“Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Manajemen Resiko Bank Syariah”
Disusun Oleh :
BANTEN
2021 M/ 1442 H
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan Rahmat
serta Hidayat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
”Manajemen Resiko Pasar”. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan
kepada Baginda Nabi Muhammad SAW kepada keluarganya, sahabatnya, serta kita
selaku umatnya.
Makalah ini kami buat dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Manajemen
Resiko Bank Syariah. Dalam membuat makalah ini dengan keterbatasan ilmu yang
kami miliki kami berusaha mencari sumber data dari berbagai sumber.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga penyusunan makalah ini dapat bermanfaat dan
berguna bagi para pembaca. Akhir kata saya ucapkan terimakasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Bank adalah suatu lembaga keuangan yang berguna sebagai perantara antara
pihak yang kelebihan dana dan pihak yang kekurangan dana. Hal ini
menjadikan bank menghadapi risiko dalam kegiatan operasional bank yang
dilakukan. Bank menghimpun dana dari masyarakat dengan berbagai produk
simpanan dalam jangka pendek kemudian menyalurkan dalam bentuk
pembiayaan (mayoritas dalam jangka panjang). Hal ini tentu akan menimbulkan
ketidak cocokan jangka waktu yang menimbulkan risiko pada operasional
perbankan. Sekuat apapun perbankan, akan jatuh dalam waktu singkat apabila
mayoritas nasabah menarik dananya pada waktu yang sama (bankrush).
4
5
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Konsep Dasar Resiko Bank Syariah
terutama pada Resiko Pasarnya?
2. Apa pengertian dari Resiko Pasar Bank Syariah?
3. Apa saja Faktor Standard dari Resiko Pasar?
4. Apa yang dimaksud dengan Manajemen Resiko?
5. Apa yang dimaksud dengan Proses Manajemen Resiko Pasar Bank
Syariah
6. Seperti apakah contoh Studi Kasus dari Manajemen Resiko Pasar?
7. Apa saja Faktor yang mempengaruhi penurunan dan peningkatan
Aset Bank Syariah pada tahun 2014-2015?
8. Bagaimana upaya untuk meminimalisir Resiko Pasar pada contoh
Studi Kasus
C. Tujuan
1. Memahami Konsep Dasar Resiko Pasar Bank Syariah
2. Memahami Pengertian dari Resiko Pasar Bank Syariah
3. Memahami beberapa faktor standar Resiko Pasar
4. Memahami Manajemen Resiko
5. Memahami Proses Manajemen Resiko Pasar Bank Syariah
6. Memahami dan mengetahui contoh Studi Kasus Manajemen Resiko
Pasar
7. Mengetahui beberapa faktor dari penurunan serta peningkatan
signifikan Aset Bank Syariah pada tahun 2014-2015
8. Mengetahui upaya serta strategi Bank Syariah dalam meminimalisir
Resiko Pasar pada Studi Kasus Bank Syariah
6
BAB II
PEMBAHASAN
Resiko Pasar adalah resiko yang timbul akibat adanya perubahan variable pasar, seperti:
suku bunga, nilai tukar, harga equity, dan harga komoditas sehingga nilai portofolio atau
1 Nadya Safitri et al., “Strategi Manajemen Risiko Perbankan Syariah Pada Masa Pandemi Covid-
19,” Jurnal Academia (2021): 1–21.
2 Muhammad Farid dan Wafiq Azizah, “Manajemen Resiko Dalam Perbankan Syariah,” Akuntansi
dan Keuangan Islam 3, no. 2 (2021): 2–22.
7
asset yang dimiliki bank menurun4. Berdasarkan bank Indonesia, sebagai bank umum
dengan prinsip syariah, maka Bank Syariah hanya perlu mengelola resiko pasar yang terkait
dengan perubahan nilai tukar yang dapat menyebabkan kerugian Bank.3
Variabel pasar adalah suku bunga dan nilai tukar, termasuk derivasi dari kedua jenis risiko
pasar tersebut, yaitu perubahan harga options. Menurut Surat Edaran Bank Indonesia
Tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum No. 06/23/DPNP tanggal 31
Mei 2004, sensitifity to market risk merupakan penilaian pendekatan kuantitatif dan
kualitatif faktor sensitifitas terhadap resiko pasar yang antara lain dilakukan melalui
penilaian terhadap komponen modal atau cadangan yang dibentuk untuk mencover
fluktuasi suku bunga dibandingkan dengan potensial loss sebagai akibat fluktuasi
sukubunga, komponen modal atau cadangan yang dibentuk untuk mencover fluktuasi nilai
tukar dibandingkan dengan potensial loss sebagai akibat fluktuasi nilai tukar, dan
kecukupan penerapan sistem managemen resiko pasar.
Resiko pasar mencakup resiko akibat perubahan suku bunga dan nilai tukar. Resiko tingkat
suku bunga berkaitan dengan pergerakan suku bunga terhadap repricing gap antara aktiva
dan pasiva bank. Sedangkan resiko nilai tukar berkaitan dengan potensi kerugian akibat
pergerakan nilai tukar mata uang asing. Bank melakukan pengukuran potensi kerugian
pasar dengan konsep value at Risk. Selain perhitungan value at Risk bank juga melakukan
stress testing untuk mengukur potensi kerugian akibat pergerakan ekstrem dari nilai tukar
dan tingkat suku bunga.
3 Adio Timur Saputra, “Pengaruh Risiko Kredit, Risiko Pasar, Dan Risiko Liquiditas Terhadap
Pembiayaan Murabahah Di Perbankan Syariah” (2012): 1–32.
8
bank mengenai kemungkinan kerugian bank di masa datang, meningkatkan metode dan
proses pengambilan keputusan yang sistematis didasarkan atas ketersediaan informasi,
digunakan sebagai dasar pengukuran yang lebih akurat mengenai kinerja bank, digunakan
untuk menilai risiko yang melekat pada instrument atau kegiatan usaha bank yang relatif
kompleks serta menciptakan infrastruktur manajemen risiko yang kokoh dalam rangka
meningkatkan daya saing bank (Yulianti: 151-165). Praktik manajemen risiko di perbankan
dapat menggunakan berbagai alternatif penilaian profil risiko. Standar Basel II
menggunakan beberapa altenatif pendekatan macam- macam risiko dalam menghitung
kebutuhan modal yang sesuai dengan profil risiko bank.
Bank membeli sukuk negara dengan kupon tetap, di mana harga pasar obligasi
akan turun apabila imbal hasil pasar meningkat
Bank membeli USD dengan nilai dalam valuta rupiah akan menurun apabila nilai
tukar USD melemah
Bank melakukan aktivitas trading atau jual beli surat berharga (Ikatan Bankir
Indonesia: 344).
Resiko nilai tukar valuta asing dapat ditekan dengan cara membatasi atau memperkecil
posisi, atau bahkan dapat dihindari sama sekali bila bank selalu mengambil posisi squaire.
Sedangkan resiko suku bunga dalam perbankan syariah tidak akan berpengaruh, karena
perbankan syariah tidak berurusan dengan suku bunga (Arifin, 2013: 264). Bank syariah
harus membentuk proses manajemen resiko pasar dan sistem informasi yang sehat dan
komprehensif yang berisikan antara lain sebagai berikut:
4 Muhammad Iqbal Fasa, “Manajemen Risiko Perbankan Syariah Di Indonesia,” Li Falah Jurnal
Studi Ekonomi dan Bisnis Islam I, no. 2 (2016): 36–53.
9
Sebagai respon terhadap perlambatan pertumbuhan bank syariah tersebut, perlu dilakukan
evaluasi terhadap faktor penyebab perlambatan pertumbuhan perbankan syariah dan
bagaimana upaya yang perlu dilakukan oleh bank syariah untuk menanggulangi fenomena
perlambatan pertumbuhan tersebut. Dengan pemahaman yang baik terkait faktor penyebab
perlambatan pertumbuhan dan alternatif solusi penanganannya diharapkan bank syariah
menjadi lebih kuat menghadapi dampak krisis di periode mendatang dan dapat kembali
mencapai tingkat pertumbuhan sesuai yang ditargetkan oleh otoritas perbankan syariah di
Indonesia sebesar 5% dari pangsa perbankan nasional.
Pertumbuhan bank syariah berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia mulai terjadi
penurunan di periode 2014 akibat dampak krisis keuangan dunia. Jumlah pembiayaan yang
disalurkan (PYD) dandana pihak ketiga(DPK) perbankan syariah mengalami penurunan,
hal ini berdampak pada pertumbuhan aset dan kemampulabaan (ROA) bank syariah yang
juga menjadi menurun. Penurunan kinerja bank syariah juga diindikasikan dari penurunan
likuiditas (FDR) dan peningkatan pembiayaan bermasalah (NPF) bank syariah. Untuk itu,
penelitian ini ingin mengungkapkan faktor penyebab perlambatan pertumbuhan dan
bagaimana pengaruh faktor tersebut terhadap pertumbuhan bank syariah. Disamping itu
penelitian ini juga akan menggali upaya penanganan yang perlu dilakukan oleh bank
syariah untuk meminimalisir dampak resiko perlambatan pertumbuhan tersebut.
10
Perlambatan pertumbuhan bank syariah mulai periode 2013 diindikasikan dengan adanya
penurunan permodalan, peningkatan pembiayaan bermasalah, dan penurunan profit.
Fenomena adanya perlambatan pertumbuhan bank syariah disebabkan oleh beberapa faktor
internal dan faktor eksternal.
Adanya dominasi oleh sektor retail khususnya UMKM dan akad murabahah
(jualbeli) pada segmentasi pembiayaan bank syariah, masih minimnyavariasi
pembiayaan bank syariah jika dibandingkan dengan produk kredit bank
konvensional
Masih kurang efisiennya bank syariah dalam menjalankan kegiatan operasionalnya
Dominasi dana deposito yang berbiaya mahal pada DPK bank syariah, masih
kurang efisiennya bank syariah dalam kegiatan operasional
Masih terbatasnya jumlah jaringan kantor dan cabang bank syariah untuk
menjangkau nasabah bank syariah.
dan faktor ekternal perlambatan terjadi disebabkan oleh kondisi ekonomi yang
melambat di dunia termasuk di Indonesia dengan indikator nilai tukar Rupiah
melemah terhadap US Dollar, turunnya IHSG, dan turunnya daya beli masyarakat
Faktor Internal dan Ekternal yang berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan aset bank
syariah ;
Berdasarkan hasil penelitian selama periode Juli s.d. Oktober 2015 dengan para narasumber
yang berasal dari pihak regulator, yaitu Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan
(OJK), dan Bursa Efek Indonesia (BEI), maupun praktisi perbankan syariah yang berasal
dari: Bank Muamalat Indonesia (BMI), Bank Syariah Mandiri (BSM), Bank Negara
Indonesia (BNI) Syariah, Bank Panin Syariah (BPS), dan Bank Tabungan Persiunan
Nasional (BTPN) Syariah diperoleh informasi upaya-upaya yang perlu dilakukan bank
syariah untuk menanggulangi permasalahan perlambatan pertumbuhan bank syariah.
Secara umum perlambatan perbankan syariah didominasi oleh faktor eksternal dalam hal
ini karena terjadinya perlambatan ekonomi yang juga terjadi di Indonesia.
Untuk merespon dan mengatasi hal tersebut, maka dari sisi internal memaksa manajemen
bank syariah melakukan konsolidasi internal.Hal ini dilakukan oleh Manajemen PT Bank
Muamalat Indonesia (BMI) dan PT Bank Syariah Mandiri (BSM) dalam pergantian dewan
direksi dan komisaris. Kedua bank tersebut mendominasi industri perbankan syariah
11
dengan pangsa pasar lebih dari 40% dari total industri perbankan syariah. Terjadinya
konsolidasi internal dalam kedua bank syariah tersebut tentu akan berpengaruh terhadap
kinerja industri perbankan syariah. Disamping itu tentu manajemen bank syariah yang lain
pun melakukan konsolidasi internal.
5 Ida Syafrida and Indianik Aminah, “Faktor Perlambatan Pertumbuhan Bank Syariah Di Indonesia
Dan Upaya Penanganannya,” Ekonomi dan Bisnis 14, no. 1 (2015): 7–20.
12
Selain itu, bank syariah harus dapat melakukan efisiensi bisnis dengan
mengendalikan overhead cost dengan baik. Dengan demikian perbankan syariah
harus kembali mereview portofolio bisnisnya.Pihak manajemen bank syariah
dituntut secermat mungkin dalam mengatur sisi pembiayaan dan pendanaan.
Manajemen harus cermat membuat profil pembiayaan yang tepat dengan
karakterisitik nasabah dan segmentasi bisnis yang beragam serta dapat
meminimalisasi mismatch pembiayaan dengan mendapatkan sumber pendanaan
yang relatif murah dan bersifat jangka panjang. Disamping itu perlu ada bantuan
dari otoritas atau regulator yang memberikan regulasi terkait relaksasi dalam hal
pembiayaan dan pendanaan perbankan syariah.Regulasi terkait pembiayaan yang
dibutuhkan oleh perbankan syariah terkait ketentuan relaksasi sektor bisnis
tertentu.
13
BAB III
PENUTUP
D. KESIMPULAN
Risiko pasar dalam bahasa inggris “market risk” adalah suatu risiko yang timbul karena
menurunnya nilai suatu investasi karena pergerakan pada faktor-faktor pasar. Risiko
pada posisi neraca dan rekening administratif akibat perubahan harga pasar, antara lain
risiko berupa perubahan nilai dari aset yang dapat diperdagangkan atau disewakan.
Risiko pasar didefinisikan sebagai risiko kerugian, baik yangada didalam maupun di
luar posisi neraca keuangan, yang muncul karena perubahan harga pasar yang antara
lain berupa perubahan nilai dari aset yang dapat diperdagangkan dan disewakan. Empat
factor standard risiko pasar adalah ; risiko modal, risiko suku bunga, risiko mata uang,
dan risiko komoditas. Resiko Pasar adalah kerugian yang terjadi pada portofolio yang
dimiliki oleh bank akibat adanya pergerakan variabel pasar (Adverse movement)
berupa nilai tukar dan suku bunga.
Resiko nilai tukar valuta asing dapat ditekan dengan cara membatasi atau memperkecil
posisi, atau bahkan dapat dihindari sama sekali bila bank selalu mengambil posisi
squaire. Sedangkan resiko suku bunga dalam perbankan syariah tidak akan
berpengaruh, karena perbankan syariah tidak berurusan dengan suku bunga. Upaya
yang perlu dilakukan bank syariah untuk menanggulangi perlambatan pertumbuhan
adalah; konsolidasi internal manajemen bank syariah untuk mengevaluasi perubahan
strategi dalam merespon perlambatan kondisi ekonomijuga terhadap kualitas
pembiayaan dan besaran biaya sumber dana dalam perusahaan, diversifikasi
pembiayaan dalam segmentasi korporasi, pembiayaan mudharabah berjangka waktu
relatif lebih panjang, dan pembiayaan pada sektor bisnis pertambangan, perkebunan
dan pertanian, serta infrastruktur, penambahan jumlah jaringan, variasi produk dan
layanan yang lebihmenarik serta pengembangan channeling ke kalangan konglomerat
dan nasabah pemerintah, optimalisasi sumber pendanaan dengancost of fund yang
murah dari produk simpanan non deposito, efisiensi bisnis dengan mengendalikan
overhead cost dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
14