaskan di atas hal
ini dengan hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Ali r.a:
“Pungutan itu tergantung pada kekayaan. Sedangkan laba tergantung pada apa yang
mereka sepakati bersama.”
Dalam mudharabah, pemilik dana tidak boleh mensyaratkan sejumlah tertentu untuk
bagiannya karena dapat dipersamakan dengan riba yaitu meminta kelebihan atau imbalan
tanpa ada faktor penyeimbang (iwad) yang diperbolehkan syariah. Misalnya, ia akan memberi
modal sebesar Rp. 100 juta dan ia menyatakan setiap bulan mendapat Rp. 5 juta. Dalam
mudharabah, pembagian keuntungan harus dalam bentuk persentase/nisbah, misalnya 70:30,
70% untuk pengelola dana dan 30% untuk pemilik dana. Sehingga besarnya keuntungan yang
diterima tergantung pada laba yang dihasilkan.
Keuntungan yang dibagikan pun tidak boleh menggunakan nilai proyeksi (predictive
value) akan tetapi harus menggunakan nilai realisasi keuntungan, yang mengacu pada laporan
hasil usaha yang secara periodik disusun oleh pengelola dana dan diserahkan pada pemilik
dana.
Pada prinsipnya dalam mudharabah tidak boleh ada jaminan atas modal, namun
demikian agar pengelola dana tidak melakukan penyimpangan, pemilik dana dapat meminta
jaminan dari pengelola dana atau pihak ketiga. Tentu saja jaminan ini hanya dapat dicairkan
apabila pengelola dana terbukti melakukan kesalahan yang disengaja, lalai atau melakukan
pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama dalam akad.
Dari penjelasan di atas dengan diberikan kewenangan sepenuhnya pengelolaan usaha
pada pengelola dana, dapat dikatakan akad mudharabah merupakan jenis investasi yang
mempunyai resiko tinggi. Resiko terhadap penggunaan modal mengenai kesesuaian
penggunaannya dengan tujuan atau ketetapan yang telah disepakati yaitu untuk
memaksimalkan keuntungan kedua belah pihak. Terlebih lagi informasi usaha dipegang oleh
pengelola dana dan pemilik dana hanya mengetaui informasi lagi informasi secara terbatas.
Sehingga sangat penting bagi pemilik dana untuk mencari pengelola dana yang berakhlak
mulia, dapat dipercaya, jujur, kompenten dan benar.
Hikmah dari sistem mudharabah adalah dapat memberi keringanan kepada manusia.
Terkadang ada sebagian orang yang memiliki harga, tetapi tidak mampu untuk membuatnya
menjadi produktif. Terkadang pula, ada orang yang tidak memiliki harta tetapi ia mempunyai
kemampuan untuk memproduktifkannya. Sehingga dengan akad mudharabah kedua belah
pihak dapat mengambil manfaat dari kerja sama yang terbentuk. Pemilik dana mendapatkan
4
manfaat dengan pengalaman pengelola dana , sedangkan pengelola dana dapat memperoleh
manfaat dengan harta sebagai modal. Dengan demikian, dapat tercipta kerja sama antara
modal dan kerja, sehingga dapat tercipta kemaslahatan dan kesejahteraan umat.
Agar tidak terjadi perselisihan di kemudian hari maka akad/kontrak/perjanjian sebaiknya
dituangkan secara tertulis dan dihadiri para saksi. Dalam perjanjian harus mencakup berbagai
aspek antara lain tujuan mudharabah, nisbah pembagian keuntungan, periode pembagian
keuntungan, biaya-biaya yang boleh dikurangkan dari pendapatan, ketentuan pengembalian
modal, hal-hal yang dianggap sebagai kelalaian pengelola dana dan sebagainya. Sehingga
apabila terjadi hal yang tidak diinginkan atau terjadi persengketaan, kedua belah pihak dapat
merujuk pada kontrak yang telah disepakati bersama.
Apabila terjadi perselisihan di antara dua belah pihak maka dapat diselesaikan secara
musyawarah oleh mereka berdua atau melalui badan arbitrese syariah. Usaha mudharabah
dianggap mulai berjalan sejak dana atau modal usaha mudharabah diterima oleh pengelola
dana (PSAK 105 par 16). Sedangkan pengembalian dana mudharabah dapat dilakukan secara
bertahap bersamaan dengan destribusi bagi hasil atau secara total pada saat akad
mudharabah berakhir, sesuai kesepakatan pemilikan dana dan pengelola dana.
Skema Mudharabah
(1) Akad
(1)
Pemilik Dana Pengelola Dana
mudharabah
Proyek Usaha
(4)
Hasil usaha:
(5) (4)
Apabila untung akan sesuai nisbah,
Apabila rugi ditanggung oleh Pemilik Dana
Keterangan:
(1) Pemilik dana dan pengelola dana meyepakati akad mudharabah
(2) Proyek usaha sesuai akad mudharabah dikelola pengelola dana
(3) Proyek usaha menghasilkan laba atau rugi
(4) Jika untung, dibagi sesuai nisbah
(5) Jika rugi, ditanggung pemilik dana
5
B. Jenis Akad Mudharabah
Dalam PSAK, mudharabah diklasifikasikan ke dalam 3 jenis yaitu mudharabah
muthalaqah, mudharabah muqayyadah dan mudharabah musytarakah. Berikut adalah
pengertian masing-masing jenis mudharabah.
1. Mudharabah Muthalaqah adalah Mudharabah di mana pemilik dananya memberikan
kebebasan kepada pengelola dana dalam pengelolaan investasinya. Mudharabah ini
disebut juga investasi tidak terikat.
Jenis mudharabah ini tidak ditentukan masa berlakunya, di daerah mana usaha
tersebut akan dilakukan, tidak ditentukan line of trade, line of industry, atau line of service
yang akan dikerjakan. Namun kebebasan ini bukan kebebasan yang tak terbatas sama
sekali. Modal yang ditanamkan tetap tidak boleh digunakan untuk membiayai proyek atau
investasi yang dilarang oleh Islam seperti untuk keperluan spekulasi, perdagangan
minuman keras (sekalipun memperoleh izin dari pemerintah), perternakan babi, atau pun
berkaitan dengan riba dan lain sebagainya.
Dalam mudharabah muthalaqah, pengelola dana memiliki kewenangan untuk
melakukan apa saja dalam pelaksanaan bisnis bagi keberhasilan tujuan mudharabah itu.
Namun, apabila ternyata pengelola dana melakukan kelalaian atau kecurangan, maka
pengelola dana harus bertanggung jawab atas konsekuensi-konsekuensi yang
ditimbulkannya, sedangkan apabila terjadi kerugian atas usaha itu, yang bukan karena
kelalaian dan kecurangan pengelola dana maka kerugian itu akan di tanggung oleh
pemilik dana.
2. Mudharabah muqayyadah adalah mudharabah di mana pemilik dana memberikan batasan
kepada pengelola antara lain mengenai dana lokasi, cara, dan atau objek investasi atau
sektor usaha.
Misalnya, tidak mencampurkan dana yang dimiliki oleh pemilik dana dengan dana
lainnya, tidak menginvestasikan dananya pada transaksi penjualan cicilan tanpa penjamin
atau mengharuskan pengelola dana untuk melakukan investasi sendiri tanpa melalui pihak
ketiga, (PSAK par 07). Mudhrabah jenis ini disebut juga investasi terikat.
Apabila pengelola dana bertindak bertentangan dengan syarat-syarat yang diberikan
oleh pemilik dana, maka pemilik dana harus bertanggung jawab atas konsekuensi-
konsekuensi yang ditimbulkannya, termasuk konseksuensi keuangan.
3. Mudharabah Musytarakah adalah mudhrabah di mana pegelola dana menyertakan modal
atau dananya dalam kerja sama investasi.
Diawal kerja sama, akad yang disepakati adalah akad mudharabah dengan modal
100% dari pemilik dana, setelah berjalannya operasi usaha dengan pertimbangan tertentu
dan kesepakatan engan pemilik dana, pengelola dana ikut menanamkan modalnya dalam
6
usaha tersebut jenis mudharabah seperti ini disebut mudhrabah musytarakah merupakan
perpaduan antara akad mudharabah dan akad musyarakah.
7
4. Nisbah Keuntungan
Ketentuan syariah, adalah sebagai berikut.
1. Pelaku
a. Pelaku harus cakap hukum dan tabligh.
b. Pelaku akad mudharabah dapat dilakukan sesama atau dengan nonmuslim.
c. Pemilik dana tidak boleh ikut campur dalam pengelolaan usaha tetapi ia boleh
mengawasi.
2. Objek Mudharabah (Modal dan Kerja)
Objek mudharabah merupakan konsekuensi logis dengan dilakukannya akad
mudharabah.
a. Modal
1) Modal yang diserahkan dapat berbentuk uang atau aset lainnya (dinilai sebesar
nilai wajar), harus jelas jumlah dan jenisnya.
2) Modal harus tunai dan tidak utang. Tanpa adanya setoran modal, berarti pemilik
dana tidak memberikan kontribusi apapun padahal pengelola dana harus bekerja.
3) Modal harus diketahui jelas jum;ahnya sehingga dapat dibedakan dari keuntungan.
4) Pengelola dana tidak diperkenankan untuk mudharabahkan kembali modal
mudharabah, dan apabila terjadi maka dianggap terjadi pelanggaran kecuali atas
seizin pemilik dana.
5) Pengelola tidak diperbolehkan untuk meminjamkan modal kepada orang lain dan
apabila terjadi maka dianggap terjadi pelanggaran kecual atas seizin pemilik dana.
6) Pengelola dana memiliki kebebasan untuk mengatur modal menurut kebijaksanaan
dan pemikirannya sendiri, selama tidak dilarang secara syariah.
b. Kerja
1) Kontribusi pengelolaan dana dapat berbentuk keahlian,
keterampilan, selling skill, management skill, dan lain-lain
2) Kerja adalah hak pengelola dana dan tidak boleh diintervensi oleh pemilik dana.
3) Pengelolaan dana harus menjalankan usaha sesuai syariah.
4) Dalam hal pemilik dana tidak melakukan kewajiban atau melakukan pelanggaran
terhadap kesepakatan,pengelolaan dana sudah menerima modal dan sudah bekerja
maka pengelola dan berhak mendapatkan imbalan/ganti rugi/upah
3. Ijab Kabul
Adalah pernyataan dan ekspresi salaing rida/rela diantara pihak-pihak pelaku akad
yang dilakukan secara verbal,tertulis,melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara
komunikasi modern.
8
4. Nisbah Keuangan
a. Nisbah adalah besaran yang digunakan untuk pembagian keuntungan, mencerminkan
imbalan yang berhak diterima oleh kedua pihak yang bermudharabah atas keuntungan
yang diperoleh. Pengelola dana mendapatkan imbalan atas kerjanya, sedangkan
pemilik dana mendapat imbalan atas penyertaan modalnya. Nisbah keuntungan harus
diketahui dengan jelas oleh kedua pihak, inilah yang akan mencegah terjadinya
perselisihan antara kedua belah pihak mengenai cara pembagian keuntungan. Jika
memang dalam akad tersebut tidak dijelaskan masing- masing porsi, maka
berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.
b. Perubahan nisbah harus berdasarkan kedua belah pihak.
c. Pemilik dana tidak boleh meminta pembagian keuntungan dengan menyatakan nilai
nominal tertentu karena dapat menimbulkan riba. Pada dasarnya pengelolaan dana
tidak diperkenankan untuk menudharabahkan kembali modal mudharabah, dan
apabila terjadi maka dianggap terjadi pelanggaran kecuali atas seizin pemilik dana.
Apabila pengelola dana dibolehkan oleh pemilik dana untuk memudharabahkan
kembali modal mudharabah maka pembagian keuntungan untuk kasus seperti ini,
pemilik dana mendapatkan keuntungan sesuai dengan kesepakatan antara dia dan
pengelola dana pertama. Sementara itu bagian keuntungan dari pengelola dana
pertama dibagi dengan pengelola dan yang kedua sesuai dengan porsi bagian yang
telah disepakati antara keduanya. Apabila terjadi kerugian ditanggung oleh pemilik
dana kecuali ada misconduct, negligence atau violation, cara menyelesaikan adalah
sebagai berikut:
1) Diambil terlebih dahulu dari keuntungan karena keuntungan merupakan pelindung
modal.
2) Bila kerugian melebihi keuntungan, maka baru diambil dari pokok modal.
9
4. Pengelola dana tidak menjalankan amanahnya sebagai pengelola usaha untuk mencapai
tujuan sebagaimana dituangkan dalam akad. Sebagai pihak yang mengemban amanah ia
harus beritikad baik dan hati-hati.
5. Modal sudah tidak ada.
10
Jika akad mudharabah melebihi satu periode pelaporan, penghasilan usaha diakui dalam
periode terjadinya hak bagi hasil sesuai nisbah yang disepakati (PSAK 105 par 20.
G. Bagi Hasil Untuk Akad Mudharabah Musyarakah (Psak 105 Par 34)
Ketentuan bagi hasil untuk akad jenis ini dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu:
1. Hasil investasi diantara pengelola dana dana pemilik dana sesuai nisbah yang disepakati,
selajutnya bagian hasil investasi setelah dikurangi untuk pengelola dana tersebut dibagi
antara pengelola dana (sebagai musytarik) dengan pemilik dana sesuai porsi modal
masing-masing ;atau
2. Hasil investasi dibagi antara pengelola dana (sebagai musytarik) dan pemilik dana sesuai
dengan porsi modal masing-masing, selanjutnya bagian hasil investasi setelah dikurangi
untuk pengelola dana (sebagai musytarik) tersebut dibagi antara pengelola dana dengan
pemilik dana sesuai dengan nisbah yang disepakati. Contoh: jika terjadi kerugian atas
investasi, maka kerugian dibagi sesuai dengan modal para musytarik.
Contoh: Bapak A menginvestasikan uang sebesar Rp 2 juta untuk usaha siomay yang
dimiliki oleh Bapak B dengan akad mudharabah. Nisbah yang disepakati oleh Bapak A
dan Bapak B adalah 1:3. Setelah usaha berjalan,ternyata dibutuhkan tambahan dana, maka
atas persetujuan Bapak A,Bapak B ikut menginvestasikan uangnya sebesar Rp 500.000.
Dengan demikian bentuk akadnya adalah akad mudharabah musyarakah. Laba yang
diperoleh untuk bulan Januari 2008 adalah sebesar Rp 1.000.000
Berdasarkan PSAK 105 par 34 maka bagi hasil jika terdapat keuntungan dapat dilakukan
dengan cara:
Alternative 1:
Pertama, hasil investasi dibagi antara pengelola dana dan pemilik dana sesuai nisbah yang
disepakati:
Bagian A:1/4 x Rp 1.000.000 = 250.000
Bagian B:3/4 x Rp 1.000.000 = 750.000
Kemudian bagian hasil investasi setelah dikurangi untuk pengelola dana tersebut (Rp
1.000.000 – Rp 750.000) dibagi antara pengelola dana (sebagai musytarik) dengan pemilik
dana sesuai dengan porsi modal masing-masing;
Bagian A : Rp 2.000.000/Rp 2.500.000 x Rp 250.000 = Rp 200.000
Bagian B : Rp 2.000.000/Rp 2.500.000 x Rp 250.000 = Rp 50.000
Sehingga B sebagai pengelola dana akan memperoleh Rp 750.000+Rp 50.000 = Rp 800.000,
dan A sebagai pemilik dana akan memperoleh Rp 200.000
Alternative 2:
11
Pertama hasil investasi dibagi antara pengelola dana (sebagai musytarik) dan pemilik dana
sesuai dengan porsi modal masing-masing,
Bagian A : Rp 2.000.000/Rp 2.500.000 x Rp 1.000.000 = Rp 800.000
Bagian B : Rp 2.000.000/Rp 2.500.000 x Rp 1.000.000 = Rp 200.000
Kemudian bagian hasil investasi setelah dikurangi untuk pengelola dana (sebagai musytarik)
sebesar Rp 800.000 (Rp 1.000.000-Rp 200.000) tersebut dibagi antara pengelola dana dengan
pemilik dana sesuai dengan nisbah yang disepakati.
Bagian A:1/4 x Rp 800.000 = 200.000
Bagian B:3/4 x Rp 800.000 = 600.000
Sehingga B sebagai pengelola dana akan memperoleh Rp 200.000+Rp 600.000 =
Rp 800.000, dan A sebagai pemilik dana akan memperoleh Rp 200.000
Jika terjadi kerugian atas investasi, maka kerugian dibagi sesuai dengan porsi modal para
musytarik. Misal terjadi kerugian sebesar Rp 1.000.000 maka,
A akan menanggung rugi sebesar: Rp 2.000.000/Rp2.500.000 x Rp 1.000.000 = Rp 800.000,
B akan menaggung rugi sebesar: Rp 2.000.000/Rp2.500.000 x Rp 1.000.000 = Rp 200.000
12
Kr. Kas xxx
Investasi mudharabah dalam bentuk asset nonkas diukur sebesar nilai wajar asset nonkas
pada saat penyerahan kemungkinannya ada 2:
a. Jika nilai wajar lebih tinggi dari pada nilai tercatatnya, maka selisihnya diakui sebagai
keuntungan tangguhan dan diamortisasi sesuai jangka waktu akad mudharabah.
Jurnal pada saat penyerahaan aset nonkas :
Dr. Investasi Mudharabah xxx
Kr. Keuntungan Tangguhan xxx
Kr. Aset Nonkas xxx
Jurnal amortisasi keuntungan tangguhan :
Dr. Keuntungan Tangguhan xxx
Kr. Keuntungan xxx
b. Jika nilai wajar lebih rendah dari pada nilai tercatatnya, maka selisihnya diakui
kerugian dan akui pada saat penyerahan aset nonkas
Jurnal :
Dr. Investasi Mudharabah xxx
Dr. Kerugian Penurunan Nilai xxx
Kr. Aset Nonkas Mudharabah xxx
3. Penurunan nilai jika investasi mudharabah dalam bentuk aset nonkas :
a. Penurunan nilai sebelum usaha dimulai
Jika nilai investasi mudharabah turun sebelum usaha dimulai disebakan rusak, hilang
atau faktor lain yang bukan karena kelalaian atau kesalahan pihak pengelola dana,
maka penurunan nilai tersebut diakui sebagai kerugian dan mengurangi saldo investasi
mudharabah.
Jurnal :
Dr. Kerugian Investasi Mudharabah xxx
Kr. Investasi Mudharabah xxx
b. Penurunan nilai setelah usaha dimulai
Jika sebagian investasi mudharabah hilang setelah dimulainya usaha tanpa adanya
kelalaian atau kesalahan pengelola dana, maka kerugian tersebut tidak langsung
mengurangi jumlah investasi mudharabah namun diperhitungkan pada saat pembagian
bagi hasil.
Jurnal :
Dr. Kerugian Investasi Mudharabah xxx
Kr. Penyisihan Investasi Mudharabah xxx
Dr. Kas xxx
13
Dr. Penyisihan Investasi Mudharabah xxx
Kr. Pendapatan Bagi Hasil Mudharabah xxx
4. Kerugian
Kerugian yang terjadi dalam suatu periode sebelum akad mudharabah berakhir Pencatatan
kerugian yang terjadi dalam suatu periode sebelun akad mudharabah berakhir diakui
sebagai kerugian dan dibentuk penyisihan kerugian investasi.
Jurnal :
Dr. Kerugian Investasi Mudharabah xxx
Kr. Penyisihan Kerugian Investasi Mudharabah xxx
Catatan :
Tujuan dicatat sebagai penyisihan agar jenis nilai investasi awal mudharabah.
5. Hasil usaha
Bagian hasil usaha yang belum dibayar oleh pengelola dana diakui sebagai piutang
Jurnal :
Dr. Piutang Pendapatan Bagi Hasil xxx
Jurnal
14
7. Penyajian
Pemilik dana menyajikan investasi mudharabah dalam laporan keuangan sebesar nilai
tercatat, yaitu nilai investasi mudharabah dikurangi penyisihan kerugian (jika ada)
8. Pengungkapan
Pemilik dana mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi mudharabah, tetapi
tidak terbatas pada :
a. Isi kesepakatan utama usaha mudharabah, seperti porsi dana, pembagian hasil usaha,
aktivitas usaha mudharabah, dan lain-lain ;
b. Rincian jumlah investasi mudharabah berdasarkan jenisnya ;
c. Penyisihan kerugian investasi mudharabah selama periode berjalan ;
d. Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang Penyajian Laporan
Keuangan Syariah
15
Kr. Untung Bagi Hasil Mudharabah xxx
Jurnal pada saat pengelola dana membayar bagi hasil : Dr. Utang Bagi Hasil Mudharabah
xxx
Kr. Kas xxx
4. Sedangkan apabila pengelola dana mengelola sendiri dana mudharabah berarti ada
pendapatan dan beban yang diakui dan pencatatanya sama dengan akuntansi konvensional
yaitu :
Saat mencatat pendapatan
Dr. Kas/Piutang xxx
Kr. Pendapatan xxx
Saat mencatat beban :
Dr. Beban xxx
Kr. Kas/Utang xxx
Jurnal penutup yang dibuat di akhir periode (apabila diperoleh keuntungan) :
Dr. Pendapatan xxx
Kr. Beban xxx
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akad Mudharabah adalah akad antara pemilik modal dengan pengelola modal, dengan
ketentuan bahwa keuntungan diperoleh dua belah pihak sesuai dengan kesepakatan. Didalam
pembiayaan mudharabah pemilik dana (Shahibul Maal) membiayai sepenuhnya suatu usaha
tertentu. Sedangkan nasabah bertindak sebagai pengelola usaha (Mudharib). Pada prinsipnya
akad mudharabah diperbolehkan dalam agama Islam, karena untuk saling membantu antara
pemilik modal dengan seorang yang pakar dalam mengelola uang. Dalam sejarah Islam
banyak pemilik modal yang tidak memiliki keahlian dalam mengelola uangnya. Sementara itu
banyak pula para pakar dalam perdagangan yang tidak memiliki modal untuk berdagang.
Oleh karena itu, atas dasar saling tolong menolong, Islam memberikan kesempatan untuk
saling berkerja sama antara pemilik modal dengan orang yang terampil dalam mengelola dan
memproduktifkan modal itu.
18
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/9817949/makalah_akad_mudharabah
19