Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH AKAD MUDHARABAH

Dosen : Wa Ode Suwarni, S.E.,M.Sc


Mata Kuliah : Akuntansi Syariah

DISUSUN OLEH :
22320073 NUR AIN

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS DAYANU IKHSANUDDIN KAMPUS 2
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt yang telah memberikan penulis
kesempatan dan kesehatan sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah tentang Akad
Mudharabah. Tidak lupa pula shalawat serta salam selalu penulis panjatkan kepada junjungan
Nabi Besar Muhammad saw yang telah membawa kita semua ke alam yang gelap menuju alam
yang terang benderang yakni agama islam.
Akad mudharabah merupakan salah satu produk pembiayaan yang disalurkan oleh
perbankan syari’ah. Seperti yang disebutkan dalam Undang-Undang No 21 Tahun 2008 Tentang
Perbankan Syari’ah (selanjutnya disebut UUPS). Pasal 19 UUPS menyebutkan, bahwa salah satu
akad pembiayaan yang ada dalam perbankan syari’ah adalah akad mudharabah.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan saya berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi saya sebagai penyusun merasa bahwa masih
banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman saya. Untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan ......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Mudharabah ................................................................................................. 3
B. Landasan Hukum Mudharabah ..................................................................................... 7
C. Jenis-Jenis Akad Mudharabah Beserta Rukun Dan Syarat Yang Harus Ada Dalam
Mudharabah ................................................................................................................... 7
D. Berakhirnya Akad Mudharabah .................................................................................... 9
E. Aplikasi Tentang Mudharabah ......................................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Akad mudharabah merupakan salah satu produk pembiayaan yang disalurkan oleh
perbankan syari’ah. Seperti yang disebutkan dalam Undang-Undang No 21 Tahun 2008
Tentang Perbankan Syari’ah (selanjutnya disebut UUPS). Pasal 19 UUPS menyebutkan,
bahwa salah satu akad pembiayaan yang ada dalam perbankan syari’ah adalah akad
mudharabah. Selain itu bank Indonesia juga mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI)
Nomor, 10/16/PBI/2008 Tentang Prinsip Syari’ah Dalam Kegiatan Penghimpunan Dana Dan
Penyaluran Dana Serta Pelayanan Jasa Bank Syari’ah, juga menyebutkan mudharabah adalah
salah satu akad pembiayaan yang ada didalam perbankan syari’ah.
Akad Mudharabah adalah akad antara pemilik modal dengan pengelola modal, dengan
ketentuan bahwa keuntungan diperoleh dua belah pihak sesuai dengan kesepakatan. Didalam
pembiayaan mudharabah pemilik dana (Shahibul Maal) membiayai sepenuhnya suatu usaha
tertentu. Sedangkan nasabah bertindak sebagai pengelola usaha (Mudharib). Pada prinsipnya
akad mudharabah diperbolehkan dalam agama Islam, karena untuk saling membantu antara
pemilik modal dengan seorang yang pakar dalam mengelola uang. Dalam sejarah Islam
banyak pemilik modal yang tidak memiliki keahlian dalam mengelola uangnya. Sementara itu
banyak pula para pakar dalam perdagangan yang tidak memiliki modal untuk berdagang.
Oleh karena itu, atas dasar saling tolong menolong, Islam memberikan kesempatan untuk
saling berkerja sama antara pemilik modal dengan orang yang terampil dalam mengelola dan
memproduktifkan modal itu.
Akad mudharabah berbeda dengan akad pembiayaan yang ada pada perbankan pada
umumnya (perbankan konvensional). Perbankan konvensional pada umumya menawarkan
pembiayaan dengan menentukan suku bunga tertentu dan pengembalian modal yang telah
digunakan mudharib dalam jangka waktu tertentu. Namun Akad mudharabah tidak
menentukan suku bunga tertentu pada mudharib yang menggunakan pembiayaan
mudharabah, melainkan mewajibkan mudharib memberikan bagi hasil dari keuntungan yang
diperoleh mudharib. Pembiayaan mudharabah pada dasarnya diperuntukan untuk jenis usaha
tertentu atau bisnis tertentu. Oleh karena itu, kami sebagai pemakalah akan mencoba
membahas tentang mudharabah ini serta permasalahan yang ada didalamnya.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Akad Mudharabah?
2. Landasan Hukum Akad Mudharabah?
3. Apa saja Jenis-jenis Akad Mudharabah serta Rukun dan Syaratnya?
4. Bagaimana Berakhirnya Akad Mudharabah?
5. Aplikasi Akad Mudharabah?

C. Maksud dan Tujuan Penulisan


1. Menjelaskan pengertian Akad Mudharabah.
2. Menjelaskan landasan hukum Akad Mudharabah.
3. Menjelaskan jenis-jenis akad Mudharabah beserta Rukun dan Syarat yang harus ada
dalam Mudharabah.
4. Menjelaskan tentang Berakhirnya Akad Mudharabah.
5. Menjelaskan aplikasi tentang Akad Mudharabah.

D. Sistematika Penulisan
Sistematika penyusunan makalah ini dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu :
Bagaian kesatu adalah pendahuluan. Dalam bagian ini penyusun memaparkan beberapa
Pokok permasalahan awal yang berhubungan erat dengan permasalah utama. Pada bagian
pendahuluan ini di paparkan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah perumusan
masalah, tujuan penulisan makalah, dan sistematika penulisan makalah.
Bagian kedua, pada bagian ini merupakan bagian utama yang hendak dikaji dalam
proses penyusunan makalah. Yaitu pembahasan.
Bagian ketiga yaitu kesimpulan. Pada kesempatan ini penyusun berusaha untuk
mengemukakan terhadap semua permasalahan-permasalahan yang dikemukakan oleh
penyusun dalam perumusan masalah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Akad Mudharabah


Mudharabah berasal dari kata adhdharaby fil ardhi yaitu berpergian untuk urusan
dagang. Disebut juga qiradh yang berasal dari kata alqarrdhu yang bearati potongan, karena
pemilik memotong sebagian hartanya untuk diperdagangkan dan memperoleh sebagian
keuntungan.
Secara teknis mudharabah adalah akad kerja sama usaha antar pemilik dana dan
pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha, laba dibagi atas dasar nisbah bagi hasil
menurut kesepakatan kedua belah pihak, sedangkan bila terjadi kerugian akan ditanggung
oleh si pemilik dana kecuali disebabkan oleh misconduct, negligence atau violation oleh
pengelola dana. PSAK 105 par 18 memberikan beberapa contoh bentuk kelalaian pengelola
dana, yaitu: persyaratan yang di tentukan di dalam akad tidak dipenuhi, tidak terdapat kondisi
di luar kemampuan (force majeur) yang lazim dan/atau yang telah ditentukan dalam akad,
atau merupakan hasil keputusan dari institusi yang berwenang.
Akad Mudharabah merupakan suatu transaksi pendanaan atau investasi yang
berdasarkan kepercayaan. Kepercayaan merupakan unsure terpenting dalam akad
mudharabah, yaitu kepercayaan dari pemilik dana kepada pengelola dana. Oleh karena
kepercayaan merupakan unsure terpenting, maka mudharabah dalam istilah bahasa Inggris
disebut trust financing. Pemilik dana yang merupakan investor disebut beneficial ownership
atau sleeping partner, pengelola dana disebut managing trustee atau labour partner.
(Syahdeini, 1999)
Kepercayaan ini penting dalam akad mudharabah karena pemilik dana tidak boleh ikut
campur di dalam manajemen perusahaan atau proyek yang dibiayai dengan dana pemilik dana
tersebut, kecuali sebatas memberikan saran- saran dan melakukan pengawasan pada
pengelola dana. Apabila usaha tersebut mengalami kegagalan dan terjadi kerugian yang
mengakibatkan sebagian atau bahkan seluruh modal yang ditanamkan oleh pemilik dana
habis, maka yang menanggung kerugian keuangan hanya pemilik dana. Sedangkan pengelola
dana sama sekali tidak menanggung atau tidak harus mengganti kerugian atas modal yang
hilang, kecuali kerugian tersebut terjadi sebagai akibat kesengajaan, kelalaian ayau
pelanggaran akad yang dilakukan oleh pengelola dana. Pengelola dana hanya menanggung
kehilangan atau resiko berupa waktu, pikiran, dan jerih payah yang telah dicurahkannya
selama mengelola proyek atau usaha tersebut, serta kehilangan kesempatan untuk
memperoleh sebagian dari pembagian keuntungan sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam
perjanjian mudharabah.

3
Hal tesebut sesuai dengan prinsip sistem keuangan syariah yaitu bahwa pihak-pihak
yang telibat dalam suatu transaksi harus bersama-sama menanggung resiko (berbagi resiko),
dalam hal transaksi mudharabah, pemilik dana akan menanggung resiko finansial sedangkan
pengelola dana akan memiliki resiko nonfinansial. Sebagaimana telah dijelaskan di atas hal
ini dengan hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Ali r.a:
“Pungutan itu tergantung pada kekayaan. Sedangkan laba tergantung pada apa yang
mereka sepakati bersama.”
Dalam mudharabah, pemilik dana tidak boleh mensyaratkan sejumlah tertentu untuk
bagiannya karena dapat dipersamakan dengan riba yaitu meminta kelebihan atau imbalan
tanpa ada faktor penyeimbang (iwad) yang diperbolehkan syariah. Misalnya, ia akan memberi
modal sebesar Rp. 100 juta dan ia menyatakan setiap bulan mendapat Rp. 5 juta. Dalam
mudharabah, pembagian keuntungan harus dalam bentuk persentase/nisbah, misalnya 70:30,
70% untuk pengelola dana dan 30% untuk pemilik dana. Sehingga besarnya keuntungan yang
diterima tergantung pada laba yang dihasilkan.
Keuntungan yang dibagikan pun tidak boleh menggunakan nilai proyeksi (predictive
value) akan tetapi harus menggunakan nilai realisasi keuntungan, yang mengacu pada laporan
hasil usaha yang secara periodik disusun oleh pengelola dana dan diserahkan pada pemilik
dana.
Pada prinsipnya dalam mudharabah tidak boleh ada jaminan atas modal, namun
demikian agar pengelola dana tidak melakukan penyimpangan, pemilik dana dapat meminta
jaminan dari pengelola dana atau pihak ketiga. Tentu saja jaminan ini hanya dapat dicairkan
apabila pengelola dana terbukti melakukan kesalahan yang disengaja, lalai atau melakukan
pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama dalam akad.
Dari penjelasan di atas dengan diberikan kewenangan sepenuhnya pengelolaan usaha
pada pengelola dana, dapat dikatakan akad mudharabah merupakan jenis investasi yang
mempunyai resiko tinggi. Resiko terhadap penggunaan modal mengenai kesesuaian
penggunaannya dengan tujuan atau ketetapan yang telah disepakati yaitu untuk
memaksimalkan keuntungan kedua belah pihak. Terlebih lagi informasi usaha dipegang oleh
pengelola dana dan pemilik dana hanya mengetaui informasi lagi informasi secara terbatas.
Sehingga sangat penting bagi pemilik dana untuk mencari pengelola dana yang berakhlak
mulia, dapat dipercaya, jujur, kompenten dan benar.
Hikmah dari sistem mudharabah adalah dapat memberi keringanan kepada manusia.
Terkadang ada sebagian orang yang memiliki harga, tetapi tidak mampu untuk membuatnya
menjadi produktif. Terkadang pula, ada orang yang tidak memiliki harta tetapi ia mempunyai
kemampuan untuk memproduktifkannya. Sehingga dengan akad mudharabah kedua belah
pihak dapat mengambil manfaat dari kerja sama yang terbentuk. Pemilik dana mendapatkan

4
manfaat dengan pengalaman pengelola dana , sedangkan pengelola dana dapat memperoleh
manfaat dengan harta sebagai modal. Dengan demikian, dapat tercipta kerja sama antara
modal dan kerja, sehingga dapat tercipta kemaslahatan dan kesejahteraan umat.
Agar tidak terjadi perselisihan di kemudian hari maka akad/kontrak/perjanjian sebaiknya
dituangkan secara tertulis dan dihadiri para saksi. Dalam perjanjian harus mencakup berbagai
aspek antara lain tujuan mudharabah, nisbah pembagian keuntungan, periode pembagian
keuntungan, biaya-biaya yang boleh dikurangkan dari pendapatan, ketentuan pengembalian
modal, hal-hal yang dianggap sebagai kelalaian pengelola dana dan sebagainya. Sehingga
apabila terjadi hal yang tidak diinginkan atau terjadi persengketaan, kedua belah pihak dapat
merujuk pada kontrak yang telah disepakati bersama.
Apabila terjadi perselisihan di antara dua belah pihak maka dapat diselesaikan secara
musyawarah oleh mereka berdua atau melalui badan arbitrese syariah. Usaha mudharabah
dianggap mulai berjalan sejak dana atau modal usaha mudharabah diterima oleh pengelola
dana (PSAK 105 par 16). Sedangkan pengembalian dana mudharabah dapat dilakukan secara
bertahap bersamaan dengan destribusi bagi hasil atau secara total pada saat akad
mudharabah berakhir, sesuai kesepakatan pemilikan dana dan pengelola dana.
Skema Mudharabah

(1) Akad
(1)
Pemilik Dana Pengelola Dana
mudharabah

Proyek Usaha

Porsi Porsi Porsi Laba


Rugi Laba
(3)

(4)
Hasil usaha:
(5) (4)
Apabila untung akan sesuai nisbah,
Apabila rugi ditanggung oleh Pemilik Dana

Keterangan:
(1) Pemilik dana dan pengelola dana meyepakati akad mudharabah
(2) Proyek usaha sesuai akad mudharabah dikelola pengelola dana
(3) Proyek usaha menghasilkan laba atau rugi
(4) Jika untung, dibagi sesuai nisbah
(5) Jika rugi, ditanggung pemilik dana

5
B. Jenis Akad Mudharabah
Dalam PSAK, mudharabah diklasifikasikan ke dalam 3 jenis yaitu mudharabah
muthalaqah, mudharabah muqayyadah dan mudharabah musytarakah. Berikut adalah
pengertian masing-masing jenis mudharabah.
1. Mudharabah Muthalaqah adalah Mudharabah di mana pemilik dananya memberikan
kebebasan kepada pengelola dana dalam pengelolaan investasinya. Mudharabah ini
disebut juga investasi tidak terikat.
Jenis mudharabah ini tidak ditentukan masa berlakunya, di daerah mana usaha
tersebut akan dilakukan, tidak ditentukan line of trade, line of industry, atau line of service
yang akan dikerjakan. Namun kebebasan ini bukan kebebasan yang tak terbatas sama
sekali. Modal yang ditanamkan tetap tidak boleh digunakan untuk membiayai proyek atau
investasi yang dilarang oleh Islam seperti untuk keperluan spekulasi, perdagangan
minuman keras (sekalipun memperoleh izin dari pemerintah), perternakan babi, atau pun
berkaitan dengan riba dan lain sebagainya.
Dalam mudharabah muthalaqah, pengelola dana memiliki kewenangan untuk
melakukan apa saja dalam pelaksanaan bisnis bagi keberhasilan tujuan mudharabah itu.
Namun, apabila ternyata pengelola dana melakukan kelalaian atau kecurangan, maka
pengelola dana harus bertanggung jawab atas konsekuensi-konsekuensi yang
ditimbulkannya, sedangkan apabila terjadi kerugian atas usaha itu, yang bukan karena
kelalaian dan kecurangan pengelola dana maka kerugian itu akan di tanggung oleh
pemilik dana.
2. Mudharabah muqayyadah adalah mudharabah di mana pemilik dana memberikan batasan
kepada pengelola antara lain mengenai dana lokasi, cara, dan atau objek investasi atau
sektor usaha.
Misalnya, tidak mencampurkan dana yang dimiliki oleh pemilik dana dengan dana
lainnya, tidak menginvestasikan dananya pada transaksi penjualan cicilan tanpa penjamin
atau mengharuskan pengelola dana untuk melakukan investasi sendiri tanpa melalui pihak
ketiga, (PSAK par 07). Mudhrabah jenis ini disebut juga investasi terikat.
Apabila pengelola dana bertindak bertentangan dengan syarat-syarat yang diberikan
oleh pemilik dana, maka pemilik dana harus bertanggung jawab atas konsekuensi-
konsekuensi yang ditimbulkannya, termasuk konseksuensi keuangan.
3. Mudharabah Musytarakah adalah mudhrabah di mana pegelola dana menyertakan modal
atau dananya dalam kerja sama investasi.
Diawal kerja sama, akad yang disepakati adalah akad mudharabah dengan modal
100% dari pemilik dana, setelah berjalannya operasi usaha dengan pertimbangan tertentu
dan kesepakatan engan pemilik dana, pengelola dana ikut menanamkan modalnya dalam

6
usaha tersebut jenis mudharabah seperti ini disebut mudhrabah musytarakah merupakan
perpaduan antara akad mudharabah dan akad musyarakah.

C. Landasan Hukum Akad Mudharabah


1. Sumber Hukum Akad Mudharabah
Menurut Ijmak Ulama, mudharabah hukumnya jaiz (boleh). Hal ini dapat diambil dari
kisah Rasulullah yang pernah melakukan mudharabah dengan Siti Khadijah. Siti Khadijah
bertindak sebagai pemilik dana dan Rasulullah sebagai pengelola dana. Lalu Rasulullah
membawa barang dagangannya ke negeri Syam. Dari kisah ini kita lihat akad mudharabah
telah terjadi pada masa Rasulullah sebelum diangkat menjadi Rasul. Mudharabah telah
dipraktikan secara luas oleh orang-orang sebelum masa Islam dan beberapa sahabat Nabi
Muhammad SAW. Jenis bisnis ini sangat bermanfaat dan sangat selaras dengan prinsip
dasar ajaran syariah, oleh karena itu masih tetap ada di dalam sistem Islam.
a. Al-Quran
“Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah
karunia Allah SWT.” (QS 62:10)
“.... Maka jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah yang
dipercayai itu menunaikan amanatnya dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah
Tuhannya. ” (QS 2:283)
b. As-Sunah
Dari Shalih bib Suaib r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda: :”tiga hal yang
didalamnya terdapat keberkatan : jual beli secara tangguh muqaradhah
(mudharabah), dan mencampuradukan dengan tepung untuk keperluan rumah bukan
untuk dijual.”(HR. Ibnu Majah)
“Abbas bin Abdul Muthalib jika menyerahkan harta sebagai mudharabah, ia
mensyaratkan kepada pengelola dananya agar tidak mngurangi lautan dan tidak
menuruni lembah, serta tidak membeli hewan ternak. Jika persyaratan itu dilanggar,
ia (pengelola dana) harus menanggung resikonya. Ketika persyaratan yang
ditetapkan. Abbas didengar Rasulullah SAW, beliau membenarkannya.” (HR.
Thabrani dan Ibnu Abbas).

D. Rukun dan Ketentuan Syariah Akad Mudharabah


Rukun Mudharabah ada empat, yaitu:
1. Pelaku terdiri atas : pemilik dana dan pengelola dana
2. Objek Mudharabah, berupa : modal dan kerja
3. Ijab Kabul/Serah Terima

7
4. Nisbah Keuntungan
Ketentuan syariah, adalah sebagai berikut.
1. Pelaku
a. Pelaku harus cakap hukum dan tabligh.
b. Pelaku akad mudharabah dapat dilakukan sesama atau dengan nonmuslim.
c. Pemilik dana tidak boleh ikut campur dalam pengelolaan usaha tetapi ia boleh
mengawasi.
2. Objek Mudharabah (Modal dan Kerja)
Objek mudharabah merupakan konsekuensi logis dengan dilakukannya akad
mudharabah.
a. Modal
1) Modal yang diserahkan dapat berbentuk uang atau aset lainnya (dinilai sebesar
nilai wajar), harus jelas jumlah dan jenisnya.
2) Modal harus tunai dan tidak utang. Tanpa adanya setoran modal, berarti pemilik
dana tidak memberikan kontribusi apapun padahal pengelola dana harus bekerja.
3) Modal harus diketahui jelas jum;ahnya sehingga dapat dibedakan dari keuntungan.
4) Pengelola dana tidak diperkenankan untuk mudharabahkan kembali modal
mudharabah, dan apabila terjadi maka dianggap terjadi pelanggaran kecuali atas
seizin pemilik dana.
5) Pengelola tidak diperbolehkan untuk meminjamkan modal kepada orang lain dan
apabila terjadi maka dianggap terjadi pelanggaran kecual atas seizin pemilik dana.
6) Pengelola dana memiliki kebebasan untuk mengatur modal menurut kebijaksanaan
dan pemikirannya sendiri, selama tidak dilarang secara syariah.
b. Kerja
1) Kontribusi pengelolaan dana dapat berbentuk keahlian,
keterampilan, selling skill, management skill, dan lain-lain
2) Kerja adalah hak pengelola dana dan tidak boleh diintervensi oleh pemilik dana.
3) Pengelolaan dana harus menjalankan usaha sesuai syariah.
4) Dalam hal pemilik dana tidak melakukan kewajiban atau melakukan pelanggaran
terhadap kesepakatan,pengelolaan dana sudah menerima modal dan sudah bekerja
maka pengelola dan berhak mendapatkan imbalan/ganti rugi/upah
3. Ijab Kabul
Adalah pernyataan dan ekspresi salaing rida/rela diantara pihak-pihak pelaku akad
yang dilakukan secara verbal,tertulis,melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara
komunikasi modern.

8
4. Nisbah Keuangan
a. Nisbah adalah besaran yang digunakan untuk pembagian keuntungan, mencerminkan
imbalan yang berhak diterima oleh kedua pihak yang bermudharabah atas keuntungan
yang diperoleh. Pengelola dana mendapatkan imbalan atas kerjanya, sedangkan
pemilik dana mendapat imbalan atas penyertaan modalnya. Nisbah keuntungan harus
diketahui dengan jelas oleh kedua pihak, inilah yang akan mencegah terjadinya
perselisihan antara kedua belah pihak mengenai cara pembagian keuntungan. Jika
memang dalam akad tersebut tidak dijelaskan masing- masing porsi, maka
berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.
b. Perubahan nisbah harus berdasarkan kedua belah pihak.
c. Pemilik dana tidak boleh meminta pembagian keuntungan dengan menyatakan nilai
nominal tertentu karena dapat menimbulkan riba. Pada dasarnya pengelolaan dana
tidak diperkenankan untuk menudharabahkan kembali modal mudharabah, dan
apabila terjadi maka dianggap terjadi pelanggaran kecuali atas seizin pemilik dana.
Apabila pengelola dana dibolehkan oleh pemilik dana untuk memudharabahkan
kembali modal mudharabah maka pembagian keuntungan untuk kasus seperti ini,
pemilik dana mendapatkan keuntungan sesuai dengan kesepakatan antara dia dan
pengelola dana pertama. Sementara itu bagian keuntungan dari pengelola dana
pertama dibagi dengan pengelola dan yang kedua sesuai dengan porsi bagian yang
telah disepakati antara keduanya. Apabila terjadi kerugian ditanggung oleh pemilik
dana kecuali ada misconduct, negligence atau violation, cara menyelesaikan adalah
sebagai berikut:
1) Diambil terlebih dahulu dari keuntungan karena keuntungan merupakan pelindung
modal.
2) Bila kerugian melebihi keuntungan, maka baru diambil dari pokok modal.

E. Berakhirnya Akad Mudharabah


Lamanya kerja sama dalam mudharabah tidak tentu dan tidak terbatas, tetapi semua
pihak berhak untuk menentukan jangka waktu kontrak kerja sama dengan memberitahukan
pihak lainnya. Namun, akad mudharabah dapat berakhir karena hal-hal sebagai berikut
(Sabiqq,2008)
1. Dalam hal mudharabah tersebut dibatasi waktunya, maka mudharabah berakhir pada
waktu yang telah ditentukan.
2. Salah satu pihak memutuskan mengundurkan diri.
3. Salah satu pihak meninggal dunia atau hilang akal.

9
4. Pengelola dana tidak menjalankan amanahnya sebagai pengelola usaha untuk mencapai
tujuan sebagaimana dituangkan dalam akad. Sebagai pihak yang mengemban amanah ia
harus beritikad baik dan hati-hati.
5. Modal sudah tidak ada.

F. Prinsip Pembagian Hasil Usaha (Psak 105 Par 11)


Dalam mudharabah istilah profit and loss sharing tidak tepat digunakan karena yang
dibagi hanya keuntungannya saja (profit), tidak termasuk kerugian (loss). Sehingga untuk
pembahasan selanjutnya, akan digunakan istilah prinsip bagi hasil seperti yang digunakan
dalam undang-undang no 10 tahun 1998, karena apabila usaha tersebut gagal kerugian tidak
dibagi antara pemilik dana dan pengelola dana, tetapi harus ditanggung sendiri oleh pemilik
dana.
Pembagian hasil usaha mudharabah dapat dilakukan berdasarkan pengakuan penghasilan
usaha mudharabah dalam praktik dapat diketahui berdasarkan laporan bagi hasil atas realisasi
penghasilan usaha dari pengelola dana. Tidak diperkenankan mengakui pendapatan dari
proyeksi hasil usaha.
Untuk menghindari perselisihan dalam hal biaya yang dikeluarkan oleh pengelola dana,
dalam akad harus disepakati biaya-biaya apa saja yang dapat dikurangkan dari pendapatan.
Contoh perhitungan pembagian hasil usaha:
Data:
Penjualan Rp 1.000.000
HPP Rp 650.000
Laba Kotor Rp 350.000
Biaya-biaya Rp 250.000
Laba (rugi) bersih Rp 100.000
1. Berdasarkan prinsip bagi laba (profit sharing) dengan nisbah pemilik dana : pengelola
dana = 30:70
Pemilik dana : 30% x Rp 100.000 = Rp 30.000
Pengelola Usaha : 70% x Rp 100.000 = Rp 70.000
Dasar pembagian hasil usaha adalah laba neto/laba bersih yaitu laba kotor dikurangi
beban yang berkaitan dengan pengelolaan modal mudharabah.
2. Berdasarkan prinsip bagi hasil, maka dasar pembagian hasil usaha adalah laba bruto/laba
kotor bukan pendapatan usaha dengan nisbah pemilik dana : pengelolaan dana = 10:90
Bank Syariah : 10% x Rp 350.000 = Rp 35.000
Pengelola : 90% x Rp 350.000 = Rp 315.000

10
Jika akad mudharabah melebihi satu periode pelaporan, penghasilan usaha diakui dalam
periode terjadinya hak bagi hasil sesuai nisbah yang disepakati (PSAK 105 par 20.

G. Bagi Hasil Untuk Akad Mudharabah Musyarakah (Psak 105 Par 34)
Ketentuan bagi hasil untuk akad jenis ini dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu:
1. Hasil investasi diantara pengelola dana dana pemilik dana sesuai nisbah yang disepakati,
selajutnya bagian hasil investasi setelah dikurangi untuk pengelola dana tersebut dibagi
antara pengelola dana (sebagai musytarik) dengan pemilik dana sesuai porsi modal
masing-masing ;atau
2. Hasil investasi dibagi antara pengelola dana (sebagai musytarik) dan pemilik dana sesuai
dengan porsi modal masing-masing, selanjutnya bagian hasil investasi setelah dikurangi
untuk pengelola dana (sebagai musytarik) tersebut dibagi antara pengelola dana dengan
pemilik dana sesuai dengan nisbah yang disepakati. Contoh: jika terjadi kerugian atas
investasi, maka kerugian dibagi sesuai dengan modal para musytarik.
Contoh: Bapak A menginvestasikan uang sebesar Rp 2 juta untuk usaha siomay yang
dimiliki oleh Bapak B dengan akad mudharabah. Nisbah yang disepakati oleh Bapak A
dan Bapak B adalah 1:3. Setelah usaha berjalan,ternyata dibutuhkan tambahan dana, maka
atas persetujuan Bapak A,Bapak B ikut menginvestasikan uangnya sebesar Rp 500.000.
Dengan demikian bentuk akadnya adalah akad mudharabah musyarakah. Laba yang
diperoleh untuk bulan Januari 2008 adalah sebesar Rp 1.000.000
Berdasarkan PSAK 105 par 34 maka bagi hasil jika terdapat keuntungan dapat dilakukan
dengan cara:
Alternative 1:
Pertama, hasil investasi dibagi antara pengelola dana dan pemilik dana sesuai nisbah yang
disepakati:
Bagian A:1/4 x Rp 1.000.000 = 250.000
Bagian B:3/4 x Rp 1.000.000 = 750.000
Kemudian bagian hasil investasi setelah dikurangi untuk pengelola dana tersebut (Rp
1.000.000 – Rp 750.000) dibagi antara pengelola dana (sebagai musytarik) dengan pemilik
dana sesuai dengan porsi modal masing-masing;
Bagian A : Rp 2.000.000/Rp 2.500.000 x Rp 250.000 = Rp 200.000
Bagian B : Rp 2.000.000/Rp 2.500.000 x Rp 250.000 = Rp 50.000
Sehingga B sebagai pengelola dana akan memperoleh Rp 750.000+Rp 50.000 = Rp 800.000,
dan A sebagai pemilik dana akan memperoleh Rp 200.000
Alternative 2:

11
Pertama hasil investasi dibagi antara pengelola dana (sebagai musytarik) dan pemilik dana
sesuai dengan porsi modal masing-masing,
Bagian A : Rp 2.000.000/Rp 2.500.000 x Rp 1.000.000 = Rp 800.000
Bagian B : Rp 2.000.000/Rp 2.500.000 x Rp 1.000.000 = Rp 200.000
Kemudian bagian hasil investasi setelah dikurangi untuk pengelola dana (sebagai musytarik)
sebesar Rp 800.000 (Rp 1.000.000-Rp 200.000) tersebut dibagi antara pengelola dana dengan
pemilik dana sesuai dengan nisbah yang disepakati.
Bagian A:1/4 x Rp 800.000 = 200.000
Bagian B:3/4 x Rp 800.000 = 600.000
Sehingga B sebagai pengelola dana akan memperoleh Rp 200.000+Rp 600.000 =
Rp 800.000, dan A sebagai pemilik dana akan memperoleh Rp 200.000
Jika terjadi kerugian atas investasi, maka kerugian dibagi sesuai dengan porsi modal para
musytarik. Misal terjadi kerugian sebesar Rp 1.000.000 maka,
A akan menanggung rugi sebesar: Rp 2.000.000/Rp2.500.000 x Rp 1.000.000 = Rp 800.000,
B akan menaggung rugi sebesar: Rp 2.000.000/Rp2.500.000 x Rp 1.000.000 = Rp 200.000

H. Perlakuan Akuntansi (Psak 105) Akuntansi Untuk Pemilik Dana


1. Dana Mudharabah yang disalurkan oleh pemilik dana diakui sebagai investasi
mudharabah pada saat pembayaran kas atau penyerahan asset nonkas kepada pengelola
dana.
2. Pengukuran investasi mudharabah
a. Investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang dibayarkan;
b. Investasi mudharabah dalam bentuk asset nonkas diukur sebesar nilai wajar nonkas
pada saat penyerahan.
Nilai dari investasi mudharabah dalam bentuk asset nonkas harus disetujui oleh pemilik
dana dan pengelola dana pada saat penyerahan.
Ada 2 alasan tidak digunakannya dasar historical cost untuk mengukur asset
nonkas,(siswantoro,2003).
a. Penggunaan nilai yang disetujui oleh pihak yang melakukan kontrak untuk mencapai
satu tujuan akuntansi keuangan.
b. Penggunaan nilai yang disetujui (agreed value) oleh pihak yang melakukan kontrak
untuk nilai asset nonkas menuju aplikasi konsep representational faithfulness dalam
pelaporan.
Investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar junlah yang dibayarkan.
Jurnal pada saat penyerahan kas:
Dr. Investasi Mudharabah xxx

12
Kr. Kas xxx
Investasi mudharabah dalam bentuk asset nonkas diukur sebesar nilai wajar asset nonkas
pada saat penyerahan kemungkinannya ada 2:
a. Jika nilai wajar lebih tinggi dari pada nilai tercatatnya, maka selisihnya diakui sebagai
keuntungan tangguhan dan diamortisasi sesuai jangka waktu akad mudharabah.
Jurnal pada saat penyerahaan aset nonkas :
Dr. Investasi Mudharabah xxx
Kr. Keuntungan Tangguhan xxx
Kr. Aset Nonkas xxx
Jurnal amortisasi keuntungan tangguhan :
Dr. Keuntungan Tangguhan xxx
Kr. Keuntungan xxx
b. Jika nilai wajar lebih rendah dari pada nilai tercatatnya, maka selisihnya diakui
kerugian dan akui pada saat penyerahan aset nonkas
Jurnal :
Dr. Investasi Mudharabah xxx
Dr. Kerugian Penurunan Nilai xxx
Kr. Aset Nonkas Mudharabah xxx
3. Penurunan nilai jika investasi mudharabah dalam bentuk aset nonkas :
a. Penurunan nilai sebelum usaha dimulai
Jika nilai investasi mudharabah turun sebelum usaha dimulai disebakan rusak, hilang
atau faktor lain yang bukan karena kelalaian atau kesalahan pihak pengelola dana,
maka penurunan nilai tersebut diakui sebagai kerugian dan mengurangi saldo investasi
mudharabah.
Jurnal :
Dr. Kerugian Investasi Mudharabah xxx
Kr. Investasi Mudharabah xxx
b. Penurunan nilai setelah usaha dimulai
Jika sebagian investasi mudharabah hilang setelah dimulainya usaha tanpa adanya
kelalaian atau kesalahan pengelola dana, maka kerugian tersebut tidak langsung
mengurangi jumlah investasi mudharabah namun diperhitungkan pada saat pembagian
bagi hasil.
Jurnal :
Dr. Kerugian Investasi Mudharabah xxx
Kr. Penyisihan Investasi Mudharabah xxx
Dr. Kas xxx

13
Dr. Penyisihan Investasi Mudharabah xxx
Kr. Pendapatan Bagi Hasil Mudharabah xxx
4. Kerugian
Kerugian yang terjadi dalam suatu periode sebelum akad mudharabah berakhir Pencatatan
kerugian yang terjadi dalam suatu periode sebelun akad mudharabah berakhir diakui
sebagai kerugian dan dibentuk penyisihan kerugian investasi.
Jurnal :
Dr. Kerugian Investasi Mudharabah xxx
Kr. Penyisihan Kerugian Investasi Mudharabah xxx
Catatan :
Tujuan dicatat sebagai penyisihan agar jenis nilai investasi awal mudharabah.
5. Hasil usaha
Bagian hasil usaha yang belum dibayar oleh pengelola dana diakui sebagai piutang
Jurnal :
Dr. Piutang Pendapatan Bagi Hasil xxx

Kr. Pendapatan bagi Hasil Mudharabah xxx

Pada saat pengelola dana membayar bagi hasil

Jurnal

Dr. Kas xxx

Kr. Piutang Pendapatan Bagi Hasil xxx


6. Akad mudharabah berakhir
Pada saat akad mudharabah berakhir, selisih antara investasi mudharabah setelah
dikurangi penyisihan kerugian investasi dan pengembalian investasi mudharabah diakui
sebagai keuntungan atau kerugian .
Jurnal :
Dr. Kas/Piutang/Aset Nonkas xxx
Dr. Penyisihan Kerugian Investasi Mudharabah xxx
Kr. Investasi Mudharabah xxx
Kr. Keuntungan Investasi Mudharabah xxx
ATAU
Dr. Kas/Piutang/Aset Nonkas xxx
Dr. Penyisihan Kerugian Investasi Mudharabah xxx
Dr. Kerugian Investasi Mudharabah xxx
Kr. Investasi Mudharabah xxx

14
7. Penyajian
Pemilik dana menyajikan investasi mudharabah dalam laporan keuangan sebesar nilai
tercatat, yaitu nilai investasi mudharabah dikurangi penyisihan kerugian (jika ada)
8. Pengungkapan
Pemilik dana mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi mudharabah, tetapi
tidak terbatas pada :
a. Isi kesepakatan utama usaha mudharabah, seperti porsi dana, pembagian hasil usaha,
aktivitas usaha mudharabah, dan lain-lain ;
b. Rincian jumlah investasi mudharabah berdasarkan jenisnya ;
c. Penyisihan kerugian investasi mudharabah selama periode berjalan ;
d. Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang Penyajian Laporan
Keuangan Syariah

I. Akuntansi untuk Pengelola Dana


1. Dana yang di terima dari pemilik dana dalam akad mudharabah diakui sebagai dana
syirkah temporer sebesar jumlah kas atau nilai wajar aset nonkas yang diterima.
2. Pengukuran Dana Syirkah Temporer
Dana Syirkah Temporer diukur sebesar jumlah kas atau nilai wajar aset nonkas yang
diterima.
Jurnal :
Dr. Kas/Aset Nonkas xxx
Kr. Dana Syirkah Temporer xxx
3. Penyaluran kembali dana syirkah temporer
Jika pengelola dana menyalurkah kembali dana syirkah temporer yang diterima maka
pengelola dana mengakui sebagai aset (investasi mudharabah). Sama seperti akuntansi
untuk pemilik dana. Dan ia akan mengakui pendapatan secara bruto sebelum dikurangi
dengan bagian hak pemilik dana.
Jurnal pencatatan ketika menerima pendapatan bagi hasil dari penyaluran kembali dana
syirkah temporer :
Dr. Kas/Piutang xxx
Kr. Pendapatan yang Belum Dibagikan xxx
Hak pihak ketiga atas bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah diperhitungkan tetapi
belum dibagikan kepada pemilik dana diakui sebagai kewajiban sebesar bagi hasil yang
menjadi porsi hak pemilik dana.
Jurnal :
Dr. Beban Bagi hasil Mudharabah xxx

15
Kr. Untung Bagi Hasil Mudharabah xxx
Jurnal pada saat pengelola dana membayar bagi hasil : Dr. Utang Bagi Hasil Mudharabah
xxx
Kr. Kas xxx
4. Sedangkan apabila pengelola dana mengelola sendiri dana mudharabah berarti ada
pendapatan dan beban yang diakui dan pencatatanya sama dengan akuntansi konvensional
yaitu :
Saat mencatat pendapatan
Dr. Kas/Piutang xxx
Kr. Pendapatan xxx
Saat mencatat beban :
Dr. Beban xxx
Kr. Kas/Utang xxx
Jurnal penutup yang dibuat di akhir periode (apabila diperoleh keuntungan) :
Dr. Pendapatan xxx
Kr. Beban xxx

Kr. Pendapatan yang belum dibagikan xxx


Jurnal ketika dibagihasilkan kepada pemilik dana :
Dr. Beban bagi hasil mudharabah xxx
Kr. Utang bagi hasil mudharabah xxx
Jurnal pada saat pengelola dana membayar bagi hasil : Dr. utang bagi hasil mudharabah
xxx
Kr. Kas xxx
Jurnal penutup yang dibuat apabila terjadi kerugian :
Dr. Pendapatan xxx
Dr. Penyisihan Kerugian xxx

Kr. Kas/Utang xxx


5. Kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan atau kelalaian pengelola dana diakui sebagai
beban pengelola dana :
Jurnal :
Dr. Beban xxx
Kr. Utang lain-lain/Kas xxx
6. Di akhir akad
Jurnal :
Dr. Dana syirkah syariah xxx
Kr. Kas/asset nonkas xxx
16
Jika ada penyisihankerugian sebelumnya jurnal :
Dr. Dana syirkah temporer xxx
Kr. Kas/Aset nonkas xxx
Kr. Penyisihan kerugian xxx
7. Penyajian
Pengelola dana menyajikan transaksi mudharabah dalam laporan keuangan:
a. Dana syirkah temporer dari pemilik dana disajikan sebesar nilai tercatatnya untuk
setiap jenis mudharabah; yaitu sebesar dana syirkah temporer dikurangi dengan
penyisihan kerugian (jika ada)
b. Bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah diperhitungkan tetapi belum diserahkan
kedapa pemilik dana disajjikan sebagai pos bagi hasil yang belum dibagikan sebagai
kewajiban.
8. Pengungkapan
Pengelola dana mengungkapkan transaksi mudharabah dalam laporan keuangan:
a. isi kesepakatan utama usaha mudharabah, seperti porsi dana, pembagian hasil usaha,
aktivitas usaha mudharabah, dan lain-lain.
b. rincian dana syirkah temporer yang diterima berdasarkan jenisnya.
c. penyaluran dana yang berasal dari mudharabah muqayadah.
Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No.101 tentang Penyajian

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Akad Mudharabah adalah akad antara pemilik modal dengan pengelola modal, dengan
ketentuan bahwa keuntungan diperoleh dua belah pihak sesuai dengan kesepakatan. Didalam
pembiayaan mudharabah pemilik dana (Shahibul Maal) membiayai sepenuhnya suatu usaha
tertentu. Sedangkan nasabah bertindak sebagai pengelola usaha (Mudharib). Pada prinsipnya
akad mudharabah diperbolehkan dalam agama Islam, karena untuk saling membantu antara
pemilik modal dengan seorang yang pakar dalam mengelola uang. Dalam sejarah Islam
banyak pemilik modal yang tidak memiliki keahlian dalam mengelola uangnya. Sementara itu
banyak pula para pakar dalam perdagangan yang tidak memiliki modal untuk berdagang.
Oleh karena itu, atas dasar saling tolong menolong, Islam memberikan kesempatan untuk
saling berkerja sama antara pemilik modal dengan orang yang terampil dalam mengelola dan
memproduktifkan modal itu.

18
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/9817949/makalah_akad_mudharabah

19

Anda mungkin juga menyukai